Saturday, 28 April 2018

[Review] Avengers Infinity War: Akhirnya MCU Bersatu!



#Description:
Title: Avengers: Infinity War (2018)
Casts: Robert Downey Jr, Chris Evans, Chris Hemsworth, Scarlett Johansson, Mark Rufallo, Tom Hiddleston, Anthony Mackie, Benedict Cumberbatch, Benedict Wong, Josh Brolin, Tom Holland, Don Cheadle, Elizabeth Olsen, Paul Bettany, Chadwick Boseman, Letitia Wright, Danai Gurira, Chris Pratt, Zoe Saldana, Dave Bautista, Sebastian Stan, Vin Diesel, Karren Gillan, Pom Klementieff, Bradley Cooper, Sean Gunn.
Director: Anthony & Joe Russo
Studio: Marvel Studios, Walt Disney Pictures

#Synopsis:
Kapal angkasa bangsa Asgardian berhasil keluar dari planet Asgard yang hancur usai pertempuran Thor (Chris Hemsworth) melawan Hela (Cate Blanchett) dan Surtur dihadang oleh kapal angkasa raksasa milik Thanos (Josh Brolin). Thanos melacak keberadaan Space Stone berada di kapal angkasa bangsa Asgardian. Thor awalnya yakin bahwa Space Stone itu tidak ada ditangan mereka dan sudah ikut hancur bersamaan dengan planet Asgard, tapi ternyata dugaan itu salah. Space Stone itu berhasil diselamatkan oleh Loki (Tom Hiddleston) sebelum Asgard hancur. Thanos membantai habis bangsa Asgardian yang berusaha mencoba menghalanginya untuk mendapatkan Space Stone dibantu dengan ketiga Children of Thanos yakni: Proxima Midnight, Corvus Glaive dan Ebony Maw. Seluruh isi kapal angkasa Asgardian hancur, Thanos berhasil mendapatkan Space Stone, Thor terlempar jauh ke luar angkasa dan Hulk (Mark Ruffalo) berhasil dilempar ke bumi oleh kekuatan Dark Magic dari Heimdall (Idris Elba).
Sementara itu, di bumi keadaan tiba-tiba menjadi kacau. beberapa kapal angkasa berbentuk cincin mendarat dibumi. Dr Strange (Benedict Cumberbatch), Tony Stark/Iron Man (Robert Downey Jr), Wong (Benedict Wong), dan Peter Parker/Spider-Man (Tom Holland) bergegas untuk melacak apa yang sebenarnya terjadi. Rupanya itu adalah kapal angkasa milik Thanos yang sedang mencari keberadaan Infinity Stones lainnya. Kali ini ia mencari Time Stone yang ada di genggaman Dr Strange. Iron Man beserta yang lainnya berusaha melawan para Children of Thanos agar Time Stone tidak jatuh ke tangan mereka. Tapi sayang, kekuatan Children of Thanos itu jauh lebih tinggi dibandingkan Iron Man dan yang lainnya. Mereka sangat kewalahan melawan Ebony Maw dan rekannya. Hingga akhirnya Dr Strange berhasil diculik oleh salah satu Children of Thanos dan dibawa ke kapal angkasanya. Melihat Dr Strange dalam bahaya, Iron Man dan Spider-Man lantas tak tinggal diam, ia mencoba menyusul dan menyusup ke dalam kapal angkasa Thanos yang terbang pergi meninggalkan bumi menuju planet Titan.
Sementara itu, Team Guardians of The Galaxy menemukan Thor yang tak sadarkan diri melayang di angkasa. Starlord (Chris Pratt), Gamora (Zoe Saldana), Mantis (Pom Klementieff), Drax (Dave Bautista), Raccoon (Bradley Cooper) dan Teen Groot (Vin Diesel) kemudian menyelamatkan Thor. Usai sadar, Thor memberitahukan bahwa alam semesta sedang dalam bahaya karena Thanos telah datang untuk memburu Infinity Stones. Mendengar kata Thanos, mengingatkan Gamora pada masa lalunya. Ia merupakan anak tiri dari Thanos beserta dengan Nebula (Karen Gillan). Thor yang kini tak mempunyai senjata, memutuskan untuk pergi ke planet Nidavellir, planet dimana ia dulu pernah mendapatkan senjata palu petir bersama dengan Raccoon dan Groot.
Thanos kini memiliki Power Stone dan Space Stone. Tinggal empat Infinity Stones lagi untuk ia kumpulkan agar kekuatan maha dahsyat bisa dimiliki. Thanos pun bergerak menuju planet Knowhere untuk mendapatkan Reality Stones yang kabarnya berada di planet tersebut. Setibanya disana, ia bertemu dengan Starlord, Gamora, Mantis dan Drax yang tengah mencari Reality Stone juga. Pertemuan kembali Gamora dengan Thanos membuat perasaan Gamora campur aduk. Tak perlu membuang waktu lama, Thanos lagi-lagi berhasil mengumpulkan Infinity Stones. Lebih parahnya, ia menculik Gamora untuk mencari Infinity Stones berikutnya yakni Soul Stone. Thanos kemudian membawa Gamora ke pesawat angkasa nya untuk mempertemukannya dengan Nebula, saudaranya. Thanos mengancam akan membunuh Nebula jika Gamora tak memberitahukan dimana Soul Stone berada. Tak ada pilihan lain, Gamora pun memberitahukan Soul Stone berada di planet Vormir. Dengan bantuan Space Stone, Thanos diberi kemudahan untuk mencapai planet Vormir. Disanalah ia akhirnya menemukan Soul Stone. Tapi untuk mendapatkannya, Thanos harus mengorbankan orang yang paling dicintainya. Demi misinya untuk menyeimbangkan alam semesta dan memusnahkan separuh populasi kehidupan manusia, ia melakukan pengorbanan untuk mendapatkan Soul Stone.
Usai mendapatkan Soul Stone, Thanos kembali berusaha mengambil Time Stone dari tangan Dr Strange yang sedang berada di planet Titan bersama dengan Iron Man, Spider-Man dan juga kini Starlord, Mantis dan Drax ikut bergabung untuk menjaga Time Stone. Tapi, kekuatan Thanos semakin kuat usai Infinity Gauntlet nya satu persatu mulai lengkap. Mereka kewalahan menahan serangan Thanos. Dan pada akhirnya, Time Stone pun berhasil diambil Thanos.
Tinggal satu lagi yakni Mind Stone. Batu tersebut ada di bumi dan dimiliki oleh Vision (Paul Bettany). Mendengar kabar Thanos akan menuju bumi, kekasih dari Vision yakni Wanda Maximoff/Scarlett Witch (Elizabeth Olsen) berusaha sekuat tenaga dengan kekuatannya untuk melindungi Vision. Beruntung, Scarlett tidak sendirian, ia dibantu oleh Nomad/Captain America (Chris Evans), Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johansson), Bucky (Anthony Mackie), War Machine dan Falcon. Agar Vision lebih aman, Nomaden memutuskan untuk membawa Vision ke Wakanda. King T'Challa/Black Panther (Chadwick Boseman) beserta penduduk Wakanda bersiap untuk membantu melindungi Vision dari buruan Thanos. Mampukah para Avengers di bumi mempertahankan Mind Stone agar tidak jatuh ke tangan Thanos?

#Review:
Debut perdana Marvel Cinematic Universe dimulai pada tahun 2008 lewat film Iron Man. Sejak saat itu, Marvel Studios semakin serius mengembangkan cerita MCU menjadi lebih luas. Hingga tak terasa, 10 tahun telah berlalu. 19 film Marvel Cinematic Universe sudah dirilis dalam periode ini. Tahun 2018 terasa menjadi tahun paling spesial bagi seluruh pecinta Marvel. Mengapa? Karena April 2018 ini film AVENGERS yang ke-3 dirilis bertepatan dengan moment INFINITY WAR, yang dimana menjadi puncak perjalanan Marvel Cinematic Universe selama 10 tahun ini.
Semenjak tahun lalu, gaung film ini sudah sangat terdengar. Berbagai informasi, teaser, trailer hingga poster semuanya selalu mendapat hype besar dari penonton diseluruh dunia. Imajinasi liar seluruh pecinta film Marvel selama ini akhirnya terwujud dalam satu judul film dengan durasi film yang terbilang wow yakni mencapai 150 menit.
Aku takjub dengan sutradara dan penulis skenario film AVENGERS: INFINITY WAR (2018) ini. Mereka dengan sangat baik membangun sebuah plotline untuk seluruh karakter dalam film ini. Dua puluh lebihan superhero juga tampil dengan porsi yang seimbang dan tidak ada satupun yang mubazir atau sekedar numpang lewat saja. Bahkan beberapa diantaranya memberikan impact yang sangat baik ke dalam cerita baik itu ketika moment menegangkan, mengharukan hingga menyenangkan. Chemistry antar karakter dari berbagai film Marvel yang akhirnya bersatu ini terasa begitu kuat. Tone film juga penuh dengan warna tak hanya sekedar fun, tapi juga sedih sekaligus gelap. Gila sih. Paket lengkap banget! Yang ku bikin takjub berikutnya adalah dalam film ini kita diberikan beberapa moment emosional yang sangat mendalam. Aku sangat suka cerita Thanos dengan Gamora. Disini sang sutradara berhasil menghadirkan sosok Thanos yang tak cuma jahat dan hanya menghancurkan team Avengers, tapi juga mempunyai motivasi yang kuat serta mempunyai sisi manusiawi dalam dirinya. Aku sampai menangis bahagia melihat Thanos digambarkan seperti ini. Sisi komedi rasanya tak bisa lepas dari film-film Marvel. Hampir semua superhero dalam film ini tampil mencuri perhatian ketika menampilkan jokesnya. Moment perang melawan Thanos beserta anak-anak buahnya juga terasa begitu powerful dan mengesankan. Ditambah lagi dengan set lokasi perang yang tak hanya di satu tempat yakni di antar planet dan juga bumi, tepatnya di Wakanda yang membuat film ini terasa sangat seru!
Untuk segi visual. Aku kemarin ibadah  nonton film ini di hari dan show pertama tayang di Indonesia yakni di IMAX 3D. Dan sensasinya memang jempolan. Gambar serta visualnya sangat memukau nyaris tanpa cela.
Overall, AVENGERS: INFINITY WAR (2018) sangat memuaskan! 10 tahun perjalanan Marvel Cinematic Universe yang tak mengecewakan!


[9.9/10Bintang]

Saturday, 21 April 2018

[Review] Kembang Kantil: Mengungkap Misteri Bocah Dari Panti Asuhan


#Description:
Title: Kembang Kantil (2018)
Casts: Nafa Urbach, Irish Bella, Richelle Snornicki, Fadika Royandi, Borman Dorisman, Sarwendah, Kevin Kambey
Director: Ubay Fox
Studio: Dee Company, MD Pictures


#Synopsis:
Pasangan suami istri yakni Aldi (Fadika Royandi) dan Siska (Nafa Urbach) sudah bertahun-tahun mendambakan hadirnya anak di keluarga mereka. Namun sayang, tuhan belum memberikan keturunan kepada mereka. Aldi dan Siska lantas memutuskan untuk mengadopsi anak dari panti asuhan. Konon, dengan mengadopsi anak, bisa memancing Siska mempunyai keturunan.
Anak yang mereka adopsi ialah Tania (Richelle Snornicki). Seorang anak perempuan pendiam, jarang bersosialisasi dengan penghuni panti asuhan lain dan mempunyai hobi yang cukup aneh yakni makan kembang kantil.
Suatu hari, rumah megah dan mewah milik keluarga Aldi Siska kedatangan Alya (Irish Bella). Alya adalah adik kandung dari Aldi yang berencana akan tinggal sementara dirumah mereka karena sedang mengikuti audisi pemeran wanita untuk pementasan teater.
Melihat hadirnya Tania diantara keluarga Aldi dan Siska membuat Alya senang. Ia lalu mencoba lebih dekat dengan keponakannya itu. Tapi, respon Tania malah tetap dingin. Selang beberapa hari setelah Alya tinggal satu rumah dengan kakaknya, ia merasakan hal-hal misterius dan ganjil dirumahnya. Selain selalu melihat tingkah polah Tania yang aneh, Alya juga sering melihat Tania menulis kata Cilukba dan menyanyikan lagu Cicak Di Dinding.
Terror demi terror terus dirasakan oleh Alya dan seluruh penghuni rumah. Bahkan lebih parahnya, satu persatu dari mereka meregang nyawa. Tak ingin terus diterror, Alya memutuskan untuk menyelidiki asal usul keluarga Tania dengan menanyakan pada Ibu panti asuhan bernama Novi (Sarwendah). Usai menjumpai Novi, Alya sedikit menemukan titik terang tentang siapa sesungguhnya Tania. Tapi, usai menemui Novi, Alya mendapat kabar duka. Kakaknya, Aldi tewas cukup mengenaskan di ruang kerjanya. Hal itu membuat dirinya beserta Siska shock. Setelah kejadian duka itu, Tak sengaja seorang pria paruh baya bernama Toro (Dorman Borisman) memberitahu lebih detail tentang sosok Tania dan apa yang sedang menimpa keluarga Alya.
Mampukah Alya mengungkap semua  yang tengah ia alami saat ini?

#Review:
Produser KK Dheeraj Kalwani rupanya terus memperbaiki brandingnya di industri genre horror Indonesia. Diawali dengan Film BAYI GAIB (2018) yang hasilnya cukup mengecewakan tak sesuai dengan ekspektasi. Lalu, jeda hanya satu bulan dari debut Dee Company, KK Dheeraj Kalwani kembali menghadirkan sebuah film horror berjudul KEMBANG KANTIL (2018) yang masih bekerjasama dengan MD Pictures.
Untuk segi cerita, jika dilihat dari apa yang terjadi pada akhir film, sebetulnya plotnya itu sangatlah sederhana dan klise khas film-film horror pada umumnya. Beruntung, Ubay Fox pada paruh pertama film cukup sukses membangun set-up plot nya dengan baik. Tapi poin plus untuk plotline hanya cukup sampai disitu saja. Karena, menuju pertengahan dan akhir film, KEMBANG KANTIL (2018) ini malah terjerumus ke dalam serentetan  penampakan standar serta penggunaan musik yang cukup berisik doang. Aku sama sekali tak merasakan jumpscared yang efektif dalam film ini. Tak lupa, Ubay juga menyelipkan moment slasher-gore, tapi sayang, eksekusinya nanggung banget kurang brutal. Awalnya sih cukup ngeri, tapi makin menuju akhir malah makin membosankan. Pasalnya, tiga kematian para karakter dalam film ini cara matinya hampir sama semua, tertancap bracket. Andai saja tingkat slasher-gore nya bisa setara atau bahkan melampaui film THE DOLL (2016) Universe atau yang kemarin MATA BATIN (2017), pasti film ini akan jauh lebih oke. Ending film pun bagiku terasa terlalu singkat banget. Padahal atmosfer horror ketika proses ritual setan merah itu cukup lumayan creepy ditambah dengan alunan suara tembang jawa yang dinyanyikan oleh Nafa Urbach.
Jajaran pemain untungnya tampil tidak terlalu mengecewakan. Irish Bella dan Nafa Urbach memberikan performa yg baik di debut film horror ini. Yang membuatku sedikit bosan adalah karakter anak dalam film horror indonesia belakangan ini selalu diperankan oleh pemain yang itu lagi itu lagi. Snornicki Sisters ini nampaknya jadi spesialis pemain anak untuk genre horror khususnya di film-film produksi MD Pictures.
Overall, film KEMBANG KANTIL (2018) memang satu tingkat lebih baik dari debut Dee Company sebelumnya, namun tetap. Masih banyak kekurangan disana-sini. Semoga di upcoming film berikutnya, plotline serta skenario nya bisa lebih baik lagi. Amiin.


[6/10Bintang]

Friday, 20 April 2018

[Review] Terbang: Kisah Perjuangan Hidup Seorang Motivator



#Description:
Title: Terbang Menembus Langit (2018)
Casts: Dion Wiyoko, Laura Basuki, Chen Kin Wah, Aline Adita, Baim Wong, Delon Idol, Melissa Karim, Dinda Hauw, Indra Jegel, Dayu Widjayanto, Fajar Nugra
Director: Fajar Nugros
Studio: Demi Istri Productions

#Synopsis:
Achun (Dion Wiyoko) sedari kecil terlahir dari keluarga sederhana di wilayah Tarakan. Ayahnya (Chen Kin Wah) bekerja sebagai seorang penjaga toko. Ibunya (Aline Adita) hanya seorang ibu rumah tangga dengan mempunyai anak total delapan. Banyaknya saudara yang dimiliki Achun, membuat ia kesulitan untuk meraih semua impiannya, termasuk sekolah dan melanjutkannya ke tingkat yg lebih tinggi.
Berkat semangat motivasi yang diberikan sang ayah sebelum meninggal, Achun membulatkan tekad memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dan hidupnya ke Surabaya. Hidup merantau di pulau seberang, membuat Achun atau yang mempunyai nama Onggy ini kesulitan dalam urusan ekonomi. Beruntung, saudara-saudaranya di Tarakan bersedia membantu ekonomi selama Onggy kuliah di Surabaya.
Tak mau merepotkan keluarganya disana, Onggy kemudian mencari ide untuk bisa menghasilkan uang sendiri. Usaha pertama yang ia tekuni adalah bisnis berjualan buah apel Washington yang dikirim langsung dari Tarakan. Awalnya cukup berjalan mulus, namun suatu ketika usaha Apel itu mengalami kerugian lantaran si pembeli grosiran memberikan separuh harga.


Gara-gara usaha Apel itu rugi, Onggy beserta ketiga temannya yang berasal dari Medan, Tasikmalaya dan Irian Jaya mempunyai ide untuk mencoba usaha jagung bakar. Tapi sayang, usaha tersebut tak bertahan lama. Tapi dibalik kegagalan yang dilaluinya, Onggy akhirnya bisa lulus kuliah. Ia memutuskan untuk menetap di Surabaya.
Selagi mencari pekerjaan, Onggy kemudian mencoba usaha barunya yakni usaha kerupuk. Dengan dibantu oleh keluarga saudara perempuannya (Melissa Karim) dan keponakannya (Dinda Hauw). Usaha tersebut berjalan lancar. Orderan kerupuk dari hari ke hari semakin banyak. Onggy optimis usahanya kali ini berjalan sukses. Rupanya dewi keberuntungan untuk Onggy dalam bisnis tak selalu berpihak. Usaha kerupuknya mengalami kerugian gara-gara pembeli grosiran nya mengalami kebangkrutan.
Dilanda kegagalan yang terus berulang, Onggy mendapatkan berkah. Ia mendapat pekerjaan disebuah pabrik benang dan juga ia bertemu dengan Candra Dewi (Laura Basuki) disebuah tempat potong rambut. Kehidupan Onggy berangsur membaik, bahkan kini ia bisa menikahi Candra dan membangun rumah tangga bersama. Kebahagiaan yang menyertai Onggy tak lantas membuat dirinya merasa puas. Ia ingin mendapat pencapaian karier yang lebih tinggi lagi. Berkat tawaran dari atasan di pabriknya (Ibnu Jamil), Onggy mengambil langkah berani untuk resign dari kantornya. Ia yakin bisnis yang akan ia jalankan saat ini akan mampu mengangkat derajat keluarga kecilnya.
Rasa percaya diri yang begitu besar membuat Onggy optimis bisnisnya ini bisa lancar. 
Keberhasilan itu ternyata membutuhkan proses yang cukup panjang. Tabungan yang Onggy dan Candra miliki juga semakin menipis untuk menutupi biaya bisnis tersebut. Sedangkan saat itu, Candra tengah mengandung anak pertama mereka. Candra tak ingin gara-gara bisnis ini hidup mereka malah menjadi semakin susah. Namun Onggy tetap meyakinkan istrinya untuk selalu sabar dan semua ini pasti akan indah pada waktunya.
Waktu pun terus berlalu, bisnis yang dijalani Onggy lambat laun mendapat respon dari peserta yang hadir. Onggy dan Candra lalu memutuskan untuk pergi ke Jakarta untuk membangun bisnis beserta keluarganya disana.

#Review:
Sutradara Fajar Nugros kembali memeriahkan industri Film Indonesia tahun ini dengan mengangkat berdasarkan kisah nyata perjalanan hidup motivator asal Tarakan bernama Onggy Hianata.
Sejujurnya, aku tak tahu menahu siapa itu Onggy Hianata. Aku HANYA penasaran banyak nama-nama besar di jajaran pemain film TERBANG (2018) ini. Dion Wiyoko, Laura Basuki, Chen Kin Wah, Dayu Widjayanto, Baim Wong, Aline Adita, Melissa Karim, hingga Delon Idol dan Indra Jegel. Tampak menjanjikan bukan? Ditambah lagi dengan sederet poster-poster artistiknya serta trailernya yang cukup bagus membuatku jadi tak sabar untuk #KamisKeBioskop nonton film ini.


Tapi ternyata, harapanku untuk film ini sedikit meleset dari apa yang kubayangkan. Film ini polanya hampir sama seperti film-film Indonesia bertema biografi lainnya, yakni menceritakan dari zero to hero. Tak lupa juga ditambahkan cerita ketika karakter utama dari zaman bocah hingga dewasa serta drama percintaan mewarnai film TERBANG (2018) ini. Perjalanan kegagalan Onggy yang terus berulang dalam film ini sangat di eksplor banget oleh sang sutradara. Tapi dari semua moment kegagalan yang Onggy alami, tak ada satupun yang tampil powerful. Semuanya serba tanggung dan malah berakhir dibiarkan begitu saja. Film ini juga sangat terasa dibagi tiga bagian yakni ketika Onggy masih bocah dan remaja di Tarakan, kehidupan kuliahnya di Surabaya dan kehidupannya rumah tangga di Jakarta. Cara pembagiannya pun menurutku ada dibeberapa bagian masih cukup kasar dan loncat-loncat. Tenggang set waktu film ini juga tidak terlihat begitu jelas. Hal ini yang membuatku sempat dilanda kebosanan. Hingga durasi memasuki menit-menit akan usai, aku belum bisa menemukan konflik atau moment yang begitu kuat dalam film ini yang ada justru sisi dramatisasinya yang semakin kencang menuju akhir film. Penggalian sosok Onggy yang bisa menjadi seorang motivator kondang bahkan bisa tembus ke kancah internasional juga disini tak dijelaskan dengan baik prosesnya. Tau-tau udah terkenal aja. Andai saja ada salah satu moment dalam film ini difokuskan lebih dalam pasti akan menghadirkan sesuatu yg mengesankan, tidak sehambar ini. 
Jajaran pemain utama hingga pendukung yang sudah disebutkan diatas tampil tak terlalu mengecewakan meskipun beberapa dari mereka diberi porsi yang sangat terbatas. 
Penampilan Dion Wiyoko dan Laura Basuki sukses menghadirkan chemistry yang memikat. Khususnya untuk Cici Laura. Permainan perubahan emosi dalam waktu singkat cukup oke meskipun sedikit membuatku kebingungan juga. Untungnya juga beberapa moment yang di dramatisasi dalam film ini ada yang cukup membuatku tertawa ketika Dayu Widjayanto beserta ketiga teman Oongky dari Medan, Tasikmalaya dan Irian Jaya hadir.
Poin plus untuk film TERBANG (2018) sudah jelas terlihat pada sisi sinematografi dan artistiknya. Cantik banget! Nuansa tahun 80-90'an begitu kuat terasa dari awal hingga akhir film. 
Overall, Film TERBANG (2018) memberikan semangat motivasi untuk tidak menyerah dalam hal apapun. Semoga kedepannya ada film Indonesia bergenre drama biografi atau adaptasi dari kisah inspiratif bisa memfokuskan pada satu moment saja agar mampu memberikan kesan yg mendalam kepada para penonton.


[6/10Bintang]

Thursday, 19 April 2018

[Review] Reuni Z: Ketika Acara Reuni Dihadiri Zombie


#Description:
Title: Reuni Z (2018)
Casts: Soleh Solihun, Tora Sudiro, Ayushita Nugraha, Dinda Kanya Dewi, Surya Saputra, Cassandra Lee, Fanny Fabriana, Anjasmara, Bianca Liza, Dian Nitami, Ence Bagus, Cut Beby Tsabina, Ferdy Solaiman, Hengky Solaiman, Sogi Indra.
Director: Soleh Solihun, Monty Tiwa
Studio: Rapi Films

#Synopsis:
Mendengar kabar angkatan tahun 1997 SMA Zenith akan mengadakan reuni di sekolah, seorang aktor bernama Joe Hanna/Juhana (Soleh Solihun) yg merupakan lulusan SMA Zenith, tanpa pikir panjang mengkonfirmasi akan menghadiri reuni itu, meskipun berbagai tawaran shooting dan casting datang menghampiri lewat managernya (Sogi Indra).
Hari reuni pun tiba, dengan mengenakan kemeja putih serta jas abu-abu, Juhana tiba di SMA Zenith. Ia disambut oleh teman-temannya dengan bangga karena ada lulusan SMA Zenith yg terjun ke dunia entertainment. Tak terkecuali Jefri (Tora Sudiro), rekan band Kagok Edan yang dulu sempat terkenal disekolah namun harus berakhir lantaran konflik personal antara ia dengan Juhana. Jefri kini sudah bahagia dan berkeluarga dengan Lulu (Ayushita Nugraha) rekan satu band nya juga. Ada juga Raina (Fanny Fabriana) yang dulu seorang MC tiap ada acara disekolah dan sekarang sudah memiliki Event Organizer sendiri. Lalu ada Jody (Surya Saputra) yang dulu sering jahil kepada teman-temannya. Kemudian ada Hilbram (Ence Bagus) yang kini semakin religius. Lalu ada mantan sepasang suami istri (Anjasmara dan Dian Nitami) yang kembali bertemu di reuni tersebut, namun sang suami malah membawa pacar barunya (Bianca Liza). Tak hanya mereka saja, salah satu guru SMA Zenith (Hengky Solaiman)  angkatan 1997 juga ikut hadir beserta dengan anaknya (Ferdy Solaiman).
Acara pun dimulai yang dipandu oleh Raina. Acara reuni alumni SMA Zenith ini  penuh dengan kehangatan dan kegembiraan. Tak berapa lama, sosok perempuan misterius mengenakan dress merah hadir di reuni SMA Zenith. Semua mata tertuju padanya tapi tamu undangan tak mengenali sama sekali sosok yang bernama Marina (Dinda Kanya Dewi) itu. 
Penampilan yang paling membuat suasana meriah ketika para cheers SMA Zenith beraksi. Musik yang asik serta tarian mereka membuat para peserta alumni ikut berjoget. Tapi suasana meriah itu mendadak mencekam ketika beberapa anggota cheers mendadakan tak sadarkan diri dan berubah menjadi zombie. Prilly (Cassandra Lee) dan Mandy (Cut Beby Tsabina) dibuat heran melihat teman-temannya itu. Sontak, isi aula tersebut panik dan berhamburan keluar. Serangan zombie itu tak bisa dihindari, satu persatu dari puluhan peserta reuni diserang dan berubah juga menjadi zombie. Mampukah Juhana, Jefri, Lulu, Marina, Jody, Raina, Prilly, Afuk dan yang lainnya selamat dan keluar dari SMA Zenith?

#Review:
Soleh Solihun rupanya cukup percaya diri lagi untuk kembali duduk di kursi sutradara usai debutnya kemarin lewat film MAU JADI APA? (2017) yang dibantu oleh Monty Tiwa. Di film keduanya ini, Soleh Solihun mengambil langkah yang cukup berani menghadirkan sebuah film horror dengan tema zombie namun tetap tak melupakan unsur komedinya. Sejauh ini, Film Indonesia bertema zombie, masih tergolong kurang diterima oleh pemikiran penonton film lokal. Sosok horror zombie yang mati segan, hidup pun tak mau itu masih terasa sangat ke barat-baratan dan kurang menyeramkan dibandingkan sosok horror lokal seperti pocong atau kuntilanak.
Lalu bagaimana hasil dari film REUNI Z (2018) ini? Untuk segi cerita, sebetulnya film ini cukup menarik. Set cerita tentang reuni yang dimana selalu ada muka-muka "fake" selama acara itu berlangsung, kemudian diterror oleh zombie. Hal tersebut tentunya dapat menghadirkan konflik yang beragam antar para peserta alumni. Tapi sayang, film REUNI Z (2018) malah cenderung terlalu berfokus pada komedinya. Bahkan beberapa komedi dalam film ini kebanyakan miss ketimbang hit. Komedi yang dihadirkan pun masih terasa komikal khas para stand-up comedy-an. Yang paling disayangkan adalah pengenalan backstory masing-masing karakter terlalu dangkal tidak digali lebih dalam. Jatohnya menurutku jadi kurang penting. Padahal beberapa karakter mempunyai backstory yang cukup menarik jika dikupas lebih dalam lagi. Andai saja film ini berfokus pada survival to zombie aja, mungkin akan sedikit lebih baik. Tapi, hal itu juga tak akan menjadi lebih baik jika sosok zombie yang ditampilkan konsisten. Dalam film ini para zombie disatu sisi digambarkan terlalu mudah untuk dilawan, disisi lainnya zombie itu sulit untuk dilawan. Ketidak konsistenan soal sosok para zombie inilah yg membuat ku bertanya-tanya. Menuju paruh akhir film pun, Soleh Solihun terasa makin kebingungan mengakhiri filmnya. Ceritanya semakin penuh dengan kekonyolan. Tak cuma cerita, bahkan para pemainnya pun sama.
Yang sedikit menyelamatkan film REUNI Z (2018) tentunya adalah para zombie yang hadir disepanjang film terasa sangat niat dan meyakinkan. Aku makin suka ketika para pemain yang mempunyai nama berubah menjadi zombie, meskipun sebentar banget. Dari sederet nama yang dihadirkan dalam film ini, sosok Dinda Kanya Dewi menjadi karakter yang cukup mencuri perhatian disepanjang film. Karakter Marina yang dihadirkan terasa cukup menyentil apa yang sedang heboh belakangan ini di akun-akun perlambe-an. Overall, film REUNI Z (2018) merupakan sebuah film komedi khas stand-up komedi namun dibalut dengan elemen horror zombie. Tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan.


[5.5/10Bintang]

Tuesday, 3 April 2018

[Review] A Quiet Place: Bertahan Hidup Dengan Tak Bersuara


#Description:
Title: A Quiet Place (2018)
Casts: Emily Blunt, John Krasinski, Millicents Simmonds, Noah Jupe, Leom Russom, Cade Woodwards, Doris McCarthy
Director: John Krasinski
Studio: Paramount Pictures

#Synopsis:
Populasi penduduk di New York, Amerika Serikat dari hari ke hari makin berkurang drastis dan hampir lenyap. Penyebabnya adalah munculnya sosok-sosok misterius yang dimana akan memangsa mangsanya jika mengeluarkan suara. Hari ke-89, keluarga Lee Abbott (John Krasinski) pergi ke kota dari rumah persembunyian mereka untuk mengambil obat-obatan serta keperluan sehari-sehari. Dalam kesunyian itu, ia mengajak Istrinya, Evelyn Abbott (Emily Blunt) beserta ketiga anaknya, Marcus (Noah Jupe), Regan (Millicents Simmonds) serta  Beau (Cade Woodwards). Kota New York benar-benar menjadi kota mati. Tak ada satupun orang yang bisa keluarga Lee temui disepanjang perjalanan. Mereka sukses bisa bertahan hidup dipinggiran kota dengan cara mempelajari serta memahami tingkah polah sosok misterius tersebut. Ketika menuju kembali ke rumah, naas. Salah satu anggota keluarga Abbott tewas diserang karena mengeluarkan suara dari barang yang ia bawa.


Akibat kejadian itu, keluarga Abbott dirundung duka. Mereka tak ingin anggota keluarga lainnya menjadi korban berikutnya. Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Tak terasa mereka sudah melewati kehidupan tanpa suara selama satu tahun lebih. Sang ayah tetap berusaha mencari bantuan dengan peralatan radio yang ia rakit sendiri serta membuat alat bantu pendengaran untuk anaknya, Regan. Ditengah keheningan tanpa suara, ada kebahagiaan yang menyelimuti keluarga Abbott. Evelyn kini tengah hamil. Sang ayah memutuskan melatih anaknya, Markus yang penakut untuk bisa memahami situasi lingkungan sekitar rumah mereka dan melindungi ibunya jika sang ayah tengah pergi.
Suatu hari, ketika sang ayah mengajak Markus untuk pergi ke sungai, serta Regan sedang mengunjungi makam adik kecilnya, perut Evelyn mengalami kontraksi dirumahnya. Ia lalu bergegas pergi ke basement untuk bersembunyi.  Karena panik serta tak kuasa menahan rasa sakit, Evelyn tak sengaja membuat kegaduhan dan memancing sosok misterius itu datang ke rumahnya.
Mampukah Evelyn menghindar dari sosok misterius itu?

#Review:
Film Horror/Thriller Hollywood yang mempunyai premise cerita yang menggunakan larangan/aturan/kode-kodean yang cukup menarik perhatian menurutku masih sedikit jumlahnya. Terakhir ku dibuat tak bisa bernafas disepanjang film ketika nonton DON'T BREATHE (2016) dan 10 CLOVERFIELD LANE (2016). Gila emang dua film itu mempunyai premise yang cukup unik dan dieksekusi dengan amat baik. Tahun ini Paramount Pictures giliran menghadirkan film yang serupa tapi tak sama berjudul A QUIET PLACE (2018). Yang dimana kali ini, si film punya peraturan "If you make a sound, they hunt you..". Hal ini cukup membuatku penasaran ditambah lagi dimainkan oleh salah satu aktris favoritku Emily Blunt. Tak hanya itu saja, materi promosi mulai dari trailer, game-movie sampai posternya semakin harus jadi tontonan wajib di bioskop. Dan hari ini, 3 April 2018, sudah tayang reguler di bioskop Indonesia.
Untuk segi cerita, film ini memang tak ada bedanya dengan film-film bertema survival. Beberapa part bahkan mengingatkan ku pada film THE MIST (2007). Paruh pertama, film ini terasa cukup lambat dalam introducing apa yang sedang terjadi serta pengenalan karakternya. Ditambah lagi film ini sesuai dengan tagline nya, minim banget bersuara. Tapi hal tersebut emang sukses sih bikin ku ikut terdiam dan sesak disepanjang film. Untungnya ditengah kesunyian itu, atmosfer horror lewat kemunculan sosok misterius yang "malu-malu" muncul diawal juga sukses memberikan rasa tegang dan penasaran. Menuju paruh pertengahan, barulah "taring" film ini dikeluarkan. Bukan cuma sensasi tegang saja yang ditebar, sisi dramatis serta simpati sukses banget dihadirkan lewat para karakternya masing-masing. Disini sang sutradara yang merupakan suami asli dari Emily Blunt (ku baru tahu barusan banget usai buka IMDb haha) ini menghadirkan sisi emosional masing-masing karakter dengan kuat. Sang ayah digambarkan amat baik sebagai kepala keluarga yang selalu melindungi keluarganya, sang ibu yang super tangguh meskipun dalam keadaan hamil, kakak beradik yang mempunyai perbedaan sifat namun tetap melindungi satu sama lain menjadi moment yang cukup hangat ditengah atmosfer ketegangan.


Seperti yang sudah disebutkan diatas, faktor utama ku ingin menonton film ini adalah Emily Blunt. Tak perlu diragukan lagi kualitas beliau mah. Totalitas. Gila sih adegan bath tub sama basement itu, ngeri dan ngilu banget ngeliatnya. Rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya tapi ditahan. Takut si sosok misterius itu juga muncul beneran haha. 
Aku juga suka banget cara film ini mengakhiri filmnya. Hampir 50:50 antara happy dan sad. Meskipun sangat berpotensi untuk ada sekuel berikutnya tapi aku lebih setuju jika film ini sudah saja seperti ini.


[8.5/10Bintang]