Monday 17 December 2018

[Review] Keluarga Cemara: Menemukan Kembali Makna Sebuah Keluarga


#Description:
Title: Keluarga Cemara (2018)
Casts: Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Zara JKT48, Widuri Puteri Sasono, Abdurrahman Arif, Asri Welas, Gading Marten, Aryo Wahab, Yasamin Jasem, Kafin Sulthan, Aci Resti, Arief Didu
Director: Yandy Laurens
Studio: Visinema Pictures

#Synopsis:
Euis (Zara JKT48) merasa sedih lantaran Abah (Ringgo Agus Rahman) tidak bisa menghadiri kompetisi dance yang ia bersama dengan grupnya berhasil menjadi juara pertama, meskipun sudah terwakili oleh Emak (Nirina Zubir) dan adiknya Ara (Widuri Sasono), namun Euis tetap saja sedih dan kecewa pada Abahnya yang lebih mementingkan urusan pekerjaan ketimbang dirinya.
Keesokan harinya, Euis masih bersikap dingin pada ayahnya itu. Emak kemudian menyuruh Abah untuk meminta maaf dan membujuk Euis agar hubungan mereka berdua kembali mencair. Usai Abah meminta maaf dan berjanji tidak akan membuat Euis kecewa, sikap Euis mulai mencair dan memaafkan sang ayah. Emak berharap pada Abah tidak melakukan kesalahan itu lagi. Selain itu, Emak juga selalu mengingatkan bahwa sebentar lagi Euis akan ulang tahun dan Abah harus ikut merayakan pesta kecil ulang tahun Euis dan datang maksimal satu jam sebelum pesta digelar. Abah berjanji kali ini akan datang tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan.
Ketika Abah sedang di kantor kontraktornya, para pekerja bangunan mengadakan demonstrasi karena sudah dua bulan lamanya mereka tidak dibayar. Ternyata modal pembangunan serta dana tambahan untuk membayar pekerja kontraktor yang dikelola Fajar (Aryo Wahab) keponakannya itu malah dialihkan untuk investasi lahan baru lain. Alhasil, perusahaan kini mengalami kerugian besar gara-gara lahan baru yang bernama Orange City itu terancam gagal. Alhasil, semua aktivitas konsturksi yang tengah dibangun terpaksa dihentikan. Kendaraan milik Abah juga terpaksa ia serahkan pada para pekerja kontraktor sebagai jaminan dan bentuk tanggung jawab Abah sebagai atasan.
Gara-gara kejadian itu, Abah menjadi datang terlambat pulang kerumah. Pesta ulang tahun Euis sudah dimulai. Emak dan Euis lagi-lagi kecewa dengan sikap Abah yang tak menepati janjinya. Setibanya dirumah, keluarga Abah terpaksa menerima kenyataan rumah mereka harus disita lantaran Fajar mendaftarkan rumah Abah sebagai salah satu aset jaminan untuk proyek Orange City itu. Abah sangat kecewa dengan Fajar karena keputusan itu tanpa sepengetahuan dirinya. Pada hari itu juga, Abah, Emak, Euis dan Ara langsung bergegas keluar dari rumah mereka. Emak hanya bisa sabar dan menenangkan kedua buah hatinya, Euis dan Ara yang terlihat sangat sedih, terguncang dan dengan apa yang mereka alami saat ini. 


Untuk sementara waktu, Abah dan keluarganya tinggal di kantor kontraktor sambil mencari tempat tinggal lain. Di hari terakhir ditempat kerja, Abah memberikan pesangon pada seluruh staff dan pekerja kontraktor lantaran mereka mendapat Pemutusan Hubungan Kerja karena proyek ditutup. Setelah itu, Abah kemudian memutuskan untuk pergi ke rumah warisan almarhum sang ayah disebuah bukit terpencil jauh dari keramaian kota. Rumah yang terletak diatas perbukitan itu sudah lama tak terawat. Jarak yang jauh dari kota, signal ponsel pun sulit didapat. Agar mendapat signal yang lebih kuat, Abah dan Euis harus memanjat pohon cemara segala.
Perubahan drastis kehidupan yang dialami keluarga Abah membuat mereka terpaksa harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang jauh lebih sederhana. Kondisi keuangan Abah dan Emak pun semakin menipis. Abah memutar otak mencari cara agar bisa mendapatkan uang meskipun harus bekerja sebagai tukang bangunan bareng dengan Romli (Abdurrahman Arif) teman semasa kecilnya. Emak pun demikian. Emak membuat kerupuk opak dan dibantu dijual oleh Euis disekolahnya. Awalnya Euis keberatan harus berjualan disekolah, namun demi membantu ekonomi keluarga, Euis akhirnya mau berjualan. Cobaan tak henti-hentinya menimpa keluarga Abah. Ditengah kerja, Abah mengalami kecelekaan dan kakinya patah. Alhasil, Abah kini tak bisa lagi bekerja sebagai tukang bangunan dan harus istirahat total selama kakinya belum sembuh.


Melihat Emak, Abah dan kakaknya Euis hidup dalam serba keterbatasan, tidak membuat Ara bersedih. Ia malah bersyukur dengan segala yang ia rasakan saat ini. Ara bahkan merasa berterima kasih karena pindah ke rumah warisan sang kakek, membuat Abah jadi bisa tinggal bersama lebih lama dengan keluarga dan Emak jadi sering memasak opak, karena selama tinggal di kota, Ara dan Euis tak pernah merasakan sedekat ini dengan Abah dan Emak. Sementara itu disaat keadaan ekonomi yang semakin terbatas ini, kabar mengejutkan datang dari Emak yang kini tengah mengandung anak ketiga. Entah harus sedih atau senang, Abah mencoba menenangkan dirinya dengan Emak agar tidak terlihat didepan Euis dan Ara. 


Waktu terus berlalu, kondisi kehamilan Emak perlahan semakin membesar. Abah pun kini sudah bisa kembali beraktifitas. Dibantu oleh Ceu Salma (Asri Welas) tukang kredit dikampung, Abah akhirnya bisa mendapatkan cicilan motor dan mencoba menjadi driver Gojek agar bisa menghidupi Emak, Euis, Ara dan calon anak keempatnya. Melihat lingkungan yang serba terbatas dan kurang menunjang segala aktifitas untuk anak-anaknya, membuat Abah memutuskan untuk menjual rumah mereka dan hasilnya nanti akan dibelikan rumah sederhana di kota. Dengan bantuan Ceu Salma lagi, rumah Abah akhirnya ada peminat yang ingin membeli. Mereka adalah pasangan suami istri Mrs. Presier (Maudy Koesnaedi). Keluarga Presier ini berencana akan membangun halaman belakang untuk villa mereka tepat diatas rumah tempat tinggal Abah.


Tanpa pikir panjang dan berdiskusi dengan Emak, Euis dan Ara. Abah langsung menjual rumah mereka. Perdebatan pun terjadi diantara keluarga Abah. Abah yang tak ingin keluarganya hidup dalam segala keterbatasan usai tinggal dirumah warisan sang ayah dibantah oleh Emak, Euis dan Ara. Mereka bertiga justru lebih bahagia tinggal di desa meskipun dengan harus hidup sederhana. Apakah Abah tetap akan menjual dan memutuskan kembali ke kota?


#Review:
Siapa yang tak tahu dengan sinetron Keluarga Cemara yang populer di tahun 90an? Sinetron yang menceritakan kehidupan sederhana keluarga Emak dan Abah yang dibintangi Adi Kurdi dan Novia Kolopaking ini mencuri perhatian penonton televisi kala itu. Tak cuma itu saja, soundtrack sinetron ini yang berjudul Harta Berharga juga menjadi populer dan abadi hingga sampai saat ini.
Di awal tahun 2019 ini, setelah mendapat restu dari penulis Arswendo Atmowiloto, rumah produksi Visinema Pictures kembali menghadirkan cerita Keluarga Cemara tapi tidak dalam bentuk sinetron, melainkan dalam bentuk film. Sutradara muda Yandy Laurens ditunjuk oleh Visinema Pictures untuk menggarap film ini. Gina S. Noer juga diberi tugas menjadi penulis skenario untuk film ini. Melihat Keluarga Cemara digarap oleh Visinema Pictures serta ditulis oleh Gina S. Noer rasanya project ini tak boleh banget untuk dilewatkan.


Pada tanggal 20 Desember 2018 lalu, aku berkesempatan hadir ke acara Media Screening dan Gala Premiere film KELUARGA CEMARA yang diselenggarakan di Cinema XXI Epicentrum Jakarta. Pada kesempatan itu, seluruh casts, sutradara, produser hingga para supporting film ini hadir memberikan informasi seputar film ini. Pada sesi Press Conference, Anggia Kharisma dan Gina S. Noer selaku produser menceritakan tentang proses pembuatan film ini. Mereka juga mengucapkan terima kasih banyak atas antusias para penonton film KELUARGA CEMARA pada saat film ini melangsungkan screening perdana di ajang JOGJA-NETPAC 2018. Sederet pemain juga mengungkapkan rasa bangga bisa menjadi bagian dari film KELUARGA CEMARA ini. Bahkan isak tangis mewarnai Press Conference ketika Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, Asri Welas dan Dayu Wijanto menceritakan proses perjalanan pembuatan film ini.
Untuk segi cerita, KELUARGA CEMARA versi film kali ini masih sama seperti versi sinetronnya, penuh dengan kesederhanaan tanpa perlu adanya hal yang berlebihan. Film ini juga ceritanya mengikuti perkembangan zaman, tidak menceritakan keluarga Abah dan Emak ini pada era 90an sama dengan versi sinetronnya. Sutradara dan penulis skenario sangat apik dalam menghadirkan konflik dalam film ini, karena hampir seluruh konflik yang ada itu sangatlah relate dengan kehidupan sehari-hari. Masalah yang dihadapi Abah, Emak, Euis dan Ara terasa begitu dekat dan siapapun pasti pernah mengalaminya. Rupanya Gina S. Noer serta Yandy Laurens melakukan riset terhadap 100an keluarga untuk membangun cerita serta konflik di film ini. Sungguh luar biasa. Yang aku suka berikutnya dari film KELUARGA CEMARA ini hingga akhir film setia tetap berfokus pada keluarga Abah saja. Subplot-subplot mini seperti kisah cinta monyet Euis dengan Denni teman sekolahnya hanya dibuat sekilas semata dan tidak terlalu berlebihan. Hadirnya Ceu Salma menjadi penampilan yang efektif memancing tawa sekaligus haru-biru. Gokil gak tuh. Bisa membuat tertawa sambil nangis. Huhuhu.


Untuk jajaran pemain aku harus memberikan angkat topi untuk mereka. Chemistry sebagai sebuah keluarga sungguh terasa ke hati penonton. Ringgo Agus Rahman dan Nirina Zubir yang selama ini sudah melekat image presenter sekaligus jago berkomedi, dalam film ini image tersebut benar-benar hilang. Kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sosok Abah dan Emak lewat permainan emosi yang luar biasa. Tak sedikit orang yang awalnya menganggap sinis keputusan peran Abah, Emak, Euis dan Ara jatuh ke Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, Widuri Puteri Sasono dan Zara JKT48 namun aku yakin semua keraguan itu terpatahkan usai menonton filmnya. Debut perdana Widuri Puteri Sasono bermain film layar lebar ini tampil begitu mencuri perhatian dan sangat memikat disepanjang film. Kepolosan serta tingkah lakunya begitu natural tidak dibuat-buat. Zara JKT48 juga memerankan Euis begitu pas sebagai gadis SMP yang tengah dalam masa-masa pubertas dan labil. 
Untuk segi sinematografi dan musik film ini begitu pas dan indah, tidak berlebihan. Suara-suara alami dari alam seperti hembusan angin begitu kuat terasa disepanjang film. Hal ini dimaklum lantaran ketika proses shootinh film, cuaca di lokasi menurut para pemain, sutradara dan penulis skenario begitu dingin dan selalu ditemani angin kencang. Soundtrack "Harta Berharga" yang dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari begitu mengalun indah dan menjadi salah satu GONG moment dalam film KELUARGA CEMARA ini. ((Tambahan setelah tiga kali nonton film ini di bioskop. Alunan musik serta scoring film ini semakin terasa indah dan begitu menyatu dengan semua adegan film).
Overall, sebagai salah satu film pembuka di tahun 2019 ini film KELUARGA CEMARA sangat layak ditonton di bioskop bersama dengan keluarga, sahabat, teman, pacar dan lainnya untuk merasakan kembali hangatnya sebuah keluarga. Siapkan tissue sebelum nonton yaa! Hehehe.


[8.5/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment