Sunday 15 August 2021

[Review] Serigala Langit: Kisah Pasukan Squadron TNI AU Melindungi Wilayah Udara Indonesia



#Description:
Title: Serigala Langit (2021)
Casts: Deva Mahenra, Yoshi Sudarso, Donny Damara, Bunga Jelitha, Anya Geraldine, Dian Sidik, Randy Pangalila, Thomas Sparringa, Wanda Hamidah, Nugie, Yayu Unru, Putri Ayudya
Director: Reka Wijaya
Studio: E-Motion Entertainment, TNI-AU, Maxstream


#Synopsis:
Tim TNI-AU Squadron Serigala Langit yang dipimpin Herman (Yoshi Sudarso) kedatangan calon anggota baru sekaligus lulusan terbaik yang berasal dari Akademi Angkatan Udara dan Sekolah Penerbangan TNI-AU yaitu Gadhing Baskara (Deva Mahenra). Selama mengenyam pendidikan disana, Gadhing terkenal dengan skillnya yang mumpuni. Maka dari itu Herman tertarik untuk merekomendasikan Gadhing menjadi salah satu anggota Squadron Serigala Langit. Namun sayang, sifat Gadhing yang sedikit ambisius dan over optimis membuat para anggota lain kesal. Salah satu anggota yang kurang menyukai sosok Gadhing ialah Harris (Dian Sidik). Bersama dengan anak buahnya, Harris sesekali melabrak dan mengancam Gadhing untuk tidak cari muka didepan atasan mereka.
Suatu hari, atasan dari Herman yaitu Marsekal Erik (Donny Damara) meminta Herman dan tim Serigala Langit untuk mengawal seorang WNA bernama Helen Kowalski (Christina Danilla), salah satu anggota badan intelejen yang ditugaskan mendatangi Pulau Kabubed untuk mengolah data dan informasi lengkap mengenai data korban termasuk WNI pasca perang saudara yang terjadi disana.
Sebelum terjun menjadi anggota Squadron Serigala Langit, Gadhing menjalani serangkaian test dan pelatihan yang diberikan oleh Herman selama beberapa bulan. Setelah berhasil menyelesaikan tahapan tersebut, Gadhing akhirnya secara resmi menjadi bagian dari Squadron Serigala Langit.


Latihan pertama pun dimulai. Gadhing dipercaya untuk membawa salah satu pesawat tempur Hercules C-130 bersama dengan Harris dan Sam (Thomas Sparringa). Keempatnya akan melakukan uji coba formasi pertahanan di udara yang membutuhkan kerjasama dan juga komunikasi antar satu sama lain. Saat latihan berlangsung, Gadhing ternyata tidak bisa bekerjasama dengan baik. Ia selalu ingin tampil sendiri tanpa bantuan sesama rekannya. Hal tersebut cukup fatal dan berimbas pada kecelakaan kecil yang menimpa Harris. Akibat insiden itu, Gadhing diskors selama satu bulan untuk tidak membawa lagi pesawat.
Kejadian tersebut membuat Gadhing menyesal sekaligus kesal. Sikapnya yang selama ini selalu ingin menunjukkan kemampuannya seorang diri karena sering dibully oleh para senior dan anggota lain. Pihak dokter pun menyarankan Gadhing untuk menenangkan jiwa dan emosinya karena hasil test psikologi dari Gadhing sangat mengecewakan. Selama masa rehatnya itu, Gadhing mencoba mendekati Tami (Bunga Jelitha), satu-satunya perempuan dalam tim Squadron Serigala Langit. Namun sayang, usahanya itu harus sia-sia karena Tami sudah menjalin hubungan dengan Herman. Gadhing pun memilih mundur dan kembali dekat dengan teman semasa kecilnya yaitu Nadya (Anya Geraldine).


Sementara itu, keadaan Helen dan para penjaganya di Pulau Kabubed diketahui oleh para pemberontak disana. Mereka ingin menyandera sekaligus meminta sejumlah uang kepada pemerintah Indonesia. Hal tersebut membuat Masrekal Erik langsung mengutus TNI-AU dan Squadron Serigala Langit untuk menjemput Helen dan para penjaganya dari Pulau Kabubed meskipun harus berurusan dengan para musuh yang mempunyai pesawat tempur sama seperti mereka.



#Review:
Film Indonesia yang mengangkat kisah tentara, militer, polisi dan keamanan nasional mungkin masih bisa dihitung dengan jari. Kali ini, TNI Angkatan Udara dan E-Motion Entertainment dengan bangga mempersembahkan sebuah film drama aksi terbaru tentang Squadron ikonik mereka yaitu SERIGALA LANGIT (2021). Awalnya film ini akan ditayangkan di bioskop pada April 2020 lalu bertepatan dengan HUT TNI Angkatan Udara, namun sayang gara-gara Pandemi CoVid-19, terpaksa mengalami postponed hingga akhirnya batal tayang di bioskop. Sebagai kado hadiah ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76, TNI Angkatan Udara dan E-Motion akhirnya memutuskan untuk menayangkan film ini secara ekskslusif di platform streaming Maxstream mulai 10 Agustus 2021.


Untuk segi cerita, film garapan Reka Wijaya ini sebenarnya mempunyai premis dan plot yang sangat menarik tentang pekerjaan Squadron Serigala Langit sekaligus melihat lebih dekat intrik yang sering terjadi didalamnya. Tak hanya itu saja, Titien Wattimena dan Rifky Ardisha selaku penulis naskah film ini menambahkan subplot tentang aksi pemberontak dan musuh di udara untuk memperkaya cerita film SERIGALA LANGIT (2021).
Namun sayang, naskah film yang sudah sangat mumpuni ini harus terjun bebas gara-gara penampilan para pemainnya yang menurutku sangat kaku dalam memerankan karakternya. Alhasil chemistry dan kekompakan yang terjalin antar masing-masing tokoh menjadi flat dan tidak memiliki feel. 


Deva Mahenra masih bisa menampilkan sosok Gadhing yang ambisius dan selalu ingin mandiri. Rasa percaya dirinya terpancar kuat. Namun disaat dirinya harus beradu akting dengan Anya Geraldine, chemistry mereka sangatlah datar. Bahkan disaat keduanya sedang berada diluar jam dinas pekerjaan, kebersamaan mereka berdua masih saja kaku dan berjarak. Penampilan Anya Geraldine sendiri masih jauh banget dari apa yang penonton harapkan. Pendalaman karakter yang dilakukan Yoshi Sudarso pun jauh dari kata memuaskan. Setiap dia berdialog bahasa Indonesia masih saja kurang jelas karena campur-campur dengan aksen Jepangnya. Sederet pemain pendukung lainnya juga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap film ini karena keterbatasan screentime mereka. Penampilan para anggota TNI-AU yang ikutan eksis dalam film ini juga aduh.. tidak bisa berkomentar lagi.
Terlepas dari penampilan para karakternya yang mayoritas kaku, film SERIGALA LANGIT (2021) mempunyai sekuens adegan action yang lumayan memukau di 30 menit akhir film. Aksi pesawat tempur yang berperang melawan musuh berhasil memacu adrenaline penonton. Keseruan semakin meningkat dengan sound effect yang digunakan sangat menggelegar. Penggunaan visual efek dalam film ini juga menurutku sangat apik untuk ukuran film Indonesia. Tak heran jika 30 menit menjelang film berakhir adalah bagian yang paling keren dan sedikit menyelamatkan film ini.


[6/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment