Saturday, 29 February 2020

[Review] The Invisible Man: Terror Mematikan Dari Sosok Tak Kasat Mata


#Description:
Title: The Invisible Man (2020)
Casts: Elisabeth Moss, Oliver Jackson-Cohen, Harriet Dyer, Aldies Hodge, Storm Reid, Michael Dorman, Benedict Hardie, Renee Lim, Brian Meegan
Director: Leigh Whannell
Studio: Universal Pictures, BlumHouse Productions


#Synopsis:
Cecilia Kass (Elisabeth Moss) memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan sang suami, Adrian Griffin (Oliver Jackson-Moss). Hidup Cecilia terasa sangat terkekang selama menjalani hubungan dengannya. Adrian tergolong pria yang sangat posesif dan juga obsesif pada istrinya. Ia tak ingin istrinya itu mempunyai hubungan dengan siapapun, termasuk dengan adiknya sendiri yaitu Emily Kass (Harriet Dyer). Adrian sendiri merupakan seorang ilmuwan yang sedang mengembangkan beberapa jenis teknologi optik canggih di rumah mewahnya yang terletak disebuah bukit di pinggir pantai.



Suatu malam, Cecilia berencana melarikan diri dari kediaman suaminya. Ia memberikan obat tidur pada Adrian agar bisa keluar dari rumah itu. Rencana tersebut berhasil. Cecilia sukses keluar dan dijemput oleh adiknya, Emily yang sudah menunggu di jalan raya. Setelah berhasil meloloskan diri, Cecilia tinggal dan bersembunyi di rumah temannya yang berprofesi sebagai polisi bernama James (Aldies Hodge). Selama bersembunyi disana, Cecilia tak pernah sekalipun keluar rumah. Ia takut sang suami masih mencari tahu keberadaannya. Selama berada dirumah James, ia berteman dengan Sydney (Storm Reid), anak dari James yang akan segera melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah.



Suatu hari, Emily datang menjenguk dan membawa kabar bahwa Adrian tewas bunuh diri dirumahnya. Kabar kematian sang suami membuat Cecilia lega dan bisa hidup terbebas dari bayang-bayang sang suami yang posesif. Kabar lainnya juga datang dari Tom Griffin (Michael Dorman), adik dari Adrian yang mengundang Cecilia untuk hadir ke kantornya. Setibanya disana, Tak disangka Adrian mewariskan seluruh hartanya pada Cecilia. Tak hanya itu saja, ribuan dollar pun siap dikirim setiap tahunnya selama empat tahun untuk memenuhi kebutuhan Cecilia.



Cecilia tak menyangka bahwa ia akan mendapat warisan begitu banyak dari Adrian. Ia pun akhrinya menerima dan memanfaatkan harta warisan tersebut untuk membahagiakan James dan juga Sydney. Namun ternyata, beberapa hari setelah menerima warisan itu, Cecilia mulai mengalami hal-hal ganjil. Setiap dirinya sedang seorang diri, ia merasakan seperti ada seseorang yang sedang mengawasinya. Bahkan hari demi hari, Cecilia diserang oleh sesuatu yang tak kasat mata. Perlahan tapi pasti, Cecilia mulai mengamati setiap serangan yang menimpa dirinya. Ia yakin bahwa serangan tersebut datang dari Adrian yang kini tak kasat mata.



Namun sayang, disaat Cecilia meminta pertolongan pada orang-orang terdekatnya, ia malah dianggap gila. Bahkan adiknya sendiri juga kecewa dan sakit hati dengan sebuah email yang dikirim dari email pribadi Cecilia. Waktu pun terus berjalan, satu persatu orang-orang terdekat Cecilia ikut diserang. Bahkan gara-gara serangan tak kasat mata itu, Cecilia harus dijebloskan ke penjara. Mampukah Cecilia menguak siapa sosok tak kasat mata itu?


#Review:
Tahun 2020 sudah berjalan dua bulan, namun film bergenre horror-thriller keluaran Hollywood di awal tahun ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rasa skeptis terhadap film THE INVISIBLE MAN (2020) yang dirilis akhir februari ini pun muncul. Tapi untungnya, setelah menyaksikan film arahan sutradara Leigh Whannell ini, rasa skeptis akan film sosok tak kasat mata ini sukses dipatahkan. Whannel sukses menggarap dan menulis naskah film THE INVISIBLE MAN (2020) dengan sangat baik dan matang.


Untuk segi cerita, film ini menampilkan sebuah kisah toxic relationship serta sikap posesif dalam sebuah hubungan yang dikemas dengan sentuhan horror, thriller dan juga sedikit sci-fi. Whannell sukses mengemasnya dengan menambahkan serangkaian jumpscare cerdik tanpa mengandalkan penampakan setan seperti film-film horror-thriller kebanyakan. Plot yang dibangun soal karakter Cecilia yang terus diikuti oleh sosok tak kasat mata ini tampil cukup menarik dan sukses memberikan rasa simpati pada penonton terhadapnya. Film yang berdurasi hampir 120 menit ini juga tak lupa memberikan sebuah plot-twist yang menurutku eksekusinya memuaskan. Dari awal hingga akhir film sosok Cecilia begitu konsisten dengan apa yang ia pilih. Namun yang sedikit mengganjal bagiku adalah cerita hubungan antara Cecilia dan Adrian ini tidak terlalu menonjol sebagai pasangan suami istri. Aku merasakan hubungan mereka masih berada di level berpacaran. Disepanjang film juga tidak ada satu hal yang menunjukkan bahwa mereka telah menikah. Selain itu, sosok Adrian pun tidak terlalu dieksplor lebih mendalam.


Untuk jajaran pemain, Elisabeth Moss harus diakui menjadi karakter paling kuat dan memukau disepanjang film. Karakter Cecilia sukses menjadi sosok yang tangguh dan totalitas ketika ingin terbebas dari mantannya. Permainan ekspresi dan gesturenya juga sangat memuaskan. Segi visual dan scoring musik juga sama seperti film-film Whannell lainnya, tampil bagus dan sukses membangun suasana mencekam.
Overall, THE INVISIBLE MAN (2020) menurutku berhasil menyajikan sensasi terror dan horror dengan memadukan kecanggihan teknologi. Yuk nonton di bioskop!


[8.5/10Bintang]

Friday, 28 February 2020

[Review] Teman Tapi Menikah 2: Kisah Keluarga Muda Dalam Membangun Rumah Tangga



#Description:
Title: Teman Tapi Menikah 2 (2020)
Casts: Adipati Dolken, Mawar Eva, Vonny Cornellya, Sari Nila, Ivan Leonardy, Clay Gribble, Sarah Sechan, Jourdy Pranata, Tubagus Ali, Ravil Prasetya, Nagra Kautsar, Canti Tachril, Thalia Basir, Lili Sp
Director: Rako Prijanto
Studio: Falcon Pictures


#Synopsis:
Setelah menjalin pertemanan selama 13 tahun lamanya, kisah cinta antara Ditto (Adipati Dolken) dan Ayudia (Mawar Eva) akhirnya berujung di pelaminan. Kebahagiaan selalu menghampiri keduanya. Meskipun menikah di usia muda, Ditto dan Ayu menjalaninya dengan santai. Mereka juga selalu menyempatkan untuk berpacaran dan mengumbar kemesraan disaat tengah berduaan.


Keseruan rumah tangga Ditto dan Ayu semakin terasa disaat keduanya berencana untuk segera keliling dunia dan mewujudkan semua impian mereka bersama. Namun semua rencana itu terpaksa tidak bisa terealisasi dalam waktu dekat, pasalnya Ayu tiba-tiba hamil. Kabar bahagia ini lantas membuat orangtua dari Ditto dan Ayu senang. Namun apa yang dirasakan oleh Ditto dan Ayu berbeda, mereka belum siap untuk menjadi pasangan ayah dan ibu. Bahkan disaat mengetahui dirinya hamil, Ayu dilanda panik dan stres memikirkan proses melahirkan yang menurutnya sangat mengerikan dan menyakitkan.



Perubahan sikap pun mulai diperlihatkan Ayu semenjak hamil. Ia yang awalnya selalu penuh semangat kini berubah drastis menjadi seorang ibu hamil yang malas untuk bergerak dan perasaannya makin sensitif. Bahkan, disaat Ditto dijadwalkan untuk manggung ke Balikpapan, Ayu uring-uringan dan tak ingin ditinggalkan seorang diri di rumah. Ditto pun akhirnya mengajak sang istri untuk ikut ke Balikpapan meskipun harus membayar lebih mahal untuk tiket pesawatnya.
Setibanya disana, Ayu malah kelelahan dan memilih untuk beristirahat di hotel ketimbang datang ke acara manggung suaminya. Ditto kesal, ikutnya Ayu ke Balikpapan bukannya memberikannya support malah menjadi beban karena Ayu lebih memilih istirahat. Pertengkaran pun tak terelakkan, Ayu ingin dirinya dimengerti sebagai seorang calon ibu yang tengah hamil muda.



Perlahan tapi pasti, Ditto pun kini mencoba untuk menahan diri dan memahami istrinya. Setelah jadwal manggungnya selesai, mereka memutuskan untuk pergi berliburan ke Bali sekaligus menenangkan Ayu. Selama di Bali, keduanya fokus untuk quality time berdua. Tapi, kebersamaan Ditto dan Ayu lagi-lagi terusik disaat Ditto ingin berkumpul dengan teman-teman band nya. Hingga pertengkarang-pertengkaran sehari-hari lainnya juga tidak terelakkan. Kini keadaan semakin sulit dan mereka merasa perlu untuk memutuskan, mempertahankan hubungan atau si calon bayi.


#Review:
Film TEMAN TAPI MENIKAH (2018) yang dirilis dua tahun silam boleh dibilang sebagai salah satu film drama Indonesia terbaik di tahun itu. Kisah persahabatan antara Ditto dan Ayu yang berujung ke pelaminan sukses dikemas dengan sangat baik oleh Rako Prijanto selaku sutradara film. Dua tahun kemudian, Falcon Pictures dan Rako Prijanto kembali menyajikan kelanjutan kisah cinta Ditto dan Ayu yang kini sudah menikah dalam sekuel film TEMAN TAPI MENIKAH 2 (2020) yang tayang di bioskop mulai 27 Februari 2020.


Yang cukup mengejutkan adalah, absennya aktris muda Vanesha Prescilla yang tidak terlibat dalam sekuelnya ini. Karakter Ayu yang ia perankan diganti oleh aktris muda lainnya yaitu Mawar Eva De Jongh. Keputusan ini memang cukup beresiko, mengingat performance Vanesha di film TEMAN TAPI MENIKAH (2018) menurutku tidaklah buruk dan bahkan jauh lebih asyik ketimbang peran Vanesha sebagai Milea di Trilogy film DILAN (2019). Rako Prijanto dan Adipati Dolken sendiri akhirnya mengungkapkan alasan pergantian pemeran karakter Ayu disekuelnya ini yang menyebutkan jika tantangan karakter Ayu di film kedua semakin besar dan dituntut untuk memainkan emosi yang lebih mendalam sebagai seorang ibu muda yang tengah hamil. Rako yakin jika Mawar Eva bisa melanjutkan karakter Ayu dari apa yang sudah dilakukan dengan baik oleh Vanesha Prescilla di film pertamanya.
Untuk segi cerita, film TEMAN TAPI MENIKAH 2 (2020) ini melanjutkan kisah pasangan Ditto dan Ayu yang kini sudah menikah. Premis sederhana ini sudah sangat banyak dieksplor oleh film-film drama, namun untungnya ditangan Rako Prijanto dan Johanna Wattimena selaku penulis naskah, membawa film ini semakin matang dan dewasa dibandingkan film pertamanya. Konflik-konflik rumah tangga pasangan muda Ditto dan Ayu dikemas begitu sederhana, membumi dan apa adanya. Chemistry keromantisan mereka berdua usai menikah GILA YA SUNGGUH MENGGEMASKAN SEKALI! Setiap tek-tokan dialog mereka selalu saja memancing senyum penonton. Film ini tak mengandalkan gombalan-gombalan puitis, namun lebih menonjolkan sisi romantisnya lewat kebersamaan dan gelak tawa yang begitu lucu. Rasa insecure seorang perempuan pada kehamilan pertama juga dieksplor dengan sangat baik oleh Johanna. Penonton diajak untuk melihat secara alami progres perubahan sikap dari karakter Ayu dari sebelum, sedang dan sesudah hamil dengan sangat baik. Bahkan, adegan persalinan yang ditampilkan sukses membuatku terharu dan menangis bahagia melihatnya.


Untuk jajaran pemain, sudah jelas dua bintang utamanya sukses bersinar disepanjang film. Aktor Adipati Dolken lagi lagi berhasil memerankan karakter Ditto yang kini semakin dewasa dan mampu mempermainkan sisi emosionalnya. Chemistry yang ia bangun dengan Mawar Eva menurutku jauh lebih mengesankan dan luar biasa dibandingkan di film pertamanya. Angkat dua jempol juga untuk Mawar Eva yang sukses menampilkan karakter Ayu dengan sangat matang. Gejolak emosi seorang ibu muda sukses ditaklukannya dengan amat baik. Kualitas akting dari Mawar Eva makin meningkat disetiap film yang ia bintangi dan di film TEMAN TAPI MENIKAH 2 (2020) ini menurutku menjadi penampilan Mawar Eva paling terbaik sejauh ini.
Untuk visual dan scoring musik juga, sekuel filmnya ini mengalami peningkatan dibanding film pertamanya. Editing dan sinematografinya juga cakep sekali disaat menangkap moment-moment penting dalam film ini. Original Soundtrack berjudul Teman Sampai Surga yang dinyanyikan oleh Ayudia Bing Slamet dan bandnya yaitu Dengarkan Dia makin memperindah film ini.
Overall, sekuel film TEMAN TAPI MENIKAH 2 (2020) is one of the best drama romantic movie of the year so far. Filmnya harus terus berlanjut! Adipati & Mawar Eva is a stars!


[8.5/10Bintang]

Thursday, 27 February 2020

[Review] The Science Of Fictions: Mengikuti Kehidupan Korban Yang Dibungkam Untuk Sebuah Fakta


#Description:
Title: Hiruk Pikuk Al-Kisah: The Science of Fictions (2020)
Casts: Gunawan Maryanto, Yudi Ahmad, Ecky Lamoh, Alex Suhendra, Lukman Sardi, Asmara Abigail, Marissa Anita, Andrew Trigg
Director: Yosep Anggi Noen
Studio: Go Studio, Astro Shaw, Angka Fortuna Sinema, LimaEnam Films


#Synopsis:
Alkisah disuatu malam, seorang pria paruh baya bernama Siman (Gunawan Maryanto) menjadi saksi sebuah adegan pengambilan gambar astronot yang melakukan pendaratan di bulan di wilayah Gumuk Pasir, Bantul. Siman ditangkap dan lidahnya dipotong oleh para penjaga agar tak menyebarkan rekayasa pendaratan di bulan.


Setelah kejadian mengenaskan itu, Siman kini tak dapat berbicara. Hidupnya pun terasa sangat lambat, bahkan setiap kegiatan dan aktifitasnya selalu berjalan slow-motion. Untuk berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya, ia menggunakan bahasa dan gerakan tubuh. Siman berusaha untuk memberitahukan soal dirinya yang menjadi saksi rekayasa pendaratan di bulan pada orang lain, namun orang lain tak mengerti maksud Siman dan malah menganggapnya tak waras.


Untuk meyakinkan soal apa yang ia lihat, Siman mengumpulkan uang dari hasil jerih payahnya sebagai buruh kasar untuk membuat sebuah kostum astronot sederhana dan sebuah pesawat ruang angkasa dari benda-benda bekas di halaman belakang rumahnya.



Seiring berjalannya waktu, setiap gerakan tubuh Siman yang slow-motion layaknya seorang astronot yang sedang berjalan di bulan semakin mendapat perhatian para warga sekitar. Siman yang asalnya bekerja sebagai buruh pabrik genteng, ia diajak oleh seorang mantan TKI (Lukman Sardi) untuk bekerja di pabrik besi. Tak hanya itu saja, Siman juga diajak untuk bergabung menjadi bagian dari pentas seni tari di kampungnya. Penghasilan yang Siman terima kini semakin membaik setelah sering menjadi bagian dari pentas seni tari bersama rombongan penari lain. Siman bahkan bisa membayar seorang perempuan (Asmara Abigail) untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.


#Review:
Sutradara spesialis film-film arthouse yaitu Yosep Anggi Noen siap merilis film terbarunya setelah sukses melanglangbuana di berbagai festival film tingkat Internasional. Film tersebut adalah THE SCIENCE OF FICTIONS: HIRUK PIKUK AL-KISAH (2020) yang siap tayang di bioskop Indonesia dalam waktu dekat. Sebelum tayang reguler, film ini telah tayang perdana dan eksklusif pada perhelatan JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 2019 pada akhir tahun lalu. Bahkan film ini juga sukses menyabet gelar Film Indonesia Pilihan di ajang Festival Film Tempo 2019.


Aku berkesempatan untuk bisa menyaksikan film ini lebih awal sebelum tayang secara reguler di bioskop pada ajang PLAZA INDONESIA FILM FESTIVAL 2020, pada hari Rabu, 26 Februari 2020 di Cinema XXI Plaza Indonesia Jakarta.



Untuk segi cerita, seperti film-film arthouse Indonesia kebanyakan, film HIRUK PIKUK AL-KISAH (2020) ini memberikan cerita yang menurut kami tak mudah untuk langsung dipahami. Anggi Noen menyajikan kisah hidup Siman yang diperankan Gunawan Maryanto penuh dengan tanda tanya. Aku kurang bisa menikmati dengan baik keseluruhan film ini. Banyak hal-hal yang tak membuatku paham apa sebenarnya maksud dan tujuan cerita film ini. Huhuhu. 30 menit awal, film berwarna monochrome yang seakan seperti tahun 1962, sesuai setting waktu cerita film. Tapi di menit ke 31 sampai film selesai, film kembali berwarna dan menunjukkan setting waktu bukan lagi masa lalu. Hal ini terlihat dari penggunaan ponsel, iklan-iklan yang tertempel di dinding dan alunan lagu-lagu di radio yang menunjukkan bahwa ini adalah waktu terkini. Untungnya segi tata artistik, tata musik dan suara, film ini tampil sangat apik dan realistic. Anggi Noen dan team filmnya sukses menyajikan suasana pedesaan dengan berbagai macam jenis suara alaminya.


Untuk jajaran pemain, Gunawan Maryanto harus diakui memang tampil memukau. Gesture serta gerakan tubuh slow-motionnya sukses menyampaikan apa yang ia ingin ucapkan, meskipun gerakan slow-mo nya selalu membuatku geregetan. Ditambah lagi jika karakter Siman sedang mendapat kebahagiaan ataupun amarah, gerakan ia kembali normal. Namun sayang, menurutku aktris Asmara Abigail, Marissa Anita dan aktor Lukman Sardi yang hadir di film HIRUK PIKUK AL-KISAH (2020) ini tampil seperti hanya "numpang lewat" saja, karena karakter yang mereka perankan terasa tidak berpengaruh besar pada keseluruhan cerita film.
Sekali lagi, film HIRUK PIKUK AL-KISAH (2020) memang film yang tidak ditujukan untuk seluruh kalangan pecinta film. This is not my cup.


[5/10Bintang]

Sunday, 23 February 2020

[Review] Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2: Terror Dukun Wanita Masih Mengintai Alfie Dan Nara.



#Description:
Title: Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020)
Casts: Chelsea Islan, Hadijah Shahab, Baskara Mahendra, Widika Sidmore, Karina Salim, Arya Vasco, Lutesha, Shareefa Daanish, Tio Hadianto, Aurelie Moeremans, Ruth Marini, Ray Sahetapy, Karina Suwandi
Director: Timo Tjahjanto
Studio: Legacy Pictures, Frontier Pictures, Rapi Films


#Synopsis:
Usai kematian dua saudara tiri, kedua orang tua kandung dan ibu tirinya, Alfie (Chelsea Islan) dan Nara (Hadijah Shahab) kini hidup sebatang kara dan tinggal disebuah apartemen kecil. Suatu hari, kehidupan mereka terusik oleh enam orang anak yatim piatu dari Panti Asuhan Bahtera. Budi (Baskara Mahendra), Leo (Arya Vasco), Kristi (Lutesha) dan Martha (Karina Salim) menculik Alfie dan juga Nara untuk dibawa ke panti asuhan mereka.


Disana mereka disambut oleh Gadis (Widika Sidmore) dan Djenar (Shareefa Daanish) yang sudah menanti kedatangan keduanya. Ketika tersadar, Alfie berontak dan tak menerima dirinya diperlakukan seperti itu. Djenar lalu meminta maaf dan menjelaskan mengapa Alfie dan Nara terpaksa diculik oleh mereka.
Djenar, sebagai saudara tertua diantara anak-anak panti meminta pertolongan pada Alfie untuk bisa terbebas dari gangguan gaib yang mereka yakini berasal dari arwah pemilik Panti Asuhan Bahtera, yaitu Pak Ayub (Tio Hadianto). Pasalnya, Djenar dan yang lainnya adalah penyebab kematian Pak Ayub dengan cara yang cukup sadis. Sejak kejadian itu, ketujuh anak panti asuhan ini dipisahkan diluar Panti Asuhan Bahtera. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Gadis semakin sering dihantui oleh Pak Ayub. Puncaknya, salah satu dari tujuh anak panti yaitu Dewi (Aurelie Moeremans) tewas secara mengenaskan disaat ia tengah menemani Gadis.



Mendengar penjelasan itu membuat Alfie kebingungan, pasalnya panti asuhan dan ketujuh anak panti ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan dirinya maupun Nara. Djenar pun kembali menjelaskan bahwa kejadian yang dialami oleh Alfie dan Nara di masa lalu itu ada kaitannya dengan kekuatan supranatural yang dimiliki oleh Pak Ayub. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Martha, mereka yakin jika kitab hitam yang pernah dimiliki Pak Ayub merupakan kitab ilmu hitam dari Dukun Wanita (Ruth Marini) penyembah Iblis Molok berkepala kambing. Martha menambahkan, Pak Ayub dan ayah dari Alfie yaitu Lesmana (Ray Sahetapy) merupakan pasien dari Dukun Wanita itu. Martha meyakini, kekuatan gaib Pak Ayub bisa di hentikan jika dibantu oleh Alfie.



Budi, Gadis, Leo, Martha dan Djenar kemudian membawa Alfie menuju ke ruang basement panti, tempat tewasnya Pak Ayub. Martha dan Gadis lalu memintanya untuk membacakan serangkaian mantra dan membubuhkan darahnya di kitab hitam itu. Usai melakukan hal tersebut, sekujur tubuh Alfie bergetar, berteriak kencang lalu tak sadarkan diri. Melihat Alfie yang jatuh pingsan membuat mereka panik. Setelah beberapa saat, suhu di basement tiba-tiba berubah drastis. Alfie yang siuman lalu dikejutkan ia bisa melihat sosok Pak Ayub. Kekacauan pun terjadi. Satu persatu dari mereka diserang oleh Pak Ayub hingga meregang nyawa. Nara dan Kristi yang menunggu di atas pun menjadi sasaran Pak Ayub berikutnya.



Ditengah kondisi yang semakin kacau, Alfie terus berusaha mencari tahu apa yang diinginkan oleh Pak Ayub. Hingga perlahan tapi pasti, ia akhirnya mengetahui dalang dibalik semua kekacauan semua ini.


#Review:
Sekuel Film SEBELUM IBLIS MENJEMPUT (2018) yang dirilis 27 Februari 2020 mendatang di bioskop ini boleh dibilang sebagai salah satu film horror Indonesia yang paling diantisipasi kehadirannya. Pencapaian kualitas AYAT 1 yang dirilis pada 9 Agustus 2018 lalu ini terbilang sangat memuaskan sebagai film horror. Timo Tjahjanto sukses menyajikan pengalaman horror tak terlupakan dengan cerita serta ensemble casts yang memukau. Debut perdana bagi dua aktris berbakat Indonesia yaitu Chelsea Islan dan Pevita Pearce dalam beradu akting di film horror ini bahkan mendapat apresiasi masuk Nominasi Pemeran Utama Wanita Terpuji Festival Film Bandung 2018 lalu.



Kami berkesempatan hadir untuk menghadiri Gala Premiere film SEBELUM IBLIS MENJEMPUT AYAT 2 (2020) pada Jum'at, 21 Februari 2020 di Cinema XXI Senayan City Jakarta. Pada saat Press Conference, sutradara sekaligus produser AYAT 2 yaitu Timo Tjahjanto mengungkapkan proses dan ide cerita film AYAT 2 ini memberikan sesuatu hal yang baru serta evolusi dari karakter Alfie. Timo menambahkan, proses pengambilan gambar film ini berjalan sangat lancar karena ensemble casts yang ia pilih selalu ikut mengembangkan masing-masing karakter yang mereka perankan. Aktris Chelsea Islan pun mengungkapkan, evolusi karakter Alfie yang ia perankan kini jauh lebih depresif, makin emosional dan tempramental. Bahkan yang cukup membuatnya sedikit malu adalah sifat Alfie yang ia perankan selama pengambilan gambar, terbawa ke kehidupan asli dari Chelsea Islan itu sendiri. Bahkan aktor Baskara Mahendra dan Hadijah Shahab pun merasakan perubahan sifat Chelsea Islan selama berada di lokasi shooting. Keduanya bahkan nyaris tidak bisa membedakan mana Chelsea Islan, mana karakter Alfie.


Gala Premiere Film SEBELUM IBLIS MENJEMPUT AYAT 2 (2020)
(Photo by: Instagram Cinemaylo Movie Review)

Baskara Mahendra juga mengungkapkan, ia ketagihan ingin kembali bermain dalam film bergenre horror. Ia menambahkan, proses pengambilan gambar film AYAT 2 ini terasa sangat menyenangkan sekaligus mendapatkan banyak sekali ilmu dari sang sutradara soal hal-hal horror, thriller, gore hingga teknik adegan aksi yang menggunakan banyak perlengkapan keamanan.



Suasana Press Conference yang dihadiri seluruh pemain, sutradara dan produser
(Photo by: Instagram Cinemaylo Movie Review & Arman Febryan)

Untuk segi cerita, film AYAT 2 ini secara tak langsung memang tidak ada kaitannya dengan film AYAT 1. Menurut kami, benang merah yang menghubungkan kedua film ini berasal dari karakter Dukun Wanita itu saja. Jika karakter Alfie dan Nara dihilangkan pun, kisah film AYAT 2 ini masih bisa tetap berlanjut. Tapi, ditangan Timo Tjahjanto, skenario kedua kisah ini tetap dipersatukan lewat karakter Alfie dengan cara yang menurut kami terlalu dipaksakan. Ada satu adegan dari salah satu anak panti ini yang mempersilahkan Alfie dan Nara untuk pulang setelah usaha yang Alfie lakukan gagal. Alfie dan Nara terlihat dijebak oleh geng anak panti asuhan ini. Hal tersebut sedikit membuktikan jika Alfie maupun Nara dihilangkan pun tidak terlalu menjadi masalah. Seiring berjalannya durasi, muncul hal-hal lainnya yang menimbulkan banyak tanda tanya. Beberapa penjelasan soal kitab hitam, Dukun Wanita hingga Iblis Molok itu sendiri tidak dieksplor lebih mendalam.



Ensemble casts film AYAT 2 ini lebih melimpah dibandingkan film AYAT 1. Namun kami sedikit merasakan, penggalian personal tujuh karakter anak panti ini masih kurang meyakinkan. Motif serta chemistry masing-masing dari mereka tidak terlalu menonjol, malah cenderung acuh. Padahal mereka semua diceritakan sebagai sahabat dekat dan sudah menganggap seperti saudara sendiri.
Terlepas dari cerita filmnya yang menurut kami masih bisa lebih baik dan beliveable lagi, Timo Tjahjanto menghadirkan sensasi horror, thriller, slasher hingga gore nya meningkat dua kali lipat dibandingkan film AYAT 1. Timo menepati janjinya jika disekuelnya nanti, kadar kengerian dan slashernya tidak akan ditahan-tahan lagi. Sejak menit pertama, penonton sudah diberi jumpscared cerdik dengan timing penampakan yang sangat bagus. Permainan lensa bokeh dan blur untuk menciptakan adegan seram sukses membuat penonton gelisah. Tingkat brutal pun harus diakui semakin menggila di film AYAT 2. Melimpahnya para karakter disini dimanfaatkan dengan baik oleh Timo untuk menghadirkan elemen horror dan slasher. Satu persatu dari mereka mendapatkan pengalaman horror yang gila dan pol-polan. Bahkan ada satu kejutan setan khas Indonesia muncul dan memeriahkan film AYAT 2 ini.


Untuk jajaran pemain, karakter Alfie yang dimainkan Chelsea Islan benar-benar berevolusi dari film AYAT 1. Alfie kini digambarkan makin mudah tersulut emosi, pemarah dan juga tempramental. Nyaris disepanjang durasi 110 menit ini, karakter Alfie selalu NGEGAS-POL dalam kondisi apapun. Kami merasa letih melihat Chelsea Islan yang terus-terusan marah disaat panik, terancam bahaya maupun sedang berdialog biasa. Tak hanya itu saja, karakter Alfie dan yang lainnya ditampilkan kurang realistis karena disepanjang film, mereka semua sama sekali tidak melakukan aktifitas manusiawi seperti makan maupun istirahat sejenak. Timo secara jor-joran memberikan intensitas horror dan slasher yang tinggi disepanjang film.


Moment brutal dan kesadisan yang dialami oleh aktor Baskara Mahendra, Widika Sidmore, Lutesha, Shareefa Daanish, Karina Salim Arya Vasco dan Aurelie Moeremans tampil mengerikan dan gila-gilaan. Visual efek, tata make-up hingga aksi liar dan akrobatik mereka dan juga para stunt disaat kerasukan mereka begitu bagus dan sangat atraktif.
Overall, film SEBELUM IBLIS MENJEMPUT AYAT 2 (2020) menebar kengerian dan terror nya jauh lebih NGEGAS dibandingkan film pertamanya. Sangat cocok ditonton di bioskop agar bisa merasakan sensasi teriakan berjamaah dengan audio yang menggelegar.


[8/10Bintang]

Saturday, 22 February 2020

[Trivia] 10 Film Indonesia Paling Berkesan Dalam 20 Tahun Terakhir



Dua dekade terakhir, industri perfilman Indonesia semakin mengalami peningkatan baik dari segi kualitas film, produksi film, maupun pendapatan jumlah penonton yang diraih selama penayangan di bioskop.
Diantara ribuan judul film Indonesia yang sudah dirilis dari tahun 2000 hingga 2020, kami berhasil merangkum Top 10 Film Indonesia yang menurut kami cukup mengesankan dan juga sukses menyita perhatian penonton ketika tayang di bioskop.

1. Petualangan Sherina

Film Petualangan Sherina merupakan film anak-anak bergenre drama musikal yang dirilis pada 7 Juni 2000 lalu. Film PETUALANGAN SHERINA menjadi salah satu film pionir kebangkitan Film Indonesia setelah mati suri di era tahun 90an. Film PETUALANGAN SHERINA berkisah tentang dua orang anak yaitu Sherina (Sherina Munaf) dan Saddam (Derby Romero) yang awalnya bermusuhan terpaksa bekerja sama untuk bisa terbebas dari kejaran penculik ketika mereka sedang berliburan. Deretan lagu-lagu musikal yang ada di film ini juga sukses mencetak hits dan menjadi salah satu album lagu anak-anak terbaik sepanjang masa. Dua dekade berlalu, Miles Films memberikan sebuah petunjuk kecil bahwa akan menggarap sekuel film ini.


Official Trailer Film PETUALANGAN SHERINA (2000)
Directed by: Riri Riza
Casts: Sherina Munaf, Derby Romero, Mathias Muchus, Uci Nurul, Didi Petet, Ratna Riantiarno
Produced by: Miles Films

2. Laskar Pelangi

Novel mega best seller karya Andrea Hirata yaitu LASKAR PELANGI diangkat ke layar lebar dan dirilis di bioskop pada 26 September 2008 lalu. Film ini memecahkan rekor sebagai Film Indonesia pertama sepanjang sejarah yang sukses menembus empat juta lebih penonton ketika penayangan di bioskop, sebelum akhirnya rekor tersebut dipatahkan delapan tahun kemudian oleh film WARKOP DKI REBORN dan juga dua film DILAN. Film yang disutradarai oleh Riri Riza ini sukses menghadirkan film inspiratif tentang dunia pendidikan di Bangka Belitung. Tak hanya itu saja, film ini sukses menjadikan Pulau Bangka Belitung menjadi tujuan wisata populer di Indonesia.


Official Trailer Film LASKAR PELANGI (2008)
Directed by: Riri Riza
Casts: Cut Mini, Ikranagara, Zulfanny, Ferdian, Verrys Yamarno, Slamet Rahardjo
Produced by: Miles Films

3. Keramat

Film horror karya sutradara Monty Tiwa berjudul KERAMAT yang dirilis pada 3 September 2009 silam ini boleh dibilang sebagai salah satu film horror Indonesia terbaik sepanjang masa. Dengan mengusung tema mockumentary, film ini sukses menampilkan serangkaian terror mencekam lewat kisah sebuah produksi film yang mengalami kejadian supranatural disaat mereka sedang shooting di Jogjakarta. Moment-moment jumpscare otentik yang dihadirkan oleh Monty Tiwa tampil begitu menyeramkan dan membekas dibenak para penonton. Unsur budaya jawa serta mitos-mitos yang ditampilkan dalam film ini juga sangat kuat sehingga semakin meningkatkan ketegangan film ini.


Official Trailer Film Keramat (2009)
Directed by: Monty Tiwa
Casts: Poppy Sovia, Migi Parahita, Sadha Triyuda, Diaz Ardiawan, Monty Tiwa
Produced by: Starvision Plus & Moviesta Pictures

4. Tanda Tanya (?)

Film karya Hanung Bramantyo yang dirilis pada 7 April 2011 sukses menyita perhatian seluruh warga Indonesia. Pasalnya, tema film yang diangkat film ini tentang konsep pluralisme agama di Indonesia. Sebagian ormas agama yang ada di Indonesia saat itu mengecam film ini tayang di bioskop karena mereka menganggap film ini tak sesuai dengan agama yang mereka yakini. Aksi protes film yang dibintangi Revalina S. Temat, Reza Rahadian, Agus Kuncoro, Endhita, Rio Dewanto dan Hengky Solaiman ini semakin besar dan terjadi dimana-mana. Namun aksi protes dari masyarakat luas ini berbanding terbalik dengan prestasi film ini, dimana film TANDA TANYA sukses masuk nominasi Film Terbaik, Skenario Terbaik dan Cerita Asli Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2011.



Official Trailer Film Tanda Tanya (2011)
Directed by: Hanung Bramantyo
Casts: Revalina S. Temat, Reza Rahadian, Endhita, Rio Dewanto
Produced by: Mahaka Pictures

5. 5cm

Film adaptasi dari novel best seller semakin memeriahkan industri film layar lebar Indonesia. Tahun 2012 silam, tepatnya pada tanggal 12 Desember 2012, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh sebuah film adaptasi novel best seller karya Donny Dhirgantoro berjudul 5CM. Film ini mengisahkan perjalanan lima orang sahabat mendaki puncak Gunung tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung Mahameru. Film produksi Soraya Intercine Films ini sukses meraih lebih dari dua juta penonton selama penayangan di bioskop. Tak hanya itu saja, film 5CM juga berhasil meraih gelar Film Terpuji di ajang Festival Film Bandung 2013. Film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini sukses menyajikan visual spektakuler puncak Gunung Mahameru dengan menambahkan unsur nasionalisme dan persahabatan dalam filmnya.


Official Trailer Film 5cm (2012)
Directed by: Rizal Mantovani
Casts: Fedi Nuril, Herjunot Ali, Raline Shah, Denny Sumargo, Igor Saykoji, Pevita Pearce
Produced by: Soraya Intercine Films


6. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Salah satu karya sastra legendaris dari Buya Hamka yaitu TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK diangkat ke layar lebar oleh Soraya Intercine Films. Dengan mengambil setting waktu pada era tahun 1930an, Sunil Soraya selaku sutradara dan produser film ini menyajikan kisah cinta dramatis antara Zainuddin dan Hayati yang terhalang oleh adat dan budaya bugis. Film ini juga sukses menjadi Box Office Indonesia No.1 pada tahun 2013 lalu dan banyak mendapat nominasi bergengsi diajang penghargaan perfilman tingkat nasional.


Official Trailer Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013)
Directed by: Sunil Soraya
Casts: Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahadian, Randy Danistha, Arzetti Bilbinna
Produced by: Soraya Intercine Films


7. Cahaya Dari Timur: Beta Maluku

Rumah produksi Visinema Pictures, pada 19 Juni 2014 menghadirkan sebuah film drama yang mengisahkan kehidupan seorang pelatih sepak bola asal Ambon yaitu Sani Tawainella semasa tinggal di Ambon, Maluku. Film yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko ini sukses menyajikan kisah tak hanya perjalanan hidup Sani Tawainella, tapi turut menampilkan budaya dan kondisi sosial masyarakat Ambon yang sangat kuat. Film CAHAYA DARI TIMUR: BETA MALUKU ini juga sukses menampilkan kualitas terbaik dari aktor Chicco Jerikho dan mendapatkan penghargaan sebagai Best Leading Actor di Festival Film Indonesia 2014.


Official Trailer Film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku (2014)
Directed by: Angga Dwimas Sasongko
Casts: Chicco Jerikho, Shafira Umm, Abdurrahman Arif, Bebeto Leutually, Aufa Assegaf
Produced by: Visinema Pictures


8. The Raid 2: Berandal

Salah satu film aksi paling bombastis di sepanjang sejarah perfilman Indonesia tentu adalah dua film produksi Merantau Films yaitu THE RAID dan sekuelnya, THE RAID 2: BERANDAL. Film ini memberikan standar paling tinggi untuk film aksi dan laga yang ada di Indonesia. Tak hanya itu saja, berkat film inilah tiga aktor utamanya yaitu Iko Uwais, Joe Taslim dan Yayan Ruhiyan sukses menapaki karier di industri perfilman Hollywood. Dua film THE RAID ini berkisah tentang pemberantasan mafia kejahatan dengan cara menyamar masuk ke dunia kejahatan. Film ini dirilis pada 28 Maret 2014 lalu dan sukses mencetak Box Office di Indonesia maupun di Amerika Serikat.



Official Trailer Film The Raid 2: Berandal (2014)
Directed by: Gareth Evans
Casts: Iko Uwais, Joe Taslim, Yayan Ruhiyan, Arifin Putra, Julie Estelle, Donny Alamsyah
Produced by: Merantau Films, XYZ Films


9. Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak

Film terbaru karya sutradara Mouly Surya berjudul MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK yang dirilis di bioskop Indonesia pada 16 November 2017 lalu ini sukses mencuri perhatian pecinta film disaat film ini tayang perdana di Cannes Film Festival dan Toronto International Film Festival 2017. Tak hanya itu saja, film yang dibintangi Marsha Timothy ini juga sukses menyabet sepuluh Piala Citra Festival Film Indonesia 2018.




Official Trailer Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak (2017)
Directed by: Mouly Surya
Casts: Marsha Timothy, Dea Panendra, Egy Fedly, Yoga Pratama
Produced by: Cinesurya Pictures, Kaninga Pictures


10. Dua Garis Biru

Penulis skenario Gina S. Noer akhirnya keluar dari zona nyamannya dengan menggarap sebuah film drama terbaru produksi Starvision Plus dan Wahana Kreator berjudul DUA GARIS BIRU yang dirilis pada 11 Juli 2019 lalu. Film yang dibintangi Angga Yunanda dan Adhisty Zara ini sukses menyajikan sebuah film drama yang menampilkan tentang pendidikan seks sejak dini beserta dampaknya bagi masa depan. Film DUA GARIS BIRU ini sukses menjadi Film Indonesia No.3 Terlaris di tahun 2019. Tak hanya itu saja, berkat film ini juga nama aktor Angga Yunanda dan Adhisty Zara semakin bersinar dan diperhitungkan di industri perfilman Indonesia. Prestasi terbaru dari film DUA GARIS BIRU ini yaitu sukses menyabet dua Piala Citra Festival Film Indonesia 2019 untuk Best Original Screenplay & Best Supporting Actress serta mendapat gelar Film Terpuji di Festival Film Bandung 2019.




Official Trailer Film DUA GARIS BIRU (2019)
Directed by: Gina S. Noer
Casts: Angga Yunanda, Adhisty Zara, Cut Mini, Arswendi Beningswara, Lulu Tobing, Dwi Sasono
Produced by: Starvision Plus, Wahana Kreator


Top 10 honorable mentions:

1. Pengabdi Setan directed by Joko Anwar
2. Imperfect directed by Ernest Prakasa
3. Ada Apa Dengan Cinta 2 directed by Riri Riza
4. Badoet directed by Awi Suryadi
5. Habibie & Ainun directed by Faozan Rizal
6. Keluarga Cemara directed by Yandy Laurens
7. Ayat-Ayat Cinta directed by Hanung Bramantyo
8. Selamat Pagi, Malam directed by Lucky Koeswandi
9. Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur directed by Rocky Soraya
10. Sultan Agung directed by Hanung Bramantyo

Kaleidoskop Film Indonesia Paling Berkesan click here.