#Description:
Title: How To Make Millions Before Grandma Dies - Lahn Mah (2024)
Casts: Billkin Putthipong Assaratanakul, Usha Seamkhum, Tontawan Tantivejakul, Sarinrat Thomas, Sanya Kunakorn, Pongsatorn Jongwilas, Duangporn Oapirat, Himawari Tajiri
Director: Pat Boonnitipat
Studio: GDH 559, Klik Film, CBI Pictures
#Synopsis:
Di suatu hari, Amah (Usha Seamkhum) mengajak keluarganya untuk berkunjung ke makam kedua orang tuanya. Amah sangat senang karena ketiga anak dan cucunya masih mau menyempatkan waktu luang untuk menemaninya, meskipun Amah menyadari jika anak-anaknya sudah dewasa dan memiliki kehidupan masing-masing. Saat Amah sedang menabur bunga, tiba-tiba ia terpeleset dan terjatuh. Keluarga panik dan langsung membawa Amah ke rumah sakit.
Selama pemeriksaan di ruang perawatan, Amah hanya ditemani anak keduanya yaitu Chew (Sanrirat Thomas) saja. Anak pertama yaitu Kiang (Sanya Kunakorn) memilih pulang dengan alasan akan menjemput istri dan anaknya, Pinn (Duangporn) dan Rainbow (Himawari Tajiri) yang baru selesai les Bahasa Inggris. Sementara itu, anak ketiga dan cucu pertama dari Amah yaitu Soei (Pongsatorn Jongwilas) dan M (Billkin Putthipong Assaratanakul) juga ikut pulang bersama Kiang. Setelah dirawat satu malam, Amah diizinkan pulang oleh dokter namun diwajibkan untuk kontrol setiap seminggu sekali. Usai mengantar pulang Amah ke rumahnya, Chew memberitahu kepada M jika Amah mengidap kanker usus dan sudah masuk stadium 4. Chew meminta pada anaknya itu untuk merahasiakan hal tersebut dari Kiang, Soei dan juga Amah.
Beberapa hari kemudian, sepupu dari M yaitu Mui (Tontawan Tantivejakul) meminta tolong untuk memperbaiki televisi yang ada kamar kakeknya. Saat M memperbaiki televisi, ia kagum kepada Mui yang berbakti dan rela menghabiskan waktu untuk merawat kakeknya seorang diri. Mui melakukan itu dengan sepenuh hati karena anak-anak dari kakeknya sudah sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing. Tak lama setelah itu, kakek dari Mui meninggal. Tak disangka, rumah dan harta kekayaan yang dimiliki sang kakek semuanya diwariskan kepada Mui. Bahkan M dan sang ibu juga mendapat sedikit warisan dari kakeknya Mui.
Sejak saat itulah, M terinspirasi ingin seperti Mui yang bisa mendapatkan warisan setelah kakeknya meninggal. M yakin jika ia berbakti dan berbuat baik kepada Amah pasti akan menuai hasil sama seperti Mui. M kemudian berinisiatif ingin tinggal bersama Amah dengan alasan bisa merawat dan menemani Amah untuk kontrol ke rumah sakit. Mendengar hal tersebut membuat sang ibu senang, karena untuk saat ini dirinya belum bisa mengawasi Amah karena sibuk bekerja di toko swalayan. Setelah mendapat izin dari ibunya, M langsung menggadaikan komputer kesayangannya sebagai modal dan bekal selama tinggal di rumah Amah.
Saat M tiba dirumahnya, Amah merasakan hal yang aneh melihat cucu nya yang tiba-tiba ingin tinggal disana. Ia meyakinkan sang nenek jika keputusannya ingin tinggal bersama itu demi bisa merawat dan menemani Amah. M pun akhirnya memberi tahu tentang penyakit yang diderita Amah. M optimis dan memberikan semangat pada neneknya untuk tidak takut dan berharap bisa sembuh. Hari demi hari terus berlalu, M mulai beradaptasi dengan segala kebiasaan Amah yang sering rewel, banyak mau dan penuh kecurigaan. Meskipun demikian, M perlahan mulai bisa merasakan jika Amah memang butuh pertolongannya.
Keesokan hari, M meminta bantuan pada Mui untuk mengantarnya ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit, M terkejut karena harus mengantri panjang, padahal mereka bertiga sudah datang jauh sebelum rumah sakit buka. Saat menjalani kemoterapi, Amah meminta M untuk merahasiakan tentang kanker tersebut kepada Kiang, Chew dan Soei. Amah tak ingin membebani ketiga anaknya. Amah hanya ingin melihat mereka bahagia dengan kehidupannya masing-masing. Meskipun mengidap kanker, Amah tetap semangat beraktifitas seperti biasa. Ia selalu bangun dari jam 05:00 pagi untuk berjualan bubur di pinggir rel kereta. M pun mau tak mau harus terbiasa mengikuti pola hidup neneknya, termasuk ikut berjualan bubur di pagi hari.
Perlahan tapi pasti, kanker usus yang diderita Amah akhirnya ketahuan juga oleh Kiang dan Soei. Kiang kemudian membujuk Amah untuk tinggal bersamanya. Namun Amah menolak baik-baik tawaran anaknya itu dengan alasan rumah anaknya terlalu jauh ke tempat kemoterapi. Selain itu, Amah juga lebih betah tinggal di rumahnya bersama M. Seiring berjalannya waktu, kondisi kesehatan Amah perlahan mulai menurun. M yang semula berniat ingin mendapat warisan, akhirnya menyadari jika dirinya sangat menyayangi sang nenek dan sudah tidak lagi memperdulikan uang.
#Review:
Bioskop Indonesia kembali dimeriahkan dengan kehadiran film asal Thailand produksi GDH di bulan ini berjudul HOW TO MAKE MILLIONS BEFORE GRANDMA DIES - LAHN MAH (2024). Film yang disutradarai oleh kreator BAD GENIUS THE SERIES (2020) yaitu Pat Boonnitipat ini mengangkat cerita drama keluarga keturunan Chinese-Thailand. Dari judulnya saja, kita sudah curiga filmnya pasti bakal mengharukan dan penuh air mata. Ditambah lagi, film LAHN MAH (2024) diproduksi oleh GDH yang track record dan kualitasnya sudah tidak perlu diragukan lagi oleh penonton.
Aku berkesempatan hadir pada pemutaran perdana film LAHN MAH (2024) regional Indonesia pada Rabu, 8 Mei 2024 lalu di CGV Cinemas Grand Indonesia, Jakarta. Klik Film dan CBI Pictures selaku distributor film yang menayangkan di bioskop Indonesia mengundang banyak tamu yang terdiri dari beberapa aktor dan aktris, media film dan para pecinta film berkumpul untuk menonton lebih awal film LAHN MAH (2024) sebelum tayang serentak di bioskop Indonesia mulai 15 Mei mendatang.
Untuk segi cerita, film LAHN MAH (2024) memotret cerita keluarga sederhana keturunan Chinese-Thailand dengan premis menarik tentang usaha untuk mendapatkan warisan. Pada paruh awal film, suasana cerita dibuat hangat, penuh canda tawa dan sesekali membuat aku serta penonton lain terharu melihat kedekatan cucu dengan neneknya. Dinamika hubungan antara karakter M dengan Amah yang awalnya serba canggung, perlahan mulai mencair dan bisa saling melengkapi satu sama lain. Tak sedikit moment-moment lucu tercipta saat mereka berinteraksi. Jokes yang dihadirkan pun tidak lebay dan sangat natural. Sikap Amah yang rewel dan trust issued kepada keluarganya pun sangat reasonable karena ya mayoritas orang tua pasti pernah memiliki sifat seperti itu hahaha.
atas undangan screening film LAHN MAH (2024)
Selain dinamika hubungan antara nenek dan cucu, film LAHN MAH (2024) juga memiliki cerita berlapis, salah satunya tentang culture perpaduan Chinese-Thailand yang ternyata bisa related dengan kondisi keluarga secara general. Tak sedikit adegan-adegan sederhana di film ini memberikan impact yang luar biasa kepada penonton. Maka tak heran jika memasuki babak pertengahan, sudah banyak penonton termasuk aku yang mulai menangis. Sang sutradara kembali mengaduk-aduk perasaan penonton saat cerita memasuki babak akhir. Meskipun dari judul saja sudah ketahuan akan akhir film ini, tapi siapa sangka perjalanan terakhir Amah memberikan kejutan berlapis yang siap membawa penonton menangis sejadi-jadinya. Penonton sampai sudah berada di titik seperti menjadi bagian dari keluarga Amah dan merasakan kehilangan yang sangat mendalam. Masyaallah, aku menulis artikel review ini aja sambil meneteskan air mata lagi.
Baru kali ini nonton film di bioskop satu teater nangis berjamaah! Kacamata ku sampai basah kuyup gara-gata nangis! Sayang banget Amah!
Photo by: @armanfebryan
Selain alur cerita yang sangat luar biasa, film LAHN MAH (2024) semakin sempurna berkat penampilan outstanding dari para pemain, khususnya Billkin Putthipong Assaratanakul dan Usha Seamkhum yang memerankan cucu dan nenek disini. Chemistry mereka sangat kuat, hangat, believable dan sukses membuat penonton menangis sejadi-jadinya. Siapapun yang menonton film ini pasti akan sayang banget kepada mereka berdua. Percayalah!!!!
Untuk urusan visual, GDH berhasil menyajikan tata artistik luar biasa untuk film LAHN MAH (2024) ini. Kondisi rumah Amah terlihat realistis, khas rumah-rumah jadul orang Chinese yang selalu padat dengan banyak benda didalamnya. Meskipun terlihat sempit, teknik pengambilan gambar serta blockingnya selalu bagus dan enak untuk dilihat. Menariknya, sang sutradara sangat fokus menampilkan kondisi lingkungan Thailand yang sederhana dengan tidak memanfaatkan spot-spot mainstream negeri gajah putih. Scoring yang dihadirkan pun selalu tepat sasaran dan melengkapi setiap adegan disepanjang durasi film.
Tanpa basa basi lagi, aku nobatkan film HOW TO MAKE MILLIONS BEFORE GRANDMA DIES (2024) sebagai film bioskop terbaik dan paling memuaskan di tahun ini.
[10/10Bintang]
No comments:
Post a Comment