Sunday 17 November 2019

[Review] 99 Nama Cinta: Kisah Presenter Gosip Yang Harus Berhadapan Dengan Ustadz


#Description:
Title: 99 Nama Cinta (2019)
Casts: Acha Septriasa, Deva Mahenra, Adinda Thomas, Chiki Fawzi, Susan Sameeh, Donny Damara, Ira Wibowo, Dzawin, Robby Purba, Minati Atmanegara, Adi Nugroho, Ayana Moon, Asri Welas
Director: Danial Rifki
Studio: MNC Pictures

#Synopsis:
Talia (Acha Septriasa) adalah seorang presenter acara gosip berjudul "Bibir Talia" yang mempunyai rating dan share No.1 di Televisi. Acaranya tersebut dikenal karena mengupas berita-berita seputar dunia entertainment tanpa memperdulikan rasa simpati dan empati narasumbernya. Puncaknya disaat program "Bibir Talia" mengundang bintang tamu istri kedua dari artis Pak Bambang dan Bu Vini (Asri Welas). Berkat bantuan dari staff kreatif nya yaitu Mlenuk (Adinda Thomas) dan Sandra (Susan Sameeh), program "Bibir Talia" berhasil melakukan sesi interview dengan Bu Vini yang selama ini sangat anti terhadap program gosip.


Ditengah kesuksesan acaranya itu, Talia kedatangan tamu di kantornya yaitu Ustadz Kiblat (Deva Mahenra) yang diutus oleh sang ibu (Ira Wibowo) untuk mengajarkan anaknya mengaji sesuai wasiat yang diinginkan oleh almarhum ayahnya. Kiblat sendiri merupakan teman semasa kecil Talia disaat mereka masih tinggal di Kediri, Jawa Timur. Kedatangan Kiblat ke kantor membuat Talia kesal, karena telah mempermalukan ia di hadapan teman-temannya. Talia lantas menolak untuk diajari oleh Kiblat dan menyuruh ibunya untuk memulangkan Kiblat ke Kediri.



Sang ibu merasa kecewa pada Talia karena ia tak ingin melaksanakan wasiat ayahnya. Kedua orangtua Talia sengaja mengutus Kiblat karena keduanya merupakan teman semasa kecil supaya Talia tidak canggung dan malu jika belajar agama orang yang sudah dikenalnya. Atas dasar menjalankan wasiat almarhum ayahnya, Talia pun memutuskan untuk bersedia belajar agama pada Kiblat.



Talia lalu berangkat ke Kediri untuk bertemu dan meminta maaf pada Kiblat karena telah memperlakukan teman semasa kecilnya itu kurang sopan. Disana juga ia bertemu dengan seorang wanita bernama Husna (Chiki Fawzi), mahasiswi yang baru saja lulus dari universitas di Korea. Setibanya disana, sinyal ponsel Talia hilang, alhasil ia susah untuk berkomunikasi. Talia dicari oleh orang-orang dikantornya karena pihak dari Pak Bambang beserta para pengacara melayangkan gugatan terhadap program "Bibir Talia". Program gosip itu dianggap sudah mencemarkan nama baik keluarga Pak Bambang dan mereka akan menempuh jalur hukum. Setelah urusan Talia di Kediri selesai, ia bergegas langsung datang ke kantor untuk menemui teamnya. Talia yakin gugatan dari pihak Pak Bambang itu hanya sekedar somasi dan tidak akan masuk ke pengadilan. 



Tapi keyakinan Talia itu berbanding terbalik dengan apa yang kantornya rasakan. Head Programming (Robby Purba) dan jajaran direksi di kantornya merasa was-was dan kecewa terhadap Talia yang menganggap sepele tuntutan dari Pak Bambang. Alhasil jajaran direksi memutuskan untuk menghentikan program "Bibir Talia" dan digantikan oleh program baru. Talia pun dipindahtugaskan untuk memproduseri program "Kuliah Subuh" yang terkenal sebagai program buangan dan mempunyai rating buruk di Televisi. Bungkusnya acara yang dikomandoinya itu membuat Talia kesal. Ia menganggap semua ini terjadi gara-gara ia pergi ke Kediri dan bertemu dengan Kiblat. 


Tapi, berhentinya Talia menjadi presenter dan produser program gosip membuat ibunya senang karena anaknya kini tidak lagi ghibah di televisi. Talia pun kini harus mengerahkan segala kemampuannya untuk bisa menggarap program "Kuliah Subuh" agar ia bisa bertahan di kantornya.
Akankah Talia berhasil menggarap program yang sangat bertolak belakang dengan dirinya itu?


#Review:
Film 99 NAMA CINTA (2019) merupakan film terbaru produksi MNC Pictures yang naskah dan ceritanya ditulis langsung oleh Garin Nugroho. Tak cuma itu saja, film ini juga menjadi ajang comeback terbaru aktris Acha Septriasa berperan dalam film bergenre drama setelah ia jarang wara-wiri di layar lebar pasca menikah dan tinggal di Australia.


Untuk segi cerita, paruh pertama film ini hampir mirip dengan film atau FTV tentang sepasang pria dan wanita yang dunianya bertolak belakang lalu dipertemukan oleh sebuah alasan. Yang satu, hidup di dunia entertainment, sementara yang satunya lagi hidup di dunia keislaman. Untungnya tulisan naskah Garin Nugroho yang digarap oleh Danial Rifki ini tidak terjebak sebagai film drama religi yang menceramahi penontonnya dengan segala keislamannya. Disini Garin Nugroho membuktikan bahwa ia juga bisa dan mampu juga menghadirkan skenario yang sangat ringan dan nge-pop tapi tetap mempunyai makna yang sangat mendalam. Duet Garin dan Rifki ini dalam menggarap 99 NAMA CINTA (2019) tampil begitu mengalir, indah, manis dan tidak berlebihan. Unsur keislaman serta drama romantisnya dieksekusi dengan baik. Makna seputar Asmaul Husna yang diterapkan Garin dan Rifki ini dibahas dengan santai lewat karakter Kiblat dan juga Talia. Makna toleransi sederhana pun digambarkan dengan sangat baik disini. Garin sangat peka terhadap issue toleransi ini lewat karakter Kiblat dalam memposisikan dirinya yang paham agama, tidak berlebihan disaat berhadapan dengan Talia dan juga murid-murid di pesantrennya. Aku sangat suka disepanjang film ini sosok Kiblat tak pernah menyudutkan, membenarkan atau melarang lawan mainnya dengan dalil-dalil keislaman. Sikapnya yang netral itulah menjadikan makna toleransi dalam film ini terasa indah. Bahkan film inipun tidak menuntut karakter utamanya untuk berubah menjadi lebih islami disaat film usai.


Yang sedikit mengganggu bagiku dari film ini yaitu soal transportasi yang dilakukan oleh para karakter untuk pulang pergi Jakarta-Kediri sangatlah tidak make-sense. Untuk ukuran tahun 2019, masa produser dan presenter program rating teratas di televisi dalam melakukan perjalanan jarak jauh hanya mengandalkan bus ekonomi tanpa terpikirkan untuk membawa mobil dengan supir atau pesawat gitu. Hal ini bisa dimaklumi jika background cerita soal pesantren berlokasi masih sekitaran Jabodetabek atau Jawa Barat. Selain itu, disaat paruh pertama film pun, eksplorasi soal program acara "Bibir Talia" menurutku masih kurang banyak dibandingkan disaat Garin dan Rifki mengeksplor program "Kuliah Subuh" yang sangat detail dan memuaskan. Alhasil, dampak program yang dicut serta reaksi para pemirsa televisi terasa tidak pernah ada.


Untuk jajaran pemain, menurutku film 99 NAMA CINTA (2019) ini tampil hampir semuanya memuaskan. Acha Septriasa tampil gemilang dan dinamis sebagai Talia. Performanya sebagai presenter sekaligus produser sangat meyakinkan. Chemistry yang dibangun dengan Deva Mahenra maupun Adinda Thomas terasa believeable dan heartwarming. Aktor Deva Mahenra pun tak kalah bagusnya dengan Acha. Sosok Ustadz Kiblat ditangan Deva ditaklukan dengan baik. Aura sebagai pria idaman yang taat agama begitu terpancar kuat. Begitu juga dengan Adinda Thomas yang memerankan sebagai staff kreatif bernama Mlenuk tampil sangat memuaskan dan mencuri perhatianku. Adinda Thomas aku yakin bisa menjadi the next big thing di industri perfilman Indonesia kedepannya karena kualitas akting doi makin kesini makin terasah. Ensemble casts lainnya pun tak kalah bagusnya dengan ketiga nama diatas. Chiki Fawzi surprising me! Karakter Husna terasa sangat real merepresentasikan wanita muda sholehah dan mempunyai selera Korea hahaha. Ira Wibowo dan Donny Damara tampil bagus sebagai orangtua yang menasehati anak-anaknya. Jangan lupakan juga penampilan komika Dzawin yang berperan sebagai Ustadz Bambu tampil dengan komedinya yang krik namun tetap saja membuatku senyum lebar wkwkwk.


Overall, film 99 NAMA CINTA (2019) tampil diluar dugaan. Naskah garapan Garin Nugroho yang menyelipkan unsur keislaman tanpa harus menceramahi penontonnya berhasil disajikan dengan baik oleh Danial Rifki. Recommended!


[7.5/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment