Tuesday, 25 January 2022

[Review] Merindu Cahaya De Amstel: Kisah Cinta Segitiga Gadis Belanda Mualaf



#Description:
Title: Merindu Cahaya De Amstel (2022)
Casts: Amanda Rawles, Bryan Domani, Rachel Amanda, Ridwan Remin, Oki Setiana Dewi, Maudy Koesnaedi, Rita Nurmaliza, Floris Bosma, Yasmin Karssing
Director: Hadrah Daeng Ratu
Studio: Unlimited Production, Maxima Pictures


#Synopsis:
Nico (Bryan Domani) dan Joko (Ridwan Remin) sedang menghadapi deadline pekerjaan jurnalis mereka. Keduanya diharuskan mencari ide artikel dan foto anti mainstream untuk dimuat dalam surat kabar. Sambil berjalan-jalan di De Amstel, Nico memotret suasana kota dan orang-orang yang sedang berjalan disana. Satu jepretan foto seorang wanita muslim berhijab mengalihkan pandangan Nico. Gadis tersebut mengenakan warna yang serasi dan nampak bersinar dibandingkan orang-orang disekitarnya. Bos dari Nico pun sangat senang melihat foto tersebut dan meminta Nico untuk segera membuat artikel berdasarkan foto itu.



Keesokan harinya, Nico berusaha mencari keberadaan gadis muslim itu dan akhirnya ia bertemu dan berkenalan dengan Khadija (Amanda Rawles). Nico pun meminta izin pada Khadija untuk mempublish fotonya itu di surat kabar. Namun sayang, Khadija menolak permintaan Nico dan pergi meninggalkannya.
Khadija sendiri merupakan seorang mahasiswi yang mengambil kuliah jurusan Sastra Bahasa Indonesia. Ia memutuskan untuk menjadi mualaf dan mengenakan hijab setelah hidupnya kacau gara-gara sang mantan kekasih, Niels (Floris Bosma) yang tega menyebarkan video kemesraan mereka saat pacaran. Saat ini Khadija tinggal bersama dengan Fatimah (Oki Setiana Dewi), wanita muslimah asal Indonesia yang menolong Khadija saat berusaha untuk bunuh diri. Menjadi wanita muslimah membuat Khadija jauh lebih tenang dan damai. Ia memulai kembali hidupnya dari nol dan bekerja di toko buku. Suatu hari, Khadija menolong mahasiswi asal Indonesia bernama Mala (Rachel Amanda) yang hampir saja kena copet. Gara-gara kejadian itu, Khadija dan Mala menjadi berteman. Mala merasa sangat senang bisa bertemu dengan Khadija karena ilmu agamanya jauh lebih bagus ketimbang dirinya.


Sementara itu, Nico dan Joko terus berusaha meminta izin dari Khadija. Joko yang merupakan teman dari Mala siap membantu apa saja yang dibutuhkan Khadija dan Mala. Sebagai hubungan timbal balik, Khadija bersedia menjadi narasumber Nico dan mereka pun harus membantu Khadija untuk studinya tentang tulisan seni budaya Indonesia.
Kebersamaan yang terjalin antara Nico, Khadija dan Mala membuat mereka terjebak cinta segitiga. Khadija bisa merasakan jika Mala mencintai Nico. Namun ia memilih untuk mengalah demi sahabatnya itu. Tapi Nico lebih memilih Khadija. Ia bahkan siap untuk mualaf agar bisa menjalin hubungan dengan Khadija.


#Review:
Setelah tertunda hampir dua tahun akibat Pandemi CoVid-19, akhirnya film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) tayang juga diseluruh bioskop Indonesia mulai 20 Januari lalu. Film garapan sutradara Hadrah Daeng Ratu ini diangkat dari novel best seller karya Arumi E yang dirilis pada tahun 2015 lalu. Untuk segi cerita, film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) menyajikan kisah perjalanan hijrah bule mualaf dan terjebak cinta segitiga dengan dua warga Indonesia. Pada paruh awal film, jalan cerita yang dihadirkan terbilang cukup mulus dan menarik perhatian. Aku lumayan suka dengan cara pertemuan antara Khadija dengan Nico meskipun seiring berjalannya waktu, cerita film ini terlalu kebanyakan kebetulan dengan mengatasnamakan takdir dari Allah SWT. Apakah Belanda itu memang sangat sempit sehingga dua bule yang menguasai Bahasa Indonesia bisa bertemu dengan warga Indonesia asli. Sebuah permasalahan klasik yang sangat mudah ditemukan dalam film-film Indonesia yang menggunakan latar luar negeri sebagai lokasi shooting.


Konflik film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) mulai dihadirkan pada paruh selanjutnya. Development character dari sosok Khadija sebetulnya menarik tapi sayang, alasan dia memutuskan mualaf tidaklah detail. Andai saja film ini lebih fokus untuk mendalami cerita kehidupan Khadija sebelum dan sesudah hijrah mungkin bisa jauh lebih menarik lagi. Moment Khadija pertama kali dikenakan hijab oleh Oki Setiana Dewi pun jadi kurang powerful padahal scoring musik dan performa Amanda Rawles sudah sangat meyakinkan. Plot hole selanjutnya datang dari karakter Mala yang diperankan Rachel Amanda. Backstory sosok Mala hanya sebatas tidak pernah sholat. Tapi karakter Nico dengan mudahnya menilai Mala sebagai sosok perempuan yang sama saja seperti perempuan Belanda lainnya yang hidup "bebas". Terasa kontradiktif sekali, karena sepanjang durasi film, karakter Mala tidak pernah terlihat sebagai perempuan nakal. Ia malah seperti mahasiswi Indonesia pada umumnya. Cukup disayangkan sih, Benni Setiawan selaku penulis naskah film ini membuat elemen drama religinya terlalu dangkal cuma seputar mengenakan hijab, analogi permen untuk aurat dan menjadi mualaf demi orang yang disayang.


Terlepas dari segala kekurangannya, film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) masih mempunyai penampilan Duo Amanda dengan pesonanya yang sangat cantik. Amanda Rawles berhasil membawakan karakter Khadija dengan aksen bahasa Indonesia logat bule Belanda serta kesederhanaannya dengan baik. Peran yang sangat berbeda dibandingkan film-film yang pernah dibintangi Amanda Rawles sebelumnya. 


Selain itu, visual Amanda Rawles saat mengenakan hijab benar-benar subhanallah sekali. Cantik, bikin adem dan teduh banget. Performance Rachel Amanda pun tidak mengecewakan meskipun pendalaman cerita dari karakter Mala terlalu biasa saja. Penampilan Bryan Domani pun semakin membuktikan jika dirinya bisa setara juga dengan para aktor-aktorpopuler film Indonesia lainnya.
Overall, jika kamu ingin jalan-jalan ke Belanda sambil melihat Amanda Rawles yang sangat sempurna dengan hijabnya, yuk nonton film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) di bioskop!



[6.5/10Bintang]

No comments:

Post a Comment