Friday 5 October 2018

[Review] Venom: Kisah Awal Mula Sosok Anti-Hero Venom


#Description:
Title: Venom (2018)
Casts: Tom Hardy, Michelle Williams, Riz Ahmed, Woody Harrelson, Jenny Slate, Michelle Lee, Sope Aluko, Reid Scott, Sam Medina, Ron Cephas Jones, Marcella Bragio, Scott Haze
Director: Ruben Fleischer
Studio: Sony Pictures, Marvel Entertainment, Columbia Pictures

#Synopsis:
Sebuah pesawat angkasa milik Life Foundation sedang dalam perjalanan menuju permukaan bumi. Namun sayang tiba-tiba pesawat tersebut mengalami gangguan hingga terjatuh di daratan Malaysia. Pesawat tersebut hancur dan menewaskan seluruh awak. Pesawat tersebut ternyata berhasil mengambil beberapa symbiote dari suatu planet untuk dieksperimen Life Foundation yang dipimpin oleh Carlton Drake (Riz Ahmed). Namun karena kecelakaan pesawat angkasa tersebut, nama Life Foundation yang sebelumnya mempunyai reputasi baik menjadi tercoreng. Beberapa symbiote untungnya berhasil diselamatkan dan dibawa ke laboratorium Life Foundation.


Sementara itu, seorang reporter casual dan nyentrik yakni Eddie Brock (Tom Hardy) tertarik untuk mewawancarai Drake seputar Life Foundation. Drake pun mengizinkan media untuk meliputnya dengan harapan bisa mengembalikan nama baik Life Foundation. Namun sayang, Eddie ternyata malah mengkritik perusahaan milik Drake tersebut. Ia malah menginterogasi dan mencurigai Life Foundation telah melakukan sebuah uji eksperimen berbahaya yang konon memakan banyak korban jiwa. Eddie sendiri yakin menuduh Life Foundation telah melakukan eksperimen berbahaya dan menimbulkan korban usai melihat email kiriman bersifat sangat rahasia yang diterima oleh Anne Weying (Michelle Williams) ahli hukum Life Foundation sekaligus kekasih dari Eddie. Mendengar statement yang diberikan oleh Eddie membuat Drake merasa terancam. Ia kemudian mencari tahu siapa sosok Eddie sebenarnya dibantu oleh anak buahnya. Tak butuh waktu yang lama, Drake mendapatkan informasi tentang sosok Eddie. Gara-gara hal tersebut Eddie dipecat dari pekerjaannya. Kekasihnya, Anne juga dipecat dari Life Foundation. Anne kecewa dengan apa yang telah dilakukan oleh Eddie. Ia lalu memutuskan hubungannya dengan Eddie.


Penelitian yang dilakukan oleh Life Foundation usai mendapatkan symbiote-symbiote itu perlahan-lahan melampaui batas. Drake terus memaksa para peneliti di laboratoriumnya untuk mencoba menggabungkan symbiote dengan manusia. Beberapa tuna wisma dipinggir jalan berhasil Drake bujuk untuk dijadikan bahan eksperimen dengan dimbalan materi serta kekebalan tubuh yang tak terbatas. Melihat bossnya semakin bertindak lebih jauh membuat salah satu peneliti yakni Dr. Dora Skirth (Jenny Slate) khawatir. Ia kemudian meminta bantuan Eddie untuk membuat sebuah laporan tentang apa yang sebenarnya terjadi di Life Foundation. Diam-diam Dr. Dora mengajak Eddie untuk datang ke Laboratorium Life Foundation untuk melihat secara langsung. Ketika sedang melihat-lihat isi lab tersebut, Eddie melihat seorang perempuan tuna wisma yang selalu ia ajak obrol dari tempat tinggalnya terkurung disana. Eddie panik dan mencoba menolong perempuan tersebut. Namun naas, symbiote yang ada dalam diri perempuan tersebut keluar dan berpindah ke tubuh Eddie. Kondisi lab kacau. Beruntung Eddie bisa kabur dari kejaran petugas-petugas lab tersebut. 
Setibanya dirumah, Eddie merasakan ada sesuatu yang tak beres dengan kondisi badannya. Ia keluar keringat banyak, suhu tubuhnya meningkat, pandangan menjadi buram hingga mendengar suara-suara aneh dari dalam pikirannya. Nafsu makan Eddie juga semakin tinggi. Symbiote yang hinggap dalam diri Eddie adalah Venom. Venom merasa senang akhirnya ia menemukan inang yang pas dengan dirinya.


Diluar sana, Drake terus mencari penyebab kenapa symbiote Venom bisa kabur. Berkat bantuan anak buahnya, akhirnya Drake menemukan siapa orang yang harus bertanggung jawab atas kaburnya symbiote Venom. Kini Eddie pun menjadi buronan Drake. Seiring berjalannya waktu, Eddie terus berusaha untuk bisa mengendalikan alter-egonya Venom yang semakin brutal dan ganas. Sementara itu, Drake juga terpapar symbiote lain yang berhasil tiba di San Fransisco. Symbiote itu adalah Riot, symbiote yang tak kalah kuatnya dengan Venom. Symbiote Riot yang bekerjasama dengan Drake berencana untuk kembali ke planet asal mereka dan membawa ribuan symbiote lain ke bumi.
Akankah Eddie dan Venom berhasil menghentikan ambisi Riot dan Drake?


#Review:
Usai Sony Pictures dan Columbia Pictures melepas Spider-Man kembali ke "rumahnya" yakni Marvel Studios, dua rumah produksi ini kemudian mengembangkan sendiri Spider-Verse yang akan diisi oleh deretan villain Spider-Man yang masih tetap berdasarkan dari komik Marvel dan dibawah asosiasi Marvel Entertainment. Film live action dari semesta laba-laba ini dimulai dari sosok villain Venom. Aku yang hanya sebatas mengikuti Marvel dari filmnya saja cukup puas dengan film VENOM (2018) ini, meskipun rating yang diberikan Rotten Tomattoes lumayan rendah dibandingkan film-film yang diangkat dari komik Marvel lainnya.


Untuk segi cerita sendiri, menurut yang aku baca dan tanya kebeberapa fanboy Marvel, cerita Venom versi film ini ternyata dibuat cukup berbeda dengan versi komiknya. Di versi komik, inang pertama dari symbiote Venom ini adalah Peter Parker, sedangkan dalam versi filmnya, inang pertamanya adalah Eddie Brock. Perbedaan ini menurutku sangatlah wajar, toh banyak juga kan film-film adaptasi komik Marvel lainnya juga mengalami perombakan cerita pada versi filmnya. Harus diakui juga, skenario dalam film VENOM (2018) ini cukup banyak plothole yang ditinggalkan. Paruh pertama film juga terasa cukup lamban dalam bercerita tentang kehidupan Eddie Brock. Meskipun terlihat jelas kekurangannya tapi anehnya aku cukup menikmati jalan ceritanya. Gak ribet.
Yang paling aku sayangkan banget dari film ini adalah kenapa harus menurunkan rating yang semula 17+ menjadi 13+. Padahal visual Venom disini sudah sangat gahar dibandingkan Venom versi film SPIDER-MAN 3 (2007) dan juga mungkin bisa setara dengan film anti-hero Marvel favoritku DEADPOOL (2018) yang dipegang 20th Century Fox. Visual Venom yang sudah sangat terlihat manly dan gahar banget cuma sebatas ditampilkan sebuah symbiote yang hobinya lapar dan makan doang haha. Tak cuma itu saja, Venom disini juga tingkah laku ketika berinteraksi dengan Eddie Brock kocak dan lucu. Haha! Yang berharap film VENOM (2018) ini akan serius, horror dan mencekam pasti akan sedikit kecewa sih aku yakin. Motif Venom yang ingin menjadi anti-hero juga menurutku terasa cukup sepele kurang nendang, tapi masih bisa ditolelir sih buatku.


Terlepas dari segala kekurangannya, film VENOM (2018) ini sudah jelas menampilkan Tom Hardy yang gemilang. Chemistry ia dengan alter-ago nya Venom begitu pas dan humor banget. Venom sebagai super power begitu baik banget menuntun inangnya, Eddie agar mampu menyeimbangkan dirinya dengan Venom. Adegan kejar-kejaran motor dan baku tembak dengan kepolisian tampil sangat seru dan intens actionnya. Setelah Tom Hardy dan alter-agonya memberikan performa apiknya, hal ini tak dibarengi dengan Riz Ahmed dan alter-agonya yang merupakan villain dari Venom. Sang sutradara dan penulis skenario kurang memberikan kesan intimidasi pada karakter musuh. Padahal symbiote Riot ini jauh lebih powerful dibandingkan Venom. Michelle Williams yang cantik (dan langsung teringat ia bernyanyi Tightrope, A Million Dreams di The Greatest Showman) juga tampil kurang diberi porsi yang dominan dan kuat. Tapi untungnya, ia mampu mengimbangi sisi komedi dari Eddie dan Venom.
Andai saja final battle antara Venom dan Riot diberi durasi yang panjang pasti akan berakhir mengesankan! Overall, VENOM (2018) isn't bad. Still entertaining!


[7/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment