Wednesday, 29 August 2018

[Review] Sultan Agung The Untold Story: Mengenal Sejarah Kerajaan Mataram


#Description:
Title: Sultan Agung (2018)
Casts: Ario Bayu, Marthino Lio, Adinia Wirasti, Putri Marino, Anindya Putri, Christine Hakim, Deddy Sutomo, Meriam Bellina, Lukman Sardi, Teuku Rifnu Wikana, Asmara Abigail, Hans De Krakker
Director: Hanung Bramantyo
Studio: Mooryati Soedibyo Cinema


#Synopsis:
Raden Mas Rangsang (Marthino Lio & Ario Bayu) adalah seorang anak dari keluarga kerajaan. Ayahnya adalah Panembahan Hanyakrawati dan ibunya, Gusti Ratu Banawati (Christine Hakim). Meskipun Mas Rangsang adalah keturunan ningrat, ia tidak mau tinggal dan besar sebagai di lingkungan kerajaan. Ia lebih senang membaur dengan masyarakat. Ia juga dibesarkan dan diasuh oleh Ki Jejer (Deddy Sutomo) agar bisa lebih dekat dengan warga. Selama berbaur dengan masyarakat biasa, Mas Rangsang berkenalan dengan banyak orang. Salah satunya ia berkenalan dan dekat dengan Lembayung (Putri Marino & Adinia Wirasti). Lembayung sendiri adalah seorang wanita tangguh yang menguasai bela diri dan panahan. Beranjak dewasa, Mas Rangsang mau tak mau harus menggantikan posisi sang ayah yang wafat. Awalnya pengganti Panembahan Hanyakrawati bukanlah Mas Rangsang, istri pertamanya almarhum yakni Gusti Ratu Tulung Ayu (Meriam Bellina) memiliki kandidat lain. Namun atas dasar suatu hal, posisi pengganti tersebut batal dan digantikan oleh Mas Rangsang.


Gelar Sultan Agung Hanyakrukusuma yang Mas Rangsang dapatkan ternyata bukanlah perkara mudah karena pada saat menerima gelar tersebut, ia masih berusia remaja. Tugas Sultan Agung kala itu cukuplah berat. Ia harus menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang terpecah belah gara-gara kedatangan VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen (Hans De Krakker).
Ketika beranjak dewasa, kisah asmara Sultan Agung juga mendapat cobaan. Perempuan yang ia cintai yakni Lembayung tak bisa ia nikahi lantaran Sultan Agung diharuskan menikah dengan keturunan ningrat juga. Sultan akhirnya menikahi Ratu Batang (Anindya Putri) meskipun ia tidak mencintainya.
Suatu hari, kemarahan Sultan Agung memuncak ketika VOC datang ke Mataram. Pihak VOC awalnya hanya berjanji hanya akan menjalin kerjasama saja dengan kerajaan Mataram, tapi ternyata tanpa persetujuan Sultan Agung, VOC malah membangun kantor di wilayah Batavia. Mendapat informasi seperti itu tak membuat Sultan Agung diam. Ia dibantu oleh pamannya, Tumenggung Notoprojo (Lukman Sardi), Kelana (Teuku Rifnu Wikana) dan yang lainnya untuk merencanakan perang di Batavia sampai meninggalnya Coen dan runtuhnya VOC disana.

Selama perjalanan menuju Batavia, Sultan Agung harus menghadapi berbagai rintangan dan pengkhianatan dari berbagai pihak. Serangan pertama yang melibatkan ribuan prajurit dari kerajaan Mataram ternyata tak berhasil meruntuhkan kekuasaan VOC. Melihat kegagalan pada serangan pertama, Sultan Agung kemudian berantisipasi mendirikan lumbung padi dikawasan yang tak jauh dari Batavia sebagai strategi untuk menaklukan VOC. Namun cara tersebut lagi-lagi gagal. Meskipun serangan kedua yang dilakukan oleh Sultan Agung dan prajuritnya gagal, namun disisi lain, mereka berhasil membendung dan mengotori sungai Ciliwung yang mengitari Batavia. Tercemarnya sungai Ciliwung menimbulkan wabah penyakit dan dan kolera di Batavia. Jan Pieterzoon Coen menjadi korban dari wabah penyakit dan akhirnya meninggal.
Usai kematian pimpinan VOC, Sultan Agung menghidupkan kembali padepokan tempatnya belajar untuk melestarikan tradisi dan budaya-budaya kerajaan Mataram.



#Review:
Salah satu sutradara terbaik di Indonesia yakni Hanung Bramantyo tahun ini kembali menghadirkan sebuah film biopik pahlawan nasional yaitu Sultan Agung setelah sebelumnya sukses dengan film SANG PENCERAH (2010), GENDING SRIWIJAYA (2013), SOEKARNO (2013) dan yang paling baru adalah KARTINI (2017). Ide pembuatan film ini berasal dari Presiden Direktur Mustika Ratu dan Yayasan Puteri Indonesia yakni Ibu Mooryati Soedibyo dibawah naungan Mooryati Soedibyo Cinema. Beliau ingin sekali mengangkat perjalanan sosok Sultan Agung dan kerajaan Mataram ke layar lebar bioskop. Dengan menggelontorkan dana yang tidak sedikit, Hanung Bramantyo yang dibantu X.Jo tampaknya tak mengalami kesulitan untuk membuat film ini. Hal ini terlihat sangat jelas lewat deretan pemain yang membintangi film ini. Nama-nama besar yang tak perlu lagi diragukan kualitas aktingnya. Set lokasi, properti, artistik, visual dan musik dalam film ini boleh dibilang paling TERBAIK jika dibandingkan dengan film biopik lokal yang sudah dirilis.
Dengan durasi mencapai 148 menit, Hanung Bramantyo dan tim penulis skenario leluasa untuk mengeksplor cerita Sultan Agung lebih luas dan mengesankan. Nilai-nilai sejarah dan kebudayaan sangat kental terasa dalam film ini.


Sepanjang film bergulir, aku sama sekali tidak bosan. Sebuah film biopik / sejarah yang mempunyai durasi melar tapi tidak membosankan menurutku sudah menjadi poin plus dan berhasil untuk filmnya. Mungkin benar adanya, belajar menikmati sebuah sejarah lewat film akan menimbulkan kesan yang lebih mendalam ketimbang belajar lewat bacaan saja. Plotline film SULTAN AGUNG (2018) ini jelas dan enak diikuti. Kita bisa mengenal lebih dekat kerajaan Mataram.


Yang tak boleh dilupakan dalam film ini sudah jelas adalah deretan para pemainnya. Akhirnya aku bisa melihat Marthino Lio dieksplor kualitas aktingnya oleh Hanung. Performance Marthino patut diacungi jempol. Yang cukup membuatku takjub disini adalah, Marthino Lio semakin mirip dengan Ario Bayu. Tepat sekali Hanung memberikan peran Sultan Agung pada mereka berdua. Haha. Oia kapanlagi bisa melihat Adinia Wirasti, Putri Marino, Lukman Sardi, Teuku Rifnu Wikana hingga Asmara Abigail melakukan adegan aksi pertarungan dalam sebuah film. Mereka semua tampil totalitas. Aku bahkan selalu terharu tiap adegan perang di film ini bergulir. Semuanya mengesankan bagiku. Sosok yang paling aku suka berikutnya adalah karakter Gusti Ratu Tulung Ayu yang diperankan oleh Meriam Bellina. Meskipun tampil sebentar, tapi kualitas akting Meriam Bellina begitu mengesankan. Pangling dan cantik banget sih Bu Mer!
Overall, sebagai sebuah film biopik sejarah tentang pahlawan nasional. Film SULTAN AGUNG (2018) karya Hanung Bramantyo ini tak membosankan, memukau dan pastinya epic!


[8/10Bintang]

No comments:

Post a Comment