Sunday, 22 September 2024

[Review] Kupu-Kupu Kertas: Cerita Cinta Dramatis Dibalik Tragedi Banyuwangi Tahun 1965



#Description:
Title: Kupu-Kupu Kertas (2024)
Casts: Chicco Kurniawan, Amanda Manopo, Iwa K, Ayu Laksmi, Samo Rafael, Reza Oktovian, Ony Seroja Hafiedz, Fajar Nugra
Director: Emil Heradi
Studio: Maxima Pictures, Denny Siregar Production


#Synopsis:
Tahun 1965, Partai Komunis Indonesia berusaha untuk menguasai berbagai lahan pertanian dan tanah milik warga di wilayah Banyuwangi. Mereka menggunakan cara kekerasan dan juga perampasan agar keinginannya tercapai. Kelompok PKI di Banyuwangi ini dipimpin oleh Rekoso (Iwa K). Ia memiliki banyak anak buah yang salah satunya yaitu Busok (Reza Oktovian).
Suatu hari, kelompok PKI melakukan penjarahan lahan perkebunan dan ingin merebut tanah tersebut dari para petani. Kejadian tersebut menyebabkan banyak korban jiwa dan juga korban luka. Seorang perempuan cantik bernama Ning (Amanda Manopo) tak sengaja melihat aksi keji tersebut. Ia berusaha bersembunyi sembari mengobati beberapa petani yang berhasil melarikan diri. Ning sendiri memiliki keterampilan mengobati luka karena sebelumnya ia pernah belajar menjadi seorang perawat. Selain itu, Ning juga merupakan anak tunggal dari Rekoso yang selalu terkekang dan menghabiskan waktunya di rumah bersama sang ibu, Sulastri (Ayu Laksmi).



Saat Ning sudah selesai mengobati warga yang mengalami luka, ia tak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Ihsan (Chicco Kurniawan). Ihsan pun langsung membawa Ning untuk segera menjauh dari perkebunan agar tidak ditangkap oleh kelompok PKI. Setelah semuanya terlihat aman, Ning berterima kasih kepada Ihsan dan berpamitan untuk pulang karena khawatir kedua orangtuanya akan mencarinya. Ihsan tak ingin Ning pulang sendirian dan berniat untuk mengantarkannya. Namun Ning menolak karena takut Ihsan menjadi sasaran amarah dari ayah dan juga ibunya. Ning pun akhirya pulang sendirian tanpa ditemani Ihsan.
Keesokan harinya, Ning mendengar jika sang ayah dan anak buahnya akan menyerang lahan persawahan milik warga di sisi timur. Ning pun langsung bergegas pergi menuju sawah dan bertemu lagi dengan Ihsan yang tinggal tak jauh dari lahan persawahan tersebut. Ning meminta kepada Ihsan untuk mengevakuasi para petani karena kelompok PKI akan segera datang untuk menyerang. Awalnya Ihsan dan para petani menghiraukan peringatan Ning karena selama ini lahan sawah dan desa tempat tinggal Ihsan merupakan markas dari Gerakan Pemuda Ansor dari Nahdatul Ulama Indonesia. Namun setelah melihat salah satu warga mereka yang terluka, Ihsan dan para petani langsung menyelamatkan diri.


Tiba di desa, Ihsan dan warga desa berterima kasih kepada Ning yang sudah menyelamatkan mereka dari rencana penyerangan PKI. Namun disisi lain, Ihsan dan ibunya, Alda (Ony Seroja Hafiedz) merasa heran karena Ning bisa mengetahui serangan tersebut. Saat Alda menanyakan tempat tinggal Ning, ia memutuskan untuk segera pulang. Karena khawatir, Ihsan pun menawarkan diri untuk mengantarkan Ning pulang. Ihsan mempunyai misi untuk berkenalan dengan kedua orangtua Ning dan juga menjalin silaturahmi dengan desa tetangga. Sebelum menuju ke rumahnya Ning, Ihsan mengajaknya ke sebuah hutan yang ia beri nama Langit-Langit Surga. Saat berada disana, Ning takjub dengan keindahan hutan tersebut. Ihsan pun berjanji jika keduanya bisa kembali bertemu akan diajak berkeliling tempat-tempat indah yang ada di Banyuwangi. Setelah mengantarkan Ning ke depan pintu masuk desanya, Ihsan diminta untuk segera pergi. Setelah ditelusuri, Ihsan akhirnya mengetahui jika Ning merupakan anak dari Rekoso, pimpinan PKI yang ada di Banyuwangi.


Disisi lain, Rekoso dan Busok sedang mempersiapkan rencana untuk menyerang desa yang ada wilayah Muncar. Mereka sudah berniat untuk menghabisi seluruh warga desa disana dan organisasi Gerakan Pemuda Ansor yang selama ini selalu bersebrangan dengan misi dari PKI. Sementara itu, Rasyid (Samo Rafael) pimpinan Gerakan Pemuda Ansor sekaligus kakak kandung dari Ihsan pun berusaha menyusun rencana untuk menghentikan aksi kekerasan yang sering dilakukan oleh kelompok PKI. Salah satu warga desa yang sangat menginginkan bergabung dengan Gerakan Pemuda Ansor yaitu Zul (Fajar Nugra) berusaha keras agar bisa diterima. Namun sayang, kondisi fisiknya yang cacat membuat Rasyid dan anggota lain tidak bisa mengajaknya. Rasyid hanya memberikan tugas pada Zul untuk mengurus hewan ternak saja di desa mereka.


Waktu terus bergulir. Gerakan Pemuda Ansor akhirnya memutuskan untuk menyerang terlebih dahulu kelompok PKI dengan menggunakan mobil truk. Namun sayang, rencana tersebut sudah diketahui oleh Rekoso setelah mendapat bocoran dari salah satu pengkhianat di Gerakan Pemuda Ansor tersebut. Rekoso dan Busok menyusun strategi menjebak musuhnya saat melintasi hutan Djawatan. Perang penuh darah pun akhirnya tak terhindarkan. Rombongan Gerakan Pemuda Ansor dibuat kewalahan dalam menghadapi kekejaman kelompok PKI. Satu persatu dari mereka dibunuh dengan cara yang sadis. Rasyid yang kemudian ditangkap oleh Rekoso dan Busok pun kini tak bisa berbuat banyak melihat rekan-rekannya tewas.


Sementara itu, Ning memutuskan kabur karena sudah lelah dikekang oleh kedua orangtuanya dan tidak ingin dijodohkan dengan Busok. Ning pergi menemui Ihsan dan mereka berdua berjanji akan segera pergi dari Banyuwangi dan menjalani kehidupan yang baru dengan meninggalkan keluarga mereka masing-masing. Keesokan paginya, Ihsan terkejut saat mengetahui puluhan anggota Gerakan Pemuda Ansor diserang oleh PKI saat malam hari. Ihsan semakin sedih dan histeris setelah menemukan kakaknya dalam keadaan sudah meninggal dengan keadaan yang tragis. Melihat hal tersebut membuat Ning ikut sedih sekaligus makin membenci keluarganya. Saat tiba di rumah, Ning semakin kecewa ternyata kedua orangtuanya menjadi dalang aksi penyerangan kelompok Gerakan Pemuda Ansor tadi malam.




Perselisihan antara kelompok PKI dan Gerakan Pemuda Ansor yang tak kunjung usai mendatangkan pasukan misterius bernama Gagak Hitam. Kelompok tersebut berusaha melenyapkan seluruh anggota dari kelompok PKI yang sudah melakukan banyak kejahatan dan membunuh banyak anggota Gerakan Pemuda Ansor serta banyak warga yang tak bersalah. Tanpa basa-basi mereka langsung menyerang desa-desa yang dianggap sebagai tempat tinggal kelompok PKI. Lalu, bagaimanakah nasib Ning dan keluarganya? Akankah Ihsan tetap menyelamatkan pujaan hatinya, meskipun kedua orangtuanya Ning sebagai dalang kematian dari Rasyid dan puluhan anggota Gerakan Pemuda Ansor lainnya?


#Review:
Setelah sukses dengan film SAYAP-SAYAP PATAH (2022), Denny Siregar Production dan Maxima Pictures kembali hadir dengan project film drama yang diangkat dari kejadian nyata di masa lalu. Kali ini cerita film KUPU-KUPU KERTAS (2024) mengambil latar cerita peristiwa suram tentang kekejaman PKI di Banyuwangi pada tahun 1965. Sebelumnya, film yang disutradarai oleh Emil Heradi ini sudah tayang di bioskop Indonesia mulai 7 Februari 2024 lalu. Namun tiga hari kemudian, pihak rumah produksi menarik filmnya dari seluruh bioskop dan tidak menayangkannya karena satu dan lain hal. Kejadian tersebut tentunya membuat sebagian penonton dan fans para aktor di film ini kecewa karena belum sempat nonton, sudah hilang dari jadwal penayangan di bioskop. Tujuh bulan berlalu, film KUPU-KUPU KERTAS (2024) akhirnya menemukan tanggal baru untuk re-release di bioskop, tepatnya tanggal 26 September 2024.


Untuk segi cerita, film KUPU-KUPU KERTAS (2024) tak sepenuhnya menjadi sajian film bertema sejarah kemerdekaan Indonesia. Emil Heradi dan tim penulis cerita, menambahkan unsur drama romantis lewat dua karakter fiktif yaitu Ihsan dan Ning. Namun sayang, drama Jack dan Rose Titanic versi Ihsan dan Ning disini menurutku terlalu mendominasi. Hubungan asmara keduanya pun hanya sekedar tampak dipermukaan saja tanpa adanya koneksi emosional yang lebih mendalam. Andai saja tim penulis cerita bisa memunculkan perasaan saling jatuh cinta yang lebih deep antara mereka berdua pasti akan lebih maksimal, karena range akting dari Chicco Kurniawan dan Amanda Manopo cukup luas dan pasti bisa melakukannya. Yang menjadi pertanyaan besar bagiku ketika plot sejarah tentang perselisihan antara GP Ansor dengan PKI disini tidak dijelaskan dengan baik. Penonton hanya disuguhkan aksi perkelahian yang tak kunjung usai antara dua kelompok tanpa adanya background story dari apa yang sebenarnya mereka permasalahkan. Cukup sulit rasanya bagi penonton generasi muda bisa memahami konflik yang terjadi di film ini jika memang sebelumnya belum mengetahui tentang tragedi di Banyuwangi pada tahun 1965 tersebut. Kemunculan pasukan Gagak Hitam yang harusnya menyerang kelompok PKI, namun pada kenyataannya mereka malah menyerang secara random begitu saja. Ciri-ciri untuk membedakan kelompok GP Ansor dengan PKI yang ada di film ini juga tidak jelas dan tidak tegas. Hal tersebut membuat penonton kebingungan mana yang menjadi protagonis mana yang menjadi antagonis. Karena keduanya sama-sama menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Memasuki babak akhir, Emil Heradi menyajikan dramatisasi hubungan Ihsan dan Emil yang cukup mengesankan, meskipun treatment yang ia lakukan pada bagian ini mengingatkanku akan kisah cinta Jack dan Rose di film TITANIC (1997).
Untuk jajaran pemain, penampilan Chicco Kurniawan dan Amanda Manopo memang sangat total di film ini. Keduanya mampu menjaga range emosi sesuai tempatnya. Moment bahagia dan penuh air mata bisa disampaikan dengan baik kepada penonton. Duet Iwa K dan Reza 'Arap' Oktovian di film ini juga overpower banget sebagai antagonis. Hanya saja, peran antagonis yang dihidupkan oleh Iwa K disini masih terlalu template dengan penampilan apiknya di film SAYAP-SAYAP PATAH (2022) kemarin, sehingga tidak ada perbedaan yang mencolok. Namun harus diakui, akting dari Iwa K memang pas banget sebagai antagonis. Para pemeran pendukung juga tampil maksimal meskipun peran yang dimainkan Fajar Nugra, Samo Rafael hingga Ayu Laksmi sendiri kurang mendapat jatah development yang mumpuni sehingga terkesan selewat saja.


Untuk urusan visual, film KUPU-KUPU KERTAS (2024) cukup memuaskan menyajikan latar pedesaan di tahun 1965 lengkap dengan pemandangan indah hutan Djawatan dan perbukitan yang ada di Banyuwangi. Namun sayang, untuk tata rias dari para pemain masih terlihat terlalu modern. Khususnya riasan dari Amanda Manopo yang masih modern banget. Bahkan hampir sepanjang film benar-benar cantik tanpa terlihat jelek sama sekali. Selain riasan dari Amanda Manopo yang terlalu modern untuk ukuran tahun 1965, yang tak kalah mengganggu yaitu tato ukuran besar yang ada di bagian leher dari Reza Arap. Entah mengapa tim tata rias tidak menutup tato tersebut. Mana motif nya modern banget, jadi terlihat jomplang dengan setting waktu yang digunakan film ini. Untuk sisi audionya, film KUPU-KUPU KERTAS (2024) terasa dahsyat dan timingnya pun selalu on point. Tak heran karena composer yang bertanggung jawab di film ini yaitu Andi Rianto. Overall, film KUPU-KUPU KERTAS (2024) menjadi sajian drama romantis tragis berlatar sejarah yang cukup mumpuni ditonton di bioskop, terlepas dari segala kekurangannya yang menurutku masih sangat menonjol. Bahkan makna dari judul film dan keseluruhan cerita di film ini tidak ada korelasi dan penjelasannya sama sekali.


[7/10Bintang]

No comments:

Post a Comment