Friday, 4 April 2025

[Spoiler Alert] Perbedaan & Penjelasan Film Pabrik Gula Uncut Version!



Rumah produksi MD Pictures kembali memeriahkan libur Lebaran Idulfitri tahun ini dengan merilis film horror terbaru berjudul PABRIK GULA (2025). Film ini diadaptasi (lagi) dari Thread X viral dari akun @SimpleM81378523 yang sempat trending topic saat pertama kali di posting di sosial media X (Twitter). Tak sedikit dari para followers akun Simpleman yang mengatakan jika Thread X "Para Penghuni Pabrik Gula" yang terbagi menjadi 4 bagian terpisah dan di posting pada bulan Maret 2019 dan Februari 2020.

Para Penghuni Pabrik Gula - Bagian 1 bisa diakses di sini

Para Penghuni Pabrik Gula - Bagian 2 bisa diakses di sini

Para Penghuni Pabrik Gula - Bagian 3 bisa diakses di sini

Akhir Riwayat Pabrik Gula - Bagian Akhir bisa diakses di sini


Untuk versi filmnya sendiri, plot cerita lebih dipadatkan dan tidak sepanjang versi Thread X. Plot film PABRIK GULA (2025) berforkus pada nasib apes dan juga tragis dari para buruh musiman yang bekerja di Pabrik Gula Sendoro, khususnya tujuh orang yang berasal dari satu desa yang sama. Ketujuh orang tersebut dalah Endah, Fadhil, Naning, Hendra, Wati, Mulyono dan Dwi. Setibanya di pabrik, mereka dan puluhan orang lainnya dibagi menjadi beberapa kelompok yang dipimpin oleh masing-masing mandor. Sebelum memulai bekerja, penanggung jawab Pabrik Gula Sendoro menerapkan jam malam kepada seluruh pekerja. Jam malam tersebut terbagi menjadi dua yaitu Jam Kuning dan Jam Malam. Jam Kuning dimulai setelah mereka selesai bekerja pukul 17:00 sampai 21:00 dan Jam Merah dimulai dengan ditandai suara alarm uap pada pukul 21:00 sampai pagi hari. Saat waktu sudah memasuki Jam Merah, dilarang keras untuk keluar dari loji. Semua orang yang berada di lingkungan pabrik dan loji harus mentaati peraturan tersebut tanpa terkecuali.

Setelah selesai ditempatkan di masing-masing area, para buruh musiman ini menempati loji yang sudah ditentukan. Endah, Naning dan Wati di satu loji yang sama bersama dengan Rani. Saat tengah malam, Endah terbangun dari tidurnya dan melihat bayangan seseorang keluar dari loji dan berjalan menuju arah barat. Endah pun berusaha memanggil orang tersebut karena melanggar peraturan, namun orang itu tetap saja berjalan menjauhi area loji. Karena penasaran, Endah mengikutinya dan memasuki kawasan pabrik di wilayah barat. Karena kehilangan orang yang ikuti, Endah mendengar suara musik dari salah satu bangunan yang terkunci. Saat mencoba mengintip dari celah tembok, Endah melihat pertunjukan wayang dan kuda lumping di dalam gedung tersebut. Orang-orang yang ada di sana kemudian terdiam dan menengok ke celah tembok. Endah terkejut lalu terjatuh dan pergi dari bangunan tersebut.
Keesokan harinya, baik Endah maupun rekan-rekannya yang lain mengalami serangkaian kejadian mistis. Endah selalu diikuti oleh sosok gaib berpakaian putih dengan wajah yang menyeramkan. Fadhil yang memiliki indera keenam sering melihat penampakan sesosok wanita Belanda yang berambut pirang. Kemudian Naning dan Hendra sering merasakan hal gaib dari penampakan misterius yang jumlahnya banyak. Mulyono, Dwi dan dua satpam pabrik melihat penampakan dari sosok perempuan berwajah aneh serta sosok gaib berwujud tentara dengan muka yang hancur.

Selain mengalami serangkaian kejadian mistis, Endah menjadi saksi kecelakaan di pabrik yang menimpa salah satu rekannya. Sejak kejadian itu, Endah merasa makin bersalah karena gara-gara dirinya yang melanggar aturan, terjadi kecelakaan. Di sisi lain, Fadhil sering mengalami mimpi buruk usai ia melihat penampakan di loji nya. Terdapat dua orang misterius yang selalu terlihat di mimpi Fadhil.
Penanggung jawab pabrik yaitu Ibu Marni mendapat peringatan dari dua cenayang yang selama ini menjaga pabrik yaitu Mbah Jinah dan Mbah Samin, untuk segera menunda proses penggilingan tebu demi keselamatan mereka, karena kerajaan demit yang menghuni Pabrik Gula Sendoro terusik oleh kehadiran para buruh disana. Tak hanya itu saja, Mbah Jinah khawatir telah terjadi sesuatu yang melanggar aturan sehingga menyebabkan kerjaan demit disana marah besar. Ibu Marni menolak saran dari mereka berdua dengan alasan semuanya harus berjalan sesuai rencana yang sudah ditetapkan.

Mbah Jinah kemudian melihat adanya ketakutan yang dialami oleh Endah dan Fadhil. Mbah Jinah pun meminta mereka berdua untuk berkata jujur tentang apa yang mereka alami selama bekerja Pabrik Gula Sendoro. Endah pun menceritakan jika saat malam pertama di loji, ia melanggar peraturan keluar dari loji karena mengikuti seseorang. Fadhil menambahkan, dalam mimpinya ia melihat dua orang misterius yang berjalan di tengah malam. Mbah Jinah yakin, jika hal tersebut merupakan petunjuk untuk mengungkap orang yang telah melanggar aturan di pabrik. Mbah Jinah dan Mbah Samin kemudian menggelar ritual pemberian sesajen untuk diserahkan pada kerajaan demit yang ada di Pabrik Gula Sendoro. Keduanya berharap, sesajen yang diberikan tersebut bisa menghentikan kejadian-kejadian mistis di pabrik.
Keesokan harinya, sajen dua ekor sapi hanya dibiarkan begitu saja oleh kerajaan demit. Mbah Jinah dan Mbah Samin semakin khawatir karena hal tersebut menandakan jika pimpinan kerajaan demit sangat marah besar terhadap pelanggaran yang telah terjadi di sana. Mbah Samin kemudian melakukan ritual kuda lumping untuk berkomunikasi dengan kerajaan demit sekaligus mencari titik terang tentang kejadian yang sebenarnya. Ritual tersebut berhasil. Mbah Jinah dan Mbah Samin masuk ke area pabrik di wilayah barat yang selama ini sengaja ditutup dan dianggap sebagai wilayah keramat. Saat berada di dalam sana, keduanya terkejut saat melihat area persembahan untuk pimpinan kerajaan demit bernama Maharatu rusak. Tak hanya itu saja, perhiasan gaib milik Maharatu yang selama ini tersembunyi pun ikutan hilang.



Kejadian berawal di hari pertama setelah para buruh musiman mendapat loji masing-masing. Naning dan Hendra ternyata mempunyai ketertarikan satu sama lain. Meskipun Hendra sudah bertunangan dengan Wati, ia lebih tertarik pada pesona Naning. Keduanya pun memutuskan untuk bertemu secara diam-diam saat malam hari. Hendra dan Naning keluar dari loji masing-masing ketika waktu sudah memasuki Jam Merah. Keduanya yang mengabaikan aturan itu bertemu di salah satu area pabrik yang berada di wilayah barat. Naning yang tersadar diikuti oleh Endah, kemudian berlari bersama Hendra menuju salah satu ruangan di gudang yang terkunci dan gelap. Saat situasi dirasa aman, Naning dan Hendra bercumbu disana. Setelah selesai, Naning terbangun lalu melihat adanya perhiasan emas di dekat patung yang bersinar terang di pojok ruangan. Hendra menyarankan Naning untuk tidak mengambilnya dan keduanya pun langsung pulang ke loji masing-masing. Tapi ternyata, diam-diam Naning kembali ke gudang dan mengambil semua perhiasan tersebut.

Setelah Naning mengambil benda berharga tersebut, Naning sering diganggu oleh pasukan makhluk gaib yang konon merupakan para korban dari peristiwa kebakaran pabrik di masa lalu. Pasukan makhluk gaib itu merupakan bagian dari kerajaan demit yang ditugaskan untuk melindungi wilayah dan benda keramat milik Maharatu, panglima kerajaan demit di Pabrik Gula Sendoro. Ia memiliki banyak perwira gaib yang tersebar di seluruh area pabrik.
1. Sosok gaib berwujud tinggi dan besar seperti raksasa yang sempat mengejar Endah saat ia melihat pentas wayang di malam pertama dan Fadhil saat ia berusaha mencari keberadaan Naning dan Hendra di loji. Sosok tersebut sering disebut sebagai Dalboh.
2. Sosok gaib berpakaian putih dengan kepala nyaris botak, kulit pucat yang sering menampakkan diri pada Endah dan Wati. Sosok tersebut disebut sebagai Nyi Wilengi.
3. Pasukan gaib berwujud pasukan serba hitam dengan asap yang keluar dari tubuh mereka. Sosok gaib ini sering muncul saat Jam Malam dan menampakkan diri pada Naning dan Fadhil.
4. Sosok gaib berwujud Noni Belanda yang selalu gentayangan di loji para buruh pabrik dan selalu mengganggu Fadhil.
5. Sosok gaib berwujud perempuan dengan mengenakan baju pasien rumah sakit jiwa dengan muka aneh dan sempat menampakkan diri pada Mulyono dan Dwi.
6. Sosok gaib berwujud tentara Jepang dengan wajah yang rusak parah dan selalu berkeliling pabrik dengan sepeda kumbangnya sambil menyalakan bell sepeda saat Jam Merah. Sosok gaib ini tak sengaja menampakkan diri di hadapan Mulyono dan Dwi.
7. Panglima kerajaan demit yang mengontrol seluruh demit di pabrik sering disebut sebagai Maharatu. Wujudnya pun tidak diketahui oleh Mbah Jinah maupun Mbah Samin.

Akibat dari Naning dan Hendra yang telah melanggar banyak aturan diantaranya keluar saat Jam Merah, melakukan zina di tempat keramat dan mengambil perhiasan gaib tanpa izin. Semua pelanggaran tersebut harus dibayar dengan cara tumbal melalui ritual manten tebu. Kerajaan demit marah besar karena perjanjian mereka dengan manusia di masa lalu untuk hidup saling berdampingan dan saling menghormati satu sama lain kini tercoreng oleh Naning dan Hendra. Menurut Mbah Jinah dan Fadhil, sosok Maharatu dan perhiasan gaibnya bisa terlihat dengan jelas lantaran Naning dan Hendra melakukan perbuatan zina di tempat keramat. Hal tersebut dianggap sebagai sujud dan penyembahan terbaik di hadapan iblis.

Naning yang ketakutan karena terus dikejar pasukan gaib dari kerajaan demit kemudian berlari ke tempat pabrik untuk mengembalikan semua perhiasan yang ia ambil dengan ditemani Hendra. Namun sayang, upaya mereka sia-sia. Maharatu tidak hanya menginginkan perhiasannya saja yang kembali. Kerajaan demit menginginkan tumbal karena Naning dan Hendra sudah melanggar aturan dan perjanjian antara warga dengan kerajaan demit di masa lalu. Satu-satunya cara agar amarah Kerajaan Demit tidak semakin membesar yaitu mengadakan ritual manten tebu dengan menumbalkan Naning dan Hendra sebagai manten kepada Maharatu.

Di sisi lain, Wati merasa sakit hati dan kecewa yang luar biasa saat mengetahui calon suaminya melakukan zina dengan Naning. Ditengah perasaan hancurnya itu, Maharatu memerintahkan Nyi Wilengi merasuki tubuh Wati dan memanggil semua pasukan gaib untuk berkumpul disana. Seketika terjadi kesurupan massal yang dialami oleh Endah beserta puluhan buruh lainnya. Mbah Jinah dan Mbah Samin langsung mempersiapkan ritual manten tebu agar kekacauan tidak semakin parah. Fadhil, Endah, Wati, Mulyono dan Dwi memohon pada Mbah Jinah agar mencarikan solusi agar kedua teman mereka tidak ditumbalkan sebagai manten tebu. Fadhil merasa sebagai manusia dan memiliki iman tak seharusnya manusia mengikuti apa yang diinginkan oleh iblis.

Mbah Jinah dan Mbah Samin pun tidak membantah apa yang diucapkan Fadhil. Keduanya juga tak ingin ada korban lagi setelah tujuh tahun lalu Pabrik Gula Sendoro mengalami kebakaran hebat usai para buruh musiman disana banyak melanggar peraturan yang menyebabkan kerajaan demit marah besar. Mbah Jinah kemudian menyusun rencana agar Naning dan Hendra tidak jadi tumbal manten tebu dengan cara menggantinya dengan dua boneka yang sudah dilumuri darah dari mereka berdua. Mbah Jinah mencoba untuk mengelabui kerajaan demit dan berharap rencana tersebut berhasil. Sementara itu, Naning dan Hendra disembunyikan di rumah dinas Ibu Marni dengan dikelilingi beras yang membentuk lingkaran.


Proses ritual manten tebu pun dimulai. Boneka Naning dan Hendra diarak menuju tengah ladang tebu dengan iringan musik. Seluruh sesajen dan kedua boneka tersebut dimasukkan ke dalam tanah yang sudah digali. Prosesi tersebut berjalan dengan lancar. Fadhil, Endah dan Wati kemudian bergegas pergi menuju ke rumah Ibu Marni untuk bertemu dengan Naning dan Hendra yang dijaga oleh Dwi, Mulyono, Rano dan Karno. Setibanya di depan rumah, terdengar Ibu Marni dan yang lainnya berteriak berusaha membuka pintu kamar yang didalamnya ada Naning dan Hendra. Saat berhasil di dobrak, mereka terkejut, melihat dua boneka yang seharusnya sudah terkubur di ladang tebu. Fadhil, Endah, Wati, Dwi dan Mulyono kemudian berlari menuju ke ladang dan melihat proses manten tebu sudah selesai. Mbah Jinah kembali kerasukan Nyi Wilengi dan mengatakan jika semua rencana yang dilakukan sudah ketahuan oleh Maharatu dan tidak ada satupun yang bisa mengelabui Maharatu. Fadhil, Endah, Wati, Dwi dan Mulyono histeris menggali tanah yang ternyata sudah mengubur hidup-hidup Naning dan juga Hendra.

Naning dan Hendra sudah meninggal dunia karena mereka ditukar secara gaib oleh Maharatu. Setelah menjalani ritual manten tebu, proses panen dan penggilingan di Pabrik Gula Sendoro pun selesai. Seluruh buruh musiman pulang ke desa masing-masing. Dalam perjalanan, Fadhil, Endah, Wati, Dwi dan Mulyono merasa sedih sekaligus kecewa lantaran mereka gagal menyelamatkan Naning dan Hendra. Tak lama setelah itu, Fadhil melihat penampakan Nyi Wilengi yang ternyata mengikuti Endah. Di pabrik, Mbah Jinah dan Mbah Samin kembali memberikan sajen dua ekor sapi untuk iblis Dalboh. Saat mereka masuk ke gudang, Dalboh justru menyerang mereka berdua.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment