
#Description:
Title: Legenda Kelam Malin Kundang - Smothered (2025)
Casts: Rio Dewanto, Faradina Mufti, Vonny Anggraini, Jordan Omar, Gambit Saifullah, Nova Eliza, Sulthan Hamonangan, Tony Merle, Henry Manampiring, Banyu Bening, Ical Tanjung
Director: Rafki Hidayat, Kevin Rahardjo
Studio: Come and See Pictures, Rapi Films, Legacy Pictures
#Synopsis:
Setelah mengalami kecelakaan mobil, kondisi kesehatan dari Muhammad Alif (Rio Dewanto) perlahan mulai membaik. Namun sayang, berdasarkan pemeriksaan Dokter, sebagian ingatan dari Alif masih belum pulih sepenuhnya. Untungnya, Alif masih bisa mengingat sang istri, Nadine (Faradina Mufti) dan anak semata wayang mereka yaitu Emir (Jordan Omar). Sepulang dari rumah sakit, Alif bertanya banyak hal kepada sang istri tentang dirinya dengan harapan bisa ingatannya bisa kembali.
Setibanya di rumah, sikap Alif terasa sangat berbeda di mata Nadine dan juga Emir. Alif jadi sering bercengkrama dengan mereka. Hal tersebut berbanding terbalik dengan sikap Alif sebelum mengalami kecelakaan yang dimana ia penyendiri, pendiam dan jarang sekali berinteraksi dengan istri dan anaknya. Setelah itu, Emir mengajak ke ruang kerja Alif yang selama ini dikenal sebagai seorang seniman micro painting lewat media bebatuan. Selama berada di sana, skill Alif dalam melukis rupanya tidak hilang. Ia pun masih mengingat jika punya deadline beberapa lukisan yang harus segera diselesaikan sebelum acara pameran seni digelar.
Keesokan harinya, Alif mendapat notifikasi di ponselnya untuk menjemput ibunya di bandara. Alif terkejut karena ia sama sekali tidak mengingat akan hal tersebut. Nadine pun kemudian memperlihatkan isi chat Alif dengan ibunya yang sudah saling mengabari satu sama lain ketika ibunya berada di kampung halamannya di Padang. Nadine juga merasa sedikit canggung karena baru pertama kali ia bertemu dengan ibunya Alif sejak mereka masih berpacaran. Alif berusaha keras untuk mengingat ibunya namun hasilnya sia-sia. Ia malah pusing dan hampir tak sadarkan diri. Nadine kemudian meminta suaminya itu untuk istirahat saja di rumah dan ia yang menjemput ibu ke bandara.
Sore harinya, sang ibu yang bernama Aminah (Vonny Anggraini) akhirnya tiba di rumah dan langsung memeluk Alif karena sudah belasan tahun mereka berpisah. Amak Aminah sangat terharu bisa melihat Alif yang kini hidup mapan, bahagia bersama istri dan anaknya. Ia pun berjanji tidak akan merepotkan selama berkunjung dan ikut membantu Nadine dalam mengurus rumah, seperti beres-beres dan memasak masakan Padang kesukaan Alif.
Sejak kedatangan ibunya di rumah, Alif semakin sulit dalam mengingat sosok ibunya itu. Bahkan, Alif tidak mengetahui sama sekali bentuk wajah dari Amak nya itu. Hal tersebut dimaklumi oleh Nadine mengingat suaminya itu sudah pergi merantau dari kampung halamannya sejak masih kecil. Di saat yang bersamaan, Amak Aminah menghabiskan waktu di rumah dengan beres-beres rumah, memasak dan bermain bersama Emir. Melihat kehangatan Amak dengan cucunya membuat Alif terharu. Ia merasa semakin berdosa sudah terlalu lama meninggalkan sang ibu tanpa kabar. Alif pun langsung bersujud meminta maaf pada Amak dan berjanji akan menjadi anak yang baik dan merawat ibunya.
Keesokan harinya, Alif meminta Nadine untuk menghubungi pengacaranya, Iqbal (Gambit Saifullah) untuk membahas beberapa hal, salah satunya yaitu membuat surat wasiat perihal pembagian harta yang sebagiannya akan ia serahkan untuk Amak. Awalnya Alif khawatir jika sang istri tidak setuju dengan keputusan tersebut, beruntung Nadine mendukung keputusan sang suami karena selama ini keluarga kecil mereka sudah hidup serba berkecukupan.
Suatu hari saat Alif sedang menyelesaikan lukisan di ruang kerja, ia tak sengaja menemukan tulisan yang mengarah pada kunci yang tersembunyi di balik meja. Ia pun mengambil kunci tersebut dan membuka sebuah kotak kayu berisikan gambar-gambar aneh yang dibubuhi nama Alif. Nadine pun mengaku sama sekali tidak mengetahui tentang kotak kayu tersebut. Seiring berjalannya waktu, Alif sering mengalami berbagai kejadian aneh di rumah seperti mendengar bisikan suara memanggil nama dirinya dan bayangan misterius di balik tirai rumahnya. Tak hanya itu saja, Alif pun jadi sering mimisan yang membuat Amak Aminah, Nadine dan Emir khawatir. Hampir setiap malam, Alif sering bermimpi gambar-gambar yang ada di kotak itu terlihat hidup dan terus mengganggu pikirannya. Karena semakin terganggu dengan berbagai keanehan tersebut, Alif pun mulai mencari berbagai petunjuk. Salah satunya masuk ke kamar Amak dan melihat identitas Amak nya. Di KTP milik Amak, tertulis nama Aminah yang memang betulan berasal dari Padang, Sumatera Barat.
Keadaan rumah tangga Alif semakin penuh tanda tanya setelah Amak Aminah mendadak pergi di malam hari tanpa kabar. Alif, Nadine dan Emir pun kebingungan karena tak ada satupun barang di rumah mereka yang hilang. Perginya Amak Aminah membuat Alif curiga jika orang tersebut sudah menculik Amak nya yang asli dan kemudian berpura-pura sebagai Amak dengan datang ke rumahnya. Namun dugaan Alif tersebut sedikit dibantah oleh sang istri, karena saat ia menjemput dari bandara dan perjalanan menuju rumah, Amak Aminah menceritakan masa kecil Alif di kampung halaman sangat detail.
Waktu terus berlalu, Alif terus berusaha mengingat semua masa lalunya termasuk mencari tahu keberadaan sosok Amak Aminah dari berbagai petunjuk yang ia temukan. Salah satunya membawa Alif ke daerah kumuh di kolong tol dan masuk ke sebuah bar malam. Di sana, Alif melihat banyak pemulung, preman dan gerombolan penipu yang sering memalak kendaraan melintas. Tak disangka, Alif bertemu dengan sosok perempuan bernama Farida (Vonny Anggraini) yang sangat mirip dengan Amak Aminah. Saat diinterogasi oleh Alif, Farida pun mengatakan jika disuruh dan dibayar untuk berpura-pura sebagai Amak Aminah atas perintah dari Alif sendiri. Ditengah kebingungan tersebut, Alif berusaha mencari petunjuk lain lewat gambar-gambar yang ada di dalam kotak. Dalam perjalanan mengingat kembali semua hal yang terjadi di masa lalu, Alif menemukan fakta tak terduga tentang rumah tangganya bersama Nadine. Setelah itu, Alif pergi menuju kampung halamannya untuk mencari keberadaan rumah dan juga Amak nya yang mungkin masih hidup di sana. Akankah Alif berhasil mengingat kembali semua kejadian kelam di masa lalu?
#Review:
Akhir November kemarin, Come And See Pictures merilis salah satu dari empat project film layar lebar yang sempat diumumkan pada slate announcement berjudul LEGENDA KELAM MALIN KUNDANG (2025). Film ini disutradarai oleh duo Kevin Rahardjo dan Rafki Hidayat serta penulisan cerita maupun skenarionya dibantu oleh Joko Anwar dan Aline Djayasukmana.
Untuk segi cerita, film LEGENDA KELAM MALIN KUNDANG (2025) memiliki premis yang cukup promising karena Come And See Pictures melakukan rekonstruksi folklore legendaris asal tanah Minang ini dengan cara anti-mainstream. Selama ini, cerita rakyat Malin Kundang sangat identik dengan perilaku anak yang durhaka terhadap ibunya lalu dikutuk menjadi batu. Namun ditangan kolaborasi antara Rafki, Joko dan Aline, cerita tentang durhaka tersebut "dipelintir" menjadi lebih kelam dan tak terduga. Paruh awal film, dibuka dengan sangat baik dan penuh teka-teki pasca karakter Alif mengalami kecelakaan dan sebagian ingatannya hilang. Menariknya, setiap gesture dari para karakter di film ini terlihat suspect alias mencurigakan, termasuk kehadiran seorang wanita tua yang mengaku sebagai ibunya Alif. Intensitas misteri semakin meningkat saat karakter Alif mengalami banyak kejadian janggal dengan elemen supranatural di dalamnya. Hal tersebut menurutku agak sedikit mengganggu karena eksekusi supranatural nya mayoritas jump scared semata. Padahal, atmosfer misterius sudah terbangun dengan sangat baik lewat gesture para karakternya yang mencurigakan serta sinematografi gloomy disertai efek distortion dan blurry, seolah menggambarkan betapa njelimetnya pikiran dari Alif itu sendiri. Memasuki babak pertengahan, plot cerita film ini menurutku terasa lebih lambat dan terlalu menonjolkan beberapa petunjuk yang eksekusinya selalu diberi tambahan jump scared dengan cara yang repetitif. Setelah itu, barulah satu persatu plot twist ditampilkan oleh film ini. Adegan aksi kejar-kejaran di kolong tol eksekusinya sangat memukau dengan teknik kamera yang sukses membuatku takjub. Drama rumah tangga dan perselingkuhan yang ditampilkan pun masih bisa menyatu dengan plot utama dari film ini. Puncak plot twist film LEGENDA KELAM MALIN KUNDANG (2025) akhirnya terkuak di babak akhir film. Meskipun menggunakan treatment flashback yang terasa sangat main aman, keputusan "melintir" cerita legendaris Malin Kundang ini menurutku agak terlalu dibuat kelam. Di satu sisi, kejutan tentang siapa yang durhaka pun bisa saja relevan dengan kondisi di era modern, dengan membahas dampak psikologis serta trauma masa lalu yang sangat sulit untuk dilupakan. Namun di sisi lainnya, plot twist yang terlalu kelam dan gelap ini jadi sangat jauh dengan premis klasik tentang folklore Malin Kundang itu sendiri.
Untuk jajaran pemain, performa ensemble cast film LEGENDA KELAM MALIN KUNDANG (2025) berada di level yang memuaskan. Rio Dewanto yang berperan sebagai Alif mungkin sedikit mengingatkanku akan penampilannya di film MODUS ANOMALI (2012), namun kali ini terasa makin kompleks. Kegelisahan dan keresahannya tersampaikan dengan baik pada penonton. Applause selanjutnya tentu harus kita berikan pada Vonny Anggraini yang berhasil memerankan Amak Aminah yang penuh dengan rahasia. Penampilan terbaik sejauh ini dari Ibu Vonny sebagai aktris ada di film ini. Selanjutnya yaitu Faradina Mufti juga tampil gemilang dan berhasil membangun chemistry membara dengan Rio Dewanto. Performa Jordan Omar yang memerankan karakter anak dari Alif dan Nadine sebetulnya tidak mengecewakan, namun entah kenapa dialog-dialognya tuh terasa kurang natural untuk ukuran bocil. Apakah hal tersebut disengaja agar sesuai dengan Gen Alpha yang terkadang tiap mereka ngobrol suka dar-der-dor banget hahaha. Dialog-dialog yang digunakan film ini juga terasa luwes dan tidak kaku, sehingga kesan realistisnya tersampaikan dengan baik kepada penonton. Overall, film LEGENDA KELAM MALIN KUNDANG (2025) menurutku cukup berhasil dan berani untuk "melintir" folklore asal tanah Minang, meskipun kadar kelam di babak akhir film, terlalu pekat dan gelap banget.
[8/10Bintang]

0 comments:
Post a Comment