Thursday 19 July 2018

[Review] Buffalo Boys: Kisah Dua Koboi Membasmi Penjajahan Di Indonesia


#Description:
Title: Buffalo Boys (2018)
Casts: Ario Bayu, Yoshi Sudarso, Pevita Pearce, Hannah Al-Rashid, Zack Lee, Tio Pakusadewo, Sunny Pang, Mikha Tambayong, Conan Stevens, Mike Lucock, Donny Alamsyah, Reinout Bussemaker, Alex Abbad, Happy Salma, Donny Damara, El Manik, Daniel Adnan
Director: 
Studio: Infinite Studios, Screenplay Infinite Productions

#Synopsis:
Sultan Hamza (Mike Lucock) dan Arana (Donny Alamsyah, Tio Pakusadewo) kakak beradik yang berusaha sekuat tenaga untuk terlepas dari jajahan Belanda di tempat kelahiran mereka. Semua warga nyaris habis dibantai oleh mereka. Sebelum akhirnya tewas ditangan penjajah Belanda, Sultan memutuskan menitipkan kedua anak laki-lakinya yang masih bayi pada Arana untuk dibawa pergi jauh dari Indonesia. Arana membawa kedua keponakannya itu ke Amerika Serikat. Mereka adalah Jamar (Ario Bayu) dan Suwo (Yoshi Sudarso). Disana Jamar dan Suwo tumbuh menjadi anak yang tangguh dan selalu berani membela kebenaran.
20 tahun berlalu, Arana memutuskan untuk kembali ke Indonesia bersama Jamar dan Suwo. Mereka bertiga ingin membasmi penjajahan Belanda yang menguasai tempat lahir mereka. Diperjalanan menuju tempat kelahirannya, mereka bertiga tak sengaja melihat Sri (Mikha Tambayong) beserta dengan ayahnya Suroyo (El Manik) yang tengah dirampok dan nyaris diperkosa oleh sekelompok orang yang dikomandoi oleh Fakar (Alex Abbad). Melihat warga pribumi tengah diganggu, Suwo dan kakaknya langsung melakukan perlawanan terhadap mereka. Sebagai ucapan terima kasih, Arana, Jamar dan Suwo diajak ke kampung tempat tinggal Suroyo untuk beristirahat dan membersihkan badan.
Setibanya di desa tersebut, mereka bertiga bertemu dengan kepala suku adat bernama Sakar (Donny Damara). Sakar sendiri masih satu keluarga dengan Suroyo. Mereka juga bertemu dengan Kiona (Pevita Pearce) anak dari Sakar yang jago memanah dan menunggangi kerbau.


Arana, Jamar dan Suwo kemudian mendapat informasi bahwa desa tersebut sedang dikuasai oleh tentara VOC Belanda yang dipimpin oleh Van Trach (Reinout Bussemant). Mereka juga memiliki anak buah yang tak kalah kejamnya yang dipimpin oleh Drost (Daniel Adnan). Kedatangan Arana, Jamar dan Suwo sedikit memberi harapan bagi kampung tersebut. Ketiganya lalu berencana untuk menghabisi Van Trach dan sementara menetap di kampung tersebut.
Rencana ketiganya untuk menghabisi Van Trach ternyata tak berjalan mulus. Kepala suku adat yang sudah mengabdi pada VOC Belanda membocorkan keberadaan Arana, Jamar dan Suwo yang dilindungi oleh Suroyo. Mendengar kabar itu, Van Trach sangat kecewa dengan orang kepercayaannya itu. Suroyo dieksekusi hukuman mati dan Sakar pun tewas ditembak gara-gara hal tersebut. Sri dan Kiona merasa sangat terpukul melihat ayah dan pamannya tewas didepan mata mereka.
Arana semakin geram dengan kelakuan Van Trach. Ia memutuskan untuk membunuhnya secepat mungkin. Mereka lalu menginap ditempat yang bersebelahan dengan tempat tinggal Van Trach supaya mereka lebih mudah untuk memantau gerak-gerik Van Trach beserta anak buahnya. Tak disangka, dirumah tempat tinggal Van Trach, Arana melihat sosok Seruni (Happy Salma) yang tak lain adalah istrinya yang sudah 20 tahun lebih mereka hilang komunikasi.


Sambil menunggu moment yang tepat untuk menghabisi Van Trach, kedua kakak beradik Jamar dan Suwo harus berhadapan lagi dengan Fakar yang kali ini mempunyai rekan dengan senjata dan alat tajam yang banyak. Mereka adalah Koen (Zack Lee), Adri (Hannah Al-Rashid) dan Leung (Sunny Pang). Keempat orang tersebut adalah preman dan pemilik sebuah bar yang tak jauh dari tempat tinggal Van Trach. 
Mampukah Jamar dan Suwo membasmi penjajahan tentara VOC Belanda di desa tersebut?


#Review:
Screenplay Infinite Films tahun ini kembali hadir meramaikan industri film Indonesia bergenre action-fantasy setelah dua tahun yang lalu sukses mencuri perhatian dengan filmnya yang berjudul HEADSHOT (2016). Dari segi materi promosi dan trailer yang dihadirkan, film BUFFALO BOYS (2018) ini tampak sangat menjanjikan dan wah. Film ini bercerita tentang zaman penjajahan Belanda di Indonesia namun ditambahkan dengan unsur western ala-ala kisah cowboy. Deretan pemain yang memiliki reputasi sangat baik serta aksi action yang ditampilkan pada trailer sukses membuat rasa penasaran para penonton.


Akhirnya aku berkesempatan bisa menonton BUFFALO BOYS (2018) sehari lebih awal pada Gala Premiere nya yang berlangsung di CGV Grand Indonesia tadi malam. Ketika Presskon sendiri banyak hal-hal seru yang diutarakan para pemain, sutradara dan produsernya selama proses pembuatan film ini. Mereka berujar bahwa film ini dibuat cukup mahal karena menggunakan set lokasi yang betulan dibangun semirip mungkin dengan latar tahun dalam film ini. Tak cuma itu saja, para pemain pun memberikan kesan mereka selama shooting film BUFFALO BOYS (2018) ini. Mereka sangat puas dengan hasil film ini dimana memadukan unsur action-fantasy antara west dan east culture. Tak cuma itu saja, ketika film ini diputar perdana pada ajang Fantasia International Film Festival 2018 yang diselenggarakan di Montreal, Amerika Serikat beberapa hari yang lalu, menurut Pevita Pearce yang datang langsung ke acara tersebut mengutarakan bahwa respon para penonton disana cukup meriah dan positif.


Usai menyaksikan keseluruhan film ini, menurutku hal yang paling menonjol serta patut diapresiasi film BUFFALO BOYS (2018) ini adalah product value nya yang begitu keren terutama pada set lokasinya serta sisi action yang dihadirkan terasa gila dan intens. Paruh pertama film penonton langsung diberi adegan action tanpa permisi. Namun sayang, ketika masuk paruh pertengahan film, sisi actionnya langsung kendor digantikan oleh sisi drama yang menurutku terlalu melar dan cheesy. Sepanjang paruh kedua film, aku dibuat bosan. Banyak adegan-adegan yang tidak terlalu penting serta ada beberapa perpindahan scene-nya masih rusuh dan berantakan. Ditambah lagi beberapa dialog dengan taste khas Screenplay kembali hadir dalam film ini. Andai saja film ini berfokus pada aksi actionnya saja, pasti akan jauh lebih baik lagi.



Sepanjang film diputar, banyak sekali karakter yang dihadirkan. Tapi sayang banget, sang sutradara dan penulis skenario tidak memperdulikan kekuatan masing-masing karakter. Alhasil, beberapa karakter yang harusnya mampu menyita perhatian harus berakhir dengan begitu saja tanpa ada penggalian karakter lebih dalam lagi. Tio Pakusadewo dan Ario Bayu mendapat karakter yang cukup kuat untuk film ini. Karakter yang diperankan Yoshi Sudarso sayang banget mendapat minim penggalian karakter. Pevita Pearce yang memerankan Kiona pun ternyata tak seperti apa yang aku bayangkan ketika melihat trailernya. Sosok Kiona masih membuatku teringat sosok Hayati yang legendaris itu. Yang justru mencuri perhatian dalam film ini menurutku adalah para karakter villainnya. Terutama musuh yang diperankan oleh Alex Abbad, Zack Lee dan Hannah-Al-Rashid. Ketiganya meskipun singkat tapi memberikan penampilan yang mengintimidasi dan cukup mengesankan bagiku. Adegan perang di bar yang dilakukan mereka dan Yoshi adalah salah satu bagian terbaik dalam film ini.



Overall, BUFFALO BOYS (2018) nasibnya hampir seperti film HEADSHOT (2016) karena memiliki kesamaan yakni lemah dalam sisi drama yang coba mereka tampilkan, namun untuk urusan sisi action, keduanya tampil sangat memuaskan!


[7/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment