#Description:
Title: The Paradise of Thorns (2024)
Casts: Jeff Satur, Engfa Waraha, Seeda Puapimon, Harit Buayoi, Pongsakorn Mettarikanon, Nikorn Saetang, Sirin Wannavalee
Director: Boss Naruebet Kuno
Studio: GDH, Jor Kwang Films, Klik Film
#Synopsis:
Setelah bertahun-tahun mengelola kebun durian yang cukup luas, akhirnya sepasang kekasih Seksan (Pongsakorn Mettarikanon) dan Thongkam (Jeff Satur) bisa melihat secara langsung beberapa pohon yang mereka tanam mulai berbuah. Hampir setiap hari dan dari dini hari keduanya sudah terbangun untuk merawat semua pohon di kebun durian, mulai dari memberi pupuk, menyiram semua pohon dan menyemprot pestisida agar pohon-pohon durian mereka terbebas dari hama yang mengganggu.
Sebelum panen, Seksan juga akhirnya bisa melunasi cicilan tanah perkebunan dengan bantuan dana dari Thongkam. Keduanya sepakat setelah tanah perkebunan sepenuhnya milik Seksan dan panen durian selesai, mereka akan melangsungkan pernikahan. Seksan dan Thongkam ingin hidup bahagia bersama secara resmi sambil mengelola perekebunan durian.
Suatu malam, Seksan dan Thongkam melakukan rutinitasnya untuk mengecek beberapa pohon durian yang baru saja berbuah. Namun kali ini, Seksan mengecek naik ke atas pohon sendirian tanpa bantuan Thongkam karena mereka memutuskan untuk berpencar. Rencana tersebut rupanya membawa petaka bagi Seksan. Ia terpeleset dan terjatuh dari ketinggian. Kepalanya terbentur ke batang pohon yang menyebabkan luka berdarah sampai pingsan. Thongkam dibuat panik dan langsung membawa Seksan ke rumah sakit. Setibanya disana, Seksan langsung mendapat perawatan darurat dan harus segera dioperasi. Pihak rumah sakit hanya bisa melakukan operasi jika pihak keluarga Seksan mengizinkannya. Meskipun Thongkam memaksa dirinya untuk menjadi perwakilan keluarga Seksan namun pihak rumah sakit tidak mengizinkannya karena Thongkam hanya sebatas partner atau pacar saja, bukan dari anggota keluarga. Thongkam pun langsung menghubungi ibu dari Seksan yaitu Saeng (Seeda Puapimon) untuk segera datang ke rumah sakit dan menandatangani surat perizinan operasi Seksan.
Mendengar anaknya masuk rumah sakit, Ibu Saeng panik. Ia yang tidak bisa berjalan, meminta kerabatnya, Mo Jongyoi (Engfa Waraha) untuk mengantarkan ke rumah sakit. Dalam perjalanan dari desa menuju kota, motor yang mereka kendarai malah tergelincir. Akibatnya, keduanya terjatuh dan pingsan. Sementara itu, Thongkam semakin panik saat mengetahui kondisi pacarnya terus menurun. Tak lama setelah itu, dokter menyatakan jika Seksan sudah tiada.
Kematian Seksan membuat Thongkam sangat sedih. Duka pun dirasakan oleh Ibu Saeng. Ia belum bisa menerima kenyataan jika anak satu-satunya itu kini sudah tiada. Karena terus bersedih, Mo meminta izin untuk sementara waktu Ibu Saeng tinggal di rumah Seksan yang berdekatan dengan kebun durian. Thongkam pun menyetujuinya dan berjanji akan membantu keluarga Seksan selama tinggal bersama disana.
Tiba di rumah, Ibu Saeng langsung mengenang masa kecil dari Seksan. Thongkam pun memberikan beberapa pakaian milik Seksan kepada ibunya untuk melepas kerinduan. Tak lama setelah itu, Ibu Saeng langsung mempertanyakan perihal tanah, kebun dan rumah yang selama ini ditempati Seksan dan juga Thongkam. Thongkam pun berkata jujur, jika tanah dan kebun sudah sepenuhnya milik Seksan, karena semua cicilan sudah dilunasi bersama dengannya. Mendengar hal tersebut membuat Ibu Saeng senang. Ia meminta Mo untuk segera mengurus penggantian nama akte kepemilikan tanah menjadi miliknya.
Melihat apa yang dilakukan Ibu Seeda dan juga Mo membuat Thongkam terkejut. Pasalnya, tanah dan kebun durian tersebut dikelola bersama. Bahkan Thongkam yang membantu melunasi sisa cicilan agar Seksan bisa mendapatkan haknya lebih cepat. Namun sayang, semua pembelaan Thongkam tersebut terancam sia-sia karena di mata hukum, hanya pihak keluarga saja yang berhak menerima warisan peninggalan dari Seksan. Sementara itu, Thongkam hanya sebatas partner saja dan belum secara resmi menikah juga dengan Seksan.
Meskipun lemah di mata hukum, Thongkam tetap memperjuangkan haknya sebagai partner bisnis sekaligus pacar dari Seksan yang selama ini sudah berkontribusi besar terhadap kebun durian. Di saat yang bersamaan, diam-diam Mo juga menyusun rencana agar kebagian dari warisan tersebut. Mo beralasan jika ia sudah belasan tahun merawat Ibu Saeng selama Seksan pergi meninggalkan rumah dan membesarkan kebun durian. Mo pun meminta kepada Ibu Saeng untuk secepatnya mengusir Thongkam agar warisan tak jatuh kepadanya. Ibu Saeng juga ternyata menyusun rencana. Sebelum mengusir Thongkam, ia meminta Mo untuk mengajak adiknya, Jingna (Harit Buayoi) bekerja serta mempelajari semua ilmu tentang merawat kebun durian. Setelah Jingna menguasainya, maka akan lebih mudah bagi mereka untuk mengusir Thongkam.
Thongkam pun tak tinggal diam. Ia juga menyusun berbagai rencana untuk menggagalkan semua rencana yang sudah disusun oleh keluarga Ibu Saeng. Siapakah yang pada akhirnya menerima warisan tanah dan kebun durian milik Seksan?
#Review:
Rumah produksi asal Thailand yaitu GDH kembali hadir di semester akhir tahun 2024 dengan film terbarunya yang berjudul THE PARADISE OF THORNS (2024). Saat film ini tayang terbatas di Jakarta World Cinema Week bulan September lalu, respon dari para penonton ternyata sangat positif. Setelah satu bulan, akhirnya film ini tayang secara reguler di bioskop Indonesia mulai Rabu, 6 November 2024.
Untuk segi cerita, film THE PARADISE OF THORNS (2024) hadir dengan premis sederhana tentang rebutan harta warisan. Namun dibalik premis simple tersebut, tersimpan plot sangat menarik dan pendalaman masing-masing karakter yang luar biasa. Drama percintaan antara Thongkam dengan Seksan bukanlah hal yang tabu di Thailand. Lewat film ini, sang sutradara dan tim penulis skenario sedikit menyinggung kejelasan status hukum perihal harta warisan yang dikelola oleh pasangan LGBT. Penonton pun pastinya akan terbagi menjadi dua kubu, antara team Thongkam dan team keluarga Seksan. Jika berdasarkan hukum yang berlaku, harta warisan memang diberikan kepada pihak keluarga. Namun pada kasus ini, Thongkam pun memang berhak juga menerimanya, lantaran kebun durian tersebut dikelola bersama selama bertahun-tahun.
Seiring berjalannya durasi film, kedua kubu yang rebutan warisan ini masing-masing mulai memperlihatkan sifat manusia yang sesungguhnya. Mereka terpaksa menghalalkan segala cara agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Penonton kembali dibuat bingung dan juga trust issue untuk berpihak kepada siapa, karena masing-masing karakter memiliki kekurangan serta kelebihannya masing-masing. Karakter Thongkam meskipun terlihat sebagai pembawa sial bagi setiap pasangannya, namun menurutku justru sosok Thongkam lah tidak jahat di film ini. Andai saja pihak keluarga tidak mengusik dan meributkan soal warisan, pasti Thongkam akan menerima dengan baik keluarga dari pacarnya tersebut. Motivasi Thongkam ingin warisan juga lebih believable karena memperjuangkan haknya. Tidak seperti keluarga Seksan yang tiba-tiba datang dan seolah paling deserved untuk warisan tersebut. Hal tersebut bisa penonton rasakan dari gesture serta dialog-dialog dari Ibu Seeda dan Mo yang terlalu ambisius serta banyak rencana-rencana terselubung. Dinamika pendalaman karakter di film THE PARADISE OF THORNS (2024) ini sungguh luar biasa! Jangan lupakan juga pemilihan ending cerita yang sangat-sangat mengejutkan! Kenapa harus mengarah ke subgenre itu sih. Gila! Hahaha.
Untuk jajaran pemain, penampilan Jeff Staur yang sebelumnya sukses mencuri perhatian lewat serial KINNPORSCHE tampil gemilang sebagai Thongkam di film ini. Build up chemistry dengan lawan mainnya terlihat lepas tanpa beban sama sekali. Moment-moment sedihnya pun meskipun hanya sekilas tapi bisa tersampaikan dengan baik pada penonton. Penampilan Engfa Waraha dan aktris senior Seeda Puapimon juga berhasil bikin penonton jengkel kepada mereka. Suspect banget pokoknya! Hahaha.
Untuk urusan visual, film THE PARADISE OF THORNS (2024) punya sinematografi yang sangat cantik! Suasana kebon durian yang sangat jauh dari perkotaan terasa lebih fresh berkat sisi teknis serta artistiknya yang jempolan. Untuk urusan tata audio, film ini juga gak kalah bagusnya dengan film-film GDH lainnya. Siapa sangka, setiap moment sengit yang ada diiringi dengan scoring bikin adrenaline semakin meningkat. Level ketegangannya benar-benar sudah setara dengan film BAD GENIUS (2017)!
Overall, film THE PARADISE OF THORNS (2024) akan masuk jadi salah satu film paling mengesankan yang aku tonton di tahun ini. Klasifikasi rating D21+ dari LSF memang pas dan tanpa dipotong sedikitpun!
[9/10Bintang]
No comments:
Post a Comment