Thursday, 31 December 2020

[Review] Soul: Mengeksplor Hidup Dan Mati Seorang Musisi Jazz

 



#Description:
Title: Soul (2020)
Casts: Jamie Foxx, Tina Fey, Graham Norton, Rachel House, Alice Braga, Richard Ayoade, Phylicia Rashad, Donnell Rawlings, Questlove, Angela Bassett, Cora Champommier, Margo Hall
Director: Pete Docter, Kemp Powers
Studio: Walt Disney Pictures, Pixar Animation Studios


#Synopsis:
Joe Gardner (Jamie Foxx) seorang guru musik pecinta Jazz mempunyai mimpi besar bisa pentas di panggung sambil membawakan musik Jazz kesukaannya. Namun dalam kehidupan sehari-harinya, impian besar itu terasa semakin jauh dari kenyataan. Status guru yang diemban Joe kini sudah menjadi guru tetap. Otomatis, ia akan sulit untuk meraih impiannya sebagai musisi Jazz.


Suatu hari, Joe mendapatkan sebuah panggilan dari kawan lamanya yang merupakan personel band yaitu Dez (Donnell Rawlings). Ia meminta Joe untuk bisa tampil mengiringi seorang musisi Jazz perempuan yakni Dorothea (Angela Bassett). Joe yang sudah lama bermimpi bisa pentas diatas panggung akhirnya menemukan harapan. Tawaran tersebut langsung ia ambil dan bergegas pulang ke rumah untuk mempersiapkan penampilan maksimalnya. Sebelum tampil diatas pentas, Dorothea dan kawan-kawan mengadakan sesi latihan sekaligus ingin melihat kemampuan Joe dalam memainkan musik Jazz dengan piano. Dengan penuh rasa percaya diri dan ambisi yang besar, ia mengeluarkan segenap skill bermain musik Jazz nya didepan Dez dan Dorothea. 



Joe kemudian diterima dan bisa ikut tampil pada pentas musik Jazz mengiringi Dorothea. Impian Joe akhirnya terwujud. Tapi, saat dalam perjalanan pulang, Joe mengalami kecelekaan jatuh ke lubang drainase. Hal itu membuat dirinya koma dan segera dilarikan ke rumah sakit. Jiwa / Roh yang ada di dalam diri Joe kini berada disebuah jembatan yang menandakan bahwa ia seharusnya tewas setelah kecelakaan tersebut. Joe sangat tidak menerima jika dirinya mati begitu saja terlebih lagi ia harus meninggal sesaat sebelum impiannya terwujud.




Roh Joe kemudian berusaha kabur dari jembatan akhirat tersebut dan terdampar disebuah tempat bernama The Great Before. Disana merupakan tempat dimana roh dan jiwa-jiwa baru dari manusia saat mendapatkan sifat, karakteristik, kepribadian serta minat bakat sebelum dilahirkan ke muka bumi. Di tempat ini, Roh Joe bertemu dengan jiwa bernama 22 (Tina Fey) yang terkenal sudah ribuan kali belum bisa menemukan sifat, karakteristik dan sangat tidak ingin untuk terlahir sebagai manusia. Roh Joe yang dipasangkan dengan 22 harus berusaha melatih 22 untuk mencari minat hidupnya agar Roh Joe bisa terlahir kembali ke dunia sebelum akhirnya benar-benar meninggal.


#Review:
Kolaborasi Disney•Pixar memang selalu menghadirkan film-film animasi yang powerful dan mengesankan. Yang terbaru adalah SOUL (2020), sebuah film animasi dari kreator film INSIDE OUT (2015) yakni Pete Docter.


Lewat film ini, Docter dan Kemp Powers menyajikan kisah tentang mempertanyakan eksistensi dan makna hidup seorang pria paruh baya afro-american bernama Joe Gardner. Tema yang cukup berat untuk sebuah film animasi yang ditujukan untuk anak-anak. Namun tenaang, ditangan Docter dan Powers, kisah hidup dan mati Joe Gardner ini disajikan dengan narasi yang ceria, penuh lantunan musik Jazz dan tetap memberikan makna yang sangat mendalam pada penonton. Banyak adegan disaat Joe dan 22 yang bisa bahan renungan bagi kita semua tentang makna hidup dan juga impian. Salah satu moment paling memorable bagiku adalah saat mereka switch-body. 22 yang awalnya sangat skeptis apabila hidup di dunia, ternyata bisa mengubah sikap dari Joe menjadi jauh disukai dan bermanfaat oleh orang-orang disekitarnya. Film ini juga mempunyai moral value tentang soal mengejar impian yang terlalu berambisi ternyata menyebabkan tidak menikmati perjalanan hidup dan bersyukur dengan apa yang telah diraih.
Untuk segi visual, Disney•Pixar seperti biasanya selalu memberikan masterpiecenya. Penggambaran alam akhirat, jembatan sirathal mustaqim hingga alam roh sebelum manusia dilahirkan begitu indah dan penuh keceriaan. Setiap detail dan printilan kecil setting tempat dalam film SOUL (2020) ini begitu menarik perhatian. Iringan musik Jazz yang menjadi scoring musik film ini juga terasa sangat pas dan apik disetiap adegan demi adegan.
Overall, SOUL (2020) is the best animated movie of the year so far! Happy new year!

[9/10Bintang]

Wednesday, 30 December 2020

[Review] Quarantine Tales: 5 Cerita Seru Ditengah Pandemi & Karantina



#Description:
Title: Quarantine Tales (2020)
Casts: Adinia Wirasti, Marissa Anita, Faradina Mufti, Roy Sungkono, Windy Apsari, Verdi Solaiman, Brigitta Cynthia, Kiki Narendra, Teuku Rifnu Wikana, Arawinda Kirana, Muzakki Ramdhan, Abdurrahman Arif, Kukuh Prasetya
Director: Dian Sastrowardoyo, Jason Iskandar, Ifa Isfansyah, Tata Sidharta, Aco Tenriyagelli
Studio: Base Entertainment, Bioskop Online


#Synopsis:

Nougat: 
Berkisah tentang tiga kakak beradik yang sudah terpisah jarak sejak kematian kedua orang tua mereka. Ubai (Marissa Anita) sebagai kakak tertua kini sudah berumah tangga dengan Adji (Teuku Rifnu Wikana). Deno (Faradina Mufti) sebagai anak bungsu yang sedang disibukkan dengan pendidikannya dan berencana akan tinggal di apartemen bersama kekasihnya. Dan yang terakhir yaitu Ajeng (Adinia Wirasti), anak kedua dari tiga bersaudara yang masih bertahan tinggal di rumah masa kecil mereka.


Prankster:
Vlogger Didit (Roy Sungkono) terkenal dengan konten-konten pranknya di sosial media. Salah satu korban prank dari Didit yaitu seorang Food Vlogger yaitu Aurel (Windy Apsari). Di episode terbarunya Didit berencana kembali memberi prank pada Aurel dengan nuansa horror. Didit mengirimkan boneka pocong dan disimpan di pojokan rumah Aurel agar bisa mendapatkan ekspresi ketakutan yang alami dari Aurel. Prank tersebut rupanya berhasil membuat Aurel terkejut dan menangis. Setelah selesai, kini giliran Aurel yang memberikan kejutan "manis" pada Didit dengan mengirimkan aneka cemilan kue kering.


Cook Book:
Pandemi CoVid-19 yang sudah lama melanda dan tak kunjung usai membuat Chef Halim (Verdi Solaiman) akhirnya berhasil menyelesaikan penulisan buku memasak yang selama ini tertunda. Ia lalu membagikan keberhasilan itu kepada temannya Pak Naryo (Kiki Narendra). Setelah itu, Chef Halim mendapat sebuah video-call dari orang tak dikenal. Ketika diangkat, ternyata seorang perempuan yang berbahasa mandarin. Chef Halim bingung dan tak mengerti dengan ucapan perempuan tersebut. Seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya tersadar jika Chef Halim dan perempuan itu adalah dua manusia terakhir yang masih bertahan hidup di muka bumi.


Happy Girl Don't Cry:
Sebuah keluarga miskin tiba-tiba mendapatkan hadiah giveaway berupa seperangkat iMac keluaran terbaru. Sang ayah (Teuku Rifnu Wikana) dan ibu (Marissa Anita) yang mempunyai banyak tunggakan berniat untuk menjual hadiah tersebut demi menyambung hidup dan ekonomi keluarga. Namun sang anak yaitu Adin (Arawinda Kirana) tak setuju dengan pilihan ayah dan ibunya. Pasalnya, hadiah giveaway tersebut merupakan hadiah pertama kalinya yang ia rasakan setelah bertahun-tahun menghabiskan banyak kuota internet bersama almarhum sang adik (Muzakki Ramdhan) menonton channel-channel YouTube yang mengadakan giveaway.


The Protocol:
Usai berhasil merampok uang ratusan juta rupiah, Icuk (Kukuh Prasetya) tiba-tiba batuk, nafas sesak dan tak sadarkan diri. Hal itu membuat rekannya, Arif (Abdurrahman Arif) panik dan menduga jika Icuk tewas karena positif CoVid-19. Arif lalu mencari cara agar Icuk bisa disingkirkan secepat mungkin. Namun disaat Arif mencoba untuk mengubur jenazah Icuk, ia selalu dihantui bayang-bayang Icuk yang meminta jatah hasil rampokan.


#Review:
Base Entertainment kembali menghadirkan sebuah film terbarunya yang kali ini langsung dirilis secara eksklusif di platform streaming milik Visinema yaitu Bioskop Online. Film barunya ini mengusung konsep Omnibus dimana 1 film mempunyai 5 cerita berbeda tentang masa-masa karantina dan suasana Pandemi CoVid-19. Hal ini tentu menjadi sebuah daya tarik tersendiri, pasalnya industri film Indonesia tidak terlalu tertarik menggarap film berkonsep Omnibus. Untuk menggarap Omnibus QUARANTINE TALES (2020) ini, Base Entertainment mengajak 5 sutradara muda yang salah satu diantaranya yaitu aktris Dian Sastrowardoyo.


Lima cerita yang dihadirkan oleh Omnibus QUARANTINE TALES (2020) memang terasa sangat begitu dekat dan related dengan keadaan saat ini. Meskipun per cerita hanya berdurasi 20-35 menitan saja, tapi dieksekusi dengan sangat matang dan kuat. Konflik demi konflik yang hadir disetiap cerita mempunyai drama serta efek "ngeri" dan klaustrofobia yang konsisten. Visual yang dihadirkan oleh masing-masing cerita pun tampil begitu memanjakan mata. My personal favourite goes to: NOUGAT by Dian Sastrowardoyo. Hubungan three sisters nya begitu apik meskipun hanya bertatap melalui video call saja. Kontribusi akting Adinia Wirasti, Marissa Anita dan Faradina Mufti memuaskan. Untuk segmen PRANKSTER berhasil mengobati rasa rindu akan film-film yang mengandalkan User Interface Vlogger. Aku berharap PRANKSTER bisa dijadikan materi asyik untuk dikembangkan ke layar lebar. Segmen yang tak kalah menarik dan sangat menyentil isu sosial saat ini yaitu HAPPY GIRL DON'T CRY. Segmen ini terasa sangat related bagi kita-kita yang pernah mendapatkan hadiah giveaway hahaha. Penampilan bintang baru Arawinda Kirana sungguh mencuri perhatian.
Overall, film QUARANTINE TALES (2020) merupakan salah satu film Indonesia terbaik yang dirilis pada tahun 2020 ini. Sangat berharap jika Pandemi sudah usai, salah satu segmen dalam Omnibus ini bisa diangkat ke layar lebar karena 5 cerita film QUARANTINE TALES (2020) sama-sama kuat.


[8.5/10Bintang]

Monday, 28 December 2020

[Review] Danur Asih 2: Misteri Sosok Asih Kali Ini Benar-Benar Terungkap!

 



#Description:
Title: Asih 2 (2020)
Casts: Shareefa Daanish, Marsha Timothy, Ario Bayu, Anantya Rezky, Ruth Marini, Graciella Abigail, Ully Triani, Darius Sinathrya, Citra Kirana, Marini Soerjosoemarno, Ingrid Widjanarko, Sarah Presli
Director: Rizal Mantovani
Studio: MD Pictures, PicHouse Films


#Synopsis:
Kebahagiaan yang dirasakan keluarga Andi (Darius Sinathrya) dan Puspita (Citra Kirana) ternyata tidak berlangsung lama. Setelah berhasil menyelamatkan anak mereka dari gangguan Asih (Shareefa Daanish), terror kembali menghampiri Andi, Puspita dan juga sang nenek (Marini Soerjosoemarno). Asih datang merebut kembali anak mereka hingga membuat Andi dan Puspita harus meregang nyawa. Satu-satunya yang selamat dari terror Asih ialah sang nenek.


Tujuh tahun berlalu, seorang pengendara mobil datang ke rumah sakit dengan membawa anak perempuan (Anantya Rezky) yang tak sengaja tertabrak olehnya. Dokter Sylvia (Marsha Timothy) langsung menangani anak tersebut. Setelah berhari-hari dirawat di rumah sakit, tak satupun keluarga dari anak itu datang untuk menjemputnya. Sylvia merasa khawatir dan simpati pada anak itu karena orangtua nya begitu tega menelantarkannya. Ia juga teringat dengan almarhum anaknya yang sudah meninggal empat tahun silam. Sylvia lalu memutuskan untuk mengadopsi anak tersebut dan ia beri nama Ana.



Setelah kondisi Ana sudah sehat, Sylvia membawanya kerumah untuk bertemu dengan sang suami, Razan (Ario Bayu). Ana yang selama hidupnya tinggal seorang diri di hutan membuat ia tidak bisa berbicara dan bertingkah seperti anak seusianya. Tapi hal itu tak membuat Sylvia dan Razan kesal, mereka dengan sabar melatih Ana untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru.



Semenjak kehadiran Ana dirumah Sylvia dan Razan, banyak kejadian aneh menimpa mereka. Tak hanya itu saja, tetangga mereka yaitu Emak Ipah (Ruth Marini) dan anak majikannya Alea (Graciella Abigail) pun turut merasakan hal aneh itu. Puncaknya, saat ayam peliharaan Alea hilang setelah ia memergoki Ana masuk ke pekarangan rumah Alea. Emak Ipah merasakan ada yang tak beres dari sikap Ana. Terlebih ia sering bersenandung lagu "Indung-Indung Kepala Lindung". Pasalnya, lagu tersebut adalah lagu kesukaan Asih, anak asuhnya semasa tinggal di kota yang memutuskan bunuh diri setelah ia tak diterima oleh keluarga gara-gara hamil diluar nikah.


Sylvia dan Razan tak ingin Ana kembali pada Asih. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan Ana. Akankah keduanya berhasil lepas dari terror Asih?


#Review:
Danur Cinematic Universe semakin konsisten untuk terus mengembangkan semestanya di industri perfilman tanah air. film pertama ASIH (2018) sukses mencetak box office dengan jumlah diatas 1.7 juta penonton diseluruh Indonesia. Maka tak heran jika MD Pictures langsung bergerak cepat menghadirkan kelanjutan kisah tragis Asih yang dimana sekuelnya ini tak lagi digarap oleh Awi Suryadi, melainkan Rizal Mantovani.



Untuk segi cerita, ASIH 2 (2020) kali ini benar-benar menguak tuntas backstory dari karakter Asih yang sebelumnya kurang jelas pada film pertamanya. Elemen membongkar masa lalu Asih ini diiringi dengan drama tentang ibu dan anak yang sangat kuat baik antara Asih dengan Ana maupun Sylvia dengan Ana. Cara mengkoneksikan cerita film ini dengan film-film Danur sebelumnya juga menurutku sangat smooth, sehingga sensasi kejutan selalu muncul disaat beberapa adegan terkoneksi dengan film Danur dan Asih pertama. Elemen horror yang disajikan ASIH 2 (2020) pun suprisingly tampil on-point dan menyeramkan. Bahkan ada dua adegan horror yang langsung mengingatkanku pada film horror masterpiece dari Rizal yaitu Jelangkung dan Kuntilanak. Yang cukup disayangkan dari film ASIH 2 (2020) ini adalah efek scoring dan suara "INI ANAK SAYAAA...!!!" terlalu over the top dan bikin pening.



Untuk jajaran pemain, Marsha Timothy memang tak perlu diragukan lagi untuk urusan akting. Peraih Piala Citra ini berhasil menjalin chemistry memukau sebagai seorang ibu yang tak ingin lagi kehilangan anaknya. Begitu juga Ario Bayu, Ruth Marini hingga Ully Triani tampil tidak useless dan semakin memperkuat cerita. Give applause untuk aktris cilik Anantya Rezky yang memerankan karakter Ana tampil meyakinkan sebagai seorang anak hutan dengan segala tingkah lakunya yang creepy. Chemistry yang dibangun baik dengan Marsha maupun Shareefa terasa sangat menyentuh. Andai saja film ini memberikan progres yang cukup besar terhadap perkembangan sikap Ana berkat didikan Sylvia mungkin akan jauh lebih touching pada babak akhir film.
Overall, the best movie in Danur Cinematic Universe so far is ASIH 2 (2020). Berharap Sylvia, Razan dan Ana masih bisa muncul di film-film Danur berikutnya.


[8/10Bintang]

Thursday, 24 December 2020

[Review] Generasi 90an Melankolia: Belajar Ikhlas Dan Merelakan Yang Sudah Pergi




#Description:
Title: Generasi 90an: Melankolia (2020)
Casts: Ari Irham, Aghniny Haque, Taskya Namya, Jennifer Coppen, Marcella Zalianty, Gunawan, Amaranggana, Frans Mohede, Wafda
Director: M. Irfan Ramli
Studio: Visinema Pictures


#Synopsis:
Abby (Ari Irham) bersama dengan kakaknya, Indah (Aghniny Haque) tumbuh di keluarga yang harmonis dan bahagia. Ayahnya (Gunawan) seorang pekerja swasta yang mempunyai hobi mengkoleksi berbagai macam benda khas tahun 90an. Ibunya (Marcella Zalianty) berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga. Kehidupan keluarga ini semakin lengkap dengan hadirnya Sephia (Taskya Namya) sahabat dekat dari Indah yang sudah dianggap seperti saudara dan bagian keluarga dari Indah.


Seiring berjalannya waktu, Indah yang kini telah lulus kuliah, mendapat tawaran bekerja di bidang pemerintahan yang mengurus dan mengirim logistik bantuan ke negara yang mengalami krisis pangan. Mendapat tawaran itu membuat Indah bahagia, karena ia ingin mencoba hal yang baru sekaligus menolong orang yang membutuhkan. Namun kabar bahagia yang diterima kakaknya itu membuat Abby sedih. Ia tak ingin berpisah dari Indah. Ditambah lagi kabar tawaran bekerja yang diterima Indah bertepatan dengan ulang tahun sekaligus wisuda kelulusan SMA nya. Indah pun berusaha untuk memundurkan jadwal wawancaranya demi sang adik senang. Usaha Indah tak sia-sia, ia diizinkan untuk mengganti jadwal wawancara oleh perusahaannya. Usai menghadiri wisuda SMA, Indah akhirnya pergi mewujudkan impiannya, meskipun Indah harus merelakan ia tak ikut merayakan ulang tahun Abby.



Usai mengantarkan Indah dari bandara, Abby beserta ayah dan ibunya tiba-tiba mendapat kabar duka yang mengejutkan. Pesawat yang dinaiki oleh Indah dinyatakan hilang usai lepas landas. Pihak bandara dan kepolisian akhirnya mengkonfirmasi bahwa pesawat tersebut kecelekaan dan jatuh di lautan. Mendengar hal tersebut sontak membuat Ayah, Ibu dan Abby shock berat dan kesedihan luar biasa. Mereka masih belum percaya dengan apa yang terjadi pada Indah. Sephia pun terkejut dan sedih mendengar sahabatnya itu kini telah tiada dengan cara yang tragis.
Kepergian Indah untuk selama-lamanya ini membuat luka dan trauma di dalam diri Ayah, Ibu dan Abby. Setiap harinya mereka selalu menanti kabar dari proses pencarian jatuhnya pesawat itu. Tapi harapan mereka pupus disaat satu persatu potongan tubuh jenazah ditemukan di lautan. Abby yang sifatnya ceria langsung berubah menjadi pendiam dan banyak menyendiri setelah kematian kakaknya itu. Kirana (Jennifer Coppen), pacar dari Abby juga dibuat bingung akan sifat Abby yang kini semakin tertutup padanya.


Setiap sudut ruangan rumah selalu mengingatkan Ayah, Ibu dan Abby pada Indah. Banyak sekali kenangan-kenangan muncul ketika mereka sedang melamun. Hal itu membuat mereka terus bersedih. Abby akhirnya selalu menenangkan pikiran di kediaman Sephia. Melihat adik dari sahabatnya yang sangat kehilangan kakaknya, Sephia mencoba untuk menghibur Abby, salah satunya mengabulkan permintaan Abby untuk memakai dress milik Indah yang rencananya akan digunakan saat ulang tahun Abby. Melihat Sephia mengenakan dress itu membuat Abby bahagia. Ia merasakan ketenangan dan rasa lega saat berada disisi Sephia. Setelah kejadian itu, timbul rasa cinta dari diri Abby pada Sephia. Abby bahkan rela mengakhiri hubungannya dengan Kirana demi Sephia.


Melihat kenyataan adik dari sahabatnya itu kini mencintainya, membuat Sephia bingung. Di satu sisi ia tak mungkin menjalin asmara dengan Abby karena Sephia menganggap Abby hanya melarikan diri dari kenyataan soal kematian Indah padanya. Di sisi lainnya, Sephia juga ingin menghindar dari Rio (Wafda), pacar dari Indah yang selalu mengejarnya setelah kematian Indah.


#Review:
Rumah Produksi Visinema Pictures akhirnya merilis film GENERASI 90AN MELANKOLIA (2020) di bioskop mulai hari ini, 24 Desember 2020. Awalnya, film yang disutradarai oleh M. Irfan Ramli ini siap tayang di bioskop pada April lalu, namun karena Pandemi CoVid-19, terpaksa tertunda hingga 8 bulan lamanya.
Aku berkesempatan hadir ke Gala Premiere film MELANKOLIA (2020) di Cinema XXI Epicentrum pada 15 Desember 2020 lalu. Suasana Gala Premiere kali ini setelah 8 bulan lebih tutup terasa sangat beda dari biasanya karena para tamu undangan diwajibkan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.


Untuk segi cerita, film MELANKOLIA (2020) ini memberikan moral value tentang mengikhlaskan seseorang yang telah tiada. Premisnya memang sederhana, namun sayang, menurutku eksekusi cerita film ini terasa penuh dengan moment depresif yang tiada henti. Hal ini terlihat dari sosok Abby yang diperankan Ari Irham begitu terlalu depresif namun akting penuh emosionalnya menurutku terasa berlebihan. Sikap dan tindakan Abby yang hilang arah pada Sephia atau Kirana juga kurang begitu nyambung dan masuk akal. Ia malah mempermainkan perasaan dua perempuan sekaligus. Andai saja film ini lebih berfokus pada rasa kehilangan dari sisi keluarga saja tanpa perlu plot twist drama percintaan Abby, Kirana, Sephia dan Rio pasti jauh lebih oke dan mengharukan.
Performance akting para pemain film MELANKOLIA (2020) ini hampir serupa dengan film NKCTHI (2020) yang dituntut untuk mengeluarkan rasa emosi, depresi dan teriakan-teriakan. Namun sayang, cara ini menurutku tak lagi efektif memancing rasa simpati penonton, yang ada malah tertawa melihat Abby dan Kirana teriak-teriak. Satu-satunya peforma yang bisa aku nikmati dalam film ini hanya Marcella Zalianty saja.


Untuk segi visual dan artistik, film ini seharusnya mengambil latar waktu era 90an, namun seiring berjalannya durasi, ternyata tata busana dan artistik film ini malah tidak selaras dengan latar waktu yang digunakan yaitu era sekarang. Meskipun sang produser mengklaim film ini menggunakan latar Pseudo, namun rasa rasionalitas film ini menjadi dipertanyakan. Namun harus diakui tata busana film MELANKOLIA (2020) ini terbilang sangat bagus dan membawa sensasi nostalgia era tahun 90an.
Overall, film MELANKOLIA (2020) menurutku bisa tampil lebih baik lagi jika memfokuskan cerita pada rasa kehilangan yang ada di lingkup keluarga saja. Karena, chemistry keluarga Abby dan Indah sudah cukup meyakinkan.


[6.5/10Bintang]

[Review] Wonder Woman 1984: Ketika Harapan Menjadi Kenyataan Sekaligus Ancaman Berbahaya

 


#Description:
Title: Wonder Woman 1984 (2020)
Casts: Gal Gadot, Chris Pine, Kristen Wiig, Pedro Pascal, Robin Wright, Connie Nielson, Lily Aspell, Amr Waked, Kristoffer Polaha, Natasha Rothwell, Ravi Patel, Oliver Cotton, Lucian Perez
Director: Patty Jenkins
Studio: DC Entertainment, Warner Bros Pictures, Atlas Entertainment


#Synopsis:
Diana Prince (Gal Gadot) terus melanjutkan hidupnya pasca kematian sang kekasih, Steve Trevor (Chris Pine). Kini ia dikenal sebagai seorang ahli arkeologi disebuah museum terkenal di Amerika Serikat. Tak hanya itu saja, Diana juga mampu menguasai dan memahami banyak bahasa sehingga dapat diandalkan oleh orang-orang disekitarnya.


Suatu hari, terjadi sebuah aksi perampokan di toko perhiasan dan benda berharga. Para perampok itu rupanya sindikat yang mengincar barang-barang antik hasil penemuan dari berbagai penjuru dunia. Untungnya aksi perampokan itu berhasil digagalkan oleh Diana yang berubah menjadi Wonder Woman. Salah satu benda antik berupa batu berwarna hitam-emas itu lalu diamankan dan disimpan ke museum untuk diteliti lebih lanjut.



Di museum penelitian, turut hadir staff baru di bidang penelitian dan arkeolog yaitu Barbara Minerva (Kristen Wiig). Ia sangat mengidolakan dan mengagumi Diana yang dimatanya terlihat sebagai perempuan yang sempurna. Namun sayang, kehadirannya di museum itu selalu dipandang sebelah mata oleh staff lain karena Barbara mempunyai sifat ceroboh serta tidak bisa berpenampilan menarik. Barbara sangat berharap dirinya bisa menjadi seperti Diana yang mampu memikat dan menarik perhatian orang-orang disekitarnya.
Suatu hari, disaat Barbara sedang meneliti benda antik berbentuk batu itu, datang seorang pengusaha minyak bernama Maxwell Lord (Pedro Pascal) datang ke museum untuk berkeliling. Barbara lalu mengajaknya menunjukkan beberapa koleksi benda antik koleksi museum. Maxwell diam-diam memperhatikan batu antik yang tersimpan dalam sebuah kotak. Esok harinya, Barbara terbangun dari tidurnya yang terpaksa menginap di museum. Tiba-tiba orang-orang disekitarnya berperilaku baik serta memuji Barbara. Ia bingung namun perlahan hal tersebut membuatnya senang dan bahagia. Hal serupa juga turut dialami oleh Diana. Tiba-tiba sosok Steve kembali muncul dan itu membuat Diana sangat bahagia.



Disisi lain, kondisi perusahaan Black Gold milik Maxwell terus mengalami kerugian. Ia kehilangan investornya karena bisnis minyak yang dijanjikan Maxwell tidak menunjukkan hasil yang menguntungkan. Namun didepan anak semata wayangnya yaitu Alistair (Lucian Perez), Maxwell berjanji bahwa kehidupan mereka akan kembali sukses dan tidak akan kesusahan lagi. Maxwell pun bergegas pergi ke museum dan mencari batu antik yang berada di tangan Barbara.
Batu antik tersebut akhirnya berhasil didapatkan Maxwell dan dibawa ke kediamannya. Ternyata Maxwell sudah meneliti dan mengincar batu tersebut setelah lama mencarinya. Batu antik tersebut mempunyai kekuatan bisa mengabulkan permintaan apapun. Ia lalu meminta kesuksesan sebagai pengusaha minyak sekaligus ingin kekuatan batu itu masuk ke dalam dirinya. Dalam waktu singkat, impian Maxwell menjadi kenyataan. Kilang minyak milik perusahaan Black Gold yang selama ini kering tiba-tiba mengeluarkan minyak yang sangat melimpah. Banyak para investor dari seluruh dunia langsung menghubungi Maxwell untuk menjalin kerjasama. Tak hanya itu saja, Maxwell yang menjadi "Orang Kaya Baru" ini lalu bergegas pergi ke Kairo, Mesir untuk membeli aset perusahaan minyak yang ada disana. Sebagai imbalan, Maxwell akan mengabulkan apapun keinginan sultan asal Mesir tersebut.




Seiring berjalannya waktu, keadaan dunia semakin kacau setelah Maxwell terus berhasil mewujudkan orang-orang disekitarnya. Hal serupa juga dirasakan oleh Barbara. Ia mempunyai kekuatan serupa dengan Diana yang merupakan seorang Wonder Woman. Hal ini tentu membuat Diana penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah ditelusuri bersama Steve, ternyata penyebab dari semua hal yang telah terjadi ini berasal dari batu antik yang kini sudah hilang. Berhasilkah Diana dan Steve menghentikan kekacauan yang terjadi diseluruh dunia?


#Review:
Sosok superhero perempuan dari DCEU (DC Extended Universe) yaitu Wonder Woman sukses mencuri perhatian para pecinta film saat perilisan film pertamanya pada tahun 2017 lalu. Film yang menurutku sedikit "menyelamatkan" DCEU ini tampil fresh dan tidak segelap film-filM DCEU pada umumnya. Warner Bros pun langsung bergerak cepat siap menghadirkan film keduanya. Sekuel film WONDER WOMAN 1984 (2020) yang seharusnya dirilis pada Desember 2019 terpaksa ditunda hingga Desember 2020 gara-gara Pandemi CoVid-19 yang belum menandakan akan segera berakhir.
Film yang ditujukan untuk tayang di bioskop ya memang seharusnya tayang di bioskop. Sensasi dan cinematic experience menonton di bioskop memang tak pernah tergantikkan oleh apapun. Akhirnya pada 16 Desember lalu, aku menonton film WONDER WOMAN 1984 (2020) di IMAX With Laser Cinema XXI Kelapa Gading.



Untuk segi cerita, sekuelnya kali ini mempunyai plot yang dibangun dengan kuat. Background story para pemain terutama dua karakter musuh tampil sangat memuaskan. Sosok Maxwell Lord hadir dengan pengembangan cerita dan emosi tentang hubungan ayah-anak yang begitu powerful. Selain itu, Sosok Barbara Minerva pun diberi pengembangan cerita tentang rasa insecure dalam dirinya yang tak kalah kuatnya. Transformasi karakter dan ekspresi keduanya terasa sangat memukau dan drastis disepanjang durasi film. Patty Jenkins masih ingin mengupas lebih mendalam tentang hubungan asmara dan romantisme antara Diana dengan Steve yang di film pertamanya mereka harus terpisah oleh maut. Namun sayang, hubungan asmara keduanya itu masih kurang bisa aku nikmati karena chemistry antara dua pemain masih belum kuat. Selain itu, babak pertarungan antara Wonder Woman dengan Maxwell ataupun Cheetah terasa masih nanggung. Padahal Armor Suit yang dikira bakal membantu Diana melawan mereka malah sia-sia dan terlihat hanya bikin ribet Diana saja wkwk. Lebih lanjut, keseluruhan cerita film ini hampir sekilas mengingatkanku pada film Disney Aladdin (2018) karena sama-sama mengusung konsep cerita tentang keinginan dan harapan.


Untuk segi visual, film WONDER WOMAN 1984 (2020) memang tak perlu diragukan lagi kualitasnya. Visual Amazon yang ditampilkan di 10 menit awal sangat memukau dan apik di layar IMAX yang benar-benar fullest. Aksi pertarungan Wonder Woman dengan para musuh di Mall dengan bernuansa era 80an sangat luar biasa. Tata kostum, wardrobe dan artistik dalam film ini patut diacungi jempol karena berhasil membawa sensasi nostalgia tahun 80an. Scoring musik yang dihadirkan oleh Hans Zimmer semakin menambah euforia film ini. Tapi untuk scoring khas Wonder Woman sayang sekali di film keduanya ini tidak muncul.
Overall, WONDER WOMAN 1984 (2020) semakin membuktikan bahwa DCEU juga bisa membuat film superhero yang tak sepenuhnya kelam dan gelap. I love you Gal Gadot!


[8.5/10Bintang]

Monday, 14 December 2020

[Review] Songbird: Ketika Pandemi CoVid-19 Di Bumi Semakin Parah



#Description:
Title: Songbird (2020)
Casts: KJ Apa, Sofia Carson, Bradley Whitford, Peter Stormare, Alexandra Daddario, Paul Walter Hauser, Demi Moore
Director: Adam Mason
Studio: STX Films, Platinum Dunes, Catchlight Studios

#Synopsis:
Di tahun 2024, Virus CoVid-19 telah bermutasi menjadi CoVid-23 dan pandemi diseluruh dunia semakin tak jelas kapan akan berakhir. Jutaan jiwa telah menjadi korban dari virus yang awalnya berasal dari Wuhan, China. Di Amerika Serikat, pemerintah memutuskan lockdown dan pembatasan jam malam. Setiap warganya diberi alat pendeteksi virus dan wajib melakukan melakukan pengecekan kondisi kesehatan di pagi hari. Jika terdeteksi mengidap CoVid, alat tersebut akan memanggil petugas medis dan membawa pasien ke wilayah Q-Zone untuk dikarantina. Bagi siapapun yang mencoba melawan atau menolak, tindakan kekerasan bahkan tembak ditempat akan dilakukan oleh para petugas medis.


Sementara itu, di sudut kota New York, seorang petugas kurir barang yaitu Nico (KJ Apa) tetap menjalankan pekerjaan sehari-harinya. Ia mendapat izin untuk tetap beraktivitas karena tubuhnya memiliki imun setelah sembuh dari CoVid sehingga ia terdaftar di database kesehatan dengan syarat tetap menggunakan gelang imun berwarna kuning kemanapun ia pergi. Namun sayang, privilege tersebut tak membuat Nico bisa bebas bertemu dengan kekasihnya, Sara (Sofia Carson) yang tinggal bersama dengan sang nenek, Lita (Elpidia Carillo). Pasalnya, baik Sara maupun Lita sampai saat ini belum pernah terinfeksi virus CoVid. Untuk menjalin komunikasi dan melepas rindu, Nico dan Sara hanya bisa memanfaatkan video call.



Suatu hari, salah satu pelanggan setia dari Nico yaitu keluarga Griffins (Bradley Whitford) seperti biasa membutuhkan jasanya untuk mengirimkan paket. Istri dari Griffins yaitu Piper (Demi Moore) selalu puas dan berterima kasih kepada Nico karena berkatnya, kiriman obat untuk anak mereka yaitu Emma (Lia McHugh) berjalan dengan lancar.




Di satu sisi lainnya, cerita datang dari seorang YouTuber cantik yang terkenal sering cover lagu-lagu klasik yaitu May (Alexandra Daddario). Selama Pandemi ini, May menghabiskan waktunya di rumah saja. Ia sering berinteraksi dengan para penggemarnya di live streaming. Salah satu penggemarnya yaitu Michael Dozer (Paul Walter Hauser) yang merupakan kawan dari atasan Nico di perusaan jasa kurir barang.



Pada suatu malam, Lita menunjukkan gejala seperti terinfeksi virus CoVid. Ia batuk-batuk dan badan demam. Sara panik dan mencoba memberikan obat penurun demam serta batuk untuk neneknya itu sebelum melakukan pengecekan kesehatan yang dilakukan di pagi hari. Sara tak ingin Lita terdeteksi dan dibawa ke Q-Zone untuk karantina. Pasalnya, tetangga apartemennya dijemput secara paksa oleh tim medis dan pihak keamanan yang dipimpin oleh Emmet Harland (Peter Stormare). Ditambah lagi, Sara pun terancam ikut diisolasi karena tinggal satu atap dengan Lita yang telah terinfeksi CoVid. Mendengar sang kekasih dalam masalah, membuat Nico panik. Ia harus bisa bertindak secepat mungkin untuk menyelamatkan Sara.


Nico langsung meminta bantuan pada atasannya untuk mencari cara untuk bisa mendapatkan gelang imun bagi Sara. Atasannya lalu memberitahu jika ada seseorang yang bisa memproduksi gelang imun tersebut dan terdaftar di database kesehatan. Meskipun aktivitas tersebut melanggar aturan dan protokol kesehatan, Nico akan tetap mencarinya agar Sara tidak dibawa ke Q-Zone. Berhasilkah Nico?


#Review:
Pandemi CoVid-19 yang sampai saat ini melanda diseluruh dunia membuat banyak produser film tertarik untuk menghadirkan sebuah film layar lebar yang mengisahkan soal virus ini. Salah satu diantaranya yaitu Michael Bay yang populer dan sukses memproduseri film-film blockbuster seperti franchise film TRANSFORMERS dan yang terbaru franchise film horror A QUIET PLACE. Bay menunjuk Adam Mason sebagai sutradara untuk film SONGBIRD (2020) ini. Proses shooting pun dilakukan saat awal Pandemi CoVid-19 melanda Amerika Serikat.


Untuk segi cerita, harus diakui film SONGBIRD (2020) mempunyai premis yang cukup menjanjikan. Bay dan Mason bahkan mengatur cerita film ini empat tahun kedepan yang digambarkan virus CoVid telah bermutasi menjadi CoVid-23. Beberapa kejadian dalam film ini cukup related dengan kondisi saat ini. Namun yang cukup disayangkan adalah interpretasi Bay dan Mason soal CoVid dalam film ini menurutku terlalu lebay. Karakter Sara dan para tetangga apartemennya yang menolak karantina dengan alasan masuk ke Q-Zone sama saja bunuh diri adalah kesalahan cukup fatal. Nyatanya yang terjadi saat ini, pasien positif CoVid-19 baik yang bergejala maupun yang tanpa gejala sangat diwajibkan untuk karantina agar bisa mengurangi penyebaran virus tersebut. Subplot lima karakter yang dihubungkan dalam film ini beberapa masih enak untuk diikuti, namun skandal soal hubungan affair antara Griffins dan May menurutku mending dihilangkan saja karena terlihat dipaksakan untuk ada.


Untuk segi visual, seperti film-film Michael Bay pada umumnya, Flare Lens kerap ditemui di banyak adegan. Visualisasi lockdown dan jam malam di New York tampil meyakinkan dan bagus. Meskipun visual kepanikan warga akan CoVid yang bermutasi sama sekali tidak terlihat. Penggunaan teknologi dalam film ini juga dimanfaatkan dengan sangat baik. Aku cukup impressive saat melihat Smartphone LG Wing yang digunakan oleh KJ Apa. Hahaha
Overall, sebagai sebuah film yang mengisahkan Pandemi CoVid yang semakin memburuk ini film SONGBIRD (2020) menurutku belum bisa menandingi film tentang Pandemi yang berjudul CONTAGION (2011). Semoga apa yang terjadi dalam film ini tidak akan menjadi kenyataan dalam dua-tiga tahun kedepan. Aamiin!


[6/10Bintang]