Thursday, 22 March 2018

[Review] Kenapa Harus Bule: Perjalanan Cinta Gadis Pribumi MencariJodoh Bule


#Description:
Title: Kenapa Harus Bule? (2018)
Casts: Putri Ayudya, Natalius Chendana, Cornelio Sunny, Michael Kho, Chicco Kurniawan, Djenar Maesa Ayu, Paul Agusta.
Director: Andri Cung
Studio: Kalyana Shira Films, Good Sheep Production

#Synopsis:
Pipin (Putri Ayudya) sejak kecil selalu diejek oleh teman-teman sepermainannya. Mereka menganggap Pipin tidak terlalu cantik bahkan ia selalu dipanggil Mimin (panggilan hewan monyet yang sering beraksi topeng monyet didekat tempat tinggal Pipin). Hal tersebut membuatnya sedih. Namun dua sahabat dekatnya, Arik dan Buyung selalu menjadi teman teman terbaik untuk Pipin.
Waktu berlalu, kini Pipin sudah berusia 29 tahun. Diusianya yang bukan lagi remaja abege, impian Pipin sedari dulu hanya satu, yakni bisa pacaran dan menikah dengan bule. Alasannya cuma satu, ia ingin memperbaiki keturunan dan emansipasi wanita, karena Pipin beranggapan bahwa bule sangat menghargai perempuan. Namun selama ia tinggal di Jakarta dan mencari pasangan bule, nasib Pipin selalu sial. Bule-bule yang mencoba mendekatinya kebanyakan hanya untuk kepuasan seks semata. Ditambah lagi persaingan para wanita pencari bule di Jakarta sudah sangat ketat. 
Pipin pun memutuskan untuk pergi ke Pulau Dewata, Bali yang konon merupakan surganya bule yang mencari penduduk asli. Ia lalu menghubungi sahabatnya, Arik (Michael Kho) yang telah lama pindah dan menetap disana. Selama di Bali, ia sementara tinggal di tempatnya Arik. Kedatangan Pipin ke Bali sangat ditunggu Arik. Ia ternyata sudah mempersiapkan sesuatu untuk sahabatnya itu. Arik berencana menjodohkan Pipin dengan Buyung (Natalius Chendana) yang merupakan pemilik cafe di Bali. Buyung rupanya sudah mencintai Pipin dari dulu sebelum ia pergi ke Australia untuk mengobati kelainan pigmen kulit serta gagap yang ia alami sejak kecil. 


Mengingat Pipin yang ngebet banget ingin punya pasangan bule, Arik meminta Buyung berpura-pura sebagai seorang bule blasteran bernama Ben. Tujuannya agar Pipin tertarik, karena jika ia tahu siapa Ben sebetulnya, pasti ia langsung menolak lantaran bukan seorang bule.
Lambat laun, rencana penyamaran yang semulanya berjalan lancar, menjadi terbongkar. Buyung berkata jujur. Dan seperti yang sudah diduga, Pipin langsung menolaknya. Ia tetap kekeuh ingin punya calon suami seorang bule.
Usai kejadian itu, Pipin tak sengaja bertemu dan berkenalan dengan seorang bule italia bernama Gianfranco (Cornelio Sunny). Kedekatan mereka kemudian berlanjut. Gianfranco bahkan selalu meminta Pipin untuk datang ke villa nya. Pipin langsung jatuh cinta melihat Gianfranco beserta villa nya itu. Ia langsung yakin Gianfranco bisa menjadi suaminya nanti. 
Seiring berjalannya waktu, hubungan Pipin dan Gianfranco itu terasa seperti matre dan memanfaatkan belaka. Tiap makan atau jalan bersama, selalu Pipin yang bayar. Tak hanya itu saja, Pipin selalu disuruh untuk membersihkan villa tempat tinggal Gianfranco. Meskipun merasa cuma dimanfaatkan semata, Pipin tetap tersenyum dan ia masih yakin bahwa Gianfranco adalah bule yang mau menikahinya.
Melihat kondisi sahabatnya yang terasa semakin seperti asisten rumah tangga, membuat Arik kesal. Ia berusaha menasehati dan membukakan mata pintu hati Pipin bahwa selama ini ia hanya dimanfaatkan saja oleh Gianfranco. Pipin justru tidak melihat Buyung yang benar-benar mencintainya dengan tulus.
Seiring berjalannya waktu, Pipin akhirnya mengetahui siapa sosok Gianfranco sebenarnya usai tamu sepasang suami istri (Paul Agusta dan Djenar Maesa Ayu) yang selalu datang ke villa dan memergoki Gianfranco tengah bersama Pipin. Ia merasa sakit hati dan merasa kembali terjerumus ke lubang yang sama menerima kenyataan bahwa orang-orang bule yang dekat dengannya tidak pernah ada yang berkelakuan baik.


Pipin memutuskan untuk menghilang dari kehidupan Gianfranco dan fokus untuk bekerja yang ia dapatkan dari Buyung. Kesibukan Pipin yang kini bekerja, membuat ia sedikit melupakan obsesinya untuk mencari bule. Ditengah kesibukan itu, Buyung lalu memutuskan untuk mencoba lagi mengungkapkan perasaannya pada Pipin.
Akankah Pipin bisa menerima pria pribumi? Atau masih saja kekeuh ingin bule?

#Review:
Sutradara Andri Cung nampaknya kali ini ingin hadir meramaikan perfilman Indonesia di bioskop reguler setelah sebelum2nya hanya eksis dan konsisten pada film-film festival bertema LGBT atau short movie saja. Dengan menggandeng Nia Dinata sebagai produser, Andri Cung mencoba menghadirkan sebuah film yang bercerita tentang obsesi seorang perempuan yang ngebet mempunyai pasangan bule. Premis yang coba Andri Cung tampilkan ini cukup sukses membuatku penasaran. Karena kuyakin hal yang dialami oleh sosok Pipin dalam film ini pasti sangat related untuk sebagian orang.


Dan itu terbukti diparuh pertama film, Andri Cung sukses mengenalkan sosok Pipin dan orang disekitarnya dengan cukup baik. Percakapan antara Pipin dan Arik dalam mobil ketika film dimulai terasa begitu real, natural dan sangat menyenangkan. Ku langsung dibuat jatuh cinta dengan dua karakter itu. Chemistry keduanya sebagai sepasang sahabat pun terus bergulir semakin baik menuju pertengahan film.
Namun ketika berbagai konflik dimunculkan, intens keseruan yang sudah dilakukan paruh pertama film, menurutku mendadak berubah. Hal itu dimulai ketika peran yang dimainkan oleh Djenar dan Paul muncul. It's too dramatic! Aku cukup heran, kenapa sih harus seperti itu. 
Rupanya konflik serta penyelesaian berikutnya pun terasa makin lama makin komersil. Kurasa moment Pipin kembali terjerumus kelubang Gianfranco yang sama untuk yang kedua kalinya itu juga cukup maksa. Padahal satu kali saja juga udah pas banget. Hal berikutnya yang menurutku lagi-lagi terasa mainstream dan komersil adalah penentuan akhir film yang begitu cheesy. Aku jadi makin tak suka dengan akhir cerita film ini. Kenapa harus dibuat seperti ini sih. Kesannya premis yang cukup menarik di paruh awal film berakhir dengan kisah layaknya FTV.
Namun dibalik kekurangan itu, sosok Pipin dan Arik yang diperankan oleh Putri Ayudya dan Michael Kho adalah karakter yang sangat entertaining disepanjang film. Tek-tok antara mereka berdua begitu pas dan menyenangkan. Bahkan aku pribadi, selalu menunggu kehadiran si Arik muncul. Gila nih Michael Kho keren cuco' meong dan mencuri perhatian banget meranin pemeran pendukung untuk film ini. Sudah masuk list Favorite Supporting Actor versiku tahun ini!
Segi sinematografi dan kamera, film KENAPA HARUS BULE? (2018) tampil cukup pas khas film-film indie festival dengan gaya pengambilan gambar serta filternya seperti itu.
Overall, film KENAPA HARUS BULE? (2018) ini akan terasa begitu entertaining dan menghibur jika kamu open-minded. Bahwa orang-orang seperti Pipin, Arik, Buyung dan yang lainnya itu memang ada di dunia nyata.


[7/10Bintang]

No comments:

Post a Comment