#Description:
Title: Sri Asih (2022)
Casts: Pevita Pearce, Reza Rahadian, Christine Hakim, Jefri Nichol, Dimas Anggara, Surya Saputra, Jenny Zhang, Dian Sastrowardoyo, Maudy Koesnaedi, Randy Pangalila, Revaldo, Faradina Mufti, Fadly Faisal, Ario Bayu, Aqi Singgih, Jourdy Pranata, Canti Tachril, Mian Tiara, Sita Nursanti, Najwa Shihab
Director: Upi
Studio: Screenplay Bumilangit, SK Global, Legacy Pictures, Adhya Group, DMMX Media,
#Synopsis:
Sejak kecil, Alana (Pevita Pearce) dikenal sebagai anak perempuan yang sulit mengontrol amarah dan emosinya. Anak-anak nakal di panti asuhan pun selalu kalah disaat melawan Alana. Ia tidak suka terhadap orang-orang yang selalu menindas orang lain dan langsung membalasnya dengan cara kekerasan. Hal tersebut membuat para penjaga panti asuhan cukup kesulitan untuk mencari orang tua yang mau mengadopsi Alana.
Suatu ketika, seorang perempuan bernama Sarita (Jenny Zhang) datang ke panti asuhan dan bersedia untuk mengadopsi Alana. Selama tinggal dengan Sarita, Alana tumbuh besar dan mempelajari latihan bela diri secara intens di tempat latihan professional milik ibunya. Usahanya tersebut membuahkan hasil. Alana dikenal sebagai seorang Street Fighter perempuan yang kuat dan tak terkalahkan. Setiap pertandingan yang dilakukan Alana selalu berhasil ia menangkan. Profesinya sebagai Street Fighter secara tidak langsung turut melatih Alana dalam mengendalikan emosi dan amarahnya.
Kabar Street Fighter perempuan yang tak terkalahkan tersebut sampai ke telinga Mateo Adinegara (Randy Pangalila) yang merupakan salah satu Street Fighter kaya raya dan anak dari pengusaha kaya raya yaitu Prayogo Adinegara (Surya Saputra). Mateo terobsesi untuk melawan sekaligus mengalahkan Alana, agar reputasinya sebagai Street Fighter pria tidak tercoreng.
Melihat ambisi Mateo yang ingin mengalahkan Alana membuat asisten dari Prayogo yaitu Jagau (Revaldo) mencoba bernegosiasi pada Sarita dan juga Alana untuk bersedia kalah saat melawan bosnya itu. Hal tersebut ia tawarkan agar Sarita dan Alana tidak terlibat masalah lebih besar dengan keluarga Adinegara. Namun sayang, Sarita dengan tegas menolak tawaran dari Jagau. Ia tak ingin anaknya itu harus mengalah begitu saja demi kepentingan sepihak.
Melihat ibunya yang diancam oleh anak buah Adinegara membuat Alana kesal. Ia dan kedua sahabatnya, yaitu Gilang (Faldy Faisal) dan Jimin (Aldo Sapulete) diam-diam mendatangi Mateo untuk tetap menerima tawaran pertandingan Street Fighter itu. Alana pun sudah berjanji pada Jagau akan bersedia kalah di ronde ketiga dengan syarat mereka tak lagi mengganggu dirinya dan juga sang ibu.
Pertandingan antara Mateo dan Alana pun dimulai. Tanpa basa-basi, Alana langsung menguasai dengan mudah dua ronde awal. Mateo dibuat kewalahan saat melawan Alana. Sementara itu Gilang dan Jimin yang ada di pinggir arena terus berteriak dan mengingatkan Alana tentang kesepakatan yang sudah dibuat. Saat ronde ketiga berjalan, Alana menurunkan staminanya dan mempersilahkan Mateo untuk menang. Selain berusaha menyerang, ternyata Mateo pun turut menghina dan juga mencaci maki Alana. Hal tersebut membuat amarah Alana tersulut. Ia menangkis serangan Mateo dan langsung membalasnya hingga Mateo tak sadarkan diri. Setelah kejadian itu, Mateo yang mengalami luka-luka dan lebam, tak terima dikalahkan Alana. Ia pun meminta Jagau dan seorang polisi bernama Jatmiko (Reza Rahadian) untuk menyelidiki tentang Alana.
Selama menjalankan tugasnya itu, Jatmiko terpaksa terjebak pada situasi untuk membela keluarga Adinegara, meskipun Prayogo dan perusahaannya telah melakukan aksi penggusuran wilayah-wilayah kumuh demi kepentingan bisnis pembangunan kota baru yang modern dan maju. Tak hanya itu saja, Jatmiko pun selalu diminta oleh Prayogo untuk menghilangkan jejak pembunuhan para wartawan yang berusaha menjatuhkan kredibilitas dirinya di media massa. Permasalahan baru muncul disaat Mateo ditemukan tewas di club malam. Prayogo sangat sedih sekaligus kesal terhadap Jagau dan para pengikutnya yang gagal melindungi anaknya. Berdasarkan saksi mata, konon pelaku pembunuhan Mateo adalah Alana. Prayogo pun meminta Jagau untuk segera menangkap Alana secepatnya.
Melihat kekacauan yang sedang terjadi pada keluarga Adinegara, Jatmiko pun langsung memperingatkan Alana untuk lebih berhati-hati karena kini ia menjadi buronan karena dituduh sebagai pelaku pembunuhan Mateo. Mendengar hal tersebut membuat Alana terkejut karena ia sama sekali tidak membunuh Mateo. Untungnya seorang pria bernama Kala (Dimas Anggara) berhasil menyelamatkan Alana dan juga Sarita yang hampir menjadi korban pengeboman oleh komplotan Adinegara.
Untuk sementara waktu, Alana dan Sarita tinggal di kediaman Kala. Selama berada disana, Alana bertemu dengan nenek dari Kala yaitu Eyang Mariani (Christine Hakim). Alana terkejut saat mendengar cerita tentang silsilah keluarganya yang merupakan titisan prajurit Sri Asih dari Dewi Asih (Maudy Koesnaedi). Alana yang kini sudah dewasa harus menjadi Sri Asih selanjutnya untuk menghentikan rencana salah satu prajurit Dewi Api (Dian Sastrowardoyo) yaitu Roh Setan. Kini, Alana mengetahui jawaban tentang mimpi buruknya yang selalu dihantui oleh kobaran api besar karena Dewi Api berusaha mengendalikan tubuh Alana agar bersedia menjadi bagian dari prajurit Dewi Api.
Eyang Mariani yakin jika Roh Setan diam-diam telah bangkit di bumi dan sedang merencanakan ritual untuk membangkitkan prajurit Dewi Api. Selama ini Eyang Mariani dan Kala yakin jika Roh Setan sedang merasuki tubuh Prayogo gara-gara project pembangunan kota modernnya selalu menyebabkan banyak korban jiwa. Mereka pun meminta Alana untuk menghentikan rencana jahat Prayogo sebelum semuanya terlambat. Disaat yang bersamaan, Tangguh (Jefri Nichol) yang merupakan teman kecil Alana di panti asuhan muncul dan memberikan kabar jika rusun yang ia tempati akan segera dibakar oleh para preman. Akankah Alana berhasil menghentikan rencana Roh Setan yang berusaha merenggut banyak korban jiwa?
#Review:
Film kedua dari Bumilangit Cinematic Universe yaitu SRI ASIH (2022), akhirnya tayang juga di bioskop Indonesia setelah tertunda hampir tiga tahun akibat proses produksinya terkendala oleh beberapa hal. Kemunculan pertama kali superhero Sri Asih dalam film GUNDALA (2019) kala itu sukses mencuri perhatian penonton dan tak sabar untuk segera melihat film solo superhero perempuan pertama di BCU itu.
Untuk segi cerita, origin story dari karakter Alana maupun Sri Asih dalam film ini terasa lebih rapi ketimbang film GUNDALA (2019). Pada paruh awal film, penonton diajak untuk berkenalan dengan Alana yang bertransformasi menjadi Street Fighter yang tak terkalahkan. Moment fighting nya dikemas sangat menarik perhatian sekaligus menegangkan. Klimaksnya muncul saat pertandingan antara Alana dengan Mateo. Eksekusinya sangat seru dan penonton pasti ikut tegang terbawa suasana. Plot kemudian bergerak pada situasi bahaya yang mengikuti kemanapun Alana pergi. Ia harus berurusan dengan keluarga Adinegara yang selama ini dikenal sebagai penguasa yang selalu menghalalkan segala cara. Konsistensi treatment tentang issue-issue politik, oknum penguasa yang menyengsarakan rakyat dan kehidupan sosial dalam film ini masih dipertahankan. Hal tersebut semakin menekankan jika dunia Sri Asih masih satu universe dengan film GUNDALA (2019), yang sama-sama mengkritik kondisi sosial masyarakat yang mengecewakan.
Yang sedikit mengganjal bagiku adalah kemunculan plot twist tentang karakter Roh Setan yang sesungguhnya. Pemilihan aktornya sih sudah sangat tepat, yang disayangkan justru motivasi dari karakter tersebut menurutku masih sangat lemah. Justru motivasi dari keluarga Adinegara lah yang menurutku jauh lebih oke dan masih bisa masuk ke dalam ritual tumbal seribu jiwa itu.
Plot semakin menarik untuk diikuti disaat memasuki babak pertengahan film. Kemunculan karakter Eyang Mariani dan menceritakan tentang mitologi Dewi Asih, Dewi Api dan para prajuritnya sukses membuatku terkagum-kagum. Kita bisa merasakan betapa ambisiusnya BCU di masa depan perfilman Indonesia. Dijamin bakal excited sih untuk menunggu project-project selanjutnya dari BCU. Mudah-mudahan penggarapan cerita dan development story untuk para superhero nya bisa semakin baik dan lebih baik lagi.
Untuk segi visual, harus diakui film SRI ASIH (2022) menjadi standar paling tinggi untuk film superhero lokal. Production value, set lokasi, sinematografi hingga efek visualnya sudah memberikan hasil yang paling maksimal. Visual efek dan CGI yang ditampilkan di final battle cakep banget! Pertarungan Sri Asih dengan Roh Setan memuaskan!
Mungkin di film-film selanjutnya, BCU harus lebih variatif lagi dalam menghadirkan set lokasi, karena sudah dua film masih saja menggunakan suasana industrial pabrik. Selain itu, aku juga agak sedikit bosan melihat koreografi Sri Asih saat bertarung dengan para komplotan penjahat. Terlalu full martial arts (karena yang melatih Uwais Team kali ya) dan juga camera movement saat fightingnya terlihat kaku dan kagok banget. Ditambah lagi treatment Upi yang ingin menampilkan Sri Asih selalu cantik dan slay meskipun sedang bertarung. Seketika langsung mengingatkanku akan treatment Patty Jenkins terhadap Wonder Woman nya Gal Gadot. Rambut badai, muka dan badan selalu cantik dalam segala kondisi. Padahal jika dibuat lebih realistis juga tak menjadi masalah kok, meskipun di kamera tidak terlihat perfect gara-gara berkeringat, debu menempel dan rambut acak-acakan. Female superhero di MCU juga sekarang ini gak selalu dibuat cantik 100% saat sedang fighting. Hahaha.
Untuk ensemble cast, film SRI ASIH (2022) menampilkan sederet aktor populer Indonesia yang aksinya melampaui ekspektasi. Big applause tentunya untuk Pevita Pearce yang sukses menghidupkan karakter Sri Asih dengan maksimal. Effort dan exercise bertarung yang ia lakukan selama berbulan-bulan kini membuahkan hasil. Aku yakin image dan citra tangguh Sri Asih akan long lasting melekat pada Pevita Pearce. Penampilan Randy Pangalila, Reza Rahadian, Dimas Anggara, Christine Hakim, Jefri Nichol, Jenny Zhang hingga Revaldo sukses memberikan penampilan yang maksimal! Gelut mereka asik banget!
Overall, terlepas dari sedikit kekurangan yang masih ada, film SRI ASIH (2022) menurutku tetap berhasil sebagai benchmark tertinggi untuk film superhero lokal asli Indonesia. Good job Upi and Pevita!
[8/10Bintang]
No comments:
Post a Comment