Monday 8 October 2018

[Review] Tengkorak: Menguak Misteri Bukit Fosil Tengkorak Raksasa


#Description:
Title: Tengkorak (2018)
Casts: Eka Nusa Pertiwi, Yusron Fuadi, Gus S Mana, Muhammad Abe, Giras Basubuwondo, Rukman Rosadi, Panut Mulyono, Wolfram Stanek, Darwis Triadi, Wikan Sakarinto, Hotma Prawonto, Julianto Ibrahim, Heru Sambawa
Director: Yusron Fuadi
Studio: Akasacara Films, Vokasi Studios

#Synopsis:
Gempa berkekuatan 5.9 Skala Richter melanda Yogyakarta pada Mei 2006. Akibat bencana tersebut ribuan orang dinyatakan meninggal dunia, ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan pemerintah menetapkan sebagai bencana nasional. Pasca gempa, secara mengejutkan sebuah kerangka fosil tengkorak sepanjang 1.8 kilometer ditemukan. Fosil tengkorak tersebut terlihat usai sebuah bukit rimbun terkena longsor akibat gempa.
Penemuan bukit fosil Tengkorak tersebut membuat pemerintah Indonesia dan para ilmuwan kebingungan. Pasalnya penemuan ini merupakan penemuan fosil terbesar sepanjang sejarah di Indonesia bahkan dunia. Hal ini juga menarik perhatian dunia internasional. Banyak ilmuwan dunia, badan peneliti internasional, para media hingga International Monetary Fund (IMF) pun tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang bukit tengkorak ini.


25 tahun kemudian, yakni tahun 2021 bukit tengkorak yang berada di wilayah Yogyakarta kini diteliti dan diawasi oleh Badan Penelitian Bukit Tengkorak (BPBT). Tugas badan tersebut meneliti lebih jauh sekaligus berkoordinasi dengan ilmuwan-ilmuwan internasional untuk menguak misteri tentang fosil tengkorak berukuran raksasa itu. 
Sementara itu, dalam ruang lingkup kerja BPBT, tengah melakukan rekruitment karyawan baru. Salah satu karyawan itu adalah Ani (Eka Nusa Pertiwi). Kehidupan dan pengalaman Ani pasca bergabung di BPBT semakin bertambah dan beragam. Ia berkenalan dengan para ilmuwan baik dari dalam dan luar negeri. Bahkan salah satu ilmuwan bule BPBT bernama Profesor Watson (Wolfram Stanek) tertarik pada Ani karena ia bisa meracik biji kopi sesuai dengan selera ilmuwan tersebut.
Setelah diskusi jangka panjang, IMF akhirnya memutuskan untuk memberikan dana ratusan miliar dollar dan melunasi seluruh utang Indonesia dengan syarat pemerintah Indonesia menghancurkan bukit tengkorak itu demi keamanan internasional. Tawaran menggiurkan itu direspon dengan baik oleh pemerintah Indonesia. BPBT pun akhirnya ditutup dan dalam waktu dekat bukit tengkorak akan segera dihancurkan. 


Dalam perjalanan menuju penghancuran bukit tengkorak, seorang pria pembunuh berantai bernama Yos (Yusron Fuadi) menyelamatkan Ani dari sesuatu yang tak beres terjadi di BPBT. Ani dibawa kabur oleh Yos untuk bertemu dengan orangtua angkatnya yakni Letnan Jaka (Gus S Mana), seorang perwira yang selama 20 tahun hidup dan tinggal diatas menara pemantau bukit tengkorak. Ani dan Yos bersembunyi di kediaman Letnan Jaka sekaligus meneliti informasi-informasi seputar BPBT yang mereka dapatkan dari para ilmuwan disana sebelum mereka tewas dibunuh. Selama berada di tempat tinggal Letnan Jaka, Keberadaan Ani dan Yos semakin diincar oleh banyak kalangan. 


Dari notebook kecil milik Ani yang diberikan oleh Profesor Watson mereka menemukan sebuah titik koordinat yang membawa mereka bertemu dengan Pak Burhan (Muhammad Abe). Pak Burhan sendiri adalah salah satu rekan dari profesor Watson. Pak Burhan tak menyangka Ani yang kini ditemani Letnan Jaka bisa menemukan koordinat tempat tinggalnya yang ditulis oleh Profesor Watson. 
Setelah diselidiki oleh Pak Burhan, notebook tersebut memiliki sebuah rahasia besar yang ingin disampaikan oleh para ilmuwan BPBT sebelum mereka tewas dibunuh. Para ilmuwan ternyata ingin menyampaikan kepada dunia untuk tidak menghancurkan bukit tengkorak itu karena akan menimbulkan munculnya sesuatu yang berbahaya. Namun sayang, semuanya terlambat. Pemerintah Indonesia menerima tawaran dari IMF dan hasil voting masyarakat Yogyakarta juga mayoritas sama dengan pemerintah Indonesia untuk menghancurkan bukit tengkorak. Misteri apakah yang sebenarnya sedang terjadi?

#Synopsis:
Film Indonesia bergenre fiksi ilmiah mungkin masih sedikit untuk diproduksi oleh para sutradara dan produser Indonesia. Hal ini sepertinya mudah kita maklumi karena budget produksi sebuah film fiksi ilmiah cenderung lebih besar dan beresiko tinggi juga ketika rilis di bioskop Indonesia, karena kemungkinan besar tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Faktor visual efek yang selalu menemani genre fiksi ilmiah juga bisa menjadi tantangan yang cukup berat bagi pelaku industri film Indonesia karena keterbatasan materi dan teknologi yang kita miliki saat ini. Dan pada akhirnya, para produser dan sutradara film Indonesia lebih memilih genre film lain saja yang jauh lebih aman dan pastinya menguntungkan.


Tapi tidak dengan para dosen dan mahasiswa-mahasiswi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Mereka dengan berani membuat sebuah film independen dengan mengambil genre fiksi ilmiah. Proses shooting film TENGKORAK (2018) ini sudah rampung pada tahun 2014-2015 silam. Sang sutradara yakni Yusron Fuadi meniatkan membuat film ini hanya tayang di acara screening lokal dan festival-festival saja. Ia sama sekali tidak berharap untuk tayang secara reguler dijaringan bioskop nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, karena Yusron Fuadi sadar bahwa film TENGKORAK (2018) ini tipikal film independen. Seluruh biaya proses produksi dari awal hingga akhir film dibantu secara gotong royong dan guyub oleh para dosen, dekan dan mahasiswa-mahasiswi Vokasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.


Film TENGKORAK (2018) mulai mendapat perhatian pecinta film Indonesia usai berhasil masuk nominasi Best Sci-Fi & Fantasy di ajang Cinequest Film Festival di Amerika Serikat pada tahun 2017 lalu. Tak cuma itu saja, film ini juga ikut memeriahkan JOGJA NETPAC 2017 dan langsung mendapat reaksi mengesankan dari para audience yang datang. Hanung Bramantyo, Kamila Andini hingga Joko Anwar pun memberikan testimoni mengejutkan untuk film ini. Dan setelah semuanya itu, film TENGKORAK (2018) ini akhirnya berhasil tembus untuk tayang secara reguler di jaringan bioskop nasional (Cinema XXI, CGV, Cinemaxx dan Platinum) mulai 18 Oktober 2018 mendatang. Dan tadi malam, 7 Oktober 2018 film TENGKORAK (2018) menggelar Press Conference dan Gala Premiere di Cinema XXI Epicentrum Jakarta. Aku berkesempatan hadir ke acara tersebut tadi malam.



Sebelum film diputar, suasana lobby Cinema XXI Epicentrum dipenuhi oleh para team film. Atmosfer bahagia dan bangga mereka cukup terasa kuat. Aku yakin tadi malam menjadi salah satu moment besar untuk team film TENGKORAK (2018) karena bisa menyelenggarakan Press Conference dan Gala Premiere di sebuah bioskop reguler untuk film yang mereka buat dengan penuh perjuangan.
Untuk segi cerita, aku suka banget paruh pertama film ini yang sukses menggiring penonton untuk mempercayai apa yang sedang terjadi. Aku merasakan banget rasa penasaran dalam diri semakin bertambah ketika film terus bergulir. Gaya dokumenter dan cuplikan-cuplikan liputan berita hingga wawancaranya cukup meyakinkan. Rasa penasaranku yang terus membesar tiba-tiba berkurang drastis ketika menuju paruh pertengahan film. Subplot tentang sosok Yos dan Ani menurutku hadir cukup nanggung, bingung dan membuat bertanya-tanya. Ini apasih yang sebenarnya terjadi. Konflik-konflik yang dihadirkan Yos dan Ani serta kehidupan disekitarnya juga kurang dijelaskan dengan baik. Aku lebih tertarik tentang kelanjutan cerita yang sudah dibangun dengan apik diawal. Menuju akhir film, semua yang aku dan penonton akhirnya terjawab. Eksekusinya juga bagus banget! Aku suka ketika scene sepanjang bukit tengkorak diledakkan. Crowded-nya alami banget. Angkat jempol untuk team editing film ini. Aku benar-benar tak menyangka film ini akan berakhir seperti itu. Ternyata Indonesia sebetulnya MAMPU membuat sebuah film bergenre fiksi ilmiah. Yusron Fuadi selaku sutradara sekaligus produser film ini memberikan ending film yang berani dan mencengangkan!
Untuk jajaran pemain yang mayoritas dari kalangan independen juga tampil baik, tidak mengecewakan. Beberapa dialog mereka cukup natural. Segi visual dan musik film ini surprisingly not too bad. Penggunaan visual efek terasa pas. Visual dari bukit tengkorak hingga gedung BPBT juga lumayan. Taste independen movienya sangat kuat terasa.
Overall, karya-karya independen sineas lokal ini jika diberi tempat oleh industri film Indonesia pasti akan menjadi aset berharga dimasa depan! Thumbs-up dan applause for entire team!


[7/10Bintang]

5 comments:

  1. Wah review nya kok rada spoiler ya hehe

    ReplyDelete
  2. Nanggung spoiler.. Tolong jelasin dong.mahluk yg keluar abis ledakan itu apa? Kan keknya kemunculannya udah d prediksi kan? Saya aga kurang fokus nintonnya..jadi gak paham 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku gak bisa nangkap apa yang di maksud kwkwk, itu mahluq ya? sinar berjalan terus di video , aduh gak paham sumpah

      Delete
    2. Menurut pendapatku sih raksasa bercahaya yang muncul setelah bukti tengkorak diledakkan adalah perumpamaan kiamat telah datang. Sang sutradara mengambil banyak referensi tentang hari akhir (apocalypse) dari semua kitab suci yang ada. Bisa jadi raksasa bercahaya itu kalau dari kitab suci alquran adalah sosok Dajjal atau malaikat israfil yang meniupkan sangkakala..

      Delete