Tuesday, 21 October 2025

[Review] Air Mata Di Ujung Sajadah 2: Drama Rebutan Anak Antara Keluarga Yumna & Aqilla Yang Semakin Emosional!


#Description:
Title: Air Mata Di Ujung Sajadah (2023), Air Mata Di Ujung Sajadah 2 (2025)
Casts: Titi Kamal, Citra Kirana, Faqih Alaydrus, Fedi Nuril, Jenny Rachman, Tutie Kirana, Mbok Tun, Daffa Wardhana, Krisjiana Baharuddin
Director: Key Mangunsong
Studio: Beehave Entertainment, MBK Productions, A&Z Films, Legacy Pictures, KAI Pictures, Sigma Pictures


#Synopsis:
Air Mata Di Ujung Sajadah (2023)
Aqilla (Titi Kamal), mahasiswi jurusan arsitek dan Arfan (Krisjiana Baharuddin), mahasiswa jurusan seni sudah lama berpacaran sejak awal mereka masuk kuliah di kampus yang sama. Namun sayang, hubungan mereka sangat ditentang oleh ibunya Aqilla yaitu Halimah (Tutie Kirana). Aqilla yang selama ini hidupnya diatur dan dikekang oleh sang ibu akhirnya mengambil keputusan berat. Ia memilih pergi meninggalkan rumah dan menikah dengan Arfan tanpa restu sang ibu.
Setelah resmi menikah, Aqilla dan Arfan tinggal di rusun sederhana untuk membangun keluarga kecil mereka. Tak membutuhkan waktu lama, Aqilla mengandung anak pertamanya. Kehamilan sang istri membuat Arfan sangat senang. Selama masa kehamilan, Arfan sangat menjaga Aqilla dan tak ingin istrinya itu kelelahan. Namun sayang, di usia kehamilan Aqilla yang semakin dekat menuju persalinan, Arfan mengalami kecelakaan motor dan meninggal. Aqilla terkejut, menangis histeris dan tidak bisa menerima kenyataan jika suaminya sudah tiada. Tak lama setelah itu, Aqilla mengalami kontraksi hebat dan tak sadarkan diri. Para tetangga rusun langsung menolong Aqilla dan dilarikan ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, dokter harus segera melakukan proses persalinan terhadap Aqilla dan langsung menghubungi Ibu Halimah. Setelah selesai persalinan, Ibu Halimah mengambil keputusan untuk merahasiakan cucunya tersebut dan menganggapnya meninggal dengan alasan Aqilla belum siap menjadi seorang ibu di usianya yang masih muda.
Ibu Halimah kemudian menitipkan bayi laki-laki tersebut kepada pasangan suami istri Arif Nasuha (Fedi Nuril) dan Yumna (Citra Kirana) yang sudah 10 tahun belum dikaruniai momongan. Ibu Halimah berpesan kepada mereka berdua untuk merawat dan membesarkan cucunya itu layaknya seperti anak kandung sendiri. Tak hanya itu saja, Ibu Halimah juga siap menanggung semua biaya hidup sang cucu dengan syarat Arif dan Yumna harus segera pergi dari Jakarta. Setelah Aqilla siuman, Ibu Halimah berbohong soal cucunya yang sudah meninggal dan mengatakan jika hal tersebut merupakan karma bagi Aqilla yang selama ini menentang semua perkataannya. Setelah kondisi fisiknya membaik, Aqilla dipaksa untuk melanjutkan kuliahnya di London oleh sang ibu. Sementara itu, Arif dan Yumna pergi dari Jakarta dan menetap tinggal di Solo bersama ibunya Arif yaitu, Murni (Jenny Rachman).
Waktu terus berlalu, Aqilla disibukkan dengan kuliah sambil bekerja di London. Di sisi lain, Arif dan Yumna hidup bahagia bersama dengan anak Aqilla yang diberi nama Baskara (Faqih Alaydrus). Hingga suatu ketika, Aqilla mendapat panggilan dari sang ibu yang dirawat di rumah sakit dan memintanya untuk segera pulang ke Indonesia. Tiba di rumah sakit, Aqilla terkejut melihat kondisi ibunya yang semakin melemah. Rahasia tentang anak kandung Aqilla yang selama ini dipendam oleh Ibu Halimah akhirnya diceritakan pada sang anak. Tak lama setelah itu, Ibu Halimah menghembuskan nafas terakhirnya.
Kabar meninggalnya Ibu Halimah dan kepulangan Aqilla ke Indonesia sampai juga ke Arif dan Yumna. Mereka terkejut sekaligus khawatir jika Aqilla nantinya melacak keberadaan Baskara dan membawanya pergi dari tangan mereka. Ketakutan Arif dan Yumna pun menjadi kenyataan. Aqilla datang ke Solo untuk mencari keberadaan Arif yang bekerja di perusahaan milik mendiang sang ibu. Setelah mendatangi salah satu kantor cabang yang ada di Solo, rupanya Arif sudah tidak lagi bekerja di kantor milik Ibu Halimah. Karena makin penasaran, keesokan harinya Aqilla datang kembali ke kantor dan tak sengaja bertemu dengan Arif. Tanpa basa basi, Aqilla ingin bertemu dengan anaknya. Namun sayang, Arif tidak mengizinkannya dengan alasan jika ia dan sang istri lah orang tua sah bagi Baskara yang sudah merawat dan membesarkannya. Saat jam pulang kerja, Aqilla pun diam-diam mengikuti Arif.
Tiba di rumah, Yumna kecewa dengan sikap Arif yang berkomunikasi dan memberitahu soal keberadaan anaknya yang kini bersama dengan mereka. Selain itu, Yumna juga khawatir jika nantinya Aqilla akan mengambil Baskara dan akan mengecewakan Ibu Murni yang selama ini tidak mengetahui jika Baskara bukanlah anak kandung dari Arif dan Yumna. Setelah semuanya ketahuan oleh Ibu Murni, mereka bertiga sepakat untuk tidak mengizinkan Aqilla mengambil Baskara dari mereka.
Keesokan harinya, Aqilla datang lagi ke rumah Arif. Untuk pertama kalinya, Aqilla melihat secara langsung anaknya yang kini sudah sekolah. Aqilla pun menyadari apa yang sudah ia lakukan itu menyebabkan keluarga Arif sakit hati. Aqilla kemudian meminta tolong pada Arif untuk bisa berkenalan dengan Baskara, karena Aqilla kini hidup seorang diri dan tak punya siapa-siapa lagi. Arif dan Yumna akhirnya mengizinkan Aqilla untuk menemui Baskara, anak kandungnya. Pertemuan pertama dengan anak kandungnya yang sudah terpisah selama tujuh tahun membuat Aqilla bahagia, meskipun ia belum bisa berkata jujur tentang masa lalu dari Baskara.
Seiring berjalannya waktu, Arif, Yumna dan Ibu Murni perlahan mulai bisa menerima kehadiran Aqilla. Hati nurani ketiganya tidak ingin ternodai karena memisahkan seorang anak dengan ibu kandungnya sendiri. Aqilla pun semakin sering bertemu dengan Baskara setelah diizinkan oleh keluarga Arif. Hingga suatu hari, Ibu Murni bertemu dan berbicara empat mata dengan Aqilla karena semakin curiga jika Aqilla akan merebut Baskara dari keluarga Arif. Namun tuduhan tersebut dibantah Aqilla karena ia tidak pernah ada niatan untuk merusak kehidupan Arif, Yumna bersama Baskara yang sudah berjalan selama tujuh tahun terakhir.
Hari demi hari terus berlalu. Yumna semakin khawatir dan ketakutan jika Baskara yang kini semakin dekat dengan Aqilla akan meninggalkan mereka. Setiap kebersamaan yang terjalin diantara Aqilla dengan Baskara membuatnya sedih. Yumna masih belum ikhlas jika suatu hari nanti Baskara pergi meninggalkannya. Sebagai seorang suami, Arif berusaha menenangkan istrinya agar belajar untuk ikhlas jika nantinya Baskara memilih tinggal bersama Aqilla. Setelah menyaksikan pentas seni di Parents Day, Yumna dan Arif akhirnya sepakat untuk mengikhlaskan Baskara dengan Aqilla. Mereka juga mengizinkan Baskara untuk pergi liburan sekolah ke Jakarta meskipun mengungkapkan kejujuran tentang Aqilla adalah ibu kandung dari Baskara.
Aqilla dan Baskara kemudian pergi ke Jakarta. Selama ditinggal pergi Baskara, hidup Yumna, Arif dan Ibu Murni terasa hampa dan penuh kesedihan. Aqilla pun akhirnya mengambil keputusan untuk mengembalikan Baskara ke Yumna dan Arif karena selama ini merekalah yang membesarkan dan merawat Baskara selama ini. Yumna mengikhlaskan Baskara untuk tetap tinggal bersama dengan Yumna dan Arif di Solo.

#Synopsis:
Air Mata Di Ujung Sajadah 2 (2025)
Tiga tahun berlalu. Ditengah kesibukannya sebagai seorang arsitek beberapa project komplek perumahan di Jakarta, Aqilla masih setia memantau sehari-hari Baskara yang dibagikan melalui sosial media oleh Arif dan Yumna. Namun sayang, dalam beberapa bulan terakhir, Arif dan Yumna tak lagi membagikan aktifitas dan kegiatan mereka bersama Baskara di sosial media. Saat ditelepon pun, keduanya tak pernah memberikan respon. Atas dorongan kedua temannya di kantor, Aqilla memutuskan berangkat ke Solo untuk menengok anaknya itu.
Tiba di Solo, Aqilla langsung mendatangi rumah Arif dan Yumna. Disana hanya ada Mbok Tun dan Baskara saja. Baskara pun menceritakan pada Aqilla perihal ayahnya, Arif sudah beberapa bulan terakhir dirawat di rumah sakit. Selain itu, Yumna pun disibukkan mencari nafkah dengan berjualan batik di pasar dan malam harinya berjualan secara online di rumah. Sementara itu, Ibu Murni lebih fokus menjaga Arif selama dirawat di rumah sakit. Karena ketiga hal tersebut, Baskara hanya ditemani Mbok Tun saja di rumah. Saat Aqilla menanyakan tentang kondisi kesehatan Arif pun, Mbok Tun, Yumna dan Ibu Murni hanya terdiam saja.
Di sisi lain, adik kandung Arif yang tinggal di Kalimantan yaitu Fathan datang ke Solo untuk menjenguk sang kakak atas permintaan Ibu Murni. Selama berada di Solo, Fathan diminta untuk menemani keponakannya itu. Kehadiran Aqilla ditengah situasi yang sedang tidak baik-baik saja ini membuat Yumna khawatir lagi. Ia takut jika Aqilla mengetahui tentang kondisi sebenarnya Arif pasti akan merebut kembali Baskara dari mereka berdua. Yumna dan mertuanya berusaha menutup rapat agar Aqilla tidak lagi ikut campur dalam keluarga mereka.
Kabar duka pun datang menghampiri. Arif meninggal setelah berbulan-bulan koma dan dirawat di rumah sakit. Yumna, Ibu Murni, Fathan dan Mbok Tun tak kuasa menahan rasa sedih dan patah hati karena kepergian Arif untuk selama-lamanya. Yumna terasa kehilangan arah dalam hidup dan tak ada sosok yang selalu menyemangatinya setiap saat. Sementara itu, Aqilla tak menyangka jika selama ini Arif dan keluarganya merahasiakan tentang sakit yang diderita Arif tersebut. Aqilla pun berjanji akan menemani Baskara dan juga Yumna ditengah duka yang menyelimuti. Namun sayang, niat baik Aqilla tersebut malah membuat Yumna dan Ibu Murni curiga. Mereka khawatir setelah Arif meninggal, Aqilla jadi lebih leluasa untuk mengambil lagi Baskara dari tangan mereka. Yumna dan ibunya pun selalu menolak apapun yang diberikan oleh Aqilla.
Seiring berjalannya waktu, Yumna, Baskara dan Ibu Murni perlahan mulai bangkit dari duka cita kepergian Arif. Yumna mulai kembali berjualan batik dan pakaian di pasar. Sementara itu, Baskara kembali disibukkan sekolah yang diantar jemput oleh pamannya, Fathan. Aqilla pun sesekali sering datang juga ke sekolah menemui Baskara. Awalnya Fathan tidak mengizinkan Aqilla untuk menemui Baskara, namun setelah mendapat penjelasan dari Aqilla, Fathan pun meminta maaf karena sudah miskomunikasi dengan cerita yang ia dapatkan dari Yumna dan ibunya.
Masalah muncul saat Aqilla menebus sertifikat tanah yang digadai oleh Yumna dan Ibu Murni selama perawatan Arif di rumah sakit. Hal tersebut membuat Yumna sangat marah sekaligus kecewa terhadap Aqilla yang seolah-olah menginginkan keluara Arif punya hutang budi kepadanya. Yumna juga menganggap jika Aqilla membayar dengan materi ke keluarganya agar dianggap sebagai ibu kandung yang baik dimata Baskara. Pertengkaran antara Yumna dan Aqilla pun tak sengaja terdengar oleh Baskara. Hal tersebut membuatnya kecewa, marah dan juga sedih karena selama ini Baskara dibohongi oleh Yumna, Aqilla dan Ibu Murni. Bagaimana akhir cerita dari Baskara setelah mengetahui yang sebenarnya?


#Review:
Kesuksesan film AIR MATA DI UJUNG SAJADAH (2023) yang berhasil mencetak lebih dari 3 juta penonton selama penayangan di bioskop membuat Beehave Entertainment langsung tertarik untuk melanjutkan ceritanya di sekuel AIR MATA DI UJUNG SAJADAH 2 (2025) yang siap tayang di bioskop mulai 23 Oktober mendatang.


Sebelum membahas sekuelnya, aku mau sedikit mengulas film pertamanya yang waktu itu tidak sempat menonton di bioskop, dan menonton di Netflix satu hari sebelum nonton sekuelnya pada Press Screening dan Gala Premiere AMDUS 2 (2025) yang sukses digelar pada Jum'at, 26 September 2025 kemarin di Cinema XXI Plaza Senayan, Jakarta Selatan. Film AIR MATA DI UJUNG SAJADAH (2023) menghadirkan cerita dramatis yang lumayan tearjerker lewat karakter Aqilla yang dibohongi oleh mendiang ibunya tentang keberadaan sang anak yang dilahirkan. Perjuangannya untuk menemukan dan akhirnya bisa melihat secara langsung sang anak yang dibesarkan oleh orang lain pun tak sia-sia. Berbagai moment manis bikin haru berhasil dihadirkan oleh sang sutradara dan penulis skenario Titien Wattimena. Bonding antara Baskara dengan Arif dan Yumna pun begitu hangat sebagai keluarga kecil yang bahagia. Aksi rebutan anak antara keluarga Yumna dengan Aqilla sukses menguras emosi dan air mata penonton. Keputusan ending cerita yang dipilih oleh sang sutradara pun terasa logis sekaligus memecah tangis seisi bioskop. Tak heran, jika film ini berhasil mengumpulkan lebih dari 3 juta penonton dan jadi viral di kalangan orang tua.


Dua tahun berlalu, Beehave Pictures mengambil langkah untuk melanjutkan cerita Aqilla, Baskara, Yumna dan Arif di sekuel AMDUS 2 (2025). Keputusan tersebut pastinya akan menimbulkan pro dan kontra, mengingat di ending dan credit scene film pertamanya, karakter Baskara dewasa menemui Aqilla lalu berakhir bahagia. Hal tersebut seolah menegaskan jika film AMDUS (2023) sudah selesai. Namun rupanya, Key Mangunsong dan tim penulis cerita skenario yaitu Eginina Oey, Henovia Rosalinda mengembangkan sekuel ini dengan latar waktu tiga tahun setelah film pertamanya. Penonton mau tidak mau harus menganggap credit scene film pertamanya tidak ada.
Untuk segi cerita, film AMDUS 2 (2025) masih menghadirkan drama rebutan anak yang kembali terjadi antara keluarga Yumna dengan Aqilla. Menariknya, di sekuelnya kali ini hadir permasalahan baru mengenai kondisi kesehatan karakter Arif yang semakin menurun dan kemudian meninggal dunia. Keputusan tim penulis cerita menghilangkan karakter Arif ini justru menambah warna serta konflik baru dalam keluarga inti Yumna. Kehilangan suami membuat Yumna jadi goyah dalam mempertahankan Baskara. Di film pertama, Yumna yang selalu emosional dan ketakutan selalu diredam oleh Arif. Namun kali ini, rasa khawatir dan suudzon berlebih saat kemunculan Aqilla pada dirinya jadi semakin tak terkendali. Dinamika berbagai persoalan yang menimpa keluarga Yumna terasa realistis, yang dimana ia harus bekerja hingga malam hari demi Baskara dan juga biaya perawatan Arif di rumah sakit. Kemudian mertuanya yaitu Ibu Murni yang sangat berduka ditinggal untuk selama-lamanya oleh Arif. Untuk memperdalam cerita, film AMDUS 2 (2025) berhasil menceritakan masa lalu dari keluarga Arif termasuk dengan adiknya, Fathan yang kehadirannya memberikan pov menarik baik untuk Yumna maupun Aqilla. Development character dari Yumna dan Aqilla pun terasa semakin kompleks. Yumna semakin dihantui oleh perasaan suudzon yang tak terkendali terhadap Aqilla semenjak ditinggal Arif. Sementara itu, Aqilla yang dianggap villain bagi keluarga Yumna pun tidak sepenuhnya jahat. Justru ia semakin dewasa, baik hati dan murni ingin membantu perekonomian keluarga Yumna. Elemen dramatis yang disajikan juga surprisingly berhasil memancing haru dan tangis dari penonton. Mungkin untuk sebagian orang, akan terasa over dramatic, tapi jika sudah menonton film pertamanya, justru konflik serta dramatisasinya terasa believable dan juga grounded.
Untuk jajaran pemain, Titi Kamal, Citra Kirana dan Faqih Alaydrus tampil gemilang di sekuelnya kali ini. Chemistry ketiganya sebagai ibu dan anak semakin kuat. Ketulusan, cinta dan kasih sayang dari TiKam dan CiKi tampil sangat meyakinkan. Moment-moment emosional yang terjadi di film AMDUS 2 (2025) berhasil dimakan dengan sempurna oleh ketiganya. Supporting cast seperti Daffa Wardhana, Jenny Rachman dan Mbok Tun pun makin melengkapi formasi tim film yang berhasil mengaduk-aduk perasaan penonton.
Untuk urusan visual dan scoring, film AMDUS 2 (2025) boleh disebut sebagai sekuel yang menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Continuity dari set lokasi seperti kota Solo, rumah dan tata artistiknya masih sama dengan film pertamanya. Style sinematografi pun tidak mengalami perubahan drastis dengan menonjolkan kesan yang soft dan mild. Urusan scoring juga, Andi Rianto memang ahlinya untuk urusan musik grande namun syahdu dalam mengiringi setiap adegan-adegan dramatis dalam film ini.
Overall, film AIR MATA DI UJUNG SAJADAH 2 (2025) berhasil menjadi sekuel yang sangat solid, penceritaan semakin kuat, dan aku pun semakin setuju jika cerita film ini terus berlanjut!


[8.5/10Bintang]

Thursday, 16 October 2025

[Review] Black Phone 2: Misteri Sosok Penculik The Grabber Akhirnya Terungkap!

#Description:
Title: Black Phone 2 (2025)
Casts: Mason Thames, Madeleine McGraw, Ethan Hawke, Demian Bichir, Jeremy Davies, Arianna Rivas, Miguel Mora, Anna Lore, Graham Abbey, Maev Beaty
Director: Scott Derrickson
Studio: BlumHouse Productions, Crooked Highway, Universal Pictures


#Synopsis:
Empat tahun setelah mengalami insiden penculikan, Finney Blake (Mason Thames) semakin dikenal sebagai anak remaja yang pemberani karena berhasil melarikan diri dan membunuh si penculik yaitu The Grabber (Ethan Hawke). Hal tersebut membuat orang-orang disekitarnya tak ada lagi yang merundung Finney.
Di sisi lain, kemampuan indera keenam dari Gwen Blake (Madeleine McGraw), adiknya Finney semakin kuat dan juga sensitif. Suatu malam, Gwen bermimpi mendapat panggilan telepon dari seorang perempuan yang meminta pertolongan kepadanya. Setelah ditelusuri lebih jauh, telepon tersebut berasal dari mendiang ibunya, Hope Blake (Anna Lore) yang memberikan petunjuk pada Gwen untuk mendatangi sebuah tempat. Seiring berjalannya waktu, mimpi tersebut terus berulang-ulang. Gwen melihat tiga petunjuk berupa tiga huruf yang diukir pada lapisan es dari danau yang membeku. Petunjuk yang diberikan mendiang ibunya itu kemudian mengarah pada sebuah area perkemahan di dekat danau Alpine.
Ditengah musim salju, Gwen memutuskan pergi ke sana dengan ditemani gebetannya, Ernesto (Miguel Mora). Saat mereka akan berangkat, sang ayah yaitu Terrence Blake (Jeremy Davies) meminta Finney untuk ikut menemani sang adik pergi ke danau Alpine. Finney pun bersedia dan mereka bertiga berangkat ke sana.
Dalam perjalanan, cuaca tidak bersahabat. salju turun disertai angin kencang. Ernesto pun berusaha membawa mobil dengan sangat hati-hati agar tidak tergelincir. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, mereka tiba di sana dan langsung mendatangi sebuah pondok penginapan yang tak jauh dari danau Alpine. Di penginapan, Finney, Gwen dan Ernesto disambut baik oleh pengelola perkemahan di danau Alpine yaitu Armando (Demian Bichir) beserta tunangannya, Mustang (Arianna Rivas) dan pasangan Kenneth (Graham Abbey) dan Barbara (Maev Beaty). Kehadiran Finney, Gwen dan Ernesto membuat Armando kebingungan karena selama musim salju sangat jarang wisatawan yang berkunjung ke tempatnya. Meskipun demikian, ia tetap menerima mereka bertiga untuk menginap di perkemahan. Setelah beres-beres, mereka bertiga tidur di tempat terpisah karena laki-laki dan perempuan dibedakan untuk kamar asramanya. Gwen diantar oleh Mustang sendirian menuju asrama.
Selama menginap di sana, Gwen mengalami mimpi buruk dan juga sleep walking. Dalam tidur lelapnya itu Gwen melihat berbagai kejadian mengerikan yang menimpa tiga orang anak laki-laki yang sedang berkemah di sana. Tak hanya itu saja, Gwen juga sering mendengar suara telepon berdering yang memberikan banyak petunjuk untuknya. Sementara itu, Finney juga mulai merasakan adanya gangguan gaib yang mengancam dirinya. Finney, Gwen dan Ernesto kemudian menceritakan maksud kedatangan mereka ke perkemahan tersebut pada Armando, karena ingin mengungkap kematian tragis dari tiga anak laki-laki yang terjadi di sana. Armando terkejut saat mengetahui bahwa Finney dan Gwen merupakan anak kandung dari salah satu karyawannya yang dulu bekerja di sana yaitu Hope. Armando pun masih tak menyangka jika Hope Blake meninggal dengan cara gantung diri. Hal tersebut yang membuat Terrence depresi hingga melampiaskan rasa bersalahnya kepada Finney dan Gwen di lima tahun yang lalu.
Seiring berjalannya waktu, Armando kemudian memperlihatkan arsip foto para pengelola dan karyawan yang mengelola perkemahannya pada Gwen, Finney dan Ernesto. Dalam foto tersebut nampak mendiang ibu mereka. Setelah itu, Finney melihat seorang pria yang postur dan bentuk mukanya sangat mirip dengan The Grabber. Finney yakin jika orang tersebut adalah orang yang menculik dirinya dan telah membunuh banyak anak-anak di lingkungan rumah mereka. Armando pun menjelaskan jika pria tersebut bernama Wild Bill (Ethan Hawke), yang sering dipanggil Hickok karena rambut gondrong dan menggunakan topi cowboy.
Selama empat malam menginap di sana, berbagai petunjuk yang didapatkan Gwen dan Finney mulai menemukan titik terang. Disaat yang bersamaan, keduanya pun semakin sering diganggu oleh sosok gaib yang berwujud seperti The Grabber. Gwen akhirnya mendapat pengelihatan di masa lalu saat mendiang ibunya masih hidup. Dalam pengelihatannya itu, Hope mencurigai rekan kerjanya yaitu Wild Bill yang sering berkeliling dengan membawa mobil van berwarna hitam. Hingga suatu ketika, Hope mengintip ke jendela rumah Bill dan melihat seorang anak laki-laki disekap di ruang bawah tanah. Saat mengetahui Hope ada di depan rumahnya, Bill langsung menyergapnya dan memasukkan Hope ke dalam mobil van. Malam harinya, Bill menggantungkan Hope di garasi rumahnya agar seolah-olah jika Hope meninggal karena gantung diri.
Setelah terkuak siapa sosok The Grabber sebenarnya, Finney pun meminta pada Gwen dan Ernesto untuk segera pergi dari sana karena arwah Wild Bill sedang membalaskan dendamnya untuk menghabisi dirinya dan juga Gwen. Namun Gwen menolak pergi sebelum semuanya selesai. Gwen harus menemukan tiga jasad anak yang ditenggelamkan di danau Alpine untuk dikuburkan secara layak, karena hal tersebut dapat melemahkan kekuatan gaib dari arwah Wild Bill. Akankah rencana mereka berhasil?


#Review:
Kesuksesan film THE BLACK PHONE (2022) yang mencetak box office hit dengan pendapatan mencapai 161 juta Dollar Amerika Serikat, dari modal sekitar 18 juta Dollar membuat BlumHouse dan Universal Pictures langsung memberikan lampu hijau menggarap sekuelnya. Beruntung, kursi sutradara dan penulisan cerita skenario masih dikerjakan oleh duet Scott Derrickson dan Robert Cargill.


Untuk segi cerita, film BLACK PHONE 2 (2025) merupakan pengembangan cerita film pertamanya yang membahas lebih detail mengenai sepak terjang The Grabber sebelum insiden penculikan terhadap Finney Blake. Di paruh awal film, persis dengan film pertamanya yang dominan membangun cerita secara perlahan dengan menampilkan bagaimana indera keenam Gwen semakin kuat serta bisa melihat kejadian di masa lalu. Bagi penonton yang belum sempat menonton film pertamanya, mungkin akan terasa membosankan karena adegan-adegan yang dialami Gwen dan Finney terasa repetitif. Ditambah lagi suara dering telepon yang bising selalu mendominasi saat mereka berdua diganggu oleh The Grabber. Memasuki pertengahan film, kejutan cerita perlahan mulai dimunculkan yang berkaitan dengan kejadian-kejadian di film pertama. Benang merah antara dua film ini tampil sangat smooth. Teka-teki tentang siapa sosok The Grabber yang punya kaitan dengan masa lalu keluarga Blake juga cukup believable meskipun background dan motivasi dari Wild Bill kenapa punya fetish menculik sampai membunuh anak laki-laki di film pertama maupun kedua masih tidak terungkap dengan tuntas. 


Fokus cerita sekuelnya kali ini juga diestafet kepada karakter Gwen. Visualisasi vision Gwen yang menampilkan kejadian tragis kepada 3 bocah laki-laki dan ibunya di masa lalu bergaya footage dengan filter grainy, seketika langsung mengingatkanku akan masterpiece nya Scott Derrickson yaitu SINISTER (2012). Terdapat beberapa adegan horror yang eksekusinya cakep banget. Seperti adegan boneka salju di jendela terasa seperti homage untuk film SINISTER (2012), kemudian adegan The Grabber menyiksa Gwen di alam bawah sadar dan dunia nyata dalam kondisi tidur. Intens ketegangannya sangat maksimal dan depresif banget! Chaos yang terjadi di babak akhir film saat seluruh karakter berkumpul di danau es eksekusinya menurutku mengesankan. Kerjasama antara Gwen, Finney dan karakter lain untuk melumpuhkan arwah gentayangan dari The Grabber terbilang cerdik dan berhasil bikin greget selama menonton. Sosok The Grabber semakin terasa inspired by dari sosok ikonik Freddy Krueger. Hahaha.
Overall, film BLACK PHONE 2 (2025) berhasil mengembangkan cerita horror thriller sederhana dari salah satu cerita pendek karya Joe Hill menjadi sajian yang kompleks, menyeramkan dan juga sadis. Salah satu film horror Hollywood terbaik di tahun ini. Keren!


[8.5/10Bintang]

Wednesday, 15 October 2025

[Review] Tron Ares: Dua Perusahaan Raksasa Rebutan Kecanggihan Teknologi AI Untuk Masa Depan!



#Description:
Title: Tron: Ares (2025)
Casts: Jared Leto, Greta Lee, Evan Peters, Jodie Turner-Smith, Arturo Castro, Gillian Anderson, Hasan Minhaj, Jeff Bridges, Sarah Desjardins, Cameron Monaghan, Selene Yun
Director: Joachim Ronning
Studio: Walt Disney Studios, Sean Bailey Productions


#Synopsis:
Dua kakak beradik yaitu Eve Kim (Greta Lee) dan Tess Kim (Selene Yun) menjabat sebagai CEO dari perusahaan software dan teknologi ENCOM setelah mereka membeli mayoritas sahamnya dari keluarga Flynn. Seiring berjalannya waktu dan pesatnya kemajuan teknologi membuat ENCOM harus terus berinovasi agar tidak kalah saing dengan perusahaan kompetitor.
Seiring berjalannya waktu, kabar duka menyelimuti ENCOM. Tess meninggal setelah berjuang melawan kanker dalam beberapa tahun terakhir. Kepergian Tess tersebut membuat Eve sangat terpukul. Popularitas ENCOM perlahan mulai menurun karena persaingan dunia teknologi semakin ketat. ENCOM kini jadi dikenal sebagai pengembang untuk beberapa game populer. Salah satunya yaitu Space Fever yang versi terbarunya akan segera dirilis dalam waktu dekat. Ditengah kesibukan menjelang perilisan, Eve dan rekan kerjanya, Seth Flores (Arturo Castro) justru pergi dari ENCOM untuk melanjutkan penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh mendiang Tess. Penelitian tersebut yaitu sebuah teknologi yang dapat melakukan konstruksi Artificial Intelligence (AI) menjadi bentuk fisik lebih tahan lama. Penelitian tersebut dilakukan di laboratorium terpencil peninggalan dari pendiri ENCOM yaitu Kevin Flynn (Jeff Bridges) yang ada di pegunungan Alaska. Setelah berulang kali proses uji coba, Eve dan Seth akhirnya berhasil menyempurnakan teknologi tersebut menjadi lebih tahan lama dibandingkan konstruksi AI yang sudah ada dengan batas maksimal hanya 29 menit saja.
Di sisi lain, perusahaan kompetitor dari ENCOM yaitu Dillinger Systems yang dipimpin oleh Julian Dillinger (Evan Peters) berusaha meyakinkan para investor dari kalangan pejabat dan pemerintah untuk menggunakan teknologi mereka yang dapat menciptakan prajurit sempurna dari AI serta dapat dikorbankan tanpa perlu melibatkan manusia lagi. Prajurit buatan Dillinger tersebut diberi nama Ares (Jared Leto) yang memiliki banyak pasukan, salah satunya Athena (Jodie Turner-Smith). Ares beserta pasukannya tersebut sepenuhnya berada dibawah kendali Julian. Namun sayang, konstruksi AI yang dimiliki perusahaan Dillinger Systems tersebut memiliki kelemahan yaitu hanya bertahan selama 29 menit saja. Hal inilah yang membuat ibu dari Julian yaitu Elisabeth Dillinger (Gillian Anderson) khawatir project Ares tersebut gagal dan mencoreng nama besar perusahaan dan juga mendiang ayahnya, Ed Dillinger (David Warner). 
Setelah eksperimennya berhasil, Eve dan Seth langsung terbang ke New York untuk menghadiri peluncuran versi terbaru game Space Fever yang sudah lama dinantikan oleh para penggemar. Rekan kerja mereka yang selama ini khawatir akan keberadaan Eve dan Seth yaitu Ajay Singh (Hasan Minhaj) merasa lega setelah mengetahui mereka sedang dalam perjalanan menuju ENCOM. Sementara itu, Julian diam-diam melakukan peretasan terhadap server milik ENCOM untuk mencari informasi terbaru serta menelusuri semua aktivitas yang dilakukan Eve selama ia menghilang. Ares dan pasukannya berhasil masuk ke server ENCOM dan menemukan informasi perihal kode akses bernama Permanence yang dapat menciptakan AI dalam bentuk fisik secara permanen kini berada di tangan Eve. Setelah berhasil membobol server ENCOM, Julian kemudian melakukan konstruksi pada Ares dan Athena untuk menangkap Eve yang dalam perjalanan menuju gedung ENCOM. Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan. Disaat Ares hampir berhasil menangkap Eve, ia mendeteksi perasaan empati dalam diri Eve yang merupakan anomali bagi Ares dan pasukannya. Karena sudah melebihi batas waktu, Ares dan Athena pun dihancurkan. Sementara itu, Eve ditangkap dan masuk ke The Grid Dillinger.
Di dalam dunia The Grid Dillinger, Eve direkonstruksi menjadi user dengan cakram yang berisi identitas lengkap dirinya. Julian meminta Ares dan Athena untuk mengambil cakram tersebut meskipun punya resiko kematian untuk Eve. Karena Ares semakin penasaran dengan kehidupan manusia di bumi dan tak ingin Eve meninggal di dalam The Grid Dillinger, ia menyusun rencana untuk mengeluarkan Eve dari The Grid Dillinger tanpa sepengetahuan Julian dan pasukannya. Aksi tersebut rupanya ketahuan oleh Athena yang menganggap jika Ares mengalami malfungsi. Julian kemudian memberikan komando padanya untuk tidak membiarkan Ares dan Eve keluar dari The Grid Dillinger sampai cakram identitas dan kode Permanence didapatkan.
Setelah berhasil keluar dari The Grid Dillinger, Ares dan Eve berbincang mengenai kode Permanance yang selama ini dikembangkan oleh ENCOM demi berbagai proyek kemanusiaan dan kesehatan. Eve mempunyai misi ingin melanjutkan project tersebut demi mendiang adiknya, Tess. Namun karena kode Permanence yang disimpan di harddisk kala itu sudah rusak. Eve yakin jika salinan kode tersebut masih bisa mereka dapatkan di laboratorium museum milik Kevin Flynn. Bersama dengan Seth, mereka memperbaiki alat laser untuk akses portal menuju The Grid milik Flynn dan mengirimkan Ares ke sana.
Sementara itu, Julian semakin terobsesi untuk segera mendapatkan kode Permanence dari tangan Eve. Ia pun menggunakan teknologinya untuk konstruksi AI pesawat tempur, drone dan pasukan dari The Grid Dillinger yang kali ini dipimpin Athena. Julian memberikan perintah pada Athena segera menangkap Eve dengan cara apapun, termasuk menghabisi siapapun yang berusaha menghalangi rencananya tersebut. Akankah Julian berhasil mendapat kode Permanence itu?


#Review:
Setelah penantian cukup panjang, Disney Studios akhirnya merilis film terbaru dari franchise TRON yang berjudul TRON: ARES (2025). Berselang 15 tahun dari film TRON: LEGACY (2010), terasa cukup lama untuk ukuran sekuel film. Keputusan Disney untuk melakukan soft reboot dan non direct sequel di film ini menurutku jadi keputusan yang tepat.


Untuk segi cerita, film TRON: ARES (2025) menghadirkan cerita baru tentang pesatnya kemajuan software dan teknologi di era saat ini, dibandingkan 10 tahun lalu saat film keduanya tayang di bioskop. Penonton disuguhkan dengan cerita dari dua perusahaan teknologi yang berusaha mengembangkan teknologi AI menjadi lebih realistis serta memiliki dua tujuan berbeda. Secara tidak langsung, cerita tersebut terasa seperti refleksi dari keadaan saat ini yang dimana para pengembang teknologi modern saling berlomba untuk menjadi yang terbaik. Paruh awal film, mungkin bisa saja terasa lama dan sedikit membosankan karena berfokus pada pengenalan ENCOM dan Dillinger yang saling rebutan untuk mencuri perhatian dunia dengan teknologi mereka masing-masing. Plot semakin menarik diikuti saat para program dari The Grid Dillinger mulai masuk ke dalam cerita. Salah satu yang sukses mencuri perhatian yaitu visualisasi program-program tersebut meretas ke server kompetitor, langsung mengingatkanku akan konsep film animasi dua film dari WRECK-IT RALPH (2012) hahaha.
Program Ares yang dikonstruksi oleh AI dan menjadi wujud nyata di dunia untuk diperuntukkan sebagai super soldier tampil sangat meyakinkan. Lebih lanjut, cerita dan skenario yang ditulis oleh Jesse Wigutow juga memberikan penghormatan terhadap dua film TRON sebelumnya dengan menampilkan tentang sisi humanisme dari sebuah teknologi ketika karakter Ares di film ini atau Quorra di film TRON: LEGACY (2010) yang ingin merasakan menjadi manusia. Selain itu, film ini juga berhasil memberikan value jika teknologi canggih bisa sangat jahat karena ia menduplikasi dan mendapat perintah dari user atau penggunanya. Beruntung, karakter antagonis Julian Dillinger tidak sepenuhnya dibuat jahat karena menampilkan rasa penyesalan dan bersalah ketika semua rencananya berjalan diluar kendalinya. Bonding chemistry antara Eve dengan Ares terlihat lebih dominan sebagai hubungan pertemanan ketimbang tumbuh rasa suka satu sama lain seperti yang terjadi antara Sam Flynn dan Quorra di film TRON: LEGACY (2010).


Untuk jajaran pemain, penampilan trio Jared Leto, Greta Lee dan Evan Peters tidak mengecewakan. Jared Leto sebagai Ares gesture dan intonasinya sangat believable sebagai karakter konstruksi dari AI, meskipun rambut gondrong dan brewoknya agak tidak relevan jika ia adalah sebuah AI. Hahaha. Penampilan Greta Lee surprisingly berhasil menghidupkan karakter Eve Kim dengan perjuangannya untuk melanjutkan impian mendiang sang adik mewujudkan AI demi keberlangsungan hidup manusia. Micro ekspresinya ketika di situasi terdesak dan bahaya tampil realistis serta tidak lebay. Big applause tentunya harus kita berikan juga pada Evan Peters yang sukses memerankan karakter Julian Dellinger dengan ambisinya menciptakan AI untuk militer. Dibalik obsesinya tersebut, development character Julian masih menampilkan rasa penyesalannya atas apa yang terjadi pada ibunya.
Untuk urusan visual, film TRON: ARES (2025) berhasil menyuguhkan konsep teknologi modern yang sangat luar biasa. Gambar sangat tajam dan jelas, visual efek dunia The Grid versi Dillinger, ENCOM dan Flynn benar-benar membuatku terpukau. Ditambah lagi kemarin nontonnya di IMAX, terasa makin sempurna! Efek visualnya juga tidak main-main, saat adegan balap motor Tron di dunia nyata kemudian final act saat pesawat raksasa menyisir kota New York juga bombastis banget! Kesempurnaan visual film TRON: ARES (2025) semakin lengkap dengan scoring music yang diracik oleh band rock Nine Inch Nails dengan dua anggota ikoniknya yaitu Trent Reznor dan Atticus Ross. Vibes elektro pop modern futuristic nya sangat menyatu dengan setiap adegan di film ini. Bahkan ada beberapa adegan dengan scoring spektakuler yang berhasil bikin kursi bioskop ikutan bergetar. Sungguh menjadi salah satu pengalaman sinematik paling memukau di bioskop tahun ini. Semoga Disney masih bersedia untuk menggarap film-film TRON selanjutnya! Aamiin!


[9/10Bintang]

Friday, 10 October 2025

[Review] Twinless: Rasa Bersalah & Penyesalan Ketika Salah Satu Dari Kembaran Telah Tiada!



#Description:
Title: Twinless (2025)
Casts: Dylan O'Brien, James Sweeney, Lauren Graham, Aisling Franciosi, Akira Chantara, Tasha Smith, Francois Arnaud, Chris Perfetti, Susan Park
Director: James Sweeney
Studio: Lionsgate, Republic Pictures Paramount, Permut Presentations, Sony Pictures


#Synopsis:
Roman (Dylan O'Brien) dan ibunya mendapat kabar duka jika kembaran dari Roman yaitu Rocky (Dylan O'Brien) mengalami kecelakaan tertabrak mobil dan meninggal dunia. Setelah prosesi pemakaman, Roman memutuskan untuk mengurus apartemen tempat tinggal mendiang Rocky. Selama berada di sana, ia merasa sangat sedih karena kehilangan saudara kembarnya dengan cara yang tragis.


Untuk melampiaskan kesedihannya itu, Roman selalu marah-marah dan emosi hingga tak jarang sering bertengkar dengan sang ibu. Hal tersebut membuat ibunya khawatir dan meminta Roman untuk berkonsultasi ke psikolog atau bergabung dengan Twinless Twins, sebuah komunitas yang beranggotakan orang-orang kembar yang kembarannya telah tiada. Di sana, Roman berkenalan dengan Dennis (James Sweeney), karena ia yakin jika Dennis sama seperti kembarannya yang Gay.


Sejak Roman bertemu dengan Dennis, ia mulai bisa untuk bangkit dari rasa sedih dan kekecewaannya terhadap kepergian Rocky. Semenjak saudaranya pergi dari rumah, Roman ternyata merasa kesepian dan seperti ada sebagian dari dirinya yang menghilang. Meskipun hubungan persaudaraan mereka sempat renggang usai Rocky came out, namun kini ia mulai bisa memahami keputusan Rocky setelah berkenalan dengan Dennis. Sementara itu, Dennis pun berusaha selalu menjadi orang yang selalu ada disaat Roman membutuhkannya. Tak jarang Roman selalu meminta Dennis menemaninya di apartemen milik Rocky dan berbelanja berbagai kebutuhan sehari-hari bersama dengan Dennis.



Seiring berjalannya waktu, hubungan persahabatan antara Roman dengan Dennis semakin erat. Meskipun Roman straight, ia tak mempermasalahkan untuk berteman dengan Dennis. Suatu hari, saat keduanya sedang berbelanja di supermarket, Roman dipanggil Rocky oleh seorang pria bernama George (Chris Perfetti) yang merupakan teman dekat dari Rocky sekaligus menjadi saksi saat mendiang Rocky tertabrak mobil. George pun meminta maaf pada Roman karena ia tak bermaksud untuk menceritakan duka dan luka lama tentang mendiang Rocky. Kemunculan George tersebut membuat Dennis terkejut dan langsung berpura-pura dengan memakai nama Rupert yang berasal dari Inggris.


Waktu terus berlalu. Dennis yang bekerja sebagai editor dan design grafis di kantor majalah diam-diam menyusun rencana tentang keberadaan kembarannya yang bernama Dean untuk meyakinkan Roman jika ia juga punya kembaran namun sudah meninggal dunia. Di malam Halloween, Dennis mengajak Roman untuk datang ke pesta yang diadakan di rumah Marcie (Aisling Franciosi), staff receptionist kantor yang diam-diam memendam perasaan pada Dennis. Tiba disana, Roman bertemu juga dengan rekannya yaitu Sammy (Francois Arnaud) dan berbisik jika ia akan mengenalkan Sammy pada Dennis yang sama-sama Gay. Setelah itu, Roman bertemu dan berkenalan dengan Marcie. Sejak pesta Halloween itu, Roman dan Marcie memutuskan menjalin hubungan asmara. Sementara itu, Sammy menolak dekat dengan Dennis karena bukan tipenya.


Seiring berjalannya waktu, hubungan Roman dan Marcie semakin lengket. Roman pun kemudian berinisiatif untuk mencarikan jodoh lagi untuk Dennis. Mereka kemudian double date dengan mengajak George yang merupakan teman dekat mendiang Rocky. Selama menikmati makan malam bersama, mereka berempat bercerita satu sama lain. Marcie terkejut saat mendengar Dennis yang mengatakan jika ia punya kembaran yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Marcie masih ingat kala itu saat mereka berdua masuk barengan di kantor, Dennis mengatakan jika ia adalah anak tunggal sama seperti dirinya. Dennis beralasan jika selama ini memang ia punya kembaran yang bernama Dean namun selalu ia rahasiakan karena tak ingin terlarut dalam kesedihan.



Semenjak Roman berpacaran dengan Marcie, Dennis jadi kesepian. Roman lebih sering menghabiskan waktu bersama Marcie dibandingkan dengannya. Menjelang libur natal dan tahun baru, Roman dan Marcie mengajak Dennis untuk berliburan di rumah ibunya. Setelah menghabiskan liburan bersama, Marcie semakin curiga dengan Dennis yang terlihat menyembunyikan sesuatu. Ia masih ingat kala itu Dennis curhat tentang gebetannya yang meninggal karena kecelakaan. Namun saat ditanya lagi tentang siapa nama gebetannya, Dennis selalu menghindar. Karena makin penasaran, Marcie pun menghubungi temannya yang bekerja di lembaga pajak (IRS) untuk mencari tahu tentang mendiang kembarannya Dennis yang mengaku bekerja di sana. Setelah ditelusuri, Marcie langsung mengkonfrontasi dan meminta penjelasan pada Dennis. Apa yang sebenarnya Dennis lakukan? Rahasia apa yang selama ini ia sembunyikan dari Marcie dan juga Roman?


#Review:
Setelah mengikuti kompetisi kategori US Dramatic di Sundance Film Festival pada Januari 2025 lalu, film drama terbaru yang dibintangi Dylan O'Brien berjudul TWINLESS (2025) akhirnya tayang di bioskop secara global dan terbatas mulai 5 September kemarin. Yang membuatku penasaran dengan film ini karena berhasil mendapatkan certified fresh dari Rotten Tomatoes dengan skor mencapai 97% dan juga skor A dari CinemaScore yang menandakan film TWINLESS (2025) ini pasti punya sesuatu!


Untuk segi cerita, film TWINLESS (2025) bisa dibilang sebagai karya original yang fresh karena sejauh ini menurutku belum pernah ada film maupun serial membahas cerita drama tentang duka dari anak kembar yang salah satu diantara mereka meninggal dunia. Premis tersebut kemudian dipadukan dengan drama percintaan pasangan Gay, straight dan serta relationship dengan orang tua. James Sweeney yang multitasking sebagai sutradara, aktor dan penulis cerita berhasil memadukan elemen-elemen cerita tersebut menjadi satu kesatuan yang sangat kuat. Penonton disuguhkan dengan drama percintaan Gay yang dibuat sangat realistis, bagaimana penampilan dan fisik sangat penting untuk mereka, lalu potret setelah mereka hookup, yang salah satu diantaranya terbawa perasaan namun yang satunya lagi tetap melanjutkan hidup dan mencari orang baru menjadi hal lumrah di kalangan mereka. James Sweeney kemudian mengeksplor moment duka cita yang berdampak pada emosional serta psikologis dari karakter Roman dan ibunya di film ini. Definisi penyesalan selalu datang belakangan berhasil ditampilkan dengan sangat gemilang oleh Dylan O'Brien saat ia menjadi Roman dan meluapkan unek-uneknya yang mengganjal selama ini pada Dennis. Dinamika cinta segitiga antara Dennis yang ingin selalu dekat dengan Roman, lalu Roman yang menemukan cinta bersama Marcie dan Marcie sempat menyukai Dennis pun mengalir begitu saja tanpa dramatisasi berlebihan. Rasa penasaran Marcie terhadap Dennis pun masih bisa penonton maklumi, karena Marcie sempat naksir padanya. Saat plot twist terbongkar pun, reaksi dari karakter Roman, Dennis dan Marcie juga diselesaikan secara gentleman dan dewasa. Konsep Stages of Grief pun secara tidak langsung berhasil digambarkan dengan sangat baik lewat masing-masing karakter di film TWINLESS (2025) ini.


The best performance from Dylan O'Brien so far!

Untuk jajaran pemain, penampilan Dylan O'Brien sudah jelas jadi the best performance from his filmography so far. Dengan peran ganda sebagai Roman dan Ricky yang memiliki perbedaan orientasi seksual berhasil disajikan sangat believable dan intimate. Emosional serta psikologisnya saat tahap anger berhasil membuatku terpukau. Chemistry dengan lawan mainnya saat menjadi Roman serta aura manly dan straight nya benar-benar natural. Apresiasi selanjutnya tentu harus diberikan pada pemeran Dennis yaitu sang sutradara, James Sweeney. Setiap tindakan dan kebohongan demi kebohongan yang ia lakukan agar bisa tetap berteman dengan kembaran gebetannya itu tampil sangat realistis dan tak lebay. Siapapun pasti akan melakukan hal yang sama jika melihat seseorang yang mirip dengan orang yang kita cintai telah tiada, pasti akan memunculkan perasaan kaget dan rindu. Namun obsesi Dennis yang terlalu jauh tersebut mungkin saja terjadi di sebagian orang. Penampilan berkesan selanjutnya datang dari pemeran Marcie yaitu Aisling Franciosi yang sekilas mirip dengan Enzy Storia wkwk. Kehadirannya selalu lovable dan tidak ada kesan antagonisnya sama sekali. Keputusannya untuk tidak meninggalkan Roman maupun Dennis jadi definisi pacar, rekan kerja dan teman yang sangat dewasa.
Overall, film TWINLESS (2025) jadi salah satu drama tragedy romansa komedi yang genuine dan strong dari Hollywood di tahun ini. Memuaskan!


[9/10Bintang]

Thursday, 9 October 2025

[Review] Good Boy: Point Of View Seekor Anjing Ketika Mengalami Kejadian Supranatural!


#Description:
Title: Good Boy (2025)
Casts: Indy The Dog, Shane Jensen, Larry Fessenden, Arielle Friedman, Stuart Rudin, Anya Krawcheck
Director: Ben Leonberg
Studio: Independent Film Company, Shudder, Klik Film


#Synopsis:
Setelah didiagnosis terkena penyakit paru-paru kronis, Todd (Shane Jensen) memutuskan untuk pergi dari kota New York dan tinggal di rumah peninggalan mendiang kakeknya yang berada di pedesaan. Todd berharap jika ia tinggal di sana bisa menghirup udara lebih segar karena rumah sang kakek dikelilingi pepohonan. Todd mengajak anjing Tolling Retriever kesayangannya yang diberi nama Indy untuk menemaninya di rumah.
Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Todd akhirnya tiba di rumah kakeknya yang sudah lama terbengkalai. Setelah membereskan beberapa perabotan rumah yang berantakan, Todd mengabari kakaknya yaitu Vera (Arielle Friedman) jika ia tinggal sementara di rumah kakek mereka selama proses pemulihan penyakit paru-parunya. Respon Vera saat mengetahui adiknya itu tinggal di rumah kakek mereka terkejut. Vera khawatir di rumah tersebut ada penunggunya dan menjadi penyebab kematian dari sang kakek. Todd pun tak mempercayai hal tersebut dan berpikir lebih realistis, karena kakek mereka meninggal akibat penyakit paru-paru dan sudah berusia senja.
Keesokan paginya, Todd mengajak Indy untuk berkeliling hutan. Tak sengaja mereka bertemu dengan tetangga rumah yaitu Richard (Stuart Rudin) yang sedang memburu hewan rubah. Richard pun mengingatkan Todd dan anjingnya untuk lebih berhati-hati saat berjalan di tengah hutan karena ia sudah memasang perangkap rubah di beberapa titik. Selain itu, Richard juga memberi tahu jika dirinya lah yang pertama kali menemukan jasad kakeknya Todd setelah meninggal di dalam rumah. Namun yang disayangkan, anjing kesayangan sang kakek yang bernama Bandit sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya dimana.
Seiring berjalannya waktu, Indy merasakan hal gaib setelah tinggal di rumah tersebut. Ia sering melihat bayangan hitam berkeliaran di dalam rumah dan mengamati gerak-geriknya. Hingga suatu ketika, Indy melihat penampakan seekor anjing yang sama persis dengan dirinya dan menuntunnya ke salah satu kamari di lantai atas. Di bawah lemari pakaian, Indy menemukan bandana berwarna merah yang dulunya sering dipakai oleh Bandit, anjing kesayangan mendiang kakeknya Todd. Sejak saat itu, Indy sering mengalami mimpi buruk berulang kali diserang oleh bayangan hitam dan mendapat pengelihatan kakeknya Todd yang terlihat meninggal karena penyakit yang sama dengan Todd.
Sementara itu, kondisi kesehatan Todd semakin memburuk dan sering batuk mengeluarkan darah. Ia juga jadi semakin sensitif dan mudah marah jika Indy maupun Vera berusaha untuk tetap berkomunikasi dengannya. Suatu malam, Todd mengalami sleep walking dan membenturkan kepalanya ke pintu ruang bawah tanah berulang kali. Setelah tersadar, ia kembali ke kamarnya lalu bayangan hitam tadi menutup pintu dan memisahkan antara Todd dengan Indy.
Keadaan semakin tak terkendali disaat bayangan hitam yang berwujud manusia penuh lumpur itu mulai menyerang Todd. Ditambah lagi, kondisi kesehatan Todd semakin melemah yang membuatnya tak bisa berbuat banyak. Indy kemudian masuk ke kamar untuk menemani dan menghibur majikannya itu. Namun sayang, saat tersadar, sosok bayangan hitam tadi kembali menyerang Todd dan juga Indy. Bagaimana nasib mereka berdua selanjutnya?


#Review:
Setelah tayang perdana di SXSW 2025 pada bulan Maret kemarin dan mendapat respon sangat positif hingga berhasil mendapat skor certfied fresh dengan rating mencapai 91% di Rotten Tomatoes, debut film horror karya sutradara Ben Leonberg ini akhirnya tayang di bioskop Indonesia pada perhelatan Jakarta World Cinema 2025 sebagai Surprise Film dan serentak di bioskop lainnya mulai 8 Oktober kemarin.


Untuk segi cerita, film GOOD BOY (2025) hadir dengan cerita yang sangat fresh dan juga out of the box. Jika di film PRESENCE (2025) kemarin cerita horror dari point of view sosok hantu, kali ini di film GOOD BOY (2025) hadir cerita horror dengan point of view seekor anjing jenis Tolling Retriever. Premis yang digunakan film ini sebetulnya tidak menawarkan hal baru yaitu tentang satu karakter pindah ke rumah yang sudah lama terbengkalai lalu diganggu oleh sosok gaib penunggu rumah tersebut. Daya tarik dari film GOOD BOY (2025) ini mengajak penonton untuk melihat bagaimana sih jadi seekor anjing saat majikannya diganggu oleh hantu. Kita bisa merasakan bagaimana Indy mengamati setiap hal-hal gaib yang terjadi di rumah hingga mengancam majikannya sendiri. Insting hewan anjing yang lebih sensitif pun tergambarkan sangat realistis dalam film ini. Loyalitas dan usaha Indy untuk melindungi Todd sukses bikin penonton greget. Sederet jump scared yang dihadirkan film GOOD BOY (2025) tampil sangat cerdik dan kebanyakan memang menyasar Indy.
Penampilan Indy yang merupakan anjing sungguhan dan bukan efek CGI dalam film ini, sudah jelas jadi bintang utamanya. Entah bagaimana sang sutradara mengarahkan seekor anjing untuk berakting selama 75 menit dalam film horror pula. Hampir selama durasi film, Indy terlihat sangat natural dan sama sekali tidak rewel atau banyak menggonggong pula. Gesture dan ekspresi wajah seekor anjing yang ketakutan, penuh kebingungan hingga aksi heroiknya untuk melindungi Todd sukses membuatku terpukau sekaligus bikin haru.
Overall, film GOOD BOY (2025) memang sangat layak masuk jajaran film horror Hollywood terbaik di tahun ini. Sangat fresh, out of the box dan mengesankan! Big hug for Indy!


[9/10Bintang]