Thursday, 24 January 2019

[Review] Preman Pensiun: Godaan Bagi Para Preman Yang Sudah Insyaf


#Description:
Title: Preman Pensiun (2019)
Casts: Epy Kusnandar, Tya Arifin, Andra Marihot, Vina Ferina, Soraya Rasyid, Safira Maharani, Nining Yuningsih, Ikang Sulung, Deny Firdaus, Icha Naga, Muhammad Jamasari, Moch Fajar Hidayatulloh, Yusuf Herdiana, Fuad Idris
Director: Aris Nugraha
Studio: MNC Pictures

#Synopsis:
Menjelang 1000 hari kepergian Kang Bahar (Didi Petet), sang anak yaitu Kinanti (Tya Arifin) memutuskan untuk pulang ke Bandung untuk menggelar tahlilan dengan kerabat dekat keluarga dan kerabat almarhum ayahnya. Kinanti pun lalu mengabari Kang Mus (Epy Kusnandar), orang kepercayaan sang ayah yang kini berprofesi menjadi pengusaha Keripik Kicimpring untuk memberi tahu rekan-rekannya. Dengan bantuan anak buahnya yaitu Ujang (Moch Fajar Hidayatulloh), Kang Mus memberitahukan kabar ini pada anak-anak buah lainnya. Murad (Deny Firdaus) dan Pipit (Icha Naga) ditugaskan untuk mengawasi Kinanti selama berada di Bandung.
Sementara itu, Gobang (Muhammad Jamasari) anak buah lainnya dari Kang Mus datang ke Bandung untuk mengumpulkan rekannya secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Kang Mus. Alasan ia datang ke Bandung lantaran adik iparnya dikeroyok hingga dibawa ke rumah sakit oleh komplotan preman ketika sedang berada di Bandung. Gobang ingin mencari tahu siapa dalang dari kejadian tersebut.
Disatu sisi, anak semata wayang Kang Mus dan istrinya Esih (Vina Ferina) yaitu Eneng (Safira Maharani) yang kini beranjak remaja mulai didekati oleh seorang mahasiswa. Kang Mus merasa khawatir takut hal-hal buruk terjadi kepadanya. Ia lalu kembali memerintahkan Murad dan Pipit untuk mengawasi Eneng dan pacarnya itu jika sedang berpergian. Disisi lainnya lagi, Dikdik (Andra Marihot) selalu dicurigai oleh sang istri, Imas (Soraya Rasyid) yang tengah hamil muda lantaran Dikdik selalu terlihat melamun dan banyak pikiran. Imas berfikir jika suaminya itu berselingkuh, karena pada suatu hari memergoki suaminya itu selalu menerima telepon diluar rumah. Imas pun menceritakan rasa khawatirnya itu pada Kinanti. Melihat sahabatnya dilanda kekhawatiran, Kinanti kemudian meminta bantuan pada Kang Mus untuk mengetahui dan menyelidiki apa yang dilakukan oleh Dikdik.
Mampukah Kang Mus memecahkan semua masalah yang dihadapi oleh anak-anak buahnya yang mayoritas kini sudah insyaf meninggalkan dunia premanisme?


#Review:
Usai sinetron ROMPIS (2018) yang kelanjutannya diteruskan pada film layar lebar, kini giliran sinetron PREMAN PENSIUN karya sutradara Aris Nugraha yang diangkat ke layar lebar oleh MNC Pictures. Sinetron stripping yang sempat tayang pada kurun waktu 2015-2017 ini mendapat gelar Serial Televisi Terpuji pada ajang Festival Film Bandung 2015. Rating serta respon para penonton sinetronnya pun cukup positif lantaran cerita dalam film ini tidak dibuat di dramatisir berlebihan.
Usai sinetronnya bungkus, MNC Pictures dengan pede melanjutkan cerita Kang Mus ke layar lebar. Perasaan penonton awam sepertiku yang sama sekali tidak mengikuti sinetronnya, ketika PREMAN PENSIUN mendengar akan dibuat dalam versi layar lebarnya membuatku memandang sebelah mata "ih ngapain sih.." Terasa terlalu dini aja gitu sinetron yang baru selesai satu-dua tahun yang lalu langsung berlanjut ke layar lebar.
Film ini akhirnya rilis juga di bioskop Indonesia pada 17 Januari 2019. Diluar dugaan, antusias 3 hari pertama film ini (khususnya di wilayah Jawa Barat) mendapat respon sangat positif dan selalu sold-out. Aku sebagai orang sunda asal Tasikmalaya dan sempat tinggal di Bandung janten ngarasa dosa saalit kumargi nonton film PREMAN PENSIUN (2019) na telat. Duh, hapuntenna nya Kang Mus! Rasa males untuk menonton film ini sih hanya satu, yaitu: apakah aku yang tidak pernah menonton sinetronnya akan bisa menikmati film ini?
Ternyata tebakanku salah. Disepanjang film aku lumayan bisa menikmati film PREMAN PENSIUN (2019) ini loh. Paruh awal film awalnya cukup membingungkan dengan deretan karakternya yang sama sekali aku tidak ketahui permasalahan dan background story dari mereka. Tapi perlahan tapi pasti, penulisan cerita nya bergerak cukup baik sehingga penonton awam mulai bisa menikmati filmnya. Selipan-selipan humor khas orang sunda dan preman dalam film ini surprisingly sukses membuatku tertawa kencang, terutama tiap adegan duo Murad dan Pipit muncul. Gaya dialog antar pemain yang perpindahan satu scene ke scene lainnya dalam waktu bersamaan di film ini konsepnya unik banget sih. Menambah poin plus komedinya banget. Untungnya lagi, film PREMAN PENSIUN (2019) ini tidak terjebak dalam komedi situasi. Subplot-subplot yang dihadirkan kemudian digabungkan menjadi satu di paruh akhir film cukup berhasil membuatku speechless. Kehidupan para preman dalam film ini terasa banget natural tidak dipaksakan. Aku yang lahir dan besar di tanah Jawa Barat sangat bisa merasakan bahwa apa yang mereka-mereka lakukan ini memang lumrah terjadi dikalangan mereka. Disini sang sutradara sekaligus merangkap penulis skenario menghadirkan bahwa preman itu tak selamanya serem. Kita bisa mengenal lebih jauh para preman yang ternyata bisa juga melucu dan juga menghibur. Mereka juga tak cuma mantan penjahat, tapi sisi solidaritas dan loyal para preman yang sudah pensiun ini tidak pernah luntur sama sekali. Poin ini yang menjadi highlight terpenting dalam film ini.
Deretan pemain yang mayoritas aku tidak kenal (kecuali Epy Kusnandar) tampil menyenangkan. Kelakuan mereka semua cukup berhasil membuatku tersenyum disepanjang film. Murad, Pipit dan Mang Uu gila sih. Epic banget komedinya! Haha.
Overall, film PREMAN PENSIUN (2019) ini sama sekali tidak mengecewakan. Penonton awam sepertiku masih bisa dengan baik menikmati filmnya meskipun tidak pernah nonton sinetronnya.


[7.5/10Bintang]

No comments:

Post a Comment