Wednesday, 19 December 2018

[Review] Spider-Man Into The Spider-Verse: Ketika Tujuh Spider-Man Muncul Dalam Satu Film



#Description:
Title: Spider-Man Into The Spider-Verse
Casts: Shameik Moore, Jake Johnson, Hailee Steinfeld, Mahershala Ali, Brian Tyree Henry, Lily Tomlin, Zoe Kravitz, John Mulaney, Luna Lauren, Kimiko Glenn, Nicolas Cage, Liev Schreiber, Kathryn Hahn, Chris Pine, Natalie Morales, Jorma Taccone, Joaquin Casio, Lake Bell
Director: Bob Persichetti, Peter Ramsey, Rodney Rothman
Studio: Sony Pictures, Columbia Pictures, Marvel Entertainment, Sony Animation Pictures

#Synopsis:
Miles Morales (Shameik Moore), seorang remaja yang akan segera duduk di bangku kuliah sangat menyadari jika dirinya hanya orang biasa saja, hari-harinya mayoritas diisi dengan bermain game dan menjadi seniman vandal bersama dengan pamannya, Aaron (Mahershala Ali). Ayahnya Jefferson (Brian Tyree Henry) seorang polisi lebih memprioritaskan sang anak untuk fokus ke pendidikan daripada menjadi seorang seniman. Hampir setiap hari Miles selalu mencurahkan keluh kesahnya pada pamannya. Aaron lalu mengajak Miles untuk meluapkan emosinya dengan menggambar vandal di ruang basement stasiun subway. Disana Aaron memberi kebebasan pada Miles untuk menggambar apapun yang ia inginkan. 



Usai dari subway, Miles merasakan ada yang aneh pada dirinya. Ia seperti mendengar suara-suara yang berbicara didalam dirinya. Tak cuma itu saja, Miles bahkan bisa merayap di dinding, loncat sangat tinggi hingga benda-benda yang ia sentuh selalu menempel pada tangannya. Miles pun memutuskan untuk kembali ke subway untuk mencari tahu penyebabnya. Ternyata disana ia menemukan hewan laba-laba yang mati. Rupanya laba-laba tersebut sudah terkontaminasi zat yang berasal dari Alchemax Laboratorium. Miles kemudian panik, dan ia mencoba keluar dari subway tapi ia terjebak dalam pertarungan Spider-Man (Chris Pine) yang tengah melawan musuh bernama Wilson Fisk alias Kingpin (Liev Schreiber) beserta dengan anak buahnya, Green Goblin (Jorma Taccon) dibawah subway. Spider-Man mencoba menghentikan Kingpin yang berusaha membuka sebuah portal dengan bantuan berbagai macam sumber kekuatan untuk mengembalikan istri Vanessa (Lake Bell) dan anaknya yang tewas kecelakaan. Namun karena kekuatan Kingpin dengan Green Goblin yang terlalu kuat membuat Spider-Man kewalahan. Hingga akhirnya Spider-Man tewas ditangan Kingpin. Mesin pembuka portal pun berhasil dinyalakan oleh Kingpin. Namun kekuatannya masih kurang sempurna malah menimbulkan tabrakan alternatif semesta.



Dunia pun berduka. Salah satu superhero mereka yakni Spider-Man kini telah tiada. Miles yang menjadi saksi atas kematian Spider-Man merasa bersalah karena ia tidak membantu Spider-Man ketika melawan Kingpin dan Green Goblin. Spider-Man hanya menugaskan Miles untuk memasangkan sebuah chip pada mesin pembuka portal itu sebelum Kingpin dan anak buahnya menemukannya.
Miles kemudian mencari bantuan untuk mampu menguasai kekuatan Spider-Man dengan baik. Ia lalu bertemu dengan Spider-Man dewasa bernama Peter B. Parker (Jake Johnson) dari alternatif semesta lain. Spider-Man yang Miles temui kali ini cukup berbeda karena memiliki kehidupan yang sangat tragis. Peter B. Parker sudah berpisah dengan kekasihnya, Mary Jane (Joe Kravitz). Akibat perpisahan itu membuat Peter menjadi berantakan dan tak terurus. Postur tubuh Peter pun semakin jauh dari kata porposional. Peter yang kini satu semesta dengan Miles mau tak mau ia harus membantunya untuk menghentikan aksi Kingpin dan juga kembali ke semesta asalnya. Disaat yang bersamaan pula, Miles bertemu dengan Spider-Man Spider-Man lainnya yang muncul juga di semestanya akibat tabrakan mesin pembuka portal yang dibangun Kingpin. Mereka adalah Spider-Gwen (Hailee Steinfeld), Spider-Man Noir (Nicolas Cage), Spider-Ham (John Mulaney) dan Spider-Robotic milik Peni Parker (Kimiko Glenn).



Hadirnya enam Spider-Man sekaligus tak membuat Kingpin takut. Ia justru semakin bahagia dan bersiap menghabisi satu persatu Spider-Man yang kini dibantu oleh Prowler dan Doctor Ock (Kathryn Hahn). Akankah Miles Morales sang Spider-Man baru berhasil menyelesaikan tugas dari Spider-Man dan mengembalikan teman-teman Spider-Man lainnya ke semestanya masing-masing?


#Review:
Salah satu film superhero yang sering dibuatkan film hingga mengalami bongkar pasang pemeran sampai tiga kali dan dibuatkan film animasinya sejauh ini yang aku tahu mungkin cuma Spider-Man saja. Peter Parker versi Live Action yang dulu masih dipegang oleh Sony berhasil ditampilkan oleh aktor Tobey Maguire lewat tiga judul pada tahun 2002, 2004 dan 2007. Entah mengapa pada tahun 2012 dan 2014 film Spider-Man versi terbaru dirilis oleh Sony dengan Andrew Garfield sebagai pengganti Tobey Maguire. Namun sayang, untuk film THE AMAZING SPIDER-MAN ini kurang mendapat respon yang positif dari para kritikus film. Hingga tiga tahun kemudian, pada tahun 2017 harapan para penggemar Marvel yang ingin melihat Spider-Man masuk ke timeline Marvel Cinematic Universe akhirnya terwujud. Marvel Studios "mengembalikan habitat" Spider-Man ke sarangnya dan bergabung dengan team Avengers setelah lama berada di tangan Sony. Film Spider-Man Homecoming yang dibintangi Tom Holland ini lantas langsung menjadi highlight dan mendapat respon positif dari para kritikus dan penggemar film.
Spider-Man versi live action yang kini sudah berada di habitatnya tak membuat Sony bersedih. Mereka ternyata masih memiliki semacam lisensi nama besar Spider-Man. Sony Pictures kemudian memutuskan untuk (kembali) membuat film Spider-Man, namun kali ini mereka memilih jalur animasi. Dengan menggandeng penulis dibalik suksesnya film animasi THE LEGO MOVIE (2014), film SPIDER-MAN INTO THE SPIDER-VERSE (2018) ini menceritakan cerita Spider-Man dengan menggabungkan cerita Spider-Man dari berbagai universe (komik) dalam satu judul film. Ya! Berkat film ini pengetahuanku tentang sosok Spider-Man ternyata banyak juga ya. Hahaha. Sang sutradara dan penulis skenario menghadirkan tujuh Spider-Man sekaligus dalam film ini. Ide cerita film ini sekilas mengingatkanku pada film THE LEGO MOVIE, Franchise WRECK-IT RALPH (2013) dan TEEN TITANS GO THE MOVIE (2018). Serupa namun tak sama. Tapi plot serta ide cerita film Spider-Man versi animasi ini jauh lebih keren dan fresh dibandingkan dengan cerita Spider-Man versi live action manapun. Aku juga suka film animasi ini karena mengambil fokus utama pada sosok Spider-Man versi Miles Morales yang berkulit hitam dan tidak melulu orang berkulit putih yang selalu menjadi bintang utama. Visual animasi pun menurutku tergolong baru banget nih dengan film animasi kebanyakan. Sekilas mirip Stop Motion tapi bukan, Kartun 2D juga bukan, pokoknya gitu deh :)) penambahan pop-up dialog mirip komik disepanjang film ini juga menambah keseruan film ini.


Tujuh Spider-Man muncul sekaligus dalam film ini cukup membuatku terkejut. Ternyata alternatif universe Spider-Man ini banyak ya. Bahkan versi Noir, Anime hingga Binatang pun ada! Haha. Sosok villain pun dibuat sangat susah untuk dikalahkan. Aku paling kesel dengan Doctor Ock sih. Definisi die hard banget dia. Oia sosok Kingpin yang bertubuh sangat raksasa pun menurutku terlalu dibuat die hard juga, padahal sepengelihatanku disepanjang film, karakter Kingpin ini hanya manusia biasa. Ditambah lagi, si Kingpin ini ribet banget ingin menghidupkan almarhum istri dan anaknya pake mesin pembuka portal, padahal cukup datang ke Indonesia saja, ketemu dukun dan bersekutu dengan Iblis, pasti keinginan Kingpin terwujud tanpa harus menghancurkan dunia. Hahahaha. Tapi berkat dia dan alatnya juga sih kita bisa melihat tujuh Spider-Man sekaligus dalam film ini. Gimana dong :))
Overall, SPIDER-MAN: INTO THE SPIDER-VERSE (2018) ini salah satu film Animasi terbaik tahun ini setelah film RALPH BREAKS THE INTERNET (2018)!


[9.5/10Bintang]

Monday, 17 December 2018

[Review] Keluarga Cemara: Menemukan Kembali Makna Sebuah Keluarga


#Description:
Title: Keluarga Cemara (2018)
Casts: Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Zara JKT48, Widuri Puteri Sasono, Abdurrahman Arif, Asri Welas, Gading Marten, Aryo Wahab, Yasamin Jasem, Kafin Sulthan, Aci Resti, Arief Didu
Director: Yandy Laurens
Studio: Visinema Pictures

#Synopsis:
Euis (Zara JKT48) merasa sedih lantaran Abah (Ringgo Agus Rahman) tidak bisa menghadiri kompetisi dance yang ia bersama dengan grupnya berhasil menjadi juara pertama, meskipun sudah terwakili oleh Emak (Nirina Zubir) dan adiknya Ara (Widuri Sasono), namun Euis tetap saja sedih dan kecewa pada Abahnya yang lebih mementingkan urusan pekerjaan ketimbang dirinya.
Keesokan harinya, Euis masih bersikap dingin pada ayahnya itu. Emak kemudian menyuruh Abah untuk meminta maaf dan membujuk Euis agar hubungan mereka berdua kembali mencair. Usai Abah meminta maaf dan berjanji tidak akan membuat Euis kecewa, sikap Euis mulai mencair dan memaafkan sang ayah. Emak berharap pada Abah tidak melakukan kesalahan itu lagi. Selain itu, Emak juga selalu mengingatkan bahwa sebentar lagi Euis akan ulang tahun dan Abah harus ikut merayakan pesta kecil ulang tahun Euis dan datang maksimal satu jam sebelum pesta digelar. Abah berjanji kali ini akan datang tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan.
Ketika Abah sedang di kantor kontraktornya, para pekerja bangunan mengadakan demonstrasi karena sudah dua bulan lamanya mereka tidak dibayar. Ternyata modal pembangunan serta dana tambahan untuk membayar pekerja kontraktor yang dikelola Fajar (Aryo Wahab) keponakannya itu malah dialihkan untuk investasi lahan baru lain. Alhasil, perusahaan kini mengalami kerugian besar gara-gara lahan baru yang bernama Orange City itu terancam gagal. Alhasil, semua aktivitas konsturksi yang tengah dibangun terpaksa dihentikan. Kendaraan milik Abah juga terpaksa ia serahkan pada para pekerja kontraktor sebagai jaminan dan bentuk tanggung jawab Abah sebagai atasan.
Gara-gara kejadian itu, Abah menjadi datang terlambat pulang kerumah. Pesta ulang tahun Euis sudah dimulai. Emak dan Euis lagi-lagi kecewa dengan sikap Abah yang tak menepati janjinya. Setibanya dirumah, keluarga Abah terpaksa menerima kenyataan rumah mereka harus disita lantaran Fajar mendaftarkan rumah Abah sebagai salah satu aset jaminan untuk proyek Orange City itu. Abah sangat kecewa dengan Fajar karena keputusan itu tanpa sepengetahuan dirinya. Pada hari itu juga, Abah, Emak, Euis dan Ara langsung bergegas keluar dari rumah mereka. Emak hanya bisa sabar dan menenangkan kedua buah hatinya, Euis dan Ara yang terlihat sangat sedih, terguncang dan dengan apa yang mereka alami saat ini. 


Untuk sementara waktu, Abah dan keluarganya tinggal di kantor kontraktor sambil mencari tempat tinggal lain. Di hari terakhir ditempat kerja, Abah memberikan pesangon pada seluruh staff dan pekerja kontraktor lantaran mereka mendapat Pemutusan Hubungan Kerja karena proyek ditutup. Setelah itu, Abah kemudian memutuskan untuk pergi ke rumah warisan almarhum sang ayah disebuah bukit terpencil jauh dari keramaian kota. Rumah yang terletak diatas perbukitan itu sudah lama tak terawat. Jarak yang jauh dari kota, signal ponsel pun sulit didapat. Agar mendapat signal yang lebih kuat, Abah dan Euis harus memanjat pohon cemara segala.
Perubahan drastis kehidupan yang dialami keluarga Abah membuat mereka terpaksa harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang jauh lebih sederhana. Kondisi keuangan Abah dan Emak pun semakin menipis. Abah memutar otak mencari cara agar bisa mendapatkan uang meskipun harus bekerja sebagai tukang bangunan bareng dengan Romli (Abdurrahman Arif) teman semasa kecilnya. Emak pun demikian. Emak membuat kerupuk opak dan dibantu dijual oleh Euis disekolahnya. Awalnya Euis keberatan harus berjualan disekolah, namun demi membantu ekonomi keluarga, Euis akhirnya mau berjualan. Cobaan tak henti-hentinya menimpa keluarga Abah. Ditengah kerja, Abah mengalami kecelekaan dan kakinya patah. Alhasil, Abah kini tak bisa lagi bekerja sebagai tukang bangunan dan harus istirahat total selama kakinya belum sembuh.


Melihat Emak, Abah dan kakaknya Euis hidup dalam serba keterbatasan, tidak membuat Ara bersedih. Ia malah bersyukur dengan segala yang ia rasakan saat ini. Ara bahkan merasa berterima kasih karena pindah ke rumah warisan sang kakek, membuat Abah jadi bisa tinggal bersama lebih lama dengan keluarga dan Emak jadi sering memasak opak, karena selama tinggal di kota, Ara dan Euis tak pernah merasakan sedekat ini dengan Abah dan Emak. Sementara itu disaat keadaan ekonomi yang semakin terbatas ini, kabar mengejutkan datang dari Emak yang kini tengah mengandung anak ketiga. Entah harus sedih atau senang, Abah mencoba menenangkan dirinya dengan Emak agar tidak terlihat didepan Euis dan Ara. 


Waktu terus berlalu, kondisi kehamilan Emak perlahan semakin membesar. Abah pun kini sudah bisa kembali beraktifitas. Dibantu oleh Ceu Salma (Asri Welas) tukang kredit dikampung, Abah akhirnya bisa mendapatkan cicilan motor dan mencoba menjadi driver Gojek agar bisa menghidupi Emak, Euis, Ara dan calon anak keempatnya. Melihat lingkungan yang serba terbatas dan kurang menunjang segala aktifitas untuk anak-anaknya, membuat Abah memutuskan untuk menjual rumah mereka dan hasilnya nanti akan dibelikan rumah sederhana di kota. Dengan bantuan Ceu Salma lagi, rumah Abah akhirnya ada peminat yang ingin membeli. Mereka adalah pasangan suami istri Mrs. Presier (Maudy Koesnaedi). Keluarga Presier ini berencana akan membangun halaman belakang untuk villa mereka tepat diatas rumah tempat tinggal Abah.


Tanpa pikir panjang dan berdiskusi dengan Emak, Euis dan Ara. Abah langsung menjual rumah mereka. Perdebatan pun terjadi diantara keluarga Abah. Abah yang tak ingin keluarganya hidup dalam segala keterbatasan usai tinggal dirumah warisan sang ayah dibantah oleh Emak, Euis dan Ara. Mereka bertiga justru lebih bahagia tinggal di desa meskipun dengan harus hidup sederhana. Apakah Abah tetap akan menjual dan memutuskan kembali ke kota?


#Review:
Siapa yang tak tahu dengan sinetron Keluarga Cemara yang populer di tahun 90an? Sinetron yang menceritakan kehidupan sederhana keluarga Emak dan Abah yang dibintangi Adi Kurdi dan Novia Kolopaking ini mencuri perhatian penonton televisi kala itu. Tak cuma itu saja, soundtrack sinetron ini yang berjudul Harta Berharga juga menjadi populer dan abadi hingga sampai saat ini.
Di awal tahun 2019 ini, setelah mendapat restu dari penulis Arswendo Atmowiloto, rumah produksi Visinema Pictures kembali menghadirkan cerita Keluarga Cemara tapi tidak dalam bentuk sinetron, melainkan dalam bentuk film. Sutradara muda Yandy Laurens ditunjuk oleh Visinema Pictures untuk menggarap film ini. Gina S. Noer juga diberi tugas menjadi penulis skenario untuk film ini. Melihat Keluarga Cemara digarap oleh Visinema Pictures serta ditulis oleh Gina S. Noer rasanya project ini tak boleh banget untuk dilewatkan.


Pada tanggal 20 Desember 2018 lalu, aku berkesempatan hadir ke acara Media Screening dan Gala Premiere film KELUARGA CEMARA yang diselenggarakan di Cinema XXI Epicentrum Jakarta. Pada kesempatan itu, seluruh casts, sutradara, produser hingga para supporting film ini hadir memberikan informasi seputar film ini. Pada sesi Press Conference, Anggia Kharisma dan Gina S. Noer selaku produser menceritakan tentang proses pembuatan film ini. Mereka juga mengucapkan terima kasih banyak atas antusias para penonton film KELUARGA CEMARA pada saat film ini melangsungkan screening perdana di ajang JOGJA-NETPAC 2018. Sederet pemain juga mengungkapkan rasa bangga bisa menjadi bagian dari film KELUARGA CEMARA ini. Bahkan isak tangis mewarnai Press Conference ketika Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, Asri Welas dan Dayu Wijanto menceritakan proses perjalanan pembuatan film ini.
Untuk segi cerita, KELUARGA CEMARA versi film kali ini masih sama seperti versi sinetronnya, penuh dengan kesederhanaan tanpa perlu adanya hal yang berlebihan. Film ini juga ceritanya mengikuti perkembangan zaman, tidak menceritakan keluarga Abah dan Emak ini pada era 90an sama dengan versi sinetronnya. Sutradara dan penulis skenario sangat apik dalam menghadirkan konflik dalam film ini, karena hampir seluruh konflik yang ada itu sangatlah relate dengan kehidupan sehari-hari. Masalah yang dihadapi Abah, Emak, Euis dan Ara terasa begitu dekat dan siapapun pasti pernah mengalaminya. Rupanya Gina S. Noer serta Yandy Laurens melakukan riset terhadap 100an keluarga untuk membangun cerita serta konflik di film ini. Sungguh luar biasa. Yang aku suka berikutnya dari film KELUARGA CEMARA ini hingga akhir film setia tetap berfokus pada keluarga Abah saja. Subplot-subplot mini seperti kisah cinta monyet Euis dengan Denni teman sekolahnya hanya dibuat sekilas semata dan tidak terlalu berlebihan. Hadirnya Ceu Salma menjadi penampilan yang efektif memancing tawa sekaligus haru-biru. Gokil gak tuh. Bisa membuat tertawa sambil nangis. Huhuhu.


Untuk jajaran pemain aku harus memberikan angkat topi untuk mereka. Chemistry sebagai sebuah keluarga sungguh terasa ke hati penonton. Ringgo Agus Rahman dan Nirina Zubir yang selama ini sudah melekat image presenter sekaligus jago berkomedi, dalam film ini image tersebut benar-benar hilang. Kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sosok Abah dan Emak lewat permainan emosi yang luar biasa. Tak sedikit orang yang awalnya menganggap sinis keputusan peran Abah, Emak, Euis dan Ara jatuh ke Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, Widuri Puteri Sasono dan Zara JKT48 namun aku yakin semua keraguan itu terpatahkan usai menonton filmnya. Debut perdana Widuri Puteri Sasono bermain film layar lebar ini tampil begitu mencuri perhatian dan sangat memikat disepanjang film. Kepolosan serta tingkah lakunya begitu natural tidak dibuat-buat. Zara JKT48 juga memerankan Euis begitu pas sebagai gadis SMP yang tengah dalam masa-masa pubertas dan labil. 
Untuk segi sinematografi dan musik film ini begitu pas dan indah, tidak berlebihan. Suara-suara alami dari alam seperti hembusan angin begitu kuat terasa disepanjang film. Hal ini dimaklum lantaran ketika proses shootinh film, cuaca di lokasi menurut para pemain, sutradara dan penulis skenario begitu dingin dan selalu ditemani angin kencang. Soundtrack "Harta Berharga" yang dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari begitu mengalun indah dan menjadi salah satu GONG moment dalam film KELUARGA CEMARA ini. ((Tambahan setelah tiga kali nonton film ini di bioskop. Alunan musik serta scoring film ini semakin terasa indah dan begitu menyatu dengan semua adegan film).
Overall, sebagai salah satu film pembuka di tahun 2019 ini film KELUARGA CEMARA sangat layak ditonton di bioskop bersama dengan keluarga, sahabat, teman, pacar dan lainnya untuk merasakan kembali hangatnya sebuah keluarga. Siapkan tissue sebelum nonton yaa! Hehehe.


[8.5/10Bintang]

Saturday, 15 December 2018

[Review] Silam: Kisah Seorang Anak Yang Merindukan Sang Ayah


#Description:
Title: Silam (2018)
Casts: Zidane Khalid, Nova Eliza, Wulan Guritno, Surya Saputra, Richelle Snornicki, Dania Michelle, Anna Tarias
Director: Jose Poernomo
Studio: MD Pictures, PicHouse Films


#Synopsis:
Baskara (Zidane Khalid) merasa sangat sedih dengan sikap ibunya (Nova Eliza) yang selalu memarahinya. Rasa kesedihan itu kemudian ia curahkan didepan batu nisan ayahnya, Alex (Surya Saputra). Setiap hari Baskara selalu menyempatkan diri untuk ziarah ke makam ayahnya.
Disekolah, Baskara juga tak disukai oleh teman-temannya. Mereka kesal lantaran Baskara begitu berani dan tidak mempercayai adanya mahluk halus yang ada disekitar mereka. 
Suatu hari, kelas Baskara mengadakan study tour ke Museum Maritim. Teman-teman yang tak suka dengannya menantang Baskara untuk masuk ke sebuah ruangan di museum yang konon tempat ditemukannya seorang wanita yang tewas gantung diri. Aksi perlawanan yang dilakukan Baskara ternyata tak berhasil dan mengakibatkan ia jatuh pingsan usai kepalanya terbentur ke lantai kayu di ruangan tersebut.


Ketika Baskara tersadar, ia mulai merasakan ada yang tak beres dengan pengelihatannya. Baskara bisa melihat hantu. Karena kaget dan ketakutan, ia lalu pergi dari museum. Ditengah malam itu, Baskara kebingungan. Ia lalu memutuskan untuk kabur dari rumahnya untuk mencari keluarga dari ayahnya yaitu Anton (Surya Saputra). Anton sendiri adalah adik kembar identik dari Alex yang menikah dengan Ami (Wulan Guritno) dan dikaruniai dua anak kembar perempuan bernama Amel dan Lia (Richelle Snornicki). 
Dengan mengendarai bus, Baskara akhirnya tiba di rumah Om Anton. Kedatangan Baskara disambut dengan hangat oleh keluarga Om Anton. Melihat keluarga pamannya itu yang harmonis dan bahagia membuat Baskara iri. Baskara rindu mendapat kasih sayang dari kedua orangtuanya yang sudah lama ia tak rasakan semenjak kepergian sang ayah. Kerinduan itu terobati dengan sikap Tante Ami dan Om Anton yang sangat baik pada Baskara. Mereka bahkan mempersilahkan Baskara untuk tinggal disana sesuka hati.


Kebahagiaan Baskara ternyata harus sedikit terganggu karena ia sekarang memiliki kemampuan melihat mahluk halus. Disetiap malam, Baskara merasakan ada kejadian-kejadian ganjil yang terjadi dirumah Om Anton. Tak cuma itu saja, setiap malam ia selalu melihat seorang nenek tua (Anna Tarias) yang selalu lewat didepan rumahnya. Hal yang semakin aneh terus dirasakan oleh Baskara. Sikap Om Anton, Tante Ami, Amel dan Lia juga mengundang rasa curiga Baskara. Setiap hari, aktivitas yang mereka lakukan sama persis dengan hari sebelumnya. Hal-hal misterius lainnya pun semakin menghantui Baskara.


Mendapat gangguan itu, Baskara lalu menceritakan kejadian yang ia alami pada Irina (Dania Michelle), gadis bersepeda yang tinggal tak jauh dari rumah Om Anton. Irina mencoba untuk menenangkan Baskara dan menyuruhnya untuk beradaptasi dengan kemampuannya, karena tak semua mahluk halus yang mereka lihat mengganggu. Tapi apa yang dialami Baskara ini berbeda. Mahluk misterius itu tak cuma mengganggu namun berusaha untuk menyerang Baskara. Irina pun meminta bantuan pada sang nenek untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Fakta-fakta mengejutkan perlahan mulai terkuak. Mengapa sosok mahluk misterius itu selalu menghantui Baskara?


#Review:
MD Pictures yang tahun ini terlihat stripping memproduksi film bergenre horror tampaknya tak berhenti hingga menuju tahun depan. Tak tanggung-tanggung, tahun 2018 ini saja hampir setiap bulan selalu merilis satu hingga tiga film horror dalam jangka waktu satu bulan saja. Mayoritas film horrornya masih dari adaptasi novel baik itu karya Risa Sarasvati atau penulis novel horror lainnya. Stripping membuat film horror rupanya tak semua film horror milik MD Pictures dengan PicHouse Films atau Dee Company tampil memuaskan dalam segi kualitas. Bisa dihitung dengan jari film horror buatan MD Pictures tahun ini yang bisa dikatakan sedikit lebih baik.
Tak mau ketinggalan untuk memeriahkan penghujung akhir tahun, MD Pictures memasang slot film horror (lagi) adaptasi novel Risa Sarasvati (lagi) berjudul SILAM dengan menggandeng sutradara spesialis horror yakni Jose Poernomo. Langkah MD Pictures kali ini merilis film horror menurutku sangat berani. Yang dimana disaat banyak film Indonesia lainnya yang direncakan rilis pada Desember ini pada mundur ke tahun depan lantaran harus berhadapan dengan tiga film blockbuster Hollywood yaitu AQUAMAN (2018), SPIDER-MAN: INTO THE SPIDERVERSE (2018) dan BUMBLEBEE (2018). Hal yang patut diapresiasi lantaran film SILAM (2018) dan minggu depannya yaitu film MILLY & MAMET (2018) tak takut menghadapi tiga blockbuster itu.
Melihat siapa yang duduk di bangku sutradara sudah membuatku menurunkan ekspektasi serendah mungkin. Kenapa? Karena akhir-akhir ini menurutku Jose Poernomo terasa seperti kurang konsisten dalam menghadirkan sebuah film, kadang bagus kadang jelek. Meskipun film ini adaptasi dari penulis novel Danur.
Untungnya, usai menonton film ini, ternyata film SILAM (2018) tak sejelek yang dibayangkan. Menurutku film ini lumayan menarik dan mencuri rasa simpati penonton pada bagian dramanya. Kita diajak untuk berkenalan dengan keluarga Baskara. Drama keluarga yang dibangun diparuh awal film dieksekusi dengan baik. Bahkan ada satu adegan yang menurutku menjadi moment terbaik film ini saat Baskara berdialog dengan Tante Ami yang sedang membaca novel.


Menuju paruh pertengahan, perlahan tapi pasti sisi horror mulai diselipkan diantara cerita drama keluarga Baskara. Awalnya sih tidak terlalu mempermasalahkan, justru horrornya semakin asyik pada saat satu persatu twist ditebar oleh sang sutradara dan penulis skenario. Ide cerita serta atmosfer horrornya sih aku yakin film ini sangat terinspirasi dari film-film Hollywood yakni THE SHINING, THE SIXTH SENSE, THE OTHERS, HAPPY DEATH DAY dan ANNABELLE. Ide tepuk tangan dalam film ini juga menjadi something new dalam membangun jumpscared. Padahal itu mengingatkanku pada salah satu short movie TEPUK TANGAN milik sutradara muda Alif Abimanyu yang ada di YouTube. Yang aku kurang suka mungkin ending film ini yang terlalu dibuat twist lagi dan membuat pondasi drama keluarga yang sudah dibangun di paruh awal film menjadi terabaikan. Jumpscaed juga terasa standar seperti film-film Jose Poernomo pada umumnya.
Jajaran pemain surprisingly tampil lumayan bagus. Baru pertama kali melihat Zidane Khalid bermain film Indonesia dan dalam film ini sukses banget mencuri simpati penonton. Memerankan sosok Baskara yang dirundung banyak duka sukses dibawakannya dengan baik. Range emosi Baskara berhasil dibawakan dengan oke oleh Zidane. Surya Saputra dan Wulan Guritno juga berhasil menghadirkan sosok Anton dan Ami yang "aneh". Si kembar yang diperankan Richelle Snornicki yang sangat THE SHINING banget ini lumayan creepy sih.
Overall, meskipun terlihat banyak terinspirasi dari banyak film horror luar, untungnya film SILAM (2018) tidak terjebak pada horror dengan jumpscared standar semata. Masih ada bagian dalam film ini yang tampil tidak buruk. Film horror MD Pictures terbaik tahun ini usai film DANUR 2 MADDAH (2018).


[6.5/10Bintang]

Thursday, 13 December 2018

[Review] Aquaman: Saatnya Berkenalan Dengan Penguasa Samudera



#Description:
Title: Aquaman (2018)
Casts: Jason Momoa, Amber Heard, Willem Dafoe, Patrick Wilson, Nicole Kidman, Dolph Lundgren, Yahya Abdul Mateen, Temuera Morrison, Ludi Lin, Randall Park, Graham McTavis
Director: James Wan
Studio: Warner Bros Pictures, DC Films


#Synopsis:
Seorang petugas penjaga mercusuar bernama Tom Curry (Temuera Morrison) tak sengaja menemukan seorang wanita tak sadarkan diri dipinggiran karang ketika badai sedang terjadi. Tom kemudian membawanya ke rumah untuk mengobati luka yang ada diperut wanita itu. Ketika sadar, wanita tersebut adalah seorang Ratu Atlantis bernama Queen Atlanna (Nicole Kidman). Pertemuan itu membuat asmara diantara Tom dan Atlanna mulai tumbuh. Sang ratu merasakan nyaman dan bahagia ketika tinggal di daratan dan hidup bersama Tom. Kebersamaan mereka membuahkan hasil seorang anak yang diberi nama Arthur Curry (Jason Momoa). Mendengar kabar istrinya ternyata masih hidup membuat King Atlan (Graham McTravis) menyuruh anak buahnya untuk membawa Atlanna kembali ke Atlantis dan menyelapkan apapun yang mencoba menghalanginya. Atlanna pun memutuskan untuk kembali ke Atlantis demi keselamatan dan keamanan Tom dan Arthur. Ia berjanji suatu saat Atlanna akan kembali menemui mereka berdua.


Tahun demi tahun berlalu. Arthur tumbuh menjadi seorang manusia keturunan Atlantis yang diberi kelebihan kekuatan bisa menyelam di dasar lautan tanpa perlu bantuan alat pernafasan. Tak cuma itu saja, Arthur juga mampu berkomunikasi dan menjinakkan hewan-hewan laut. Ia juga di daratan terkenal selalu memberantas kejahatan dan diberi julukan Aquaman oleh masyarakat. Salah satunya adalah kejahatan yang dilakukan oleh ayah-anak bernama Jesse (Michael Beach) dan Manta (Yahya Abdul Mateen). Mereka berdua nyaris berhasil membajak sebuah kapal selam yang sedang bertugas didasar lautan samudera. Berkat Arthur rencana mereka gagal dan menewaskan Jesse. Melihat ayahnya tewas, membuat Manta sakit hati dan ingin balas dendam membunuh Arthur secepatnya.


Sementara itu di kerajaan Atlantis, takhta raja Atlantis akan diberikan pada Orm (Patrick Wilson), anak semata wayang dari King Atlan dan Queen Atlanna. Orm berencana untuk menyerang daratan dengan dibantu prajurit-prajurit dari kerajaan samudera lainnya untuk balas dendam lantaran istana mereka telah dihancurkan dan lautan yang mereka tinggali dicemari oleh ulah manusia.
Mendengar rencana itu, secara diam-diam tunangan dari Orm yakni Mera (Amber Heard) mencari keberadaan Arthur. Ia meminta bantuan pada Arthur untuk bertanding merebut kekuasaan dari Orm untuk menghentikan rencana Orm menyerang daratan. Karena jika itu terjadi, jutaan penduduk di daratan dan lautan akan terancam punah. Mera meminta bantuan pada Arthur lantaran Arthur merupakan kakak tiri dari Orm.



Berkat ajaran ilmu bela diri sejak kecil dari Valko (Willem Dafoe) yang merupakan asisten pribadi dari kerajaan Atlantis, Arthur kini mampu mengendalikan kekuatannya dengan baik. Arthur pun memutuskan untuk mencoba beradu dengan Orm untuk merebut takhta kerajaan Atlantis. Valko sedikit khawatir pada Arthur lantaran kemampuan Orm sekarang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Arthur. Dan kekhawatiran Valko benar. Arthur dinyatakan kalah usai bertarung melawan Orm di arena Cincin Api. Takhta kerajaan Atlantis pun jatuh ke tangan Orm. Melihat Orm memenangkan pertandingan itu, membuat Mera memutuskan untuk menyelamatkan Arthur dan membawanya untuk mencari Trisula milik ayahnya yang tersembunyi disuatu tempat. Karena dengan Trisula itu, Mera yakin Arthur bisa mengalahkan Orm.


Valko kemudian memberikan sebuah benda yang berisikan pesan terakhir dari King Atlan sebelum ia hilang pada Arthur dan Mera. Benda tersebut membawa Arthur dan Mera berpetualang menjelajahi kerajaan laut lain. Tiba di kerajaan Sahara yang telah lama lenyap, mereka berdua berhasil membuka benda tersebut. Arthur dan Mera kemudian dituntun ke wilayah Italia untuk mencari petunjuk berikutnya.
Melihat tunangannya mengkhianati dirinya, membuat Orm kecewa dan marah besar. Ia kemudian mencari cara untuk menangkap Arthur dan Mera di daratan. Orm dan pasukannya meminta bantuan pada Manta untuk mencari mereka. Dengan diimingi perlengkapan senjata mutakhir yang diberikan Orm, Manta yang terobsesi untuk membunuh Arthur semakin semangat untuk mencari Arthur. Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan. Namun untungnya Arthur dan Mera berhasil lolos dari kejaran Manta. Mereka berdua kemudian melanjutkan pergi menuju ke Lautan Tersembunyi yang menjadi tempat keberadaan Trisula milik King Atlan. 



Dalam perjalanan itu Arthur dan Mera harus melewati sarang Trench, tempat dimana yang konon King Atlan menyerahkan Queen Atlanna usai ketahuan memiliki hubungan dengan Tom yang merupakan penduduk daratan. Jumlah mahkluk Trench yang sangat banyak membuat Arthur dan Mera kewalahan. Akankah Arthur dan Mera berhasil menemukan Trisula milik King Atlan dan menghentikan rencana Orm?


#Review:
Usai merilis film bersatunya superhero DC Extended Universe lewat JUSTICE LEAGUE (2017), Warner Bros Pictures dan DC Films nampaknya ingin terus memperbaiki semestanya setelah beberapa kali menurutku tampil mengecewakan. Film solo WONDER WOMAN (2017) yang dibintangi Gal Gadot sukses sebagai awal dari DCEU memperbaiki diri. Harapan cerah pun semakin terang ketika beberapa superhero DC lainnya akan dibuatkan film solonya. Dengan menggandeng sutradara yang terkenal lewat film-film horrornya yakni James Wan, Warner Bros Pictures meminta James Wan untuk menggarap film solo superhero penguasa lautan yakni Aquaman.
Tak sedikit orang yang khawatir akan dibawa kemana cerita serta visual untuk film Aquaman ini lantaran mengambil set cerita mayoritas di dasar lautan. Karena sepanjang aku hidup dan menonton film Hollywood non-animasi, belum pernah menemukan judul film yang benar-benar mengeksplor cerita di dasar laut baik itu fiksi maupun non fiksi.


Tapi semua kekhawatiran itu harus dibuang jauh-jauh ketika selesai menonton filmnya. Film AQUAMAN (2018) yang dirilis di Indonesia seminggu lebih cepat dibandingkan di Hollywood ini tampil sangat spektakuler. James Wan mengajak kita berkenalan dengan sosok Arthur Curry dari semasa ia belum lahir hingga dewasa dengan baik. Konflik yang diangkat seputar perebutan takhta kerajaan ini sebenarnya sudah basi. Terakhir kita bisa rasakan dalam film BLACK PANTHER (2018) nya Marvel Studios. Namun untungnya ditangan penulis skenario dan sutradara andal, film AQUAMAN (2018) ini tampil tak kalah memuaskannya dengan film King T'Challa itu. Masing-masing karakter dalam film ini memiliki motif serta tujuan yang jelas dan kuat. Tak lupa juga dengan pintarnya James Wan menyindir perilaku ulah manusia yang merusak habitat lautan dengan cara yang bagus. Alur film ini juga menurutku sangat mengalir dan rapi tidak dipaksakan untuk dibuat. Koneksi antar ceritanya juga bagus tidak membuat bosan, padahal film ini mempunyai durasi yang amat melar.


Yang paling membuatku semakin takjub dengan film AQUAMAN (2018) ini adalah visualnya yang sangat spektakuler. Visual kerajaan atlantis dan kehidupan dasar lautan dikemas dengan epik oleh James Wan. Hal yang selama ini kebanyakan orang di khawatirkan dijawab oleh sang sutradara dengan sempurna. Setiap detail gerakan, benda hingga gerakan rambut begitu smooth. Aku disepanjang film mengira jangan-jangan semua film ini shooting betulan didasar laut. Hahahaha. Underwater cinematic experience yang ditawarkan film ini tastenya sedikit mengingatkanku pada Star Wars dan Startrek pada saat adegan kejar-kejarannya, Avatar pada visual kerajaan dan kehidupan dasar lautnya, Lord of The Rings / The Hunger Games pada saat di arena pertarungan, Film-film bencana pada saat badai dan gulungan ombak raksasa, hingga film-film yang memiliki monster raksasa pada saat paruh akhir film terasa sekali James Wan mempunyai referensi film-film yang sangat luas. Oia, yang tak boleh dilupakan yakni signature khas James Wan pada horrornya surprisingly diselipkan juga dalam film ini. Adegan Arthur dan Mera melawan ribuan Trench benar-benar terrifying, mencekam dan tegang banget. Angle kamera khas James Wan juga terasa banget dibeberapa adegan. Gila sih sutradara yang satu ini. Yang paling kusuka berikutnya adalah film ini tidak terlalu mabok slow-motion. Penggunaan slow-motion film AQUAMAN (2018) ini pas dan tepat pada waktunya.
Untuk jajaran pemain, Jason Momoa dan Amber Heard tampil begitu memukau sebagai Aquaman dan Mera. Chemistry keduanya cukup asik. Beberapa komedi yang mereka tampilkan terasa seakan film ini bukan dari DCEU haha. Aquaman sedikit mengingatkanku pada Thor dan Mera seperti Black Widow. Sosok villain dalam film ini yakni King Orm surprisingly diperankan dengan amat memukau oleh Ed Lorraine alias Patrick Wilson. Ekspresi serta motif yang Orm lakukan terasa masuk akal dan bagus. Yang aku kurang suka dalam film ini adalah karakter Black Manta. Terasa dibuat over antagonis dan seakan dipaksakan banget untuk ada. Adegan fight seluruh pemain (kecuali Black Manta) aku suka banget. Aktris Nicole Kidman juga ternyata mampu memberikan performance yang bagus. Aku melihat beliau kok sekilas mirip Angel Lelga ya? Hahahahah.
Overall, film AQUAMAN (2018) berhasil melanjutkan estafet dari WONDER WOMAN (2017) dalam misi menjadikan DC Extended Universe ke arah yang lebih "light". Gak ada salahnya kan jika film superhero tampil ceria, ketimbang gelap dan kelam terus.


[9/10Bintang]

Wednesday, 12 December 2018

[Review] Milly & Mamet: Kisah Keluarga Lucu Dari Dunia AADC



#Description:
Title: Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga (2018)
Casts: Sissy Prescillia, Dennis Adishwara, Julie Estelle, Yoshi Sudarso, Surya Saputra, Isyana Sarasvati, Ernest Prakasa, Dian Sastrowardoyo, Adinia Wirasti, Titi Kamal, Roy Marten, Eva Celia, Arafah Rianti, Aci Resti, Dinda Kanyadewi, Ardit Erwandha, Bintang Emon, Melly Goeslaw, Tike Priatnakusumah
Director: Ernest Prakasa
Studio: Starvision Plus, Miles Films

#Synopsis:
Setelah lama tak berjumpa, akhirnya Genk Cinta bisa kembali berkumpul pada saat reuni sekolah disebuah tempat hiburan. Cinta (Dian Sastrowardoyo) bersama dengan teman-temannya, Maura (Titi Kamal), Karmen (Adinia Wirasti) dan Milly (Sissy Prescillia) berkumpul dan bercanda satu sama lain. Tak lama kemudian Mamet (Dennis Adishwara) datang menghampiri mereka berempat. Canda tawa masih menghiasi persahabatan lima orang ini.


Namun tiba-tiba Milly terlihat murung usai kekasihnya, Rama (Surya Saputra) tidak bisa datang untuk menjemput lantaran ada urusan pekerjaan yang lebih penting. Melihat Milly yang murung, Mamet tidak tinggal diam. Ia kemudian mencoba menghiburnya dan ternyata berhasil. Milly pulang diantarkan oleh Mamet dengan mobil Gatot kesayangannya. Berkat kejadian itulah, akhirnya Milly dan Mamet kemudian menjadi semakin dekat. Milly memutuskan hubungannya dengan Rama dan menjalin hubungan dengan Mamet. Mereka kemudian berpacaran, menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki lucu bernama Sakti.


Hidup Milly dan Mamet sudah sempurna. Mamet bekerja di pabrik milik ayah Milly, Pak Sony (Gading Marten), sedangkan Milly lebih fokus menjadi seorang ibu rumah tangga ketimbang harus bekerja kantoran. Ia bahkan rela untuk resign demi membesarkan Sakti. Di pabrik Mamet memiliki beberapa staff, diantaranya Lela (Dinda Kanyadewi), Iin (Aci Resti), Somat (Bintang Emon), dan Yongki (Ernest Prakasa). Sementara itu, Milly membesarkan Sakti dibantu oleh Asisten Rumah Tangga yakni Sari (Arafah Rianti). Sebetulnya Mamet sedari kuliah passionnya di dunia memasak, namun agar hubungannya dengan sang mertua tetap baik, Mamet memutuskan untuk bekerja saja di pabrik keluarga Milly. Terpaksa passion memasak Mamet harus dikubur dalam-dalam.



Sampai pada suatu hari, Mamet kembali bertemu dengan Alexandra (Julie Estelle) teman semasa kuliah. Alexandra menawarkan untuk mewujudkan impian mereka ketika semasa kuliah yakni membuka usaha restaurant. Alexandra bahkan sudah memiliki investor dan tempat untuk usahanya itu yang dibantu oleh kekasihnya James (Yoshi Sudarso). Karena satu insiden, hubungan Mamet dan mertuanya itu kini semakin memburuk. Mamet bahkan memutuskan resign dari pabrik dan lebih memilih untuk merintis usaha restaurant bersama dengan Alexandra dan James.
Restaurant yang diberi nama "CHEF MAMET" itu perlahan mulai dikenal. Mamet pun mulai semakin sibuk tak seperti saat kerja di pabrik yang office hour. Melihat sang suami sibuk dengan restaurantnya membuat Milly merasakan kesepian. Ia mulai jenuh dengan rutinitasnya sebagai seorang full-time mom. Milly rindu dengan rutinitas kantorannya dan bertemu dengan banyak client. Milly merasa sekarang Sakti sudah bisa diasuh dengan baik oleh asisten rumah tangganya. Maka itu ia lalu meminta izin pada Mamet untuk bisa membantu bekerja di pabrik ayahnya agar waktunya bisa fleksibel jika bekerja pada perusahannya sendiri.



Ketika keduanya mulai disibukkan dengan kesibukan masing-masing, Mamet merasa istrinya mulai mengabaikan menguruskan Sakti. Milly pun beranggapan Mamet kini lebih mementingkan usaha restaurantnya tanpa memandang asal usul dana yang diberikan oleh James dan Alexandra. Akankah semua permasalahan yang menghampiri pasangan Milly dan Mamet ini bisa diatasi?


#Review:
Kesuksesan dua film ADA APA DENGAN CINTA (2016) baik secara kualitas maupun komersil membuat Mira Lesmana dan Riri Riza selaku produser dari MiLes Films tertarik untuk mengembangkan cerita AADC ini tidak berfokus pada Cinta dan Rangga saja. Dengan menggandeng Ernest Prakasa, mereka kemudian memutuskan mengangkat kisah cinta dua karakter lain dalam AADC yang cukup mencuri perhatian dan jenaka yakni Milly dan Mamet.




Aku berkesempatan hadir pada Press Conference dan Gala Premiere MILLY & MAMET (2018) pada selasa, 11 Desember 2018 di Cinema XXI Epicentrum Jakarta. Pada sesi Press Conference, Ernest Prakasa beserta dengan istrinya sangat kaget ketika mendapat tawaran dari Mira Lesmana untuk membuatkan film tentang Milly dan Mamet. Alasan Mira Lesmana dan Riri Riza tertarik pada Ernest ketika mereka usai menonton film CEK TOKO SEBELAH (2016) dan SUSAH SINYAL (2017).



Keputusan Mirles dan Riri mengajak Starvision Plus dan Ernest Prakasa yang duduk di bangku sutradara menurutku sangatlah tepat. Karakter Milly dan Mamet yang sudah terkenal dengan image lucu dan penuh humor ditangan Ernest menjadi semakin kuat, tak cuma lucu namun juga berhasil menghadirkan kejutan drama yang memikat. Konflik diantara keduanya yakni seputar daily life sepasang suami-istri muda dengan satu anak. Drama serta konflik yang dihadirkan Ernest menurutku sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari terutama bagi pasangan-pasangan muda. Tak hanya itu saja, permainan emosional antara Milly dan Mamet juga tak kalah memukaunya. Dennis Adishwara dan Sissy Prescillia melakukan tugasnya dengan amat baik dibawah arahan Ernest.
Porsi drama, sentilan konflik serta komedi film Milly dan Mamet ini begitu meriah namun menyatu satu sama lain, berjalan beriringan dan bagusnya tidak ada yang mendominasi. Moment nostalgia #GenkCinta nya dapet banget, drama kehidupan sehari-hari Milly dan Mamet juga kena dan tak lupa bagian komedinya selalu berhasil memecah tawa penonton berkali-kali. Musik yang mengiringi film ini juga sama seperti film-film Ernest sebelumnya selalu niat dan ear-catching. Jaz, Isyana Sarasvati, Rara Sekar dan Sissy Prescillia menyumbangkan lagu-lagu mereka eksklusif dibuat hanya untuk film ini.


Yang menjadi daya tarik film Milly dan Mamet ini adalah deretan pemainnya. Seperti yang sudah disebutkan diatas, Dennis Adishwara dan Sissy Prescillia memberikan penampilan Milly dan Mamet yang tak kalah bagusnya dengan Cinta dan Rangga. Drama keluarga antara mereka serta konflik dengan sang mertua yang diperankan oleh Roy Marten ini dilakukan dengan baik. Julie Estelle serta Surya Saputra juga melakukan tugasnya dengan baik sebagai "pelarian sementara" Milly dan Mamet. Jangan lupakan para supporting casts dalam film ini. Mereka memberikan extra nyawa tersendiri sehingga tingkat kelucuan film ini semakin memuaskan. Terima kasih untuk Comedy Consultant film ini yakni Muhadkly Acho yang berhasil menghadirkan komedi epic lewat karakter pendukung yang diperankan oleh Isyana Sarasvati, Arafah Rianti, Aci Resti, Dinda Kanyadewi dan Melly Goeslaw. Jika harus memilih, Isyana Sarasvati menjadi scene stealer paling apik memuaskan dalam film Milly dan Mamet ini. Debut perdana Isyana bermain film memerankan Rika menurutku menjadi salah satu pemeran singkat dalam sebuah film paling yang mengesankan ditahun ini.



Overall, jika dibandingkan dengan ketiga judul film yang disutradarai oleh Ernest Prakasa, film Milly dan Mamet ini menurutku pribadi adalah film terbaiknya dari Ernest. Penulisan skenario, komedi, drama serta konfliknya semakin rapi dan meningkat drastis dari film-film sebelumnya. Pesan yang disampaikan film ini tentang lebih memilih apa yang dibutuhkan daripada yang diinginkan menurutku berhasil banget. Penutup film Indonesia dipenghujung tahun yang memuaskan!


[9/10Bintang]

Thursday, 6 December 2018

[Review] Sesuai Aplikasi: Cerita Seru Dua Driver Demi Menghidupi Keluarga



#Description:
Title: Sesuai Aplikasi (2018)
Casts: Valentino Peter, Lolox, Dayu Wijanto, Meisya Amira, Ernest Prakasa, Taskya Namyra, Alicia Djohar, Fico Fachriza, Yusril Fahriza, Arief Didu
Director: Adink Liwutang
Studio: TBS Films

#Synopsis:
Pras (Valentino Peter) dan Duras (Lolox) mereka berdua adalah driver dari ojek online. Keduanya telah lama tinggal bertetangga. Pras tinggal beserta dengan ibunya (Alicia Djohar) yang berjualan jamu tradisional. Sementara itu, Duras tinggal dengan adiknya, Monique (Meisya Amira) seorang mahasiswa fakultas kedokteran.


Pras yang seorang bule dan berwajah tampan menjadi driver ojek online populer dan viral disosial media. Setiap penumpangnya selalu terpesona dengan Pras. Berbeda dengan Duras, ia driver yang biasa saja dan cenderung lebih banyak mendapat penumpang yang aneh-aneh. Selain mempunyai kesamaan, sama-sama driver ojek online, Pras dan Duras juga punya kesamaan lainnya yaitu mereka menjadi tulang punggung keluarga dengan kondisi perekonomian yang sederhana.
Jamu tradisional buatan ibu Pras sangat disukai oleh seorang penyanyi bernama Sofaya (Titi Kamal). Pras pun rutin mengantarkan pesanan jamu ke kediaman Sofaya. 


Suatu hari, wilayah tempat tinggal Pras dan Duras kedatangan Ci Asiu (Dayu Wijanto) beserta dengan para bodyguardnya Romi (Fico Fachriza) dan Yuli (Yusril Fahriza). Juragan kontrakan sekaligus rentenir ini sangat ditakuti oleh para warga, termasuk Duras yang sudah telat membayar hutang dan selalu bersembunyi jika Ci Asiu datang. Duras terpaksa harus berhutang pada Ci Asiu demi adiknya, Monique bisa kuliah di fakultas kedokteran demi mewujudkan impian almarhum ayah mereka. Sama dengan Pras, kondisi ibunya yang harus segera di operasi kelabakan dalam mencari biaya. Ia bahkan rela untuk menjadi driver siang sampai malam hari agar biaya operasi sang ibu bisa secepatnya dilakukan.
Dihimpit keadaan ekonomi yang terus mendesak, Duras memutuskan untuk membantu Shakti (Ernest Prakasa) dan Nadya (Taskya Namya) komplotan yang berencana mencuri Blue Diamond di brankas milik Ci Asiu. Nadya menyamar sebagai asisten rumah tangga di kediaman Ci Asiu untuk memantau dan mengamati berangkas. Sementara Shakti beraksi untuk mengambil Blue Diamond didalam berangkas dan Duras bertindak sebagai pengambil dan mengamankan Blue Diamond. Dan akhirnya rencana mereka berhasil. Blue Diamond kini berada ditangan Duras dan ia sembunyikan pada microfon karaoke.


Dalam perjalanan menuju tempat aman, Duras malah tabrakan dengan motor yang dikendarai Pras. Disitulah bencana terjadi. Microfon karaoke yang berisi Blue Diamond tertukar dengan microfon karaoke rusak yang dibawa Pras. Hal ini disadari usai Duras tiba di tempat persembunyian Shakti dan Nadya. Mereka lalu mengancam Duras akan dibunuh jika Blue Diamond itu tidak bisa ditemukan. Duras lalu meminta bantuan pada Pras untuk menukarkan lagi microfon mereka. Tapi sayang, Pras sudah menukarkannya ke tempat ia mendapatkannya yakni di rumah Sofaya. Microfon karaoke itu sendiri merupakan produksi dari penyanyi Sofaya.
Melihat kediaman Sofaya yang dipenuhi penjaga dan petugas keamanan, membuat Shakti, Nadya dan Duras kesulitan untuk menembusnya. Duras kemudian mempunyai ide meminta bantuan pada Pras, karena Pras sudah sering masuk ke kediaman Sofaya untuk mengantarkan jamu tradisional. Pras yang awalnya menolak membantu aksi pencurian itu terpaksa melakukannya setelah sang ibu dilarikan ke rumah sakit dan harus segera di operasi.
Akankah Pras berhasil menemukan microfon karaoke yang berisikan Blue Diamond di kediaman Sofaya?

#Review:
Usai meneror penonton film Indonesia lewat film NINI THOWOK (2018), rumah produksi TBS Films dipenghujung tahun ini menghadirkan sebuah drama komedi yang berdasarkan pada kehidupan para driver transportasi ojek online. 
Sang produser dari TBS Films menggandeng Adink Liwutang untuk duduk di kursi sutradara. Jajaran pemain yang dihadirkan pun cukup beragam. Mulai dari aktris yang sudah dikenal luas seperti Titi Kamal dan Dayu Wijanto. Deretan para comic stand-up comedy seperti Ernest Prakasa, Lolox, Fico Fachriza, Yusril Fahriza, Arief Didu dll. Hingga para aktor aktris pendatang baru seperti Valentino Peter, Kamasean Matthews, Meisya Amira dan Taskya Namya. Perpaduan deretan pemain film SESUAI APLIKASI (2018) ini sedikit mengingatkanku pada film-film besutan Ernest Prakasa, Raditya Dika dan Pandji Pragiwaksono dimana mayoritas menghadirkan teman satu geng mereka difilmnya. Desain poster yang dibuat End One Stuff ini juga semakin terasa serupa tapi tak sama dengan film-film para stand-up comedy produksi Starvision Plus.


Untuk segi cerita, sebetulnya film SESUAI APLIKASI (2018) ini bisa berpotensi bagus lantaran mengangkat cerita aktivitas sehari-hari para ojol. Penulis skenario bisa leluasa mengeksploitasi cerita lantaran aku yakin siapapun yang ada di Indonesia ini pasti sudah familiar dengan aplikasi dan para ojol. Beberapa komedi seputar aktivitas dan kebiasaan yang dialami ojol dalam film ini memang related banget kehidupan sehari-hari. Hal ini sukses memancing tawa penonton banget saat komedi tersebut dimunculkan. Namun sayang, pada paruh awal film hingga pertengahan, film ini malah mengambil banyak subplot dan cara menyambungkan semua ceritanya ini menurutku kurang banget. Awalnya terasa seperti komedi-situasi saja. Beberapa hal konyol juga masih hadir pada film ini, contohnya pada saat Shakti yang diperankan Ernest Prakasa sedang mencuri. Semua hal yang ia lakukan terasa dipersulit diri sendiri banget. Editing dubbing dalam film ini entah mengapa menurutku terasa kurang smooth. Beberapa komedi yang mengeksploitasi mengarah ke sensual aku kurang suka dalam film ini. Terlihat maksa banget! Disisi lain, background Pras dan Duras yang rela melakukan apa saja demi keluarga masing-masing cukup berhasil menjadi moment drama dalam film ini. 


Jajaran pemain tampil cukup menghibur. Titi Kamal yang berperan sebagai Sofaya dengan aksen super manja layaknya Princess Syahrini ini tampil ngeselin namun anehnya aku tertawa. Haha. Sosok Pras yang dimainkan oleh model bule Valentino Peter juga surprisingly not too bad sebagai debutnya bermain film, meskipun ia masih terlihat kaku dan canggung dibeberapa bagian. Aku pribadi sudah jenuh banget dengan jajaran supporting casts yang melibatkan para comic stand-up comedy. Aksi hiburan mereka menurutku ya gitu-gitu aja. Dan karakter penyelamat film ini menurutku cuma satu, yakni Dayu Wijanto. Sosok Ci Asiu yang antagonis dilakoni dengan apik olehnya. Dialog serta gesture mukanya cocok banget ci! Haha. Kejutannya muncul pada saat moment drama Ci Asiu dengan anaknya yang tinggal Australia. Paruh ending film ini surprisingly memberikan message yang bagus. Ci Asiu lagi-lagi menyelamatkan film ini.
Overall, film SESUAI APLIKASI (2018) ini menurutku not too bad. Soundtrack lagu Rindu Semalam sukses mengobati kerinduan melihat Titi Kamal kembali menyanyikan lagu dangdut.


[6/10Bintang]