Thursday, 12 July 2018

[Review] Sabrina The Doll: Terror Sadis Dari Sosok Iblis Baghiah


#Description:
Title: Sabrina (2018)
Casts: Luna Maya, Christian Sugiono, Sara Wijayanto, Jeremy Thomas, Richelle Snornicki, Rizky Hanggono, Asri Handayani, Sahil Shah
Director: Rocky Soraya
Studio: Hitmaker Studios


#Synopsis:
Arka Kev (Rizky Hanggono) terbangun dari tidurnya. Ia terkejut melihat istrinya Andini (Asri Handayani) mengalami kerasukan dengan muka dan mulut penuh darah. Arka langsung mencoba meminta bantuan Bu Laras (Sara Wijayanto) dan suaminya Raynard (Jeremy Thomas) untuk menyelamatkan istrinya yang kerasukan iblis berbahaya. Sosok iblis yang kali ini Bu Laras hadapi adalah Baghiah (Sahil Shah). Ia mengincar tubuh manusia untuk dirasuki lalu menetap untuk selama-lamanya. Akhirnya Bu Laras dan Pak Raynard berhasil mengeluarkan iblis Baghiah dari tubuh Andini. Namun tragis, Andini dan Arka meninggal dunia. Baghiah berjanji akan bangkit kembali ke dunia untuk membunuh Bu Laras.
Sementara itu, hidup Maira kini kembali seperti semula. Ia sudah menerima kepergian anaknya Kayla (Sofia Shireen), mantan suaminya Aldo (Herjunot Ali) juga sudah masuk penjara atas kesalahan yang ia buat. Maira kini sudah menikah lagi dengan seorang pengusaha boneka Sabrina 2nd Edition dan mainan bernama Aiden Kev (Christian Sugiono). Maira juga mempunyai kesibukan menjadi seorang fashion designer dan membuka bisnis butik. Hidup Maira dan Aiden semakin lengkap usai Aiden memutuskan untuk mengadopsi keponakannya yang yatim piatu yaitu Vanya (Richelle Snornicki).
Kehadiran Maira dan Aiden tak membuat Vanya senang, ia masih belum bisa menerima kerpegian kedua orangtuanya, terutama sang Ibu bernama Andini. Vanya sangat merindukan ibunya. Sampai suatu hari, ia mencoba berkomunikasi dengan roh ibunya menggunakan medium permainan pensil Charlie atas saran teman disekolahnya. Cara tersebut ternyata perlahan-lahan berhasil. Vanya berkomunikasi dan bertemu dengan sosok ibunya.



Melihat tingkah aneh Vanya yang selalu berbicara sendiri membuat Maira sedikit curiga. Hari demi hari rasa curiga itu semakin besar ketika Vanya memberitahu pada Maira bahwa ia suka bermain dengan ibunya ketika Maira dan Aiden sedang tak berada dirumah. Tak ingin keponakannya semakin bertingkah aneh, Aiden memutuskan untuk mengambil jatah libur lebih lama untuk mengajak Maira dan Vanya berliburan ke pantai. Aiden yakin, dengan berliburan Vanya bisa melupakan sosok ibunya. Namun hal itu ternyata salah. Sosok ibunya Vanya terus mengikuti kemanapun mereka pergi. Puncaknya, Maira diserang oleh sosok yang selalu menemani Vanya ketika mereka sedang berliburan. Maira dan Aiden tidak terlalu yakin sosok yang bersama dengan Vanya adalah benar ibunya, Andini.
Untuk memastikan hal tersebut, Maira memutuskan untuk kembali menemui Bu Laras. Ia meminta bantuan kepada Bu Laras untuk menelusuri tentang sosok yang selalu menemani Vanya itu. Ketika Bu Laras mencoba berkomunikasi dengan sosok ibunya, ia menemukan fakta bahwa sosok tersebut bukan sepenuhnya roh Andini, ada sosok lain yang ingin menguasai tubuh manusia usai gagal mendapatkan raga Andini. Siapa lagi kalau bukan iblis Baghiah, sosok jahat yang sempat dihadapi oleh Bu Laras ketika menangani kasus Arka.



Seiring berjalannya waktu, iblis Baghiah yang berwujud Andini semakin brutal merasuki dan menyerang satu persatu Vanya, Maira hingga Aiden. Bu Laras pesimis bisa mengalahkan iblis Baghiah. Karena pada saat menangani kasus Arka, Bu Laras diancam oleh iblis Baghiah akan dibunuh jika kembali bertemu. Namun dengan dukungan suaminya, Bu Laras kembali bangkit optimis mampu melenyapkan iblis Baghiah untuk selama-lamanya.
Berhasilkah Bu Laras dan Pak Reynard menghentikan terror sadis iblis Baghiah yang menyerang keluarga Aiden?


#Review:
Semester pertama tahun 2018 sudah banyak deretan Film Horror Indonesia yang dirilis. Namun kualitasnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hanya DANUR 2 MADDAH (2018) dan KUNTILANAK (2018) yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan BAYI GAIB, KEMBANG KANTIL, SAJEN, THE SECRET SUSTER NGESOT URBAN LEGEND, ALAS PATI, RASUK dan JAILANGKUNG 2. Film-film tersebut padahal mempunyai pondasi cerita yang cukup menarik tapi sayang sekali gagal dieksekusi dengan baik. 
Melihat Hitmaker Studios serta Rocky Soraya tahun ini kembali menghadirkan horror-thriller lewat medium boneka awalnya membuatku sedikit bosan karena sudah dieksplor dalam dua film sebelum ini yakni di THE DOLL (2016) dan THE DOLL 2 (2017). Namun kualitas horror yang dicapai oleh Rocky Soraya pada kedua film tersebut serta film horror terbaiknya (versiku) yakni MATA BATIN (2017) langsung mengembalikan rasa penasaranku terhadap film ini. Mau buat apa lagi nih Rocky Soraya?
Untuk segi cerita, film SABRINA (2018) ini merupakan sebuah spin-off (atau padahal disebut series ketiga dari jilid THE DOLL juga padahal bisa) dari sosok boneka Sabrina yang muncul pada series THE DOLL. Film ini surprisingly memberikan skenario yang jauh lebih rapi dibandingkan dua jilid sebelumnya. Rocky dan penulis skenario kali ini bisa mengontrol ceritanya jauh lebih baik tidak terburu-buru dan maksa. Twist yang dihadirkan pun kali ini bisa diterima dengan akal. Untuk segi jumpscared, Rocky semakin terasa terinspirasi dari sosok James Wan. Beberapa adegan jumspcared tampil mirip dalam Conjuring Universe but in the good way ya. Sosok setannya juga sedikit mengingatkan pada setan di Insidious Universe. Yang sedikit menganggu buatku pribadi hanya terletak pada sisi sound nya saja yang terlalu menggelegar seperti adegan dimalam hari selalu diiringi suara petir yang dahsyat dan mewah serta penggunaan rumah klasik yang ITU LAGI-ITU LAGI membuatku bosan melihatnya. Boneka Sabrina yang muncul dalam film ini terasa semakin menyeramkan untuk ukuran sebagai boneka untuk anak-anak. Gak bisa lebih lucu sedikit apa? :')


Terlepas dari kekurangan itu, SABRINA (2018) mempunyai poin lainnya yang harus diapresiasi. Deretan pemain memberikan performa maksimalnya. Luna Maya semakin menggila. Sisi emosional, ketakutan hingga kebrutalannya begitu total. Aku suka banget melihat adegan Luna Maya dikubur dan kerasukan. So intense! Aku semakin percaya dan optimis, Luna Maya bisa menjadi Suzzanna di upcoming movienya nanti bareng Soraya Intercine Films. Christian Sugiono dan Richelle Snornicki pun cukup memuaskan apalagi ketika adegan kerasukan. Serem banget! Jangan lupakan sosok Sara Wijanarko dan Jeremy Thomas. Disini, Rocky menampilkan dua cenayang dengan style yang universal bisa diterima oleh semua kalangan serta mempunyai karakter yang kuat tak cuma sebagai penyelamat semata seperti pada film-film horror Indonesia kebanyakan. 


Poin terbaik berikutnya dari SABRINA (2018) adalah visual efek serta camera worksnya. Mungkin ini adalah visual serta camera works TERBAIK disepanjang sejarah Film Horror Indonesia. Terasa banget dibuat serius, mahal dan tidak dibuat asal jadi. Ritual posession dalam film ini juga gila banget! Capek nahan nafas! Overall, SABRINA (2018) is another masterpiece horror movie from Hitmaker Studios & Rocky Soraya after MATA BATIN (2017). Thumbs up! Highly recommended!


[8.5/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment