Wednesday, 15 October 2025

[Review] Tron Ares: Dua Perusahaan Raksasa Rebutan Kecanggihan Teknologi AI Untuk Masa Depan!



#Description:
Title: Tron: Ares (2025)
Casts: Jared Leto, Greta Lee, Evan Peters, Jodie Turner-Smith, Arturo Castro, Gillian Anderson, Hasan Minhaj, Jeff Bridges, Sarah Desjardins, Cameron Monaghan, Selene Yun
Director: Joachim Ronning
Studio: Walt Disney Studios, Sean Bailey Productions


#Synopsis:
Dua kakak beradik yaitu Eve Kim (Greta Lee) dan Tess Kim (Selene Yun) menjabat sebagai CEO dari perusahaan software dan teknologi ENCOM setelah mereka membeli mayoritas sahamnya dari keluarga Flynn. Seiring berjalannya waktu dan pesatnya kemajuan teknologi membuat ENCOM harus terus berinovasi agar tidak kalah saing dengan perusahaan kompetitor.
Seiring berjalannya waktu, kabar duka menyelimuti ENCOM. Tess meninggal setelah berjuang melawan kanker dalam beberapa tahun terakhir. Kepergian Tess tersebut membuat Eve sangat terpukul. Popularitas ENCOM perlahan mulai menurun karena persaingan dunia teknologi semakin ketat. ENCOM kini jadi dikenal sebagai pengembang untuk beberapa game populer. Salah satunya yaitu Space Fever yang versi terbarunya akan segera dirilis dalam waktu dekat. Ditengah kesibukan menjelang perilisan, Eve dan rekan kerjanya, Seth Flores (Arturo Castro) justru pergi dari ENCOM untuk melanjutkan penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh mendiang Tess. Penelitian tersebut yaitu sebuah teknologi yang dapat melakukan konstruksi Artificial Intelligence (AI) menjadi bentuk fisik lebih tahan lama. Penelitian tersebut dilakukan di laboratorium terpencil peninggalan dari pendiri ENCOM yaitu Kevin Flynn (Jeff Bridges) yang ada di pegunungan Alaska. Setelah berulang kali proses uji coba, Eve dan Seth akhirnya berhasil menyempurnakan teknologi tersebut menjadi lebih tahan lama dibandingkan konstruksi AI yang sudah ada dengan batas maksimal hanya 29 menit saja.
Di sisi lain, perusahaan kompetitor dari ENCOM yaitu Dillinger Systems yang dipimpin oleh Julian Dillinger (Evan Peters) berusaha meyakinkan para investor dari kalangan pejabat dan pemerintah untuk menggunakan teknologi mereka yang dapat menciptakan prajurit sempurna dari AI serta dapat dikorbankan tanpa perlu melibatkan manusia lagi. Prajurit buatan Dillinger tersebut diberi nama Ares (Jared Leto) yang memiliki banyak pasukan, salah satunya Athena (Jodie Turner-Smith). Ares beserta pasukannya tersebut sepenuhnya berada dibawah kendali Julian. Namun sayang, konstruksi AI yang dimiliki perusahaan Dillinger Systems tersebut memiliki kelemahan yaitu hanya bertahan selama 29 menit saja. Hal inilah yang membuat ibu dari Julian yaitu Elisabeth Dillinger (Gillian Anderson) khawatir project Ares tersebut gagal dan mencoreng nama besar perusahaan dan juga mendiang ayahnya, Ed Dillinger (David Warner). 
Setelah eksperimennya berhasil, Eve dan Seth langsung terbang ke New York untuk menghadiri peluncuran versi terbaru game Space Fever yang sudah lama dinantikan oleh para penggemar. Rekan kerja mereka yang selama ini khawatir akan keberadaan Eve dan Seth yaitu Ajay Singh (Hasan Minhaj) merasa lega setelah mengetahui mereka sedang dalam perjalanan menuju ENCOM. Sementara itu, Julian diam-diam melakukan peretasan terhadap server milik ENCOM untuk mencari informasi terbaru serta menelusuri semua aktivitas yang dilakukan Eve selama ia menghilang. Ares dan pasukannya berhasil masuk ke server ENCOM dan menemukan informasi perihal kode akses bernama Permanence yang dapat menciptakan AI dalam bentuk fisik secara permanen kini berada di tangan Eve. Setelah berhasil membobol server ENCOM, Julian kemudian melakukan konstruksi pada Ares dan Athena untuk menangkap Eve yang dalam perjalanan menuju gedung ENCOM. Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan. Disaat Ares hampir berhasil menangkap Eve, ia mendeteksi perasaan empati dalam diri Eve yang merupakan anomali bagi Ares dan pasukannya. Karena sudah melebihi batas waktu, Ares dan Athena pun dihancurkan. Sementara itu, Eve ditangkap dan masuk ke The Grid Dillinger.
Di dalam dunia The Grid Dillinger, Eve direkonstruksi menjadi user dengan cakram yang berisi identitas lengkap dirinya. Julian meminta Ares dan Athena untuk mengambil cakram tersebut meskipun punya resiko kematian untuk Eve. Karena Ares semakin penasaran dengan kehidupan manusia di bumi dan tak ingin Eve meninggal di dalam The Grid Dillinger, ia menyusun rencana untuk mengeluarkan Eve dari The Grid Dillinger tanpa sepengetahuan Julian dan pasukannya. Aksi tersebut rupanya ketahuan oleh Athena yang menganggap jika Ares mengalami malfungsi. Julian kemudian memberikan komando padanya untuk tidak membiarkan Ares dan Eve keluar dari The Grid Dillinger sampai cakram identitas dan kode Permanence didapatkan.
Setelah berhasil keluar dari The Grid Dillinger, Ares dan Eve berbincang mengenai kode Permanance yang selama ini dikembangkan oleh ENCOM demi berbagai proyek kemanusiaan dan kesehatan. Eve mempunyai misi ingin melanjutkan project tersebut demi mendiang adiknya, Tess. Namun karena kode Permanence yang disimpan di harddisk kala itu sudah rusak. Eve yakin jika salinan kode tersebut masih bisa mereka dapatkan di laboratorium museum milik Kevin Flynn. Bersama dengan Seth, mereka memperbaiki alat laser untuk akses portal menuju The Grid milik Flynn dan mengirimkan Ares ke sana.
Sementara itu, Julian semakin terobsesi untuk segera mendapatkan kode Permanence dari tangan Eve. Ia pun menggunakan teknologinya untuk konstruksi AI pesawat tempur, drone dan pasukan dari The Grid Dillinger yang kali ini dipimpin Athena. Julian memberikan perintah pada Athena segera menangkap Eve dengan cara apapun, termasuk menghabisi siapapun yang berusaha menghalangi rencananya tersebut. Akankah Julian berhasil mendapat kode Permanence itu?


#Review:
Setelah penantian cukup panjang, Disney Studios akhirnya merilis film terbaru dari franchise TRON yang berjudul TRON: ARES (2025). Berselang 15 tahun dari film TRON: LEGACY (2010), terasa cukup lama untuk ukuran sekuel film. Keputusan Disney untuk melakukan soft reboot dan non direct sequel di film ini menurutku jadi keputusan yang tepat.


Untuk segi cerita, film TRON: ARES (2025) menghadirkan cerita baru tentang pesatnya kemajuan software dan teknologi di era saat ini, dibandingkan 10 tahun lalu saat film keduanya tayang di bioskop. Penonton disuguhkan dengan cerita dari dua perusahaan teknologi yang berusaha mengembangkan teknologi AI menjadi lebih realistis serta memiliki dua tujuan berbeda. Secara tidak langsung, cerita tersebut terasa seperti refleksi dari keadaan saat ini yang dimana para pengembang teknologi modern saling berlomba untuk menjadi yang terbaik. Paruh awal film, mungkin bisa saja terasa lama dan sedikit membosankan karena berfokus pada pengenalan ENCOM dan Dillinger yang saling rebutan untuk mencuri perhatian dunia dengan teknologi mereka masing-masing. Plot semakin menarik diikuti saat para program dari The Grid Dillinger mulai masuk ke dalam cerita. Salah satu yang sukses mencuri perhatian yaitu visualisasi program-program tersebut meretas ke server kompetitor, langsung mengingatkanku akan konsep film animasi dua film dari WRECK-IT RALPH (2012) hahaha.
Program Ares yang dikonstruksi oleh AI dan menjadi wujud nyata di dunia untuk diperuntukkan sebagai super soldier tampil sangat meyakinkan. Lebih lanjut, cerita dan skenario yang ditulis oleh Jesse Wigutow juga memberikan penghormatan terhadap dua film TRON sebelumnya dengan menampilkan tentang sisi humanisme dari sebuah teknologi ketika karakter Ares di film ini atau Quorra di film TRON: LEGACY (2010) yang ingin merasakan menjadi manusia. Selain itu, film ini juga berhasil memberikan value jika teknologi canggih bisa sangat jahat karena ia menduplikasi dan mendapat perintah dari user atau penggunanya. Beruntung, karakter antagonis Julian Dillinger tidak sepenuhnya dibuat jahat karena menampilkan rasa penyesalan dan bersalah ketika semua rencananya berjalan diluar kendalinya. Bonding chemistry antara Eve dengan Ares terlihat lebih dominan sebagai hubungan pertemanan ketimbang tumbuh rasa suka satu sama lain seperti yang terjadi antara Sam Flynn dan Quorra di film TRON: LEGACY (2010).


Untuk jajaran pemain, penampilan trio Jared Leto, Greta Lee dan Evan Peters tidak mengecewakan. Jared Leto sebagai Ares gesture dan intonasinya sangat believable sebagai karakter konstruksi dari AI, meskipun rambut gondrong dan brewoknya agak tidak relevan jika ia adalah sebuah AI. Hahaha. Penampilan Greta Lee surprisingly berhasil menghidupkan karakter Eve Kim dengan perjuangannya untuk melanjutkan impian mendiang sang adik mewujudkan AI demi keberlangsungan hidup manusia. Micro ekspresinya ketika di situasi terdesak dan bahaya tampil realistis serta tidak lebay. Big applause tentunya harus kita berikan juga pada Evan Peters yang sukses memerankan karakter Julian Dellinger dengan ambisinya menciptakan AI untuk militer. Dibalik obsesinya tersebut, development character Julian masih menampilkan rasa penyesalannya atas apa yang terjadi pada ibunya.
Untuk urusan visual, film TRON: ARES (2025) berhasil menyuguhkan konsep teknologi modern yang sangat luar biasa. Gambar sangat tajam dan jelas, visual efek dunia The Grid versi Dillinger, ENCOM dan Flynn benar-benar membuatku terpukau. Ditambah lagi kemarin nontonnya di IMAX, terasa makin sempurna! Efek visualnya juga tidak main-main, saat adegan balap motor Tron di dunia nyata kemudian final act saat pesawat raksasa menyisir kota New York juga bombastis banget! Kesempurnaan visual film TRON: ARES (2025) semakin lengkap dengan scoring music yang diracik oleh band rock Nine Inch Nails dengan dua anggota ikoniknya yaitu Trent Reznor dan Atticus Ross. Vibes elektro pop modern futuristic nya sangat menyatu dengan setiap adegan di film ini. Bahkan ada beberapa adegan dengan scoring spektakuler yang berhasil bikin kursi bioskop ikutan bergetar. Sungguh menjadi salah satu pengalaman sinematik paling memukau di bioskop tahun ini. Semoga Disney masih bersedia untuk menggarap film-film TRON selanjutnya! Aamiin!


[9/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment