Sunday, 25 May 2025

[Review] Final Destination Bloodlines: Franchise Film Horror Paling Traumatik Kembali Hadir!



#Description:
Title: Final Destination: Bloodlines (2025)
Casts: Kaitlyn Santa Juana, Teo Briones, Rya Kihlstedt, Richard Harmon, Owen Patrick Joyner, Anna Lore, Brec Bassinger, Max Lloyd-Jones, Tony Todd, Andrew Timpo Lee, Gabrielle Rose, Alex Zahara, April Telek, Jayden Oniah, Noah Bromley
Director: Zach Lipovsky, Adam Stein
Studio: Warner Bros Pictures, New Line Cinema


#Synopsis:
Dalam beberapa bulan terakhir, seorang mahasiswi bernama Stefani Reyes (Kaitlyn Santa Juana) sering mendapatkan mimpi buruk dan pengelihatan mengerikan tentang peristiwa rubuhnya Sky View Tower. Dalam pengelihatannya itu, Stefani melihat dari sudut pandang seorang perempuan cantik bernama Iris Campbell (Brec Bassinger) yang datang ke Sky View Tower bersama kekasihnya, Paul (Max Lloyd-Jones). Setibanya di depan Sky View Tower, Iris merasakan firasat yang aneh terlebih saat menaiki lift menuju lantai menuju puncak menara. Setibanya di lantai paling atas, Iris dan Paul terkesima dengan pemandangan kota dari ketinggian dan kemewahan restoran Sky View Tower dengan lantai kaca dan berbentuk 360 derajat. Paul kemudian mengajak Iris untuk menuju balkon dan melamarnya disana. Iris menerima lamaran sang kekasih sambil menahan diri agar tidak terlihat panik dan gelisah karena ia takut dengan ketinggian. Mereka kemudian kembali masuk ke dalam restoran dan menikmati pertunjukan musik sambil berdansa disana.
Firasat dan kekhawatiran Iris ternyata benar adanya. Ia menghentikan seorang anak laki-laki yang iseng melempar koin dari ketinggian dan meminta semua orang yang sedang berdansa untuk segera pergi dari lantai kaca karena mengalami keretakan. Iris berhasil menyelamatkan semua orang yang ada di sana termasuk menghentikan rubuhnya Sky View Tower. Namun sayang, sejak saat itu, Iris dan Paul dianggap sebagai pasutri gila oleh banyak orang dan keduanya pun memutuskan bersembunyi dari keluarga besar mereka.
Sementara itu, Stefani berusaha mencari jawaban tentang pengelihatan dan mimpi buruknya yang berasal dari Iris Campbell tersebut. Karena tak mendapat jawaban yang jelas dari sang ayah, Stefani kemudian menemui keluarga pamannya dan berharap bisa membantunya untuk membuka misteri tentang apa yang terjadi pada Iris. Setelah bertemu paman dan bibinya yaitu Brenda (April Telek) dan Howard (Alex Zahara), Stefani masih belum dapat jawaban yang puas karena Howard menolak untuk membahas tentang Iris (Gabrielle Rose) yang merupakan ibu kandungnya. Keluarga besar sudah sepakat melupakan Iris dan juga Paul sejak puluhan tahun lalu. Stefani makin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi terhadap neneknya itu. Untungnya, Brenda mengizinkan Stefani membuka sebuah box yang isinya kumpulan surat dan paket kiriman dari Iris. Saat box tersebut dibuka, mayoritas isi surat yang diterima oleh keluarga Howard merupakan peringatan dari Iris tentang kematian yang sampai saat ini mengejar keluarga besar Iris.
Keesokan harinya, Stefani nekat mendatangi rumah Iris yang lokasinya sangat terpencil. Setibanya disana, Iris merasa lega karena salah satu anggota dari keluarga besarnya datang menemui dirinya. Di dalam kabin, Iris langsung menjelaskan jika selama 57 tahun terakhir ini, maut mengincar semua orang yang seharusnya tewas pada rubuhnya Sky View Tower. Namun karena firasat Iris disana, hal tersebut tidak terjadi dan semua orang yang ada di sana tetap hidup sampai pada akhirnya satu persatu dari orang-orang yang selamat itu mulai menemui ajalnya masing-masing, termasuk Paul, suami dari Iris dan juga nenek dari Stefani. Usai kematian sang suami, Iris memilih menghabiskan hidup di dalam kabin dan tak pernah keluar sama sekali karena demi menghindari maut. Selama berada di sana, Iris mendalami riset dan analisis tentang bagaimana maut mendatangi orang-orang yang seharusnya tidak hidup di dunia. Mendengar semua ucapan neneknya itu membuat Stefani terkejut sekaligus tak mempercayainya. Saat Stefani memutuskan pergi dari kabin, Iris mengejarnya dan memberikan sebuah buku petunjuk agar keluarga yang tersisa bisa menghindari maut yang sudah mengejar selama 57 terakhir. Karena nekat ke luar kabin, tak lama setelah itu, maut menghampiri Iris dengan cara yang sangat tragis.
Kematian Iris akhirnya diketahui oleh orang tua Stefani termasuk Howard, Brenda dan anggota keluarga lainnya. Stefani kemudian menjelaskan tentang teori maut yang selama ini dipelajari oleh neneknya itu dihadapan keluarga. Namun sayang, mereka semua menganggap omong kosong semata. Semua ramalan yang dilakukan oleh Iris itu hanya menebar ketakutan semata. Untungnya, adik dari Stefani yaitu Charlie (Teo Brionnes) percaya dengan apa yang diucapkan kakaknya itu.
Waktu terus berlalu, ramalan dari Iris tentang maut yang mengincar keluarga besarnya mulai datang, bersamaan dengan ibu kandung dari Iris dan Charlie yaitu Darlene Campbell (Rya Kihlstedt). Satu persatu dari anggota keluarga Howard terbukti mengalami kecelakaan tragis dan berujung dengan kematian. Bagaimana nasib Stefani dan keluarganya? Apakah berhasil menghindari maut yang selama ini sudah mengincar mereka semua?


#Review:
Berjarak 14 tahun dari film kelimanya, franchise film horror paling traumatik dari Hollywood yaitu FINAL DESTINATION akhirnya hadir dan tayang lagi di bioskop di bulan Mei tahun ini. Sejak perilisan teaser poster, trailer sampai final trailer, kemunculannya selalu berhasil "bikin gaduh" sosial media. Generasi Millenials yang tumbuh bersama dengan lima film FINAL DESTINATION terpecah menjadi dua kubu, ada yang sangat excited menanti kehadiran film ini dan ada juga yang langsung terguncang mengingat trauma masa lalu yang ternyata masih membekas sampai sekarang! (Padahal aku cuma nonton FD5 saja sewaktu masih jaman sekolah jelang kelulusan. Saat test mata pelajaran penjaskes, aku sampai ogah mengikuti test penilaian gymnastic gara-gara di FD5 ada adegan gymnastic nya. huhuhu) Terlepas dari segala kekonyolan dan absurd nya cerita dari lima film terdahulu, harus diakui moment-moment maut mengerikan lewat kecelakaan tragis yang menimpa para karakternya menjadi sajian paling membuatku stress dan anxiety saat menonton. Lalu apakah film terbaru FINAL DESTINATION: BLOODLINES (2025) kali ini bisa mengulang kegilaan lima film sebelumnya?
Untuk segi cerita, film FINAL DESTINATION: BLOODLINES (2025) masih setia menggunakan premis dan konsep seperti kelima film sebelumnya. Yang menjadi daya tarik disini, karakter yang diincar maut kali ini merupakan satu keluarga. Meskipun tanpa menonton lima film sebelumnya, penonton tetap bisa menikmati plot yang disajikan. Teka-teki yang berusaha dipecahkan oleh karakter Stefani disini sukses memancing penasaran penonton tentang "kutukan maut" yang mengintai keluarga besar mereka. Meskipun "kutukan maut" memang mengincar orang-orang yang seharusnya mati pada tragedi runtuhnya Sky View Tower, namun cara hadirnya si "maut" ini menurutku terasa masih random dan tidak terjelaskan dengan baik. Tapi benar juga sih, di kehidupan nyata, takdir dan maut seseorang memang tidak bisa ditebak kapan akan terjadi. Hahaha. Yang menjadi nilai plus dari BLOODLINES (2025) ini yaitu penonton bisa memberikan simpati terhadap karakter keluarga besar Stefani yang satu persatu sedang menunggu ajalnya dengan cara yang tragis. Bonding keluarga Stefani yang awalnya saling acuh dan tak peduli kemudian saling membantu satu sama lain juga eksekusinya bagus! Hal inilah yang aku rasakan saat menonton film FD5, empat belas tahun yang lalu.
Golden moment dari franchise film FINAL DESTINATION yang ditunggu-tunggu tentunya parade kecelakaan tragis yang menimpa satu persatu para karakternya. Di BLOODLINES (2025), langsung dibuka dengan kejadian rubuhnya Sky View Tower yang sukses menghadirkan new trauma dan new anxiety bagi penontonnya. Gedung tinggi, koin yang dilempar, lift, lantai kaca, piano sampai cincin tunangan jadi wadah kecelakaan yang sukses membuatku stress selama menontonnya. Setelah throwback adegan di Sky View Tower, serangkaian kejadian tragis dan bisa dibilang bodoh karena teledor juga berhasil dihadirkan dengan ugal-ugalan oleh duet sutradara Zach Lipovsky dan Adam Stein. Adegan pecahan gelas, mesin pemotong rumput, trampoline, kipas angin, fiercing, truk pengangkut sampah, snack vending machine hingga yang paling GONG dan g*blog banget yaitu mesin MRI. Aku sampai stress lagi dan ikutan ngilu melihat anggota keluarga Stefani tewas dengan cara yang brutal seperti itu.
Kelar nonton, aku langsung angkat tangan dan menyerah! Film FINAL DESTINATION BLOODLINES (2025) berhasil menjadi sajian horror maut yang traumatik sekaligus berkesan!


[8.5/10Bintang]

Monday, 5 May 2025

[Review] Another Simple Favor: Persahabatan Stephanie & Emily Kembali Diuji Dengan Banyak Kejutan!



#Description:
Title: Another Simple Favor (2025)
Casts: Anna Kendrick, Blake Lively, Henry Golding, Michele Morrone, Andrew Rannells, Alex Newell, Elena Sofia Ricci, Elizabeth Perkins, Allison Janney, Bashir Salahuddin, Joshua Satine, Ian Ho, Lorenzo De Moor, Taylor Ortega, Aparna Nancheria, Kelly McCormack
Director: Paul Feig
Studio: Amazon MGM Studios, Lionsgate


#Synopsis:
5 tahun setelah berhasil mengungkap aksi kriminal dan menjebloskan sahabatnya ke penjara, Stephanie Smothers (Anna Kendrick) kini semakin dikenal sebagai mother vlogger yang selalu berhasil mengungkap berbagai kasus kriminal. Selain populer di dunia maya, Stephanie juga melebarkan sayapnya dengan menulis buku perdananya yang terinspirasi dari kasus kriminal sahabatnya, Emily Nelson (Blake Lively).
Di saat sang ibu sedang menikmati popularitasnya, anak semata wayang dari Stephanie yaitu Miles (Joshua Satine) yang kini beranjak remaja, merasa risih saat dirinya sering diejek oleh teman-teman di sekolahnya lantaran berita Stephanie yang bercinta dengan suami dari Emily yaitu Sean Townsend (Henry Golding) jadi bahan perbincangan hangat dimana-mana.


Menjelang perilisan buku perdananya yang berjudul The Faceless Blonde, Stephanie dilanda gugup dan mendapat tuntutan dari manager penerbit bukunya yaitu Vicky (Alex Newell) untuk segera menulis buku kedua jika buku pertamanya nanti sukses dipasaran. Hari perilisan buku pun tiba. Saat Stephanie menjelaskan buku novelnya dihadapan para tamu undangan, tiba-tiba Emily datang dan masuk ke acara tersebut. Naik banding yang dilakukan Emily di pengadilan ternyata berhasil dikabulkan dan membuat dirinya bebas lebih cepat. Emily juga memberi kabar bahagia tentang rencana pernikahannya dengan seorang konglomerat asal Italia yaitu Dante Versano (Michele Morrone). Emily meminta Stephanie untuk menjadi bridesmaid bagi dirinya. Ia mengancam akan mengambil langkah hukum terhadap Stephanie perihal cerita tak berizin di novel The Faceless Blonde yang berdasarkan dari kasus kriminal dirinya beserta kematian saudara kembarnya, Faith McLanden (Blakc Lively) .


Karena ancaman tersebut serta dirinya tak ingin lagi berurusan dengan hal-hal kriminal, Stephanie bersedia menjadi bridesmaid bagi Emily dengan mengajak Vicky. Emily pun tak mempermasalahkannya dan semua tamu undangan akan terbang menggunakan jet pribadi menuju lokasi pernikahan Emily dan Dante di Pulau Capri, Italia. Setibanya disana, Stephanie tak sendirian. Mantan suami Emily yaitu Sean dan anak mereka Nicky (Ian Ho) juga datang. Yang tak kalah mengejutkan, keluarga besar Dante turut mengundang ibu kandung Emily yaitu Margaret McLanden (Elizabeth Perkins) beserta kakak perempuan dari ibunya yaitu Linda McLanden (Allison Janney). Kehadiran mereka berdua membuat Emily kesal, karena selama ini dirinya memiliki hubungan yang buruk dengan sang ibu dan juga bibinya itu. Bahkan Linda dengan berani mengatakan jika keponakannya itu sengaja menikah lagi dengan konglomerat asal Italia demi mengincar uangnya saja. Saat para tamu undangan menikmati jamuan makan siang, Sean merasa emosi dan juga cemburu melihat mantan istrinya yang akan menikah. Sean pun meyakini jika Emily sedang merencanakan sesuatu yang tidak diketahui oleh siapapun.


Malam harinya, Emily mengundang Stephanie untuk menemaninya bachelorette party di kolam renang. Namun setibanya disana, Stephanie terkejut ternyata pesta tersebut hanya dihadiri mereka berdua saja. Setelah berbincang dan berusaha memperbaiki hubungan persahabatan mereka, keduanya kembali ke kamar masing-masing. Saat berjalan di lorong hotel, Stephanie melihat Nicky yang mengetuk pintu kamar ayahnya, namun tak mendapat jawaban. Saat dibuka oleh petugas hotel, mereka terkejut menemukan Sean tewas dengan mengeluarkan banyak darah dari mata, hidung, mulut dan telinganya. Kepolisian setempat langsung mengevakuasi jasad Sean dan hanya menganggap hal tersebut sebagai kecelakaan saja.
Keesokan harinya, Stephanie dibuat penasaran dan menaruh rasa curiga jika Emily memiliki keterlibatan atas kematian Sean. Ia pun diam-diam mengikuti semua aktivitas Emily kemanapun pergi. Disaat yang bersamaan, Stephanie bertemu dengan agen FBI yaitu Irene (Taylor Ortega) yang ditugaskan untuk mengawasi gerak-gerik Linda. Dugaan tersebut diperkuat jika Linda sering terlihat berbincang dengan Emily dan memiliki bukti kebersamaan mereka lewat beberapa foto.


Hari pernikahan Emily dan Dante pun akhirnya tiba. Acara janji suci pernikahan dilakukan di atas tebing dengan pemandangan cantik. Emily terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna putih dengan aksen merah darah di bagian ujungnya. Malam harinya, pasangan suami istri baru ini menggelar pesta dan makan malam bersama sambil menikmati penampilan musik. Selama acara tersebut Stephanie merasakan ada yang aneh disana. Gerak-gerik Emily dan Dante beserta keluarga mereka terlihat mencurigakan. Saat pesta kembang api berlangsung, Stephanie mendengar suara Dante yang sedang bertengkar. Ia pun diam-diam mendekati sumber suara tersebut. Tak lama setelah itu, Stephanie melihat secara langsung Dante yang ditembak dan terjadi ledakan dari gudang penyimpanan bahan bakar. Stephanie histeris dan berlari untuk meminta pertolongan. Seketika pesta pernikahan yang seharusnya penuh suka cita berubah menjadi tragedi dan duka yang sangat mendalam. Dante tewas dalam kejadian tersebut. Semua orang kini berbalik menuduh jika Stephanie adalah pelakunya. Ibu dari Dante yaitu Portia (Elena Sofia Ricci) tak terima akan kematian anak semata wayangnya itu dan langsung memanggil polisi untuk segera menangkap Stephanie.
Selama proses penyelidikan, Stephanie menjadi tahanan lokal dan dilarang pergi ke luar negeri atau pulang ke Amerika Serikat sampai terbukti jika Stephanie bukanlah pelakunya. Sementara itu, Stephanie terus berusaha mencari petunjuk untuk menemukan siapa pelaku sesungguhnya. Dugaan sementara yang ia yakini sebagai pelaku penembakan Dante adalah Matteo Bartolo (Lorenzo de Moor), sesama konglomerat yang konon rival dari keluarga besar Dante.


Keesokan harinya, Stephanie dilarang keluar hotel dan semua dokumen serta ponselnya disita untuk keperluan penyelidikan. Setelah itu, Emily mendatangi Stephanie dan meminta untuk mengakui telah membunuh orang-orang terdekatnya agar semua permasalahan segera selesai. Stephanie merasa ada yang janggal dengan sikap Emily tersebut. Ia sangat yakin jika Emily sendiri mengetahui jika dirinya tidak mungkin membunuh Sean dan juga Dante. Stephanie terkejut ternyata yang ada di hadapannya itu bukanlah Emily. Hal tersebut ia buktikan lewat adanya tattoo yang tidak dimiliki Emily maupun kembarannya, Faith yang meninggal lima tahun yang lalu. Karena Stephanie melawan, Emily palsu tersebut kemudian melukai dirinya sendiri dengan pisau dan menuduh jika hal tersebut sengaja dilakukan oleh Stephanie. Pihak kepolisian langsung memperketat keamanan dan melarang Stephanie untuk keluar kamar setelah kejadian tadi.
Ditengah kondisinya yang terjebak pada permainan Emily palsu, Agen FBI Irene diam-diam menghubungi petugas housekeeping untuk membantu Stephanie keluar dari hotel. Sebelum kabur, Stephanie mendatangi Margaret. Stephanie terkejut saat ibu dari Emily tersebut mengatakan jika kembaran Emily yang ketiga yaitu Charity McLanden (Blake Lively) ternyata berkeliaran di pesta pernikahan Emily atau Hope McLanden. Kala itu, saat Margaret hamil tua dan menjalani proses persalinan yang dilakukan oleh Linda, lahir tiga anak kembar perempuan. Kakak dari Margaret tersebut rupanya berbohong jika satu anak kembar Margaret meninggal. Linda kemudian membesarkan anak tersebut tanpa sepengetahuan Margaret dan juga keluarga mereka. Margaret sangat meyakini jika Charity dan Linda sedang merencanakan sesuatu di tengah pesta pernikahan Emily.


Stephanie kemudian keluar dari hotel dan meminta bantuan pada temannya Ben (Bashir Salahuddin) yang merupakan anggota FBI di Amerika Serikat. Stephanie kemudian diarahkan untuk menemui lagi Irene agar bisa segera menuju rumah perlindungan. Namun sayang, Stephanie lagi-lagi berhasil dijebak oleh Emily palsu atau Charity dengan tuduhan menusuk Irene di tempat umum. Kejadian tersebut membuatnya kembali ditangkap oleh pihak kepolisian yang kini sudah bekerja sama dengan Portia. Ketika tersadar, Stephanie disekap oleh Portia yang masih meyakini jika ia adalah pembunuh anak kesayangannya itu. Namun hal tersebut menjadi sia-sia karena Stephanie memang bukanlah pelakunya, melainkan Charity, adik kembar terakhir dari Emily. Untungnya, saat Portia menyuruh anak buahnya untuk membunuh Stephanie, Emily datang dan menyelamatkannya. Keduanya pun bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.


Emily kemudian menceritakan tentang kejadian yang sebenarnya kepada Stephanie. Kala itu, usai dari kolam renang berbincang dengan Stephanie, Emily mendapat ancaman dan juga pemerasan dari Linda.  Bibi nya itu mengancam akan membongkar rahasia atas motif pernikahan Emily dengan Dante kepada keluarga besar Dante jika tidak memberikan uang puluhan juta. Selain itu, Linda juga memanfaatkan Charity yang sangat terobsesi ingin melindungi Emily agar memuluskan rencananya itu. Bagaimana nasib Emily dan Stephanie selanjutnya?


#Review:
Setelah tujuh tahun dari film pertamanya yaitu A SIMPLE FAVOR (2018), sutradara Paul Feig dan Lionsgate merilis sekuel film ANOTHER SIMPLE FAVOR (2025) dan langsung tayang secara eksklusif di Amazon Prime Video. Menariknya, film ini menjadi salah satu movie headliner di festival SXSW 2025 yang digelar pertengahan bulan Maret lalu di Austin, Texas. Selain itu, hampir semua jajaran cast dan crew dari film pertamanya kembali hadir di sekuelnya ini.


Untuk segi cerita, Jessica Sharzer selaku penulis cerita dan skenario menghadirkan plot persahabatan Stephanie dan Emily menjadi lebih luas. Hal tersebut sangatlah lumrah, mengingat film ini eksklusif langsung tayang di OTT, otomatis budget produksi pun tidak main-main. Kolaborasi Sharzer dan Feig di sekuelnya ini memanfaatkan budget nya dengan sangat maksimal. Skala cerita bukan lagi seputar intrik persahabatan dan rumah tangga, kali ini hadir cerita baru yang menyeret soal mafia dan tindakan kriminal penggunaan bahan kimia berbahaya. Elemen misteri dan teka-teki yang dihadirkan Feig juga masih seru dan lebih level-up dibandingkan film pertamanya. Meskipun di beberapa bagian, elemen jokes black comedy nya masih terasa segmented dan harus beberapa kali mencerna agar kita bisa paham dengan maksud dari jokes tersebut. Tak sedikit yang beranggapan jika konsep cerita di sekuel film ini jadi berkiblat pada perpaduan antara serial ONLY MURDERS IN THE BUILDING dan THE WHITE LOTUS gara-gara adanya misteri pembunuhan, teka-teki mencari tersangka dan berliburan di pulau yang indah. 


Lebih lanjut, development dari setiap character yang ada di film ini terasa makin solid dan bold. Blake Lively yang memerankan dua peran berbeda terasa makin believable. Chemistry sebagai 'sister f*ckers' dengan dirinya sendiri memang terasa 'aneh' tapi ia lakukan dengan bagus, berkat motivasi nya yang cukup rasional. Performa Anna Kendrick sebagai Stephanie Smothers pun semakin lovable meskipun moment-moment sebagai detektif amatir nya masih sama saja seperti di film pertamanya. Tektokan Stephanie dan Emily selalu lucu, intimate dan juga intimidating di waktu yang bersamaan. Keduanya memang sangat layak dijadikan sebagai criminal duo yang memuaskan dalam film ini. Terakhir, plot twist yang dihadirkan sang sutradara berhasil membuatku terkejut. Semuanya disimpan sangat rapi dan benar-benar unpredictable. Tak disangka karakter yang diperankan Blake Lively jadi tiga dan kejutan juga hadir di karakter yang diperankan Michele Morrone. Speechless! Hahaha.
Untuk urusan visual, film ANOTHER SIMPLE FAVOR (2025) memang sangat memanjakan mata. Selain dari wardrobe karakter Emily Nelson yang selalu cetar membahana dan menjadi signature style dari film ini, lokasi shooting di Pulau Capri juga semakin mempercantik setiap adegan. Salah satu yang paling memorable buatku yaitu adegan prosesi pernikahan Emily dan Dante di tebing. Perpaduan landscape indah beserta gaun pengantin dengan motif merah darah yang dikenakan Emily palsu bisa saja menjadi simbol atau punya maksud tertentu.
Overall, film ANOTHER SIMPLE FAVOR (2025) menurutku sukses membuktikan jika sekuel sebuah film 'dilempar' ke OTT itu tak semuanya jadi jelek. Film ini tetap menghibur, penuh kejutan dan pastinya memanjakan mata berkat dynamic duo Anna Kendrick dan Blake Lively. Can't wait for another and another SIMPLE FAVOR!


[8.5/10Bintang]

Saturday, 3 May 2025

[Review] Mendadak Dangdut: Remake Menghibur & Lucu Dari Versi Terdahulu!



#Description:
Title: Mendadak Dangdut (2025)
Casts: Anya Geraldine, Aisha Nurra Datau, Joshua Pandelaki, Keanu Angelo, Fajar Nugra, Adi Sudirja, Wika Salim, Opie Kumis, Sadha Triyudha, Calvin Jeremy, Dwi Sasono, Putri Patricia, Dominique Sanda
Director: Monty Tiwa
Studio: Amadeus Sinemagna, Sinemart


#Synopsis:
Terjadi aksi protes saat konser dari penyanyi pop wanita Naya (Anya Geraldine) digelar. Para penonton dan fans ingin Naya kembali bernyanyi di atas panggung, namun Naya menolak dengan alasan ia sudah tampil sesuai dengan kontrak dan tidak ada penambahan durasi manggung. Manager sekaligus asisten dari Naya yaitu Zul (Calvin Jeremy) berusaha mengikuti permintaan Naya dan membujuk produser label yaitu Thomas (Sadha Triyudha) untuk mencari jalan keluar.


Setelah selesai manggung, Naya menemui adiknya yaitu Lola (Aisha Nurra Datau) yang sedang bersama dengan ayah mereka, Pak Anwar (Joshua Pandelaki). Naya masih kesal saat melihat ayahnya yang kini tiba-tiba muncul setelah sekian lama pergi meninggalkan keluarga. Selain itu, Naya juga sakit hati karena perceraian orangtua mereka menyebabkan kondisi kesehatan sang ibu, Diana (Dominique Sanda) terus menurun hingga meninggal dunia. Lola meminta kepada kakaknya itu untuk mengajak sang ayah tinggal bersama lagi, karena Pak Anwar mengidap alzheimer dan hidup sendirian usai dibuang oleh keluarga barunya. Naya memilih untuk menenangkan diri sejenak di ruang istirahatnya yang ada di belakang panggung sebelum mengambil keputusan soal kehadiran ayahnya itu.


Ketika di ruang istirahat, Naya justru tidak tenang karena Thomas terus meminta agar Naya melanjutkan promo dan manggung untuk lagu barunya itu. Tak lama setelah itu, Naya tertidur pulas di ruangannya karena merasa lelah dengan semua hal yang terjadi. Ketika terbangun, Naya terkejut dan berteriak histeris melihat Zul bersimbah darah dan sudah meninggal tepat disampingnya. Saat Thomas masuk ke ruangan, ia terkejut melihat Naya yang menangis histeris sambil memegang jasad Zul yang penuh dengan darah. Seketika Thomas menginterogasi dan menduga jika Naya yang membunuh Zul. Naya sama sekali tidak ingat apa yang terjadi setelah ia tertidur lelap di ruangannya. Ia sangat yakin jika dirinya tidak membunuh manajernya itu. Naya kemudian pergi dari sana sambil mengajak Lola dan ayahnya dengan mengendarai mobil.


Dalam perjalanan, kabar kematian Zul langsung menyebar dan menjadi headline berita infotainment. Banyak wartawan mendatangi tempat kejadian perkara, termasuk mewawancarai Thomas. Dalam liputan berita, Thomas meminta Naya untuk segera menyerahkan diri ke pihak kepolisian. Jika tak kunjung menyerahkan diri, Thomas menggelar sayembara bagi siapapun yang menemukan dan memberitahu keberadaan Naya akan mendapat imbalan sepuluh juta dari Thomas. Seketika Naya kini menjadi buronan dan harus segera pergi meninggalkan Jakarta. Lola pun memberikan ide untuk sementara ke kampung halaman sang ayah di desa Singalaya yang ada di pesisir pantai. Usai menempuh perjalanan cukup jauh dari Jakarta, Naya, Lola dan Pak Anwar akhirnya tiba di rumah lama mereka. Namun sayang, mereka bertiga tidak dapat masuk ke dalam rumah gara-gara Pak Anwar lupa ingatan dan tidak tahu dimana ia menyimpan kunci rumahnya. Karena sudah larut malam, ketiganya terpaksa tidur sementara di dalam mobil sambil menunggu esok hari untuk mencari rumah kontrakan sementara.




Pagi hari pun tiba. Naya dan Lola langsung berkeliling desa mencari kontrakan yang murah untuk tempat tinggal sementara. Setelah berkeliling, Naya berhasil menemukan satu rumah petak yang disewakan milik Yatno (Adi Sudirja). Selama tinggal di rumah kontrakan di desa Singalaya, Pak Anwar sempat mengingat jika ia melihat Zul dibunuh saat menunggu Naya dan Lola di parkiran. Namun dirinya tidak bisa melihat dengan jelas siapa pelakunya. Selain itu, Pak Anwar juga selalu teringat akan Ibu Diana dan belum sepenuhnya mengetahui jika mantan istrinya itu sudah meninggal. Naya dan Lola berharap ingatan sang ayah bisa segera pulih yang nantinya akan menyelamatkan Naya dari dugaan tersangka pembunuhan Zul.



Permasalahan baru menghampiri Naya. Sebelum banyak orang menyadari jika ia bersembunyi di desa Singalaya, Naya terpaksa bergabung sebagai penyanyi dangdut dari orkes milik Wawan (Keanu Angelo) dan Wendy (Fajar Nugra). Kehadiran Naya sebagai biduan baru di desa membuat biduan lain yaitu Tata (Wika Salim) merasa tersaingi. Tata yang selama ini mendapatkan uang dan nafkah sebagai biduan panggung untuk anak semata wayangnya kini jadi sepi job gara-gara Naya. Puncaknya, Tata gagal mengisi acara dangdut Larung Pes yang paling ramai dan sering didatangi oleh produser label musik dangdut yaitu Rizal Maduma (Dwi Sasono).


Seiring berjalannya waktu, keberadaan Naya di desa Singalaya mulai ketahuan oleh Thomas. Selain itu, proses penyelidikan dan penyidikan TKP dari kematian Zul terus dilakukan oleh pihak kepolisian yang dipimpin oleh Ibu Rissa (Putri Patricia). Sementara itu, Naya yang menyadari keberadaannya mulai diketahui oleh banyak orang, mulai menyusun sebuah rencana untuk membuktikan jika dirinya benar-benar tidak salah dan bukan pembunuh Zul. Bagaimana nasib Naya selanjutnya di desa Singalaya?


#Review:
Rumah produksi spesialis sinetron Indonesia untuk televisi swasta nasional yaitu Sinemart kembali memeriahkan industri film layar lebar di tahun ini. Yang terbaru, Sinemart bekerja sama dengan Amadeus Sinemagna Pictures merilis remake versi modern dari film komedi drama ikonik MENDADAK DANGDUT (2006) yang dirilis 19 tahun silam. Di versi terbarunya ini, kursi sutradara diisi oleh Monty Tiwa, yang sebelumnya sebagai penulis cerita dan skenario di versi terdahulu garapan sutradara Rudy Soedjarwo.


Untuk segi cerita, Monty Tiwa yang kali ini duduk sebagai sutradara sekaligus penulis cerita dan skenario memberikan refreshment pada plot di film MENDADAK DANGDUT (2025) versi terbaru. Jika di versi 2006 plot berfokus pada hubungan vokalis rock dengan manager sekaligus kakak kandungnya sendiri serta sedikit sentuhan drama romantis, kali ini plot yang dihadirkan datang dari seorang penyanyi pop wanita dan adik perempuan serta ayahnya yang mengidap alzheimer. Sepanjang durasi film pun, perbedaan cerita terasa sangat drastis bisa penonton rasakan, terutama di bagian komedi yang menjadi point paling kuat dalam film MENDADAK DANGDUT (2025) versi terbaru. Sensitifitas Monty Tiwa terhadap genre komedi memang semakin "menggila" dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih di film ini yang menggandeng komedian legendaris Opie Kumis lalu disandingkan dengan selebgram beken Keanu Angelo menjadi kombinasi duo komedi yang pecah di setiap kemunculan mereka berdua. Tak lupa juga, sang sutradara selalu memberikan moment improvisasi tanpa cut yang membuat tektokan Opie Kumis, Keanu Angelo dan para pemain lain semakin berhasil bikin ngakak kencang para penonton. Meskipun terasa jorjoran dalam elemen komedinya, tak sedikit juga ada moment-moment komedi yang miss. Mungkin karena selera komedi penonton beda-beda kali ya, tiap adegan komedi yang dilakukan para pemain tanpa kehadiran Opie Kumis dan Keanu Angelo, aku merasa krik banget. Debut komedian Adi Sudirja di film layar lebar kali ini sekilas mengingatkanku akan Oki Rengga di film AGAK LAEN (2024) hahaha.
Jika film ini dibuat sebagai ajang nostalgia pun, aku merasa tidak terlalu nostalgic banget sih. Chemistry Anya Geraldine dan Nurra Datau terasa hambar sebagai kakak beradik. Akting nya masih keliatan banget, tidak se-natural dan memorable iconic Titi Kamal dan Kinaryosih. Subplot tentang hubungan anak dengan ayah pun eksekusinya tidak sampai yang mengharukan. Chemistry sebagai sebuah keluarga Naya nya kurang banget. Justru hubungan keluarga dari karakter yang diperankan Opie Kumis, Keanu Angelo dan Wika Salim lah yang lebih ngena. Ada satu adegan dari Wika Salim tentang anaknya yang singkat tapi seketika langsung memberikan impact perasaan empati terhadapnya. Penyelesaian cerita film ini juga dibuat fake twist. Padahal jika twist tersebut tetap dilakukan tanpa skenario rencana jebakan akan memicu konflik yang lebih epic antara Naya dan Wawan.
Untuk jajaran pemain, penampilan terbaik Anya Geraldine dan Nurra Datau bukan berasal dari film MENDADAK DANGDUT (2025) ini. Anya jauh lebih memorable dan luwes saat ia di film yang settingnya di Korsel. Untungnya, saat mereka berdua masuk ke bagian komedi bareng Opie Kumis, Keanu Angelo, Fajar Nugra dan Adi Sudirja, cukup berhasil ngeblend bikin tertawa penonton.
Overall, film MENDADAK DANGDUT (2025) versi modern kali ini memang terasa sengaja dibuat lebih menonjolkan unsur komedinya. Hal tersebut memang berhasil sebagai sebuah tontonan pelepas penat, karena jokes Keanu Angelo dan Opie Kumis terlalu dekat dengan jokes-jokes daily penonton. Namun jika film ini dibuat sebagai ajang nostalgia atau membangkitkan musik dangdut, masih jauh dari ekspektasi.


[7/10Bintang]

Friday, 2 May 2025

[Review] Thunderbolts*: Awal Cerita Yang Emosional Dari Grup Baru The New Avengers!



#Description:
Title: Thunderbolts* *The New Avengers (2025)
Casts: Florence Pugh, Sebastian Stan, Wyatt Russell, David Harbour, Hannah John-Kamen, Olga Kurylenko, Lewis Pullman, Julia Louis-Dreyfus, Geraldine Viswanathan, Chris Bauer, Wendell Pierce, Gabrielle Byndloss
Director: Jake Schreier
Studio: Marvel Studios


#Synopsis:
Setelah berhasil membentuk pasukan khusus yang beranggotakan Yelena Belova (Florence Pugh), John Walker (Wyatt Russell), Ava Starr (Hannah John-Kamen) dan Antonia Dreykov (Olga Kurylenko), Valentina Allegra de Fontaine (Julia Louis-Dreyfus) memberikan tugas dan misi berbahaya untuk melindungi nama baik CIA yang kini sedang mendapat sorotan tajam dari pemerintah Amerika Serikat. Bersama dengan asistennya yaitu Mel Gold (Geraldine Viswanathan), Fontaine berusaha menutupi beberapa fasilitas rahasia milik CIA, salah satunya OXE Group yang tersembunyi di sebuah pegunungan.


Sementara itu, Yelena kini merasa lelah, kesepian dan tidak memiliki tujuan hidup setelah memutuskan bergabung menjadi agent CIA yang dipimpin Fontaine. Yelena kini hanya seorang agent yang menghabiskan hidupnya untuk melawan musuh bagi CIA saja. Hal inilah yang akhirnya membuat Yelena berpikir untuk mengundurkan diri sebagai agent CIA yang dipimpin Fontaine dan memilih pulang menemui ayahnya, Alexei Shostakov (David Harbour). Setibanya di rumah, Alexei terkejut melihat anaknya pulang ke rumah setelah sekian lama disibukkan sebagai agent CIA. Mendengar keluh kesah Yelena yang ingin pensiun dan hidup tenang membuat Alexei terkejut. Ia berusaha membujuk sang anak untuk tidak putus asa dalam menghadapi rasa bosan tersebut. Yelena pun memilih pergi dari rumah setelah mendengar saran dari ayahnya itu.


Keesokan harinya, Yelena mendapat dari Fontaine untuk memusnahkan laboratorium OXE Group dan menghabisi siapapun yang berusaha menghalanginya. Setibanya disana, Yelena rupanya harus berhadapan dengan agent-agent CIA lain yaitu Walker, Ava dan Dreykov yang mendapat tugas serupa dengan dirinya. Perselisihan tersebut menyebabkan Dreykov alias Taskmaster tewas ditangan Ava alias Ghost yang memang ditugaskan untuk membunuh Dreykov. Di laboratorium tersebut, mereka bertemu dengan seorang pria bernama Bob Reynolds (Lewis Pullman) yang mengaku jika ia tidak mengingat apapun. Karena terjadi kesalahpahaman, Yelena, Walker dan Ava menyadari jika misi tersebut merupakan jebakan dari Fontaine yang ingin melenyapkan OXE Group dan juga anggotanya yang bisa menjadi bukti kuat untuk pemerintah melengserkan jabatan Fontaine sebagai pimpinan CIA. Yelena, Walker, Ava dan Bob kemudian berusaha kabur dari lab tersebut tanpa ketahuan pasukan CIA yang dikirim Fontaine.


Pihak pemerintah Amerika Serikat kini semakin sulit untuk melengserkan Fontaine dari jabatannya. Rupanya, jauh sebelum menjabat sebagai pimpinan CIA dan menduduki Stark Tower yang diubah menjadi Watch Tower, Fontaine sudah menghapus dosa-dosanya yang tersebar di seluruh dunia sebelum ketahuan pemerintah Amerika Serikat. Ketika Fontaine mengetahui jika Yelena, Walker dan Ava masih hidup, ia memaksa Mel segera menurunkan lebih banyak pasukan untuk melenyapkan mereka bertiga. Mereka bertiga berhasil melarikan diri dari laboratorium dengan bantuan Bob yang rupanya memiliki kekuatan super. Setelah mengeluarkan kekuatannya, Bob tak sadarkan diri dan ditangkap oleh pasukan yang dikirim Fontaine. Di sisi lain, Bucky Barnes (Sebastian Stan) yang kini memiliki jabatan di pemerintahan Amerika Serikat berusaha menggali informasi kebusukan Fontaine dengan cara mendekati Mel. Usaha Bucky tidak sia-sia dan langsung mengetahui jika saat ini Fontaine sedang memburu Yelena, Walker dan juga Ava. Bucky kemudian bergegas pergi menuju lokasi keberadaan Yelena, Walker dan Ava yang sudah diselamatkan oleh Alexei alias Red Guardian dengan mobil rentalnya.


Setelah berhasil bertemu dengan Yelena dan kawan-kawan, Bucky menyusun rencana untuk masuk ke dalam Watch Tower dan mengungkap semua kebusukan Fontaine dengan bantuan Yelena, Walker dan Ava. Di sisi lain, Fontaine menyadari jika sosok Bob Reynolds merupakan hasil eksperimen dari Sentry Project yang dilakukan oleh OXE Group. Hal tersebut membuat Fontaine semakin semangat untuk menggunakan Bob alias Sentry sebagai pelindungnya dalam melawan pemerintah Amerika Serikat termasuk Bucky, Yelena, Walker dan Ava. Selama proses recovery, Bob berusaha mengendalikan kekuatannya meskipun sesekali tidak terkontrol sehingga menciptakan sisi gelap dan hampa dalam dirinya yang disebut dengan The Void.


Dalam perjalanan menuju Watch Tower, Alexei berinisiatif memberikan nama sementara untuk grup mereka dengan nama Thunderbolts. Nama tersebut terinspirasi dari grup sepak bola dari Yelena ketika kecil dan belum bergabung dalam organisasi Red Room bersama dengan kakaknya, Natasha (Scarlett Johansson). Setibanya di Watch Tower, kehadiran Bucky, Yelena, Walker, Ava dan Alexei disambut oleh Fontaine yang kini ditemani oleh Bob. Yelena dan yang lainnya terkejut melihat Bob yang sangat berbeda dengan mengenakan suit. Yelena berusaha menyadarkan Bob untuk kembali seperti sedia kala dan tak harus mengikuti semua perintah dari Fontaine agar diakui dan diterima oleh semua orang. Yelena yang menyadari kekuatan dahsyat The Void dalam diri Bob alias Sentry tersebut bisa dikendalikan sepenuhnya oleh Bob jika ia menerima kondisi apa adanya. Akankah Fontaine berhasil menjalankan semua rencananya dengan bantuan Bob?


#Review:
Setelah tahun lalu hanya merilis satu film layar lebar saja, Marvel Studios siap menghadirkan dua film terbaru yang tayang di tahun 2025 ini. Film pertama yang akan aku bahas yaitu THUNDERBOLTS* (2025). Film ini menjadi film penutup di Fase 5 Marvel Cinematic Universe yang sudah berjalan sejak tahun 2023 lalu.


Untuk segi cerita, film THUNDERBOLTS* (2025) ini sedikit mengingatkan aku akan film SUICIDE SQUAD (2016) dari DC Films yang menceritakan sekumpulan karakter antihero dari film-film MCU yang sudah dirilis sebelumnya. Meskipun sekilas terlihat mirip, tapi film ini memiliki banyak sekali perbedaan yang jauh lebih mengesankan dari pada film tersebut. Lebih lanjut, film ini juga bisa dibilang sebagai multiple sequel atau continuous plot dari beberapa film dan serial dari MCU diantaranya: BLACK WIDOW (2021), ANT-MAN AND THE WASP (2018), THE FALCON AND THE WINTER SOLDIER (2021) dan CAPTAIN AMERICA: BRAVE NEW WORLD (2025). Kolaborasi duo Eric Pearson dan Joanna Calo sebagai penulis cerita dan skenario dari film THUNDERBOLTS* (2025) ini menghadirkan sebuah experience yang cukup personal tentang mental health dari para karakternya. Plot yang melakukan pendekatan pada sisi psikologis disini bisa kita rasakan lewat karakter Yelena Belova dan Bob Reynolds. Meskipun keduanya terlihat sangar dan punya kekuatan super, sisi humanis dan perasaan rapuh sebagai manusia pun bisa dialami oleh siapapun, termasuk para superhero di jagat MCU. Hal inilah yang menjadi kejutan tak terduga dari film THUNDERBOLTS* (2025). Selain mengangkat psikologis dan mental health dari karakternya, Jake Schreier membawa vibes filmnya ini ke zaman fase-fase awal MCU, yang dimana lebih menonjolkan karakterisasi, action yang grounded serta tolong menolong dengan cara seperti sebuah keluarga. Hal inilah yang menjadi jarang dirasakan oleh pecinta film-film MCU di Fase Multiverse ini. Selain itu, hal menonjol lainnya yang menjadi point plus dari film THUNDERBOLTS* (2025) ini yaitu komedinya. Surprisingly, jokes-jokes yang dilontarkan oleh para karakternya bisa masuk ke semua orang.


Nonton THUNDERBOLTS* (2025) di IMAX totally worth it! Banyak adegan fullest dan punya special IMAX Bumper edisi Fantastic Four!

Untuk jajaran pemain, Florence Pugh berhasil mengemban tugasnya dengan sangat luar biasa sebagai pemeran utama dalam film ini. Meskipun kala itu sempat dianggap kurang meyakinkan sebagai pengganti Scarlett Johansson sebagai the next Black Widow, Pugh sukses menghidupkan karakter Yelena yang tangguh namun tetap memiliki sisi rapuh dalam dirinya. Chemistry persahabatan yang tak sengaja ia bangun dengan karakter Bob Reynolds yang diperankan dengan apik oleh Lewis Pullman juga terasa banget saling support satu sama lain. Kehadiran Red Guardian yang dimainkan David Harbour juga membawa warna tersendiri apalagi saat adegan ayah dan anak dengan Yelena Belova ditengah situasi chaos, duh kebersamaan mereka bisa menjadi impian bagi anak-anak yang jarang banget interaksi dengan ayah mereka.
Untuk urusan visual, aku suka dengan film THUNDERBOLTS* (2025) ini yang tidak sepenuhnya mengandalkan efek visual CGI. Beberapa adegan fighting yang grounded cukup mendominasi disepanjang durasi. Jujur, film ini sangat mengobati kerinduan akan MCU di era awal sebelum AVENGERS: ENDGAME (2019). Terakhir, apresiasi luar biasa harus diberikan kepada jajaran tim promosi dan marketing film ini yang mengubah judul sementara THUNDERBOLTS* menjadi *THE NEW AVENGERS. Konsep sangat cerdik dan seharusnya bisa mendatangkan lebih banyak penonton! Jangan sampai terlewatkan ada dua credit scene yang salah satu diantaranya digarap langsung oleh The Russo Brothers!


[9/10Bintang]