Wednesday, 25 September 2019

[Review] Danur 3 Sunyaruri: Ketika Risa Memutuskan Menutup Gerbang Dialog


#Description:
Title: Danur 3: Sunyaruri (2019)
Casts: Prilly Latuconsina, Rizky Nazar, Syifa Hadju, Sanndrina Michelle, Umay Shahab, Steffi Zamora, Chicco Kurniawan, Hayati Azis, Yassien Omar, Daood, Jason Lionel, Alessandro Rizky, Matt White, Dea Panendra
Director: Awi Suryadi
Studio: MD Pictures, PicHouse Films

#Synopsis:
Risa (Prilly Latuconsina) semakin disibukkan dengan tugas kampus dan menulis draft novelnya. Setiap ia merasakan sesuatu, selalu dituangkan dalam sebuah tulisan di laptopnya. Risa masih tinggal berdua dengan adiknya, Riri (Sanndrina Michelle). Kedua orangtua mereka masih berada di luar kota. Kesibukan Risa dan hubungan asmaranya dengan Dimasta (Rizky Nazar), seorang announcer radio di Bandung membuat Risa makin jarang bermain lagi dengan kelima teman hantunya yaitu Peter CS (Yassien Omar). 


Alhasil, Peter, Janshen (Daood), William (Jason Lionel), Hans (Alessandro Rizky) dan Hendrik (Matt White) merasa sedih selalu ditinggal oleh Risa. Peter CS terkadang suka memaksa untuk bisa bermain dengan Risa. Keisengan Peter CS saat Risa merayakan ulang tahun pacarnya dirumah membuat Risa kesal. Risa tak ingin gara-gara teman hantunya itu Dimasta beserta teman-teman radionya yaitu Anton (Umay Shahab), Raina (Syifa Hadju), Clara (Steffi Zamora) dan Erick (Chicco Kurniawan) mengetahui semua ini. Risa bahkan sampai marah dan ingin menutup Gerbang Dialognya (mata batin) agar bisa menjadi manusia normal lagi.


Keinginan Risa menutup mata batinnya itu terwujud saat ia sedang menulis buku disebuah taman tak jauh dari rumahnya. Disana ia bertemu dengan seorang hantu wanita bernama Kartika (Hayati Azis) dan memberikan sebuah mantra untuk menutup mata batin. Setelah mengucapkan mantra itu, Peter CS menghilang dari rumah Risa. Perginya Peter CS membuat Risa malah merasakan kehampaan atau Sunyaruri. Pasalnya, sudah bertahun-tahun lamanya teman-teman hantu itu selalu menemani Risa dalam segala hal.


Usai mata batinnya ditutup, Risa dan Riri mulai merasakan hal-hal aneh dirumah mereka. Setiap harinya, lingkungan disekitar rumah mereka selalu diguyur hujan sangat deras tanpa berhenti. Riri yang masih sekolah bahkan menemukan keanehan karena setelah keluar dari lingkungan rumah, cuaca menjadi panas terik bahkan di Bandung sendiri sudah beberapa hari tidak diguyur hujan. Keanehan lainnya mulai bermunculan. Risa selalu mendapati lantai rumah tiba-tiba basah seperti bekas jejak kaki dari guyuran hujan, beberapa draft novel hilang, masih bisa mencium bau Danur hingga kondisi mata Risa pun tiba-tiba bengkak secara mendadak tanpa sebab.


Melihat kondisi fisik kakaknya yang semakin tak biasa, membuat Riri khawatir. Ia lalu mencoba untuk memberitahukan kondisi Risa yang sesungguhnya pada Dimasta. Disaat Risa seorang diri dirumah, ia dihantui oleh sosok wanita misterius yang selalu menyerang Risa dan meminta Peter CS untuk kembali.
Siapakah wanita misterius itu? Mengapa ia menyerang dan menyakiti Risa?


#Review:
Danur Universe boleh dibilang menjadi franchise film horror Indonesia paling populer saat ini. Hingga saat ini total sudah tiga film (termasuk spin-off) yang dirilis dan selalu sukses mencetak Box Office. Tahun 2019, MD Pictures dan PicHouse Films menghadirkan chapter ketiga dari Danur Universe yang masih adaptasi dari novel best seller karya Risa Sarasvati berjudul SUNYARURI (2019). Kursi sutradara masih dipegang oleh Awi Suryadi, karena aku yakin sang Produser yaitu Manoj Punjabi tak ingin Danur Universe kehilangan trademark dan signature khas dari sang sutradara jika bukan Awi Suryadi yang memegang film ketiga ini.


Aku berkesempatan hadir pada Press Conference & Gala Premiere film SUNYARURI (2019) yang berlangsung tadi malam (24/9) di Cinema XXI Epicentrum Jakarta. Kali ini sang rumah produksi menggelar Gala Premiere cukup besar lantaran dilangsungkan selama seharian penuh mulai dari show penayangan pertama pukul 13:30 WIB sampai dengan pukul 21:00 WIB. Sebelumnya Gala Premiere film SUNYARURI (2019) sudah sukses diselenggarakan di Bandung pada 20 September 2019 dan Yogyakarta pada 22 September 2019 lalu.
Pada sesi Press Conference film SUNYARURI (2019) yang dihadiri oleh sutradara, produser, penulis naskah dan seluruh pemain, Awi dan Manoj membeberkan fakta yang cukup mengejutkan. Mereka mengungkapkan awalnya film SUNYARURI (2019) ini akan menjadi film penutup bagi Danur Universe. Kemungkinan itu bisa saja terjadi lantaran ending film yang dihadirkan atas keinginan Manoj Punjabi itu cukup pas sebagai penutup dari trilogy Danur Universe ini. Namun keputusan ini ditarik dan memastikan Danur Universe akan terus berlanjut termasuk menghadirkan beberapa Spin-Off kedepannya.


Untuk segi cerita, film SUNYARURI (2019) ini menghadirkan kelanjutan kisah karakter Risa dan teman-teman hantunya. Kali ini kedatangan karakter baru yaitu kekasih Risa bernama Dimasta yang diperankan Rizky Nazar. Kemunculan Dimasta ini menimbulkan rasa cemburu dari Peter CS karena Risa lebih memilih pacarnya ketimbang mereka. Konflik antara Risa dan Peter CS ini awalnya cukup baik dan berpotensi untuk membangkitkan sisi emosional. Apalagi disaat Risa memutuskan untuk menutup mata batinnya agar bisa kembali menjadi manusia normal. Tapi sayang konflik yang seharusnya emosional itu tertutupi oleh munculnya serangkaian terror yang datang secara tiba-tiba. Hal-hal ganjil yang menghampiri Risa ini terlalu dibuat cepat untuk datang tanpa adanya alasan kuat mengapa hal itu bisa dialami Risa. Pasalnya, dari film DANUR (2017) dan MADDAH (2018) sendiri cerita kehidupan sosial Risa diluar rumah sama sekali tidak pernah dieksplor. Alhasil, ketika plot-twist unpredictable soal dukun santet hujan oleh salah satu karakter yang dimunculkan Awi dan sang penulis naskah jadi terasa nanggung dan kurang greget. Munculnya karakter-karakter baru di film SUNYARURI (2019) juga mayoritas kurang dieksplor dengan baik. Sangat disayangkan sih aktor muda populer seperti Umay Shahab, Chicco Kurniawan dan Steffi Zamora dibiarkan begitu saja. Padahal jika teman-temannya Dimasta ini dilibatkan untuk menolong Risa pasti akan jauh lebih seru.
Untuk segi visual, tata artistik, sinematografi dan audio, film SUNYARURI (2019) berada di level yang tidak buruk. Bahkan menurutku mengalami peningkatan semenjak MADDAH (2018) dan juga ASIH (2018). Film ini juga hampir setara dengan spin-off film ASIH (2018) yang sangat minim akan jumspcared dan moment horror. Awi Suryadi paham betul dalam membangun atmosfer horror tak selalu harus menghadirkan jumpscared atau adegan horror yang bertubi-tubi.


Prilly Latunconsina tampil semakin apik memerankan karakter Risa. Sisi emosionalnya berhasil digali oleh sang sutradara. Tak cuma itu saja, Prilly juga berhasil "disiksa" oleh Awi lewat serangkaian adegan menguras energi disaat karakter Risa diserang musuhnya. Karakter lain seperti Dimasta yang menjadi love-interest dari Risa sukses menjadi penyegar mata bagi para perempuan pastinya. Syifa Hadju, Umay Shahab, Steffi Zamora dan Chicco Kurniawan tampil asyik namun sayang porsinya dikit bangeet.


Jika penggemar novel film Risa Saraswati menonton film SUNYARURI (2019) ini pasti akan merasakan perbedaan yang cukup signifikan dengan keseluruhan ceritanya. Bahkan sosok musuh utama bagi Risa dan teman-teman hantunya ini berbeda dengan versi novel. Semoga Danur Universe tetap berlanjut (optimis lanjut sih, mana mungkin project paling menguntungkan dari MD Pictures ini diberhentikan) biar bisa melihat sosok Canting yang diperankan Dea Panendra beraksi!


[7/10Bintang]

Sunday, 22 September 2019

[Review] Ad Astra: Penjelajahan Seorang Anak Di Angkasa Luar Mencari Sang Ayah


#Description:
Title: Ad Astra (2019)
Casts: Brad Pitt, Tomy Lee Jones, Donald Shutterland, Loren Dean, Donnie Keshawarz, Ruth Negga, Kimberly Elise, Sean Blakemore, Bobby Nish, Lisagay Hamilton, Freda Foh, Liv Tyler
Director: James Gray
Studio: 20th Century Fox, Plan B, Regency Pictures


#Synopsis:
Lima belas tahun lalu, seorang astronot bernama Clifford McBride (Tommy Lee Jones), ayah Roy McBride (Brad Pitt) menjalankan misi penjelajahan luar angkasa. Clifford mendapat misi “Proyek Lima”, sebuah misi mencari kehidupan super canggih di luar angkasa. Sayangnya, sejak misi dijalankan, Clifford tidak pernah kembali. Sejak ayahnya menghilang, Roy terobsesi menjadi astronot. Roy merasa, ayahnya telah berkorban besar untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Dia lalu bergabung dengan SPACECOMM menjadi bagian dari proyek luar angkasa. 



Suatu hari, datang informasi dari atasan Roy, ada dugaan Clifford merahasiakan sebuah material dalam misinya. Material itu bisa merusak tatanan tata surya. Salah satu dampak yang sudah terlihat dan dirasakan sendiri oleh Roy disaat team pesawat SPACECOMM yang tengah memperbaiki satelit terpapar radiasi kosmik "The Surge" yang menyebabkan kerusakan dan ledakan. Tak hanya itu saja, ada dampak lainnya yaitu banyaknya kebakaran dan pesawat jatuh. Untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya, Roy mendapat misi untuk ke luar angkasa, khususnya tempat "Project Lima" berada, sebab material yang bisa merusak tata surya itu sangat mungkin memusnahkan Bumi.



Roy lalu ditugaskan pergi ke Bulan dengan menggunakan pesawat ruang angkasa komersil, karena rencana penyelidikan "Project Lima" ini tidak diketahui oleh pemerintah dan NASA sekalipun. Setibanya di Bulan, Roy bertemu dengan Thomas Pruitt (Donald Shutterland), rekan satu angkatan dengan ayahnya yang siap menemani Roy untuk menyelidiki "Project Lima". Mereka berdua lalu ditugaskan untuk pindah planet ke Mars. Dalam perjalanan menuju Planet Mars, Roy dan Pruitt selalu mendapat rintangan. Mereka diganggu para pemberontak karena berusaha untuk pergi dari Bulan. Akibat aksi kejar-kejaran itu, beberapa rekan Roy harus meregang nyawa dan Pruitt mun mengalami luka. Terpaksa Roy pergi ke Planet Mars seorang diri dengan menumpang pada sekumpulan astronot dengan pesawat luar angkasanya yang akan pergi ke Planet Mars juga.




Dalam perjalanan menuju Planet Mars, pesawat mereka harus melalui berbagai macam rintangan yang cukup berat. Hingga akhirnya hanya Roy seorang yang berhasil tiba ke Planet Neptunus, planet terakhir dari sistem tata surya yang menjadi lokasi terakhir ditemukannya keberadaan Clifford dan juga "Project Lima" itu sendiri. Dengan berjarak ratusan juta cahaya dari Planet Bumi akankah Roy berhasil menemukan sang ayah?



#Review:
Sepertinya setiap tahun sudah menjadi kewajiban di industri perfilman Hollywood menghadirkan film bergenre fiksi ilmiah dengan setting tempat di luar angkasa. Mulai dari GRAVITY (2013), INTERSTELLAR (2014), THE MARTIAN (2015) dan FIRST MAN (2018) yang sukses menyajikan drama iksi ilmiah yang memukau hingga berhasil tembus ajang Oscars. Lalu ada film fiksi-ilmiah berbalut horror-thriller seperti film PROMETHEUS (2012), LIFE (2017) dan ALIEN COVENANT (2017). Atau ada juga film fiksi-ilmiah yang memberikan perspektif baru dan sukses menyita perhatian penonton seperti film ARRIVAL (2016), HIDDEN FIGURES (2016) dan PASSENGERS (2016).


Tahun ini, giliran 20th Century Fox dan Disney menghadirkan film fiksi-ilmiah luar angkasa terbarunya berjudul AD ASTRA (2019) yang berasal dari bahasa latin yang berarti Menuju Bintang. Padahal first impression ketika melihat judulnya saja, aku pikir filmnya akan menceritakan perusahaan PT. Astra International nya Honda hahaha. Tapi ternyata bukan banget. Film yang disutradarai oleh James Gray ini mempunyai premis sederhana tentang seorang anak yang mencari ayahnya yang hilang. Tapi premis simple ini tak segampang yang dibayangkan, karena setting tempat yang digunakan bukanlah Jakarta-Surabaya atau Pulau Jawa-Papua atau lintas benua, melainkan lintas planet. Tak tanggung-tanggung juga planet yang dipilih bukan lagi planet tetangga yaitu Mars, tapi Planet Neptunus, planet terjauh dari Matahari setelah Planet Pluto dikeluarkan dari sistem tata surya saat ini. Luar biasa memang sang penulis naskah dan sutradara ketika membuat film ini. Aku sebagai penonton yang sangat senang dengan film-film yang mempunyai latar cerita di luar angkasa ini awalnya memasang ekspektasi film AD ASTRA (2019) ini akan serupa dengan film GRAVITY dan kawan-kawan yang mempunyai kekuatan drama yang sangat realistis, tapi ekspektasiku itu terpatahkan karena film ini mengambil perspektif unik dan baru untuk sebuah film fiksi-ilmiah luar angkasa.


AD ASTRA (2019) dibuka dengan adegan yang cukup menegangkan disaat karakter yang diperankan Brad Pitt beserta teman-teman dan satelitnya terkena sinar radiasi kosmik "The Surge". Setelah adegan itu, penonton diajak untuk merasakan kesedihan yang dialami karakter Roy setelah kejadian itu. Nyaris dipertengahan film, penonton cuma diajak untuk melihat Brad Pitt bernarasi penuh filosofis tentang kehidupan alam semesta dan keyakinan yang ia pegang teguh dari pertengahan sampai film selesai. Yang sedikit menimbulkan pertanyaan bagiku adalah sikap Roy McBridge yang seolah-olah seperti "terhipnotis" dengan apa yang ia lakukan sampai ia berhasil tiba di Planet Neptunus hingga tak memperdulikan lagi orang-orang disekitar. Entah apa maksud dari sutradara dan penulis naskahnya memberikan penggambaran seperti itu. Rasanya film AD ASTRA (2019) ini mempunyai vibes mirip dengan film yang paling "menyebalkan" yaitu THE TREE OF LIFE (2011) nya Terrence Malik. Ending film AD ASTRA (2019) ini juga menurutku terlalu menyebalkan karena semua usaha yang telah dilakukan oleh Roy "seakan" tak membuahkan hasil dan berakhir dengan gitu doang. Adegan-adegan aksi yang harusnya bisa intense dan memacu adrenaline ditampilkan terlalu singkat. Aksi kejar-kejaran di daratan Bulan sekilas mengingatkanku dengan film-film Star Wars namun dalam film AD ASTRA (2019) ini terasa sangat realistis. Yang cukup membuatku takjub pada film ini adalah visualisasi perjalanan trip komersil ke Bulan sangatlah meyakinkan dan wow. Kapanlagi coba bisa melihat logo gerai makanan Yoshinoya cabang Bulan, melihat aktivitas para astronot disana dan juga sebuah kawasan yang telah komersil di Bulan. 


Poin plus yang paling tinggi untuk film AD ASTRA (2019) ini harus diberikan pada departemen visual dan sinematografi (Tapi sayang, aku nonton di IMAX, ratio gambarnya tidak 100% Fullest). Permainan gerak kamera di luar angkasa, suasana didalam pesawat angkasa dengan tanpa gravitasi, visual Bulan, Planet Mars, Asteroid, deretan Planet Tata Surya hingga Planet Neptunus digambarkan dengan sangat memukau. Akhirnya setelah 25 tahun hidup di dunia, bisa melihat pemandangan luar angkasa yang sangat luas hingga Planet Neptunus (meskipun fiksi-ilmiah), karena selama ini hanya berimajinasi dari buku pelajaran dan sekedar googling saja. Brad Pitt sukses menghidupkan karakter Roy McBridge dengan segala emosionalnya.


Overall, film AD ASTRA (2019) ini memberikan perspektif baru akan film fiksi-ilmiah luar angkasa. Maksud dan tujuan sang karakter utama mengejar misinya ini menurutku mempunyai sejuta makna yang bakal berbeda-beda disetiap pandangan orang.


[6.5/10Bintang]

Thursday, 19 September 2019

[Review] Pretty Boys: Kisah Dua Sahabat Mengejar Impiannya


#Description:
Title: Pretty Boys (2019)
Casts: Deddy Mahendra Desta, Vincent Rompies, Danilla Riyadi, Onadio Leonardo, Imam Darto, Roy Marten, Joe P Project, Ferry Maryadi, Rasyid Albuqhari, Raidan Zaiba, Tora Sudiro, Dwi Sasono, Iyang Darmawan, Roweina Umboh, Hesty Purwadinata, Enzy Storia, Najwa Shihab, Natasha Rizky, Aurelie Moeremans, Glenn Fredly
Director: Tompi
Studio: Anami Films, Pretty Boys Pictures


#Synopsis:
Rahmat (Desta) dan Anugerah (Vincent Rompies) adalah dua sahabat yang sejak kecil bercita-cita ingin menjadi terkenal. Mereka bermimpi bisa sukses di dunia pertelevisian seperti idola-idola mereka yaitu Koes Hendratmo, Sonny Tulung, Ronny Sianturi, Ferdi Hasan dan yang lainnya. Namun semua impian Rahmat dan Anugerah selalu terhalang oleh keadaan ekonomi serta restu dari orangtua. Rahmat sejak kecil sudah menjadi anak yatim piatu dan tinggal disebuah mesjid sederhana di kampungnya. Anugerah, selalu mendapat tentangan dari ayahnya, Pak Jono (Roy Marten) karena menganggap dunia entertainment selalu dekat dengan hal-hal buruk. Hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pindah ke Ibukota Jakarta mengadu nasib dan mengejar impian mereka.



Namun, nasib berkata lain. Karier keduanya hanya mentok menjadi karyawan dan koki restoran saja. Ditempat kerja, mereka bertemu dengan Asty (Danilla Riyadi) yang selalu menjadi penyejuk bagi Rahmat dan Anugerah. Asty terus berusaha agar bisa dekat dengan Anugerah, tapi kenyataannya malah Rahmat yang selalu mendekatinya. Suatu hari, Rahmat mendapat tawaran untuk menjadi penonton bayaran disebuah acara talkshow dari presenter Coco (Ferry Maryadi) bernama "Kembang Gula" disebuah stasiun televisi.


Disana mereka bertemu dengan koordinator penonton bernama Ronny (Onadio Leonardo). Tak disangka, penampilan Anugerah mendapat perhatian dari Ronny. Ia lalu ditunjuk untuk menjadi penonton beruntung untuk naik ke atas panggung, mengisi segment kuis. Anugerah yang awalnya canggung tiba-tiba berhasil mencuri perhatian para penonton di studio. Aksi kocak Anugerah kemudian disusul Rahmat yang ia ajak keatas panggung. Duet Anugerah dan Rahmat yang mengganti nama mereka menjadi Matthew dan Nuggy ini sukses menyita perhatian pemirsa televisi.


Melihat acara talkshow acaranya sukses mendapat rating bagus, membuat Mas Bayu (Imam Darto) sang produser tertarik untuk merekrut Matthew dan Nuggy menjadi co-host talkshow "Kembang Gula". Mendengar hal tersebut membuat Ronny langsung sigap siap mengurus segala administrasi dan memanagement Matthew dan Nuggy. Episode demi episode sukses mendulang rating tinggi. Nama talkshow "Kembang Gula" sukses menjadi acara yang selalu ditonton para pemirsa. Duet kocak Matthew dan Nuggy yang selalu berperan sebagai waria pun mendulang kesuksesan. Honor mereka menjadi host semakin meroket disaat host utama Coco mengundurkan diri dari acara tersebut. 


Akankah semua kesuksesan yang diraih Rahmat dan Anugerah bisa bertahan lama? Lalu bagaimanakah hubungan mereka dengan orang-orang disekitarnya?


#Review:
Siapa yang tak kenal dengan duo presenter terkenal Desta dan Vincent Rompies? Nama besar keduanya sudah dikenal luas oleh pemirsa khususnya di dunia pertelevisian. Duet Desta dan Vincent ini dimulai saat mereka menjadi personel dari group band Club 80's. Karier mereka semakin dikenal luas usai menjadi duo VJ untuk acara MTV Bujang di GlobalTV pada tahun 2005 silam. Di industri perfilman juga nama keduanya cukup sering wara-wiri menjadi supporting casts khususnya pada film-film bergenre komedi. Hingga saat ini keduanya masih aktif sebagai presenter acara talkshow Tonight Show di NET.

 

Persahabatan Desta dan Vincent yang sudah terjalin hampir 27 tahun lamanya, tak heran mereka mempunyai chemistry humor unik dan menyatu sama lain. Sebagai moment perayaan persahabatan, mereka lalu memutuskan untuk membangun sebuah rumah produksi sekaligus memproduksi sebuah film berjudul PRETTY BOYS (2019) yang akan tayang serentak di bioskop pada 19 September 2019 mendatang. Aku berkesempatan hadir pada acara Press Screening dan Press Conference film ini pada Senin, 16 September 2019 lalu di Cinema XXI Epicentrum Jakarta. Pada sesi Press Conference, Desta mengungkapkan ide pembuatan film ini merupakan hasil ide bersama dengan Tompi dan juga Vincent. Tompi yang saat itu sedang berada di Rusia menawarkan sebuah ide cerita tentang persahabatan dua karakter yang ingin meraih kesuksesan. Dengan melihat background Desta dan Vincent yang sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pertelevisian maka ide cerita pun ditambahkan dengan menyelipkan plot seputar pertelevisian. Tak cuma itu saja, Tompi mengungkapkan sebagai debut perdananya dalam menggarap sebuah film layar lebar, ia tak ingin filmnya tidak mempunyai kesan estetika sama sekali. Dengan bermodalkan pernah menggarap beberapa Clip Asian Para Games 2018, Tompi menyuguhkan film PRETTY BOYS (2019) ini sangat layak untuk disaksikan di layar bioskop.




Untuk segi cerita, Film PRETTY BOYS (2019) ini mempunyai empat subplot disepanjang cerita. Plot bromance persahabatan yang dibangun lewat karakter Rahmat dan Anugerah sudah tak perlu diragukan lagi berkat chemistry asyik antara Desta dan Vincent. Plot hubungan keluarga antara karakter Anugerah dan ayahnya surprisingly dibangun sangat baik dan mendalam. Beberapa adegan konflik keduanya terasa begitu related dengan siapapun yang pernah mengalami "menentang" restu orangtua demi mengejar impian. Plot berikutnya yaitu hubungan cinta segitiga antara Anugerah, Asty dan Rahmat. Meskipun terlihat hanya sebagai pemanis belaka, untungnya selipan kisah cinta segitiga ini masih dalam batas wajar tidak over dramatic. Plot terakhir yang dihadirkan yaitu soal mengejar impian menjadi orang sukses di industri pertelevisian. Disini kita bisa melihat Imam Darto selaku penulis naskah film ini cukup pandai dalam menyentil kondisi program pertelevisian saat ini. Koordinator penonton alay, program talkshow yang mendewakan rating meskipun harus mengorbankan harga diri, star-syndrom yang selalu dialami oleh seniman baru hingga sikap rakus para manager artis ditampilkan begitu detail dan sekali lagi sangat related dengan keadaan industri pertelevisian saat ini. Yang sedikit mengganggu bagiku adalah perpindahan antar plot dan penggabungan suasana dalam film ini masih kurang smooth. Disaat konflik tengah intense atau adegan mengharukan, Tompi dan Imam seketika "membanting stir" dengan menyelipkan komedi. Alhasil, pertahanan emosional penonton yang sudah hampir klimaks tiba-tiba langsung berubah.

 

Untuk jajaran pemain, Vincent Rompies dan Desta sukses menghidupkan karakter Anugerah dan Rahmat. Keduanya terasa seperti tidak berakting disaat berkomedi. Moment mereka berkonflik disaat siaran live surprisingly dibangun dengan baik juga. Yang cukup mengesankan berikutnya datang disaat Vincent berakting dengan aktor Roy Marten. Keduanya berhasil membangun konflik serta chemistry yang mengaduk-ngaduk perasaan penonton. Effort luar biasa yang ditampilkan Onadio Leonardo memerankan karakter waria bernama Ronny ini sangat patut diacungi jempol. Ia sukses menghilangkan image karakter personel band Killing Me Inside dan bad-boynya demi memerankan Ronny ini. Gesture, pemilihan kosakata alemong, dialog hingga gaya bicaranya benar-benar meyakinkan sebagai seorang waria. Debut perdana dalam film layar lebar yang sangat berani untuk Onadio Leonardo disini. Si cantik Danilla Riyadi juga kali ini sukses menampilkan karakter Asty agresif sebagai love interest dari Anugerah dan Rahmat. Potensi aktingnya sangat bisa diperhitungkan untuk bermain dalam film-film berikutnya. Ensemble casts lainnya yang mayoritas sepengelihatanku adalah para bintang tamu yang sering wara-wiri di program talkshow Tonight Show NET. sukses menjadi hiburan tersendiri. Jokes-jokes receh khas Vincent-Desta yang ditebar disepanjang film sukses bikin super ngakak!


Overall, terlepas dari sedikit kekurangan diatas, film PRETTY BOYS (2019) cukup berhasil menghadirkan komedinya. Debut perdana Tompi sebagai sutradara yang sangat menghibur dan menyentil!


[7.9/10Bintang]

Friday, 13 September 2019

[Review] Warkop DKI Reborn: Keseruan Dono Kasino Indro Membongkar Kasus Mafia Film


#Description:
Title: Warkop DKI Reborn (2019)
Casts: Aliando Syarief, Adipati Dolken, Randy Danistha Nidji, Indro Warkop, H. Mandra, Salshabilla Adriani, Ganindra Bimo, Aurora Ribero, Dewa Dayana, Khiva Iskak
Director: Rako Prijanto
Studio: Falcon Pictures


#Synopsis:
Dono (Aliando Syarief), Kasino (Adipati Dolken) dan Indro (Randy Danistha) merupakan tiga orang sahabat yang berprofesi sebagai penyiar radio. Berkat ketiganya sering melucu, membuat seorang kepala agen CHIPS (Indro Warkop) tertarik untuk merekrut mereka menjadi detektif untuk menyelidiki dugaan kasus pencucian uang di industri perfilman Indonesia. Alasan Dono, Kasino dan Indro direkrut tak lain dan tak bukan berkat rekomendasi dari Mandra (H. Mandra) mantan tukang penjahit yang kini sudah mengabdi menjadi agen rahasia di CHIPS.
Kepala agen CHIPS lalu melakukan serangkaian test secara diam-diam dengan cara menuduh Dono, Kasino dan Indro mencopet dan diburu oleh massa. Untungnya aksi itu berhasil dilalui mereka bertiga. Setelah penawaran yang cukup alot disebuah bus, mereka setuju untuk menjadi detektif menyelidiki kasus yang ditugaskan Kepala agen CHIPS. Misi pertama dari Dono, Kasino dan Indro adalah datang ke kantor CHIPS untuk menandatangani surat kontrak dan perjanjian kerja. Setelah itu, mereka ditugaskan untuk melakukan casting yang sedang dibuka oleh rumah produksi milik Amir Mukha (Ganindra Bimo). Rumah produksi tersebut tengah melakukan proses shooting sebuah film drama action komedi yang dibintangi aktor Satria (Khiva Iskak) dan Inka (Salshabilla Adriani). Tanpa pikir panjang dan mengetahui peran apa yang mereka dapatkan, Dono, Kasino dan Indro langsung mengikuti proses casting itu.
Usai proses shooting, seluruh pemain dan tamu undangan datang ke pesta yang diselenggarakan Amir Mukha di kediamannya. Rupanya, Amir mengumumkan akan memproduksi sebuah film komedi terbaru yang akan dibintangi Inka dan juga Dono, Kasino dan Indro. Mereka terkejut sekaligus bahagia karena tak menyangka akan menjadi pemeran utama menggantikan Satria yang selama ini sudah menjadi anak kesayangan dari rumah produksi Amir Mukha. Disaat Dono dan Inka berbahagia lantaran dipasangkan menjadi pemeran utama, Kasino dan Indro berusaha bergerilya mencari segala macam informasi tersembunyi di kediaman Amir Mukha. Pencarian mereka berujung pada sebuah penemuan ruang rahasia yang berisi puluhan wanita yang disekap dan rencananya akan dijual ke luar negeri. Melihat kenyataan itu membuat Kasino dan Indro yakin bahwa Amir Mukha adalah penjahat.
Setelah mendapat fakta soal puluhan wanita yang disekap dan berhasil mengcopy informasi penting di ruang rahasia Amir Khan, mereka lalu bergegas untuk kabur dari sana. Ketika berusaha untuk kabur, Dono, Kasino dan Indro berhasil terperangkap jebakan Inka dan ketika tersadar, mereka sudah berada di Maroko.
Dono, Kasino dan Indro dilanda kebingungan. Mereka terkejut bisa menginjakkan kaki di Maroko. Mereka lalu berusaha mencari bantuan agar tidak mati karena dehidrasi dan kelaparan. Disana mereka akhirnya bertemu dengan seorang pria bernama Ali (Dewa Dayana) dan berhasil menyelematkan seorang gadis bernama Aisyah (Aurora Ribero) yang disekap oleh para pemberontak. Sebagai bentuk ucapan terima kasih, Dono, Kasino, Indro dan Ali diundang ke desa tempat tinggal Aisyah. Penduduk desa sangat berterima kasih karena berhasil membebaskan Aisyah dari tangan pemberontak. Pimpinan desa sekaligus ayah dari Aisyah memohon pada Dono, Kasino dan Indro untuk menolong mereka untuk melawan dan menghentikan rencana pemberontakan di desa mereka oleh para pemberontak.
Dengan keterbatasan bahasa, mau tak mau Dono, Kasino, Indro dan Ali bersedia membantu warga desa. Sebagai imbalannya, Aisyah berjanji akan membantu mereka untuk menemukan Aisyah yang konon terlihat di kota Merrakesh. Mampukah Dono, Kasino dan Indro menyelesaikan misi berbahaya ini?

#Review:
Rumah produksi Falcon Pictures semakin serius dalam melahirkan dan mengenalkan kembali grup komedi legendaris Warkop DKI ke era millenial. Usai trio Abimana-Vino-Tora melakukan tugasnya dengan baik lewat dua film JANGKRIK BOSS PART 1 (2016) dan JANGKRIK BOSS PART 2 (2017), kini "tongkat estafet" karakter Dono-Kasino-Indro ada ditangan tiga aktor muda yang namanya sudah dikenal luas yaitu Aliando Syarief, Adipati Dolken dan Randy Danistha Nidji. 
Saat pengumuman pemeran baru untuk trio DKI, lagi-lagi menuai pro-kontra di kalangan netizen karena ketiga aktor muda itu tidak mempunyai basic sebagai seorang komedian. Ditambah lagi dari segi fisik, ketiganya sangat berbeda dengan DKI asli maupun DKI versi Abimana-Vino-Tora. Tapi ternyata keputusan Falcon Pictures memilih trio Aliando-Adol-Randy ini menurutku tidak lah buruk. Justru mereka mampu satu level dengan trio Abimana-Vino-Tora. Give applause paling meriah aku berikan pada Aliando Syarief yang sukses sangat menghibur memerankan karakter Dono. Mulai dari gaya rambut, busana, bentuk muka, gesture tubuh hingga tatapan matanya pun nyaris perfect, sejajar dengan Abimana Aryasatya saat memerankan Dono. Adipati Dolken pun sukses menghilangkan image lelaki ganteng, cool dan kharismatik saat memerankan Kasino. Begitu juga dengan Randy Danistha yang dipoles beneran jadi mirip banget dengan Indro Warkop asli dan juga Tora Sudiro.
Untuk segi cerita, seperti film-film Warkop DKI Reborn sebelumnya, Rako Prijanto menghadirkan moment-moment komedi situasi yang terus dihajar dari awal hingga pertengahan film. Babak awal film, Rako memberikan plot tentang penyelidikan kasus praktek pencucian uang di industri film Indonesia. Disini ia memparodikan (atau malah menyentil) beberapa film Box Office Indonesia seperti: Pengabdi Setan, Pendekar Tongkat Emas dan Ayat-Ayat Cinta 2. Tak cuma itu saja, Rako cukup cerdik memasukkan elemen-elemen musik populer yang related dengan apa yang dirasakan oleh trio Warkop DKI. Bagi penonton yang memiliki referensi luas seputar film Indonesia dan musik populer pasti akan menjadikan moment ini sangat berhasil memancing tertawa lepas.
Menuju babak pertengahan film yang tiba-tiba pindah setting lokasi ke Maroko, menurutku premis filmnya berasa jadi berpindah haluan karena disepanjang Warkop DKI disana berubah ke konsep survival membantu dan melawan pemberontak di suatu desa. Plot soal penyelidikan kasus yang mereka tangani menjadi terlupakan begitu saja. Ditambah lagi filmnya akan berlanjut di Part 2 yang akan melanjutkan bagaimana nasib Warkop DKI beserta kasus yang mereka tangani. 
Untuk segi visual, film WARKOP DKI REBORN (2019) mempunyai visual dan musik yang jempolan. Panorama gurun dan pemandangan di Maroko sangat berhasil memanjakan mata. Gambarnya begitu tajam disepanjang adegan disana. Keren!



[6/10Bintang]

Thursday, 12 September 2019

[Review] Lorong: Misteri Hilangnya Anak Ketika Proses Persalinan


#Description:
Title: Lorong (2019)
Casts: Prisia Nasution, Winky Wiryawan, Nova Eliza, Teuku Rifnu Wikana, Gesatta Stella, Josephine Firsmtone, Ade Firman Hakim, David Santoso
Director: Hestu Saputra
Studio MVP Pictures

#Synopsis:
Mayang (Prisia Nasution) terbangun dari istirahatnya pasca proses persalinan sesar yang ia lakukan. Namun Mayang harus mendapatkan kabar buruk perihal bayi laki-laki yang ia kandung, buah cintanya dengan Reza (Winky Wiryawan) itu telah meninggal dunia. Mayang histeris dan tak sepenuhnya yakin bayi laki-lakinya meninggal karena pasca operasi sesar sesaat sebelum dirinya tak sadarkan diri, ia mendengar tangisan bayi di ruang persalinan. Mayang yakin bayi laki-laki yang ia kandung masih hidup. Sementara itu sang suami, Reza hanya berusaha untuk menenangkan dan meyakinkan istrinya jika bayi mereka telah meninggal. Bahkan Reza sendiri mengatakan dirinya lah yang menguburkan anaknya ketika Mayang tak sadarkan diri.


Setiap malam, disaat tanpa pengawasan para perawat dan sang suami, Mayang selalu keluar dari kamarnya untuk mencari bayinya. Ia bahkan pergi ke ruang bayi meskipun harus berujung kekecewaan karena para perawat menganggap Mayang berhalusinasi dan tidak bisa menerima kenyataan atas kematian bayinya. Mayang masih kekeuh dan yakin bayinya masih hidup. Ia lalu menghubungi pihak kepolisian (Ade Firman Hakim untuk mencari titik terang kasus ini. Usaha Mayang menemui jalan buntu setelah Dr. Vera (Nova Eliza) yang membantunya saat proses melahirkan memberikan bukti berupa dokumen kematian bayinya lengkap dengan beberapa foto jenazahnya.


Setiap malamnya, Mayang selalu menelusuri setiap lorong demi lorong rumah sakit untuk mencari bayinya. Selama mencari bayinya itu, Mayang terus dihantui oleh sosok perempuan yang seakan memberikan petunjuk. Hingga tak sengaja, ia bertemu dengan petugas kebersihan bernama Darmo (Teuku Rifnu Wikana) yang rupanya mempunyai informasi seputar bayi dari Mayang. Darmo tak sengaja menguping pembicaraan Dr. Vera dan anaknya Sukma (Josephine Firmstone) yang merupakan perawat di rumah sakit itu akan mengadakan sebuah pertemuan tersembunyi. Mendengar hal itu membuat Mayang langsung bergegas menelusuri apa yang sebenarnya terjadi meskipun kondisi dirinya penuh dengan berlumuran darah.


#Review:
MVP Pictures kembali menghadirkan sebuah film horror terbarunya di tahun ini setelah pada moment lebaran 2019 lalu sukses besar dengan film KUNTILANAK 2 (2019). Dengan menggandeng sutradara Hestu Saputra, MVP Pictures menyajikan sebuah film horror yang dibalut dengan drama, thriller serta suspense yang berjudul LORONG (2019).
Aku berkesempatan datang menghadiri Gala Premiere & Press Conference Film LORONG (2019) yang diselenggarakan pada Senin, 9 September 2019 lalu di Cinema XXI Epicentrum Jakarta. Saat sesi Press Conference berlangsung, banyak fakta-fakta seru yang didapat dari para pemain, sutradara dan produser film ini. Hestu Saputra yang Agustus 2019 kemarin merilis film drama romantis komedi MOVE ON AJA (2019) mengutarakan bahwa film LORONG (2019) ini menjadi film perdana baginya dalam menggarap genre horror. Hestu beserta penulis skenarionya ingin menghadirkan sebuah film horror yang tidak mengandalkan jumpscared & setan saja. Mereka ingin mencoba pendekatan ke arah thriller, suspense serta terror psikologis yang dialami oleh seorang ibu yang baru saja kehilangan anaknya. 


Untuk segi cerita, film LORONG (2019) awalnya sekilas hampir mirip dengan film SATU SURO (2019) nya Anggy Umbara, namun setelah seiring berjalannya cerita, film LORONG (2019) ini lebih mengedepankan sisi drama dan terror psikologisnya lewat karakter Mayang yang diperankan Prisia Nasution. Moment pencarian bayi yang dilakukan Mayang overall cukup menegangkan dan memacu adrenalin penonton karena penuh dengan teka-teki dan juga harus bisa menghindar dari pengawasan petugas rumah sakit. Tapi karena film LORONG (2019) ini awalnya sudah menjanjikan sebagai film horror, akhirnya beberapa adegan horror lewat penampakan setan perempuan pun dimunculkan difilmnya. Ini sih yang membuatku sedikit gengges, karena sama sekali tidak menyeramkan cuma bermodalkan penampakan doang. Motivasi sosok setan ini pun baru terjawab di babak akhir film yang terasa tiba-tiba banget, padahal dari awal hingga akhir film ia sangat meneror dan membahayakan keadaan sosok Mayang. Andai film LORONG (2019) ini berfokus pada thriller dan suspense saja pasti akan jauh lebih asyik. Untuk twist yang dihadirkan pun tidak terlalu mengejutkan. Atmosfer ngerinya terbangun cukup efektif disaat sosok setan sesungguhnya menyerang seluruh anggota di tempat ritual. Gila sih serasa mirip ritual kebangkitan En Sabah Nur di film X-Men: Apocalypse haha.


Performance akting paling kuat berhasil dilakukan oleh Prisia Nasution. Ia sangat meyakinkan memerankan karakter Mayang yang dilanda stress kehilangan bayinya. Aksi Prisia menelusuri lorong demi lorong di rumah sakit dengan kondisi habis operasi sesar sukses membuat penonton ngilu disepanjang film. Comeback DJ Winky Wiryawan bermain film di genre horror tampil cukup oke dan mengobati kerinduan penonton karena terakhir Winky main film horror itu di film JELANGKUNG (2001).
Overall, sebagai sebuah film horror, LORONG (2019) ini kurang memuaskan karena element horrornya kurang dibuild-up dengan baik. Tapi jika hadir sebagai film thriller-suspense film ini cukup menghibur dan asyik untuk ditonton!


[6/10Bintang]

Tuesday, 10 September 2019

[Review] Midsommar: Liburan Musim Panas Di Swedia Yang Mengerikan


#Description:
Title: Midsommar (2019)
Casts: Florence Pugh, Jack Reynor, Vilhelm Blomgren, William Jackson Harper, Will Poulter, Ellora Torchia, Archie Madekwe, Hampus Hallberg, Julia Ragnarsson, Levente Puczko-Smith, Gunnel Fred, Isabelle Grill, Mats Blomgren, Anna Astorm, Henrik Nolen
Director: Ari Aster
Studio: A24, B-Reel Films, Feat Pictures


#Synopsis:
Kematian kedua orangtua dan adiknya membuat seorang gadis belia bernama Dani (Florence Pugh) dilanda tekanan stress luar biasa. Sikapnya yang selalu over-worried dan emosinya yang labil membuat kekasihnya yaitu Christian (Jack Reynor) selalu menjadi tempat keluh kesahnya. Christian yang awalnya akan mengakhiri hubungannya dengan Dani langsung mengurungkan niatnya setelah apa yang telah dialami oleh kekasihnya itu.
Untuk menghibur dan menenangkan kekasihnya, Christian berinisiatif mengajak Dani untuk mengikuti ia dan teman-temannya yaitu Mark (Will Poulter) dan Josh (William Jackson Harper) berliburan musim panas di Swedia atas ajakan dari Peele (Vilhelm Blomgren). Peele mengajak mereka ke kampung halamannya di Desa Halsingland, Swedia sekaligus menghadiri pesta perayaan musim panas yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya disana.



Perjalanan Christian dan kawan-kawan menuju Swedia pun cukup panjang. Mereka harus terbang menggunakan pesawat dan berlanjut menggunakan jalan darat yang memakan waktu tidak sebentar. Setelah menempuh perjalanan jauh itu, akhirnya mereka tiba di Desa Halsingland. Christian, Dani, Mark, Peele dan Josh disambut oleh para penduduk Hårga yang tinggal di desa itu. Disana juga mereka bertemu dengan tamu lainnya yang sedang berliburan disana yaitu sepasang kekasih Simon (Archie Madekwe) dan Connie (Ellora Torchia).
Desa Halsingland sendiri berada disebuah wilayah terpencil di Swedia yang dikelilingi hutan rindang dan bukit-bukit rimbun penuh dengan pepohonan serta hamparan padang rumput dan bunga tersebar dimana-mana. Pesta perayaan musim panas yang dilaksanakan oleh penduduk disana akan menjadi sajian hiburan bagi Christian, Dani, Mark, Josh, Simon dan Connie. Untuk beristirahat, mereka tinggal disebuah dormitory bersama dengan penduduk Hårga lainnya.


Keesokan harinya, perayaan musim panas pun dimulai. Serangkaian ritual-ritual mulai dilakukan oleh penduduk Hårga dengan kompak mengenakan pakaian serba putih dan kepala mereka dihiasi daun dan bunga-bunga. Keanehan mulai dirasakan Christian dan yang lainnya saat para penduduk Hårga mulai mengucapkan berbagai mantra yang asing di telinga mereka. Tak cuma itu saja, mereka pun dikejutkan dengan ritual yang mengharuskan dua orang dari penduduk Hårga meregang nyawa dengan cara loncat dari ketinggian.


Akibat kejadian itu Christian, Dani, Mark, Josh, Simon dan Connie dilanda shock. Untuk pertama kalinya mereka melihat orang bunuh diri secara langsung. Terlebih bagi Dani, psikologisnya semakin terguncang dan langsung mengingatkan kembali akan kematian anggota keluarganya. Setelah ritual itu Simon dan Connie merasa ada yang tidak beres di desa Halsingland, mereka lalu merencanakan untuk pulang dan mengurungkan niatnya untuk berlibur musim panas disana. Sementara itu Josh dan Christian malah semakin tertarik untuk berliburan disana karena keduanya berencana akan menjadikan liburan musim panas mereka di Desa Haslingland itu menjadi bahan tugas laporan dan thesis dari kampusnya.



Josh lalu berusaha mencari tahu tentang penduduk desa Haslingland dan kebiasaan suku Hårga dengan mewawancarai orang-orang tua disana, hingga membawa dirinya bertemu dengan seorang peramal dan penulis buku ritual suku Hårga bernama Ruben (Levente Puczko-Smith) disebuah bangunan keramat dan dianggap suci oleh para penduduk di Desa Halsingland.
Hari demi hari terus berlalu, Christian, Dani, Mark dan Josh semakin kuat merasakan ada sesuatu yang tak beres disana. Ditambah lagi Christian dan Mark ditaksir oleh dua orang perempuan suku Hårga yang selalu menatap mereka dengan tajam. Keanehan semakin kuat terasa setelah Simon dan Connie tiba-tiba hilang. Penduduk desa Hårga meyakinkan Simon dan Connie bukan hilang melainkan kabur dari desa dan pergi ke stasiun terdekat disaat Christian, Dani, Mark dan Josh terlelap tidur.



Semakin lama tinggal disana, membuat perasaan Christian dan yang lainnya semakin merasa tak nyaman. Dani diajak untuk mengikuti ritual mencari sosok Queen May dengan melakukan tarian. Tak cuma itu saja pembacaan ritual-ritual disaat makan bersama dan kondisi lingkungan Desa Hansingland yang selalu terang semakin terasa janggal. Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Christian, Dani, Mark dan Josh? Apakah liburan musim panas mereka ini akan menjadi hal yang sangat mengerikan?


#Review:
Nama Ari Aster semakin melambung usai dirinya menyutradarai film horror yang berjudul HEREDITARY (2018) produksi A24. Film horror pertamanya itu sukses menuai respon positif dari para pecinta film horror dan dinobatkan sebagai salah satu film horror terbaik di tahun 2018. Usai "bersenang-senang" dengan sebuah keluarga, Aster kali ini menghadirkan kembali sebuah film horror dengan mengambil premise cerita yang jauh lebih simple, tentang sekelompok anak remaja yang berliburan musim panas disebuah desa di Swedia yang berjudul MIDSOMMAR (2019). Yang menjadi tak wajar disini adalah Aster memanfaatkan setting lokasi dan waktu di siang bolong untuk menampilkan atmosfer ngeri dan terror dari kelakuan super aneh suku Harga di Desa Haslingland. Biasanya kan film-film horror tuh kebanyakan mengambil setting waktu dari sore hingga dini hari untuk menebar ketakutannya, tapi di film MIDSOMMAR (2019) malah terbalik. Penonton diajak untuk "bersenang-senang" di Desa Haslingland, Swedia yang dimana durasi siang hari disana jauh lebih lama dibandingkan dengan belahan wilayah dan negara lainnya di dunia. Ini unik dan menjadi pengetahuan baru sih bagiku ternyata di belahan dunia lain ada sebuah negara yang mempunyai durasi siang harinya sangat lama.


Paruh awal film, penonton diajak untuk berkenalan dengan sepasang kekasih yaitu Dani dan Christian yang hubungan asmara mereka terancam bubar lantaran sikap Dani yang terlalu over-worried dan sangat labil disaat menghadapi permasalahan. Setiap harinya Christian yang diperankan Jack Reynor ini terus terusan menjadi tempat curahan hati Dani hingga membuat dirinya dan teman-temannya risih. Permasalahan yang dialami Dani memang sangat berat, ia harus kehilangan kedua orangtua dan adiknya dengan cara tragis. Ekspresi depresi dan tekanan psikologis yang ditampilkan Florence Pugh terasa begitu menyakitkan. Tangisan serta teriakan seakan lehernya dicekik hingga tak jarang membuat dirinya muntah-muntah sukses menimbulkan rasa simpati penonton kepada Dani.
Disaat masuk ke paruh kedua film, penonton diajak untuk menemani keempat orang ini untuk berliburan musim panas di desa Haslingland. Selama dalam perjalanan menuju kampung halaman Peele itu sudah ditampilkan beberapa hal tak biasa yang seharusnya bisa menjadi firasat bagi Christian, Dani, Mark dan Josh. Tapi hal tersebut tak dirasakan sama sekali. Gemes kan jadinya. Keadaan semakin kacau disaat ritual loncat dari ketinggian dilakukan. Sudah jelas didepan mata mereka masing-masing melihat kasus bunuh diri dan penganiayaan sadis, bukannya langsung membatalkan rencana staycation disana eh malah memilih bertahan disana. Makin gemes banget sumpah.


Keanehan suku Harga disaat melakukan ritual-ritual makin lama makin disturbing. Disepanjang film aku hanya bisa menyaksikan mereka teriak-teriak, membaca ritual dengan bahasa asing, mendesah, menari-nari kesana kemari dengan ekspresi muka yang seolah menyembunyikan sesuatu. Pada bagian ini aku benar-benar tidak bisa menikmatinya karena sang sutradara sangat mengeksplorasi sikap ganjil suku Harga secara tidak mainstream dan malah menurutku sangat aneh. Intense ketegangan jadinya datar karena sama sekali tidak menampilkan moment horror atau jumpscared sedikitpun. 
Makin menuju akhir film, Aster baru mulai menguak seluruh rencana busuk suku Harga satu persatu. Namun sayang, jika kamu menonton film ini di bioskop Indonesia, seluruh adegan-adegan yang aku rasa cukup penting untuk memperkuat cerita tradisi Desa Haslingland ini tidak lulus sensor di LSF, alhasil total sembilan menit harus dipangkas. Adegan-adegan yang kena gunting sensor ini harus diakui sangat frontal karena menampilkan kegiatan seksual dan telanjang yang tak biasa. Tak cuma itu saja, moment-moment sadis yang seharusnya bisa menjadi moment disturbing dan ngeri juga ikut terkena gunting sensor. Alhasil keseluruhan film ini menjadi kurang mengguncang psikologis penontonnya. Padahal si LSF sudah mengklasifikasikan film ini ke usia 21+ tahun keatas tapi tetap saja kena gunting sensor.
Terlepas dari segala kekurangan dan sensor sepanjang sembilan menit itu, aku sangat mengapresiasi dan berterima kasih pada Feat Pictures selaku distributor film MIDSOMMAR (2019) di Indonesia yang sudah berjuang sekuat tenaga agar bisa tayang di bioskop CGV Cinemas, Cinemaxx Theater, Flix Cinemas dan Platinum Cinemas. Film MIDSOMMAR (2019) ini memiliki point plus dan patut diacungi jempol untuk urusan visual, sinematografi, artistik, musik, sound design dan mixingnya. Suara-suara bisikan, hembusan angin, teriak hingga desahan kekacuan suku Harga terasa sangat detail. Permainan gerak kameranya juga ciamik. Set lokasi yang dikelilingi perbukitan rindang sangat indah dan memanjakan mata. Film MIDSOMMAR (2019) ini juga mempunyai ending yang cukup oke untuk memaknai sebuah hubungan asmara. Cukup mengejutkan, meskipun secara keseluruhan film ini menurutku kurang memuaskan karena kebanyakan menampilkan hal-hal gak jelas.


[7/10Bintang]