Wednesday, 30 October 2019

[Review] Susi Susanti Love All: Biografi Atlet Badminton Wanita Indonesia Yang Memukau


#Description:
Title: Susi Susanti: Love All (2019)
Casts: Laura Basuki, Dion Wiyoko, Moira Tabina Zayn, Iszur Muchtar, Dayu Wijanto, Lukman Sardi, Farhan, Jenny Zhang, Kelly Tandiono, Rafael Tan, Chew Kin Wah, Delon Thamrin, Nathaniel Sulistyo
Director: Sim F
Studio: Time International Films, Damn! I Love Indonesia Pictures, Oreima Films, Buddy Pictures


#Synopsis:
Susi Susanti (Moira Tabina Zayn) terlahir dari keluarga yang sangat menggemari olahraga. Sang ayah (Iszur Muchtar) merupakan mantan atlet badminton, sementara sang ibu (Dayu Wijanto) merupakan seorang penjual bakpao. Susi tumbuh menjadi remaja yang dituntut sang ibu untuk menjadi seorang balerina. Tapi naluri dan passion Susi justru ada di olahraga badminton, persis seperti ayahnya.
Suatu hari, disaat kompetisi badminton di dekat rumahnya di Tasikmalaya, Susi berhasil mengalahkan juara pertama dengan cepat. Bakat yang ada pada diri Susi terlihat oleh salah satu panitia kompetisi badminton yang diprakasai oleh Rudy Hartono, atlet badminton tingkat nasional.


Tak lama setelah itu, Susi diajak untuk mengikuti pelatihan badminton secara serius di Jakarta. Kesempatan emas itu tak disia-siakan. Dengan penuh semangat dan keyakinan, Susi pun berangkat ke Jakarta untuk meningkatkan potensi dan kemampuannya dalam olahraga badminton.
Sementara itu, dari pihak pemerintah, Pak Siregar (Lukman Sardi) yang merupakan sekjen pengurus PBSI dituntut oleh Wakil Presiden RI, Try Sutrisno (Farhan) agar atlet badminton Indonesia bisa menjadi juara di Sudirman Cup yang akan digelar untuk pertama kalinya di Indonesia. Tapi keinginan sang wapres itu cukup sulit terealisasi lantaran banyak pelatih atlet-atlet badminton yang sudah senior terpaksa kembali ke negaranya yaitu Tiongkok karena mereka tidak mempunyai status warga negara yang jelas. Try Sutrisno dan Siregar untungnya bisa membujuk Liang Chiu Sia (Jenny Zhang) dan Tong Sin Fu (Chew Kin Wah) untuk kembali ke Indonesia dan melatih bibit-bibit baru atlet badminton. Mereka berdua dijanjikan oleh pemerintah bisa menjadi warga negara Indonesia seutuhnya jika berhasil membawa Indonesia juara di kompetisi badminton tingkat dunia.



Disinilah bakat Susi Susanti (Laura Basuki) mulai diasah oleh kedua pelatih. Berkat ambisinya yang begitu besar ingin menjadi atlet badminton pertama dari Indonesia yang menjadi juara membuat Susi terus menuai prestasi membanggakan. Bukan hanya itu saja, kehidupan asmaranya pun semakin tumbuh usai dirinya bertemu dengan Alan Budikusuma (Dion Wiyoko). Namun seiring berjalannya waktu, kisah asmara antara Susi dan Alan perlahan berdampak pada performa keduanya ketika bertanding. Bahkan keduanya terpaksa dipisahkan oleh jadwal pertandingan yang berbeda agar performa Susi dan juga Alan kembali seperti semula. 



Tak lama setelah itu, ketika Susi beserta Sarwendah (Kelly Tandiono) dan rekan sesama atlet lainnya akan bertanding di Barcelona Cup, kondisi di Indonesia dilanda kerusuhan besar yang berdampak pada lengsernya Presiden Soeharto dari kursi Presiden Republik Indonesia. Disatu sisi para atlet yang sedang diluar negeri mendapat cacian dan hujatan karena telah melakukan kerusuhan besar di Indonesia, tapi di satu sisi lainnya para keluarga dari para atlet yang berdarah Tiongkok pun menjadi korban kerusuhan di Indonesia.



Akankah hal ini menjadi penghalang bagi Susi Susanti, Alan Budikusuma dan yang lainnya untuk tetap memberikan yang terbaik bagi Indonesia?


#Review:
Siapa yang tak mengenal nama Susi Susanti. Seluruh masyarakat Indonesia aku yakin hafal siapa beliau. Khususnya untuk warga Tasikmalaya, nama Susi Susanti boleh banget disebut sebagai pahlawan karena telah mengharumkan nama Tasikmalaya dan juga Indonesia lewat kompetisi badminton tingkat dunia. Nama Susi Susanti pun diabadikan lewat nama Gelanggang Olahraga Susi Susanti di Kota Tasikmalaya.


Daniel Mananta selaku founder Damn! I Love Indonesia Pictures tertarik untuk menghadirkan sebuah film biopik tentang Susi Susanti berjudul SUSI SUSANTI: LOVE ALL (2019) yang dirilis pada 24 Oktober 2019 lalu di bioskop. Daniel pun menunjuk sutradara yang sudah dikenal dengan karya music-video para musisi hits Indonesianya yaitu Sim F. Film ini juga menjadi film bioskop pertama bagi sang sutradara.
Untuk segi cerita, film SUSI SUSANTI: LOVE ALL (2019) menurutku mempunyai paket yang lengkap sebagai sebuah film biopik. Penonton diajak untuk melihat sosok Susi Susanti mulai dari anak-anak hingga dewasa. Plot kehangatan keluarga yang selalu mensupport apapun keinginan anak terasa begitu hangat. Iszur Muchtar sukses memerankan karakter ayahnya Laura Basuki yang menenangkan dan penuh wibawa. Ibu Dayu Wijanto yang kali ini dituntut harus menguasai bahasa sunda pun tampil lumayan menghibur meskipun aku melihatnya beliau terlalu trying too hard untuk berbicara bahasa sunda. Aksen Sundanya gak Tasikmalaya banget. Hehehe. Plot terasa mulai memanas dan semakin seru disaat Susi Susanti mulai tiba di Jakarta. Latihan demi latihan hingga berbagai macam pertandingan yang dipertontonkan tampil cukup mengesankan. Pertandingan Sudirman Cup yang direka ulang oleh Sim F dan para penulis naskah film disajikan dengan luar biasa, sangat detail dan menegangkan. Berasa nonton pertandingan badminton sesungguhnya. Euphoria yang dimunculkan pun sukses membuat bulukuduk merinding!



Usai kesuksesan di Sudirman Cup, sang sutradara menyisipkan subplot tentang kejelasan status warga negara Indonesia bagi para atlet khususnya yang berdarah Tiongkok. Bagian ini sebetulnya cukup bagus menyentil kondisi tahun 90an yang memang sangat diskriminatif terhadap hal-hal seperti ini. Tapi menurutku penempatan subplot ini terasa saling tumpang tindih dengan plot-plot lainnya. Alhasil, perpindahan satu cerita ke cerita lainnya pada paruh tengah hingga akhir film menjadi kurang smooth. Yang seharusnya bisa menguras emosi dan air mata penonton lebih mendalam selalu berakhir nanggung. Keputusan film ini yang melakukan reka ulang adegan aksi Susi Susanti yang berkompetisi di tiga kejuaraan tingkat dunia tidaklah mengecewakan. Moment Sudirman Cup menjadi yang paling bagus. Namun menurutku jika salah satu footage asli pertandingan Susi Susanti ditampilkan aku yakin bulukuduk akan merinding lebih lama dan tetesan air mata akan lebih banyak.


Terlepas dari sedikit kekurangan itu, film SUSI SUSANTI: LOVE ALL (2019) ini mempunyai ensemble casts yang mempesona. Aktris Laura Basuki semakin menunjukkan kualitas dan bintangnya saat memerankan sosok Susi Susanti. She's deserved an nominee and awards for next year. Cici Laura penuh totalitas saat ia dituntut menjadi atlet badminton. Exercise badminton yang dilakukan selama berbulan-bulan dengan pelatih badminton profesional membuahkan hasil. Tak cuma itu saja, Cici Laura pun menurutku SELALU berhasil membangun chemistry dengan lawan mainnya. Salah satunya dengan Koko Dion Wiyoko. Keduanya udah klop banget dipasangkan sebagai sepasang kekasih ataupun suami-istri. Bukan dengan Koko Dion saja, chemistry dengan kedua orangtuanya pun tampil begitu menghangatkan seperti Bakpao dan Ayam Ciapo. Aktris remaja Moira Tabina Zayn juga tak kalah memukaunya dengan Susi Susanti dewasa. Ia sukses menghadirkan sosok Susi remaja yang penuh ambisi dan semangat.


Untuk segi visual, sinematografi dan tata artistik, film SUSI SUSANTI: LOVE ALL (2019) ini sangatlah memuaskan. Sim F sukses menyajikan tahun 90annya dengan baik. Look Jakarta dan Tasikmalaya yang dipadukan pada setting tahun 90an pun cukup meyakinkan. Original Soundtrack film ini yang dinyanyikan oleh Rossa berjudul "Karena Cinta Yang Menemani" menurutku bagus dan sangat susi susanti banget. Liriknya penuh keyakinan, semangat dan mendalam. Salah satu Original Soundtrack terbaik tahun ini.
Overall, film SUSI SUSANTI: LOVE ALL (2019) boleh banget dibilang sebagai salah satu film biopik lokal terbaik yang pernah dibuat. Laura Basuki gemilang!


[7.9/10Bintang]

1 comment:

  1. Subhanallah..
    Masya allah...
    Entah kenapa, setiap baca review film dari kang 'iki' ( begitu sapaan yang aku ingin sebut karena sama sama orang sunda haha ) aku selalu berkaca kaca terharu akhirnya.
    Apapun film yg di review, apalagi film itu yg aku sudah atau akan tonton pasti suka nyesek bacanya, bukan sesak sedih tapi sesak bahagia dan bangga.
    Tiap detail kata kata untuk mereview sukses di suguhkan dengan cara kang iki, semuanya blak blakan dijelaskan secara jelas dan gamblang๐Ÿ˜Š
    Suka banget nget nget nget.
    Masih jadi satu mimpi, bisa bertemu akang satu ini, nonton bareng, dikusi film bareng dan barang kali bisa bikin script film bareng haha ( Aamiin )
    Sukses terus akang, mugia engke tiasa pendak nya ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete