Wednesday, 15 May 2019

[Review] John Wick Chapter 3 Parabellum: Ketika John Wick Menjadi Buronan Tingkat Internasional


#Description:
Title: John Wick Chapter 3: Parabellum (2019)
Casts: Keanu Reeves, Ian McShane, Laurence Fishburne, Halle Berry, Mark Dacascos, Asia Kate Dillon, Lance Reddick, Anjelica Huston, Tobias Segal, Said Taghmaoui, Yayan Ruhian, Cecep Arif Rahman
Director: Chad Stahelski
Studio: Summit Entertainment, Lionsgate, Thunder Road Films, Prima Cinema (Indonesia)

#Synopsis:
Usai membunuh salah satu petinggi penjahat ternama dari High Table yaitu Santino D'Antonio (Riccardo Scamarcio), John Wick (Keanu Reeves) yang dikenal sebagai The Baba Yaga ini kembali harus menjadi buronan. Kali ini tidak main-main, upah bagi siapa saja yang berhasil menangkap atau membunuhnya akan mendapat uang sebesar 14 juta dollar. Informasi soal buronnya John Wick ini tersebar keseluruh belahan bumi. Jika dalam kurun waktu kurang dari dua jam, ia tak bisa ditangkap atau dibunuh, maka seluruh penduduk dibumi dilarang untuk memberikan pertolongan kepada John Wick. Apabila ketahuan melanggar peraturan maka akan berakhir dengan kematian.



Satu-satunya tempat aman bagi John Wick ialah Hotel Continental di NYC milik Winston (Ian McShane), karena hotel tersebut merupakan tempat paling bersih dan terbebas dari peraturan dari para mafia yang sudah menguasai dunia. Dengan anjing pitbull kesayangannya, John Wick bisa sedikit beristirahat disana dan mendapatkan senjata untuk bisa bertahan hidup melawan para pembunuh yang memburunya. Ia kemudian meminta saran pada Winston bagaimana cara dirinya agar tidak menjadi buronan Internasional lagi. Winston lalu menyuruh John Wick untuk menemui Bowery (Laurenc Fishburne) dan juga pemilik Hotel Continental lainnya yang berada di India yaitu Sofia (Halle Berry).



Dalam perjalanan itu para pembunuh yang memburu John Wick terus mengejarnya. Salah satu diantaranya yaitu Zero (Mark Dacascos) beserta dengan kedua anak buahnya yaitu The Shinobi's (Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman). Bahkan John Wick pun harus kembali berhadapan dengan para petinggi mafia, salah satu diantaranya The Director (Anjelica Huston). Winston beserta petugas receptionistnya yaitu Charon (Lance Reddick) juga harus berhadapan dengan The Adjudicator (Asia Kate Dillon) yang mengancam soal status Continental Hotel.



Akankah John Wick kali ini berhasil dan kembali ke jalan yang benar dan berhenti sebagai seorang Baba Yaga, pembunuh bayaran demi memenuhi permintaan almarhumah Istrinya, Helen?


#Review:
Franchise film JOHN WICK (2014) menjadi salah satu film action yang paling diantisipasi kehadirannya oleh para pecinta film dunia. Chapter pertama dan kedua sukses mendapat respon positif dari para penonton. Dan tahun ini, tepatnya mulai hari ini, 15 Mei 2019 Chapter ketiga dari John Wick yang memiliki sub judul PARABELLUM (2019) tayang eksklusif hanya di jaringan bioskop Cinema XXI seluruh Indonesia!


Semalam, aku berkesempatan hadir ke Special Screening, Press Conference & Indonesia Gala Premiere Film JOHN WICK CHAPTER 3: PARABELLUM (2019) di Cinema XXI Plaza Indonesia Jakarta. Acara semalam juga dihadiri oleh dua aktor dari film ini yang berasal dari Indonesia yaitu Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman. Dalam kesempatan tersebut, dua aktor laga asal Tasikmalaya-Manonjaya dan Garut ini memaparkan keseruan dan kebanggannya bisa menjadi bagian dari film ini. Tak cuma itu saja, Kang Yayan dan Kang Cecep juga menceritakan selama mereka shooting bersama dengan aktor Keanu Reeves.
Untuk segi cerita dan plot, chapter ketiganya ini benar-benar melanjutkan banget dari dua chapter sebelumnya. Babak awal film ini dimulai dengan John Wick yang berusaha melarikan diri usai menjadi buronan di chapter kedua. Plot terus bergulir semakin meluas tentang para petinggi-petinggi organisasi mafia yang sebagian merupakan mantan atasan dari John Wick itu sendiri. Sebagai penonton awam yang baru saja menonton chapter pertama kedua secara dadakan dan marathon, aku merasa kurang peduli dengan plotnya. Franchise JOHN WICK ini terasa seperti memiliki dunia atau universe-nya sendiri namun bersetting di kota-kota besar yang ada di dunia. Sepanjang nonton ketiga chapter ini atmosfer filmnya begitu kelam dan tak sedikit hal yang membuatku bertanya-bertanya. Aksi John Wick yang tak ada jeda banget full dengan aksi tembak-tembakan dan baku hantam dengan sadis ini membuatku banyak sekali menghela nafas disepanjang film. Keanu Reeves semakin gila dan luar biasa dalam memerankan karakter John Wick. Seluruh adegan aksinya sangat memukau dan juga susah banget dibuat mati meskipun sudah ratusan kali kena serangan fighting, tembakan, luka parah, terjatuh dan sebagainya. Deretan pemainnya pun tampil maksimal, meskipun aktris Halle Berry tampil menurutku terlalu sebentar. Padahal ia berpotensi banget bisa menjadi rekan duet Keanu Reeves disini.


Aksi fighting di chapter ketiga ini menurutku menjadi point tertinggi. Kita bisa melihat aksi John Wick melakukan adegan-adegan laga diberbagai tempat. Mulai dari tembak-tembakan di perpustakaan, kejar-kejaran dengan motor, kuda hitam hingga aksi bela diri tanpa bantuan senjata juga dilakoninya. Dan yang paling menjadi favorit bagiku dan pasti seluruh penonton di Indonesia adalah bagian fighting John Wick melawan The Shinobi's yang diperankan Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman. Ini moment kejutan banget dan berhasil memecah crowded serta tepuk tangan di dalam teater. Gokil! Aksi Kang Yayan dan Kang Cecep dalam film ini yang menggunakan bahasa Indonesia serta memakai senjata tradisional asal Indonesia yaitu Karambit sukses banget menjadi salah satu scene epic dalam film JOHN WICK CHAPTER 3: PARABELLUM (2019).
Overall, film ini sangat memuaskan! Intense actionnya mantap. Ngerinya dapet. Gokilnya juga dapet. Chapter 4 why not!


[9/10Bintang]

[Review] UglyDolls: Saat Boneka Gagal Dari Pabrik Ingin Dicintai Manusia


#Description:
Title: Ugly Dolls (2019)
Casts: Kelly Clarkson, Nick Jonas, Janelle Monae, Blake Shelton, Pitbull, Wang Leehom, Wanda Skyes, Gabriel Iglesias, Ice-T, Emma Roberts, Bebe Rexha, Charli XCX, Lizzo
Director: Kelly Asbury
Studio: STX Entertainment, Alibaba Pictures, Huaxia Films


#Synopsis:
Di sebuah desa yang bernama Uglyvilles hidup para boneka-boneka yang memiliki wujud tak rupawan. Tapi hal itu tak menjadi masalah bagi mereka. Disana justru mereka hidup rukun, bahagia dan ceria. Mereka saling membantu dan bergotong-royong satu sama lainnya dan desa Uglyvilles ini sangat jauh dari yang namanya kesedihan.


Namun ada yang berbeda dengan salah satu penghuni desa yaitu Moxy (Kelly Clarkson). Ia selalu optimis dan mempunyai impian besar bisa menjadi sebuah boneka yang cintai dan disayangi oleh manusia. Impian Moxy itu bagi semua teman-temannya di desa Uglyvilles sangatlah mustahil terwujud karena mereka semua tidak tahu akses menuju ke dunia manusia. Ditambah lagi, Ox (Blake Shelton) yang merupakan orang yang paling senior di desa Uglyvilles sangat menutup rapat soal dunia manusia kepada penghuni desa Uglyvilles.


Bukan Moxy jika tidak penasaran dan pantang menyerah. Ia yakin akses menuju ke dunia manusia adalah masuk melalui lubang sunflower yang ada di puncak desa. Karena dari sanalah, setiap boneka baru muncul ke desa Uglyvilles. Moxy mengajak teman-temannya yaitu LuckyBat (Wang Leehom), Wage (Wanda Skyes), Babo (Gabriel Iglesias) dan Uglydog (Pitbull) memanjat dan memasuki lubang sunflower. Ketika mereka berhasil masuk ke lubang sunflower, ternyata didalamnya adalah sebuah lubang pipa besar dan gelap. Bukannya takut, Moxy makin penasaran dan terus ingin masuk lebih dalam. Teman-temannya terpaksa mengikuti keinginan Moxy sekaligus membuktikan juga apa benar dunia manusia itu benar adanya.
Dan alangkah terkejut dan bahagianya saat Moxy, LuckyBat, Wage, Babo dan Uglydog meluncur dari ketinggian bersama dengan ratusan boneka berbentuk manusia yang akan masukke tahap pengecekan kualitas melalui Institute of Perfection. Moxy dan lainnya dibuat takjub melihat area Institute of Perfection yang begitu mewah, canggih, tertata rapi dan serba disiplin. Para boneka manusia tadi pertama kali akan di-scan untuk diberikan karakter serta pakaian lengkap. Setelah itu mereka akan ditempatkan di desa Perfectionvilles sebelum keesokan harinya akan final test dalam Home Arena bersama dengan pimpinan Institute of Perfection yaitu Lou (Nick Jonas).


Kehadiran Moxy dan kawan-kawan dari Uglyvilles membuat seluruh boneka manusia yang disana kaget. Mereka heran mengapa Moxy, LuckyBat, Wage, Babo dan Uglydog bisa berhasil masuk ke Institute of Perfection padahal wujud mereka tidak rupawan. Hal ini juga diketahui oleh Lou. Moxy kemudian meminta cara untuk bisa berhasil melewati semua tahapan di Institute of Perfection pada Lou. Seluruh penghuni disana tidak setuju dan lebih memilih Moxy dan kawan-kawan untuk kembali ke desanya saja. Tapi tidak dengan Lou, ia malah memberikan kesempatan pada mereka untuk bisa merasakan tahapan demi tahapan yang ada di Institute of Perfection. Moxy dan yang lainnya lalu ditempatkan di sebuah gudang di desa Perfectionvilles untuk beristirahat dan diantarkan oleh Mandy (Janelle Monae), boneka perempuan yang menyembunyikan kekurangannya yaitu menggunakan kacamata demi bisa lolos dari Institute of Perfection.


Hari pertama pun dimulai. Seluruh penghuni baru di Institute of Perfection termasuk Moxy dan kawan-kawan diharuskan melewati serangkaian test. Jika gagal melewati test-test tersebut, kualitas dari masing-masing mereka akan berkurang dikarenakan mendapat hukuman yaitu masuk ke dalam mesin cuci otomatis. Lou rupanya membuat test yang memberatkan pada Moxy dan kawan-kawannya agar mereka tak lolos dari Institute of Perfection. Lou yang sangat perfeksionis dan tak ingin orang lain berada diatasnya terus berusaha menggagalkan impian Moxy dan juga para penghuni baru agar tidak bisa mencapai posisi diatasnya.


Moxy yang pantang menyerah terus berusaha untuk bisa melewati semua testnya. meskipun teman-temannya sudah sangat kelelahan. Lou kemudian tidak tinggal diam, ia mengutus Tuesday (Bebe Rexha), Kitty (Charli XCX) dan Lydia (Lizzo) untuk pergi ke Uglyvilles dan menculik Ox, agar menguak semua cerita masa lalu yang selama ini disembunyikan antara Ox dan juga Lou. Akankah Moxy, LuckyBat, Wage, Babo dan Uglydog putus asa usai mendapatkan fakta yang sesungguhnya dari Ox dan juga Lou?


#Review:
Pernahkah kita berfikir bagaimana nasib dan kehidupan tentang barang-boneka yang cacat atau gagal produksi bahkan reject-an? Bayangan kita mungkin barang-boneka itu pasti akan berakhir di tempat sampah atau di tempat daur ulang. Tapi ditangan penulis skenario Alison Peck dan Robert Rodriguez, cerita yang berdasarkan karakter animasi karya David Hovart & Sun-Min Kim ini menjadi sebuah film animasi musikal yang cukup menyenangkan dan menghibur.


Film UGLYDOLLS (2019) ini sekilas nampak mirip-mirip dengan film animasi TOY STORY SERIES (1995-2010), THE SECRET LIFE OF PETS (2016) dan GNOMEO SERIES (2011 & 2018). Namun yang membedakannya adalah Uglydolls ini adalah boneka-boneka gagal. Paruh awal film menurutku terasa cukup membosankan. Pengenalan para karakter tokohnya tidak terlalu menarik. Kehidupan di desa Uglyvilles juga terasa biasa saja. Namun ketika film memasuki babak pertengahan, keseruan saat Moxy dan kawan-kawan tiba di Institute of Perfection mulai meningkat dan mengasyikkan. 


Penonton bisa dengan mudah mengerti tentang tahapan Quality Control disebuah pabrik dengan ide dan konsep survival yang cukup menyenangkan. Sisi komedinya pun beberapa ada yang hit n miss. Tapi sekalinya yang hit meskipun singkat, berhasil membuat tertawa kencang! Perjuangan Moxy dalam meraih impiannya sangat terasa kuat lewat sifatnya yang pantang menyerah. Hingga menuju babak akhir film, plot twist serta klimaksnya semakin seru dan powerful bahkan menurutku levelnya sudah setara dengan TOY STORY SERIES. Moral value yang coba disampaikan oleh film ini pun cukup berhasil mengena terutama pada babak pertengahan hingga akhir film. Visualnya pun khas seperti film-film Animasi Hollywood lainnya, colorful, cerah namun tidak terlalu spesial. Moment musikal dalam film UGLYDOLLS (2019) ini didominasi lagu-lagu original bergenre pop. Tapi menurutku hanya satu-dua judul saja yang paling eargasm, yaitu lagu saat Moxy dan Mandy duet dan lagu yang dibawakan Lou saat pertama kali muncul.


Untuk jajaran pengisi suaranya, tampil cukup memuaskan. Kelly Clarkson cukup berhasil menghidupkan karakter Moxy dengan penuh optimis dan pantang menyerah. Nick Jonas yang memerankan karakter antagonis Lou juga tampil sangat memukau dengan suaranya yang benar-benar enak. Overall, film UGLYDOLLS (2019) ini cukup memuaskan. Jangan lupa tayang di bioskop Indonesia mulai 15 Mei 2019 dan kalian juga bisa koleksi mainan edisi film ini di Happy Meal McDonalds Indonesia sekarang juga!


[7.5/10Bintang]

Monday, 13 May 2019

[Review] Malam Jumat The Movie: Investigasi Ewing Squad Ke Wonder Park


#Description:
Title: Malam Jumat The Movie (2019)
Casts: Ewing HD, Zoe Abbas Jackson, Dea Annisa, Ajil Ditto, Harris Vriza Illano, Putra Dinata, Sonia Alyssa, Ade Firman Hakim, Randy Pangalila
Director: Hadrah Daeng Ratu
Studio: Dee Company, Blue Water Films, MD Pictures

#Synopsis:
Ewing HD (Ewing HD) adalah seorang YouTuber yang sudah memiliki subscriber sangat banyak berkat channel-nya yang berjudul Malam Jumat. Program mistis yang melakukan investigasi ke tempat-tempat mistis oleh Ewing beserta dengan para crew-nya membuat channel dan nama Ewing semakin dikenal luas.
Episode kali ini, Ewing dengan crew-nya yaitu Winky (Harriz Vriza Illano), Oji (Ajil Ditto), cameraman Agan (Putra Dinata) dan anggota baru Ewing Squad yaitu Lulu (Dea Annisa) mendatangi sebuah arena wahana permainan Wonder Park yang sudah lama terbengkalai. Konon disana sering dijadikan tempat untuk orang-orang yang akan bunuh diri. Ketika sedang berada di arena rumah hantu, mereka menemukan sebuah jaket bomber kotor berwarna merah dan sebuah topi hitam berinisial RH. Tak cuma itu saja, mereka juga menemukan sobekan kertas didalam jaket tersebut yang berisi permintaan maaf. Lulu yakin bahwa itu pesan peninggalan dari si pemilik jaket sebelum ia gantung diri. Oji dan Winky yang merasa ketakutan lalu bertingkah panik dan tak sengaja menginjak sesajen yang berada di arena tersebut. Tak butuh waktu lama, Lulu tiba-tiba jatuh pingsan, menjerit dan mengalam kerasukan. Seluruh anggota panik lalu membawa dan mengamankan Lulu keluar dari Wonder Park.


Kejadian yang menimpa Lulu itu membuat Ewing mengurungkan niatnya untuk tetap lanjut melakukan investigasi di Wonder Park. Tapi hal ini tidak bagi Oji, Winky dan Agan. Mereka lebih memilih untuk tetap melanjutkan misinya demi menjaga reputasi channel Malam Jumat yang sudah mempunyai subscribers banyak. Tanpa Lulu, mereka berempat akhirnya memutuskan untuk kembali ke Wonder Park. Setibanya disana, Ewing, Oji, Winky dan Agan melakukan permainan petak umpet dan Ewing ditugaskan untuk mencari keberadaan Oji dan Winky yang bersembunyi di arena wahana bermain Wonder Park. Ewing dan Agan lalu menelusuri salah satu gedung bertingkat di Wonder Park. Sambil melakukan live-streaming dan merekam, Ewing berhasil menemukan Winky. Namun ketika mereka mencari Oji, kejadian mistis harus mereka alami. Oji tiba-tiba hilang. Disaat yang sama pula tak sengaja kamera footage yang dibawa Oji menangkap sebuah gambar mengerikan dimana muncul sosok wanita berambut panjang sedang memakan sesajen.


Berkat video footage milik Oji, channel Malam Jumat semakin populer dan berhasil mengumpulkan satu juta lebih viewers kurang dari 24 jam. Prestasi ini membuat Ewing Squad bahagia. Tapi kebahagiaan mereka sedikit terusik usai menemukan sebuah komentar dari akun Dinda Kemilau (Zoe Abbas Jackson) yang mengklaim bahwa jacket bomber merah dan topi itu adalah milik kakaknya, Ryan Haryanto (Randy Pangalila) yang dinyatakan telah hilang. Dinda yang ditemani sahabatnya Ellen (Sonia Alyssa) meminta bantuan pada Ewing Squad untuk bisa datang lagi ke Wonder Park. Untungnya Ewing Squad bersedia membantu Dinda dan Ellen. Demi keamanan dan terbebas dari gangguan aneh, Dina dan Ellen mengajak Tio (Ade Firman Hakim) seorang paranormal populer dan juga YouTuber atas rekomendasi dari Lulu. Setibanya di Wonder Park, Tio merasakan atmosfer serta aura buruk di wahana itu. Lebih parahnya lagi Tio diserang oleh sosok misterius yang tak kasat mata. Ulah Ewing Squad ini akhirnya ketahuan oleh penjaga Wonder Park dan menyuruh rombongan ini untuk keluar dari Wonder Park.




Tapi mereka tidak menyerah. Keesokan malamnya, Ewing Squad datang lagi ke Wonder Park lewat jalur belakang yang tak dijaga oleh petugas keamanan. Tiba di wahana rumah hantu, mereka lalu melakukan ritual untuk memanggil arwah Ryan. Dua member Ewing Squad yaitu Oji dan Winky kurang mempercayai apa yang sedang dilakukan oleh Tio. Mereka lalu diusir dan lebih memilih melakukan vlogging masing-masing. Disaat Oji dan Winky terpisah, mereka bertemu dengan sosok misterius berjaket merah dan membunuh mereka satu persatu. Disaat yang bersamaan pula ritual yang dilakukan Tio membuat suasana semakin kacau. Ellen hilang karena mengikuti sosok berjaket merah yang ia yakini itu adalah Ryan. Sementara itu Ewing mengalami luka dan Tio-Dinda kabur menyelamatkan diri pergi dari Wonder Park.
Apa yang sebenarnya terjadi? Benarkah sosok berjaket merah itu adalah Ryan Hartono?


#Review:
Profesi seorang YouTuber memang sedang digandrungi banyak orang di zaman millenial ini. Siapapun bisa menjadi seorang YouTuber dengan pilihan konten yang kini semakin beragam. Mulai dari konten lucu-lucuan seperti Ria Ricis, Baim Wong dan Raffi Ahmad. Lalu konten tutorial kecantikan dari para artis Instagram dan juga selebriti wanita cantik. Konten musik dari penyanyi Anji dan yang lainnya semuanya mempunyai jumlah fans yang tak sedikit. Selain nama-nama mereka, jangan lupakan juga nama Ewing HD yang melejit lewat konten Malam Jumatnya di YouTube yang selalu menuai kesuksesan dan dianggap sangat menyeramkan.


Kepopuleran Ewing HD ini membuat Dheeraj Kalwani selaku pemilik Dee Company tertarik untuk membuatkan film panjangnya yang terinspirasi dari konten Malam Jumat. Disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu yang sebelumnya sukses meneror penonton lewat film JAGA POCONG (2018) dan ditulis oleh penulis skenario Andika Lazuardi, film MALAM JUMAT THE MOVIE (2019) ini menggunakan dua pengambilan sudut gambar yaitu secara found-footage ala-ala dan film. Penggabungan dua konsep ini di paruh pertama film sih cukup aman dan tidak terlalu mengganggu. Bahkan ketika bagian found-footage-nya terasa cukup oke dengan jumpscared yang ditampilkan timingnya tepat banget. Film bergulir di pertengahan mulai terganggu dengan hadirnya karakter-karakter baru yang tampil kurang meyakinkan. Bahkan sosok Ewing HD yang memerankan dirinya sendiri ini disini cukup mengecewakan. Hampir disepanjang durasi film, ekspresi dan auranya begitu datar tidak ada perubahan yang signifikan. Taste-nya hampir serupa seperti Roy Kiyoshi dalam filmnya ROY KIYOSHI: THE UNTOLD STORY (2019) dan Sacred Riana dalam film THE BEGINNING (2019). Disaat para pemain kurang maksimal dalam memerankan karakternya, untungnya untuk segi visual dan musiknya kali ini tampil cukup baik dan tidak se-berisik biasanya. 


Hadrah Daeng Ratu berhasil menahan diri untuk tidak menghadirkan musik yang super menggelegar disepanjang film. Tata sinematografi suasana Wonder Park yang dibangun juga atmosfernya sudah sangat menyeramkan. Beberapa jumpscared juga asyik dan diluar dugaan.
Namun sayang, menuju babak akhir film, MALAM JUMAT THE MOVIE (2019) ini malah menghadirkan twist yang berlapis-lapis. Salah satu twist dalam film ini menurutku secara tidak langsung akan merusak personal branding dari sosok Ewing HD ini. Langkah ini menurutku cukup berani, meskipun keseluruhan skenario film ini adalah fiktif belaka. Tak cuma itu saja, masih ada lagi twist berikutnya yang menurutku tidak penting dan berasa kurang nyambung dengan inti cerita dan para karakternya. Dan yang paling aku kurang suka adalah final twist-nya yang dibuat terasa maksa banget. Padahal jika diakhiri dengan tragis pasti akan jauh lebih oke dan mengesankan daripada harus dipaksakan untuk happy ending. Ayo dong sekali-kali bikin film yang endingnya tragis semacam BRIGHTBURN (2019) gitu.


Overall, film MALAM JUMAT THE MOVIE (2019) lumayan berhasil membangun atmosfer horrornya yang didukung oleh jumpscared unpredictable, meskipun menurutku terlalu banyak twist yang dihadirkan.


[7/10Bintang]

[Review] Ambu: Kasih Dan Cinta Seorang Ibu Takkan Pernah Hilang



#Description: 
Title: Ambu (2019)
Casts: Laudya Cynthia Bella, Widyawati, Lutesha, Enditha, Andri Mashadi, Baim Wong
Director: Farid Dermawan
Studio: Skytree Pictures

#Synopsis:
Nona (Lutesha) seorang gadis remaja yang berasal dari keluarga broken home. Ia tinggal bersama dengan Fatma (Laudya Cynthia Bella) ibunya, seorang pemilik jasa catering. Sedangkan ayahnya, Nico (Baim Wong) lebih memilih wanita lain tapi selalu datang ke rumah hanya untuk meminta dan memeras uang dari istrinya. Melihat kedua orangtuanya yang selalu bertengkar dan konflik membuat Nona tumbuh menjadi gadis remaja yang sering datang ke diskotik untuk menenangkan dirinya. Nona membenci ibu dan ayahnya karena ia menganggap mereka sama sekali tidak memperdulikan dirinya.


Suatu hari, ketika Nona akan berangkat ke sekolah dengan menumpangi mobil box katering usaha ibunya, ia kaget ternyata semua peralatan katering beserta mobilnya akan dijual. Sepulang sekolah Nona makin heran, ibunya memutuskan untuk berhenti membuka usaha katering dan memindahkan seluruh karyawan kateringnya ke tempat usaha temannya yang sedang membutuhkan karyawan banyak. Hal ini membuat Nona bertanya-tanya. Ia yakin bahwa usaha katering, mobil pribadi hingga rumah yang ibunya jual itu berkaitan dengan ayahnya yang selalu memeras uang. Tapi ibunya tetap tidak mau menjawab pertanyaan Nona. Ibunya tetap membela ayahnya, karena sejahat apapun perlakuan ayah kepada mereka, ia tetap adalah ayah dari Nona.


Usai menjual seluruh harta miliknya, Fatma memutuskan untuk mengajak pulang Nona ke rumah neneknya yang selama ini ia dan suaminya sembunyikan soal ibu kandung dari Fatma. Karena selama 16 tahun ini, Nona hanya diberi tahu kalau ibu dari ibunya itu telah meninggal. Hal ini membuat Nona lagi-lagi kesal pada ibunya karena selalu menyembunyikan segalanya pada dirinya. Fatma hanya bisa sabar dan tetap tidak memberikan jawaban pada anaknya itu.


Fatma dan Nona lalu pergi ke sebuah desa dengan mengendarai kendaraan umum. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama dari Jakarta ke pelosok Banten membuat Nona bosan. Ia tidak menikmati perjalanan itu. Setibanya di kampung halamannya, Fatma disambut oleh Hapsa (Enditha) temannya yang kini sudah mempunyai banyak anak dan juga cucu. Dan alangkah terkejutnya ketika Ambu Misnah (Widyawati), melihat anak perempuannya itu ada didepan rumahnya. Ambu bersikap dingin dan kesal melihat Fatma yang selama 16 tahun ini memutuskan keluar dari kampung halamannya, datang lagi kerumah dan tiba-tiba ingin tinggal dan menetap begitu saja disana. Ambu lalu membawa anak dan cucunya ke tempat Jaro, pimpinan desa Baduy untuk mendapatkan wejangan. Menurut budaya dan adat istiadat Baduy, Fatma sudah bukan lagi warga Baduy. Ia harus melakukan upacara selamatan dan juga dihukum selama 40 hari jika ingin kembali menjadi warga Baduy. Namun Jaro memberikan alternatif lain, Fatma dan Nona bisa tinggal dirumah Ambu Misnah untuk sementara waktu, namun statusnya sebagai tamu saja dan itupun waktunya dibatas. Ambu Misnah lalu memilih pilihan alternatif itu dan merasa lebih baik menganggap Fatma dan Nona sebagai tamu, ketimbang harus menerima kembali anaknya pulang ke rumah.


Tinggal di desa Baduy yang sangat menghormati alam, tanpa listrik serta sikap neneknya yang tidak simpati terhadap mereka membuat Nona lagi-lagi kesal. Setiap ia menanyakan sikap neneknya pada sang ibu, ia tak pernah mendapatkan jawaban. Melihat anaknya yang selama ini jarang berinteraksi dengan dirinya membuat Fatma senang. Nona yang jarang berinteraksi dengan ibunya itu, kini mulai mencair dan perlahan dekat satu sama lain.
Melihat anak dan cucunya yang kini tinggal satu atap dengan dirinya membuat Ambu merasa serba salah. Disatu sisi, ia masih kesal, sakit hati dan kecewa dengan Fatma, anak perempuan semata wayangnya yang memutuskan keluar dari desa Baduy demi memilih pria idamannya dulu, Nico. Tapi disatu sisi lainnya, Ambu dilanda rindu dan juga sedih melihat Fatma yang saat ini kembali ke rumah bersama dengan cucunya dengan kondisi tengah terpuruk. Ambu hanya bisa bersikap dingin didepan Fatma dan juga Nona daripada harus menerima kembali kehadiran mereka.


Nona semakin membenci neneknya itu. Ia penasaran kenapa neneknya bersikap dingin dan cuek pada ibu dan dirinya. Nona lalu mencari tahu pada Kang Jaya (Andri Mashadi), seorang pemuda desa yang menjual kain-kain tenun milik warga desa. Tak mendapat jawaban jelas, Nona lalu menanyakan lagi pada Hapsa, Nona yakin sahabatnya itu pasti tahu seputar kejadian antara Ambu dan ibunya.
Sementara itu, kondisi Fatma perlahan mulai menurun. Ia selalu menggigil dan mengalami demam tinggi. Nona dan Hapsa dibuat cemas melihat ibunya yang jatuh sakit. Untuk meminimalisir rasa sakitnya, Fatma hanya mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter sebelum ia meninggalkan Jakarta. Melihat anaknya jatuh sakit, Ambu mengalami pergolakan batin yang semakin membesar. Ia tak tega melihat anaknya kesakitan tapi ia juga belum bisa menyingkirkan rasa sakit hatinya pada Fatma. 
Akankah hubungan ibu-anak antara Ambu Misnah dan Fatma bisa kembali akur?


#Review:
Sutradara Farid Dermawan yang terkenal sebagai sutradara video klip para penyanyi populer di Indonesia kali ini mencoba peruntungannya menjadi seorang sutradara film panjang. Debutnya ini dimulai bersama dengan rumah produksi miliknya dan sang istri yaitu Skytree Pictures.
Proses shooting film AMBU (2019) ini sudah selesai kurang lebih dua-tiga tahunan yang lalu. Tak jauh usai Laudya Cynthia Bella selesai tugasnya dalam film SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 (2017). Dan akhirnya, film ini mendapat jatah untuk tayang di bioskop Indonesia mulai 16 Mei 2019 mendatang bertepatan pada bulan Ramadan 1440 Hijriyah.



Aku berkesempatan hadir pada Gala Premiere film AMBU (2019) yang dilangsungkan di Cinema XXI Plaza Senayan Jakarta pada 1 Mei 2019 yang lalu. Suasana Gala Premiere kala itu sangat ramai dihadiri oleh seluruh casts, produser, sutradara serta tamu undangan para selebriti dan juga tak ketinggalan masyarakat Banten yang ikut memeriahkan Gala Premiere ini.
Untuk segi cerita, ketika melihat trailernya, awalnya aku sendiri beropini film AMBU (2019) ini akan seperti film-film drama FTV saja. Tapi ternyata pandangan sebelah mataku itu terpatahkan usai menyaksikan film ini. Titien Wattimena selaku penulis skenario yang sudah expert dalam urusan mengoyak-oyak perasaan penonton ini berhasil menyajikan film AMBU (2019) ke tingkat level drama dan konflik ibu-anak yang sangat kuat. Kita bisa melihat dengan jelas penyebab konflik antara Ambu Misnah, Fatma dan Nico dari awal hingga akhir yang dibangun sangat konsisten. Setiap konflik dan pergolakan batin yang dirasakan Ambu Misnah dan Fatma benar-benar mengaduk perasaan penonton. Kita bisa merasakan sedih, haru sekaligus marah ketika melihat mereka berdua.


Permainan dialog, gesture serta pembangunan karakter Ambu Misnah yang dilakukan Widyawati menjadi penampilan paling kuat dan mengesankan disini. Laudya Cynthia Bella masih bermain aman dan selalu berhasil menarik simpati dan empati penonton. Yang cukup membedakan kali ini dari Teh Bella adalah background masa lalu karakter Fatma ini lumayan kelam, tidak seperti biasanya yang selalu mendapatkan peran dan image sholehah dari dulu hingga sekarang. Hal tersebut cukup berimbas pada hubungannya dengan sang ibu. Namun sayang, masa lalu Fatma ini sedikit banget ditonjolkannya. Penampilan supporting casts lainnya juga surprisingly bagus. Lutesha yang pertama kali aku lihat di film MY GENERATION (2017) ini doi mengalami progress peningkatan kualitas akting. Chemistry Lutesha sebagai Nona dengan Teh Bella secara alami terbangun dengan baik. Meskipun awalnya aku sempat berfikir antara Teh Bella dan Lutesha ini lebih cocok menjadi adik-kakak ketimbang ibu-anak. Tapi hal tersebut langsung kumaklumi, karena film ini mengangkat budaya suku Baduy yang dimana pada saat itu ada tradisi perempuan berusia 15-16tahun saja sudah diwajibkan untuk menikah.


Yang menjadi pencair suasana disaat ketegangan antara Ambu Misnah dan Fatma ialah Hapsa yang diperankan dengan sangat apik oleh Enditha. Doi berhasil banget memerankan karakter Hapsa dengan segala kelakuan, logat dan bahasanya. Kemunculannya dalam film AMBU (2019) ini selalu menjadi yang paling aku tunggu-tunggu. Edan maneh euy Hapsa bikin aing cecengiran wae.
Host, Selebgram dan Influencer Andri Mashadi yang memerankan bujang desa bernama Jaya juga bermain baik dalam film ini. Chemistry manis dengan Nona lumayan menggemaskan dibeberapa adegan. Aku sih yakin Andri Mashadi ini punya darah Sunda dalam dirinya seperti Teh Bella. Dialog karakter Jaya saat berbicara bahasa Sunda-Baduy nya terlihat natural.


Yang menjadi point plus berikutnya dalam film AMBU (2019) ini adalah penggunaan set lokasi di desa Baduy betulan serta penggunaan bahasa dan dialog Sunda-Baduy nya jempolan abis. Ketika dijumpai pada saat sesi Press Conference, Teh Bella dan Widyawati mengungkapkan bahwa ketika sedang proses reading, seluruh pemain mengikuti dan belajar bahasa Sunda-Baduy cukup intense yang langsung dimentori oleh masyarakat Baduy. Hasil dari belajar intense itu terbukti cukup memuaskan. Para pemain film AMBU (2019) ini berhasil memerankan warga Baduy dengan sangat baik. Namun sayang, menurutku pribadi film AMBU (2019) ini memiliki SATU kesalahan fatal yang dilakukan mengenai kondisi Fatma. Aku sangat heran dan dibuat kesal melihat Fatma yang kondisinya sudah seperti itu tapi dibiarkan begitu saja dari awal hingga film selesai. Cara untuk mendapatkan moment paling dramatis dan menyesakkan dada pada moment ini malah membuatku miris. Kurang make-sense banget.


Untuk urusan visual, music scoring, tata artistik dan sinematografi film AMBU (2019) ini juga tak kalah bagusnya. Nama-nama besar seperti Yudi Datau, Andi Rianto, Khikmawan Santosa, Wawan I Wibowo hingga Allan Sebastian yang terlibat berhasil menyuguhkan keindahan dan kemegahan alam serta desa Baduy dengan sangat memikat. Jalan-jalan setapak, jembatan akar gantung, hutan, rumah-rumah rotan hingga kain-kain tenun khas Baduy tampak sangat cantik dan indah.
Overall, meskipun mempunyai sedikit kesalahan, film AMBU (2019) ini sangat layak untuk ditonton di bioskop. Film ini menurutku sudah satu level dengan film KELUARGA CEMARA (2019) nya Yandy Laurens. Menjadi tontonan yang pas bersama dengan keluarga disaat moment Ramadan kali ini. 

Most memorable quotes from this movie: "Tak sedikit anak yang membenci orangtua mereka, tapi tak ada satupun orangtua dibumi ini yang membenci anaknya, sejahat atau seburuk apapun, orangtua pasti tetap menyayangi anak mereka" - Jaya (Andri Mashadi)


[8/10Bintang]

Sunday, 12 May 2019

[Review] Brightburn: Cerita Menyeramkan & Sadis Dari Sosok Mirip SuperMan


#Description:
Title: Brightburn (2019)
Casts: Jackson D. Dunn, Elizabeth Banks, David Denman, Jennifer Holland, Matt Jones, Meredith Hagner, Gregory Alan Williams, Becky Wahlstorm, Emmie Hunter
Director: David Yarovesky
Studio: Sony Pictures, Screen Gems, Stage 6 Films


#Synopsis:
Pasangan suami istri yaitu Kyle Breyer (David Denman) dan Tori Breyer (Elizabeth Banks) sudah lama mereka tidak dikaruniai momongan. Tapi akhirnya pada suatu malam, mereka menemukan seorang bayi di hutan yang tak jauh dari rumah mereka. Bayi laki-laki itu kemudian mereka beri nama Brandon Breyer (Jackson D. Dunn). Tori dan Kyle sangat bahagia dengan kehadiran Brandon meskipun bukan anak kandung sendiri, tapi keduanya membesarkan sosok Brandon penuh dengan kasih sayang dan cinta.


Sepuluh tahun berlalu, Brandon tumbuh menjadi remaja yang cenderung pendiam namun memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Sertifikat dan piala penghargaan atas kecerdasannya didapatkan dengan mudah. Namun diusianya yang kini menginjak angka 12 tahun, Brandon mulai merasakan ada yang tak beres dengan dirinya. Ia dapat dengan mudah melemparkan barang berat tanpa menggunakan tenaga ekstra. Hal itu berasal usai ia mengalami sleep-walking dan tersadar berada di area gudang peternakan milik keluarganya. Usai insiden tersebut, perlahan tapi pasti kekuatan Brandon mulai sulit dikendalikan, emosi dalam dirinya juga semakin mudah terpancing emosi karena ia juga sedang memasuki fase pubertas.


Untuk mengontrol anaknya yang sedang pubertas, sang ayah mencoba memberikan sex-education pada Brandon dengan sebaik mungkin. Namun Brandon tetap mempunyai sudut pandang lain mengenai hal itu. Sementara itu, disekolahnya, Brandon mulai diperlakukan semena-mena oleh sesama temannya. Tapi tidak dengan Caitlyn (Emmie Hunter). Ia selalu melihat bahwa Brandon itu adalah siswa yang cerdas dan baik. Brandon kemudiaan menaruh perasaan padanya. Dengan kekuatannya, ia sembunyi-sembunyi datang kerumah kamar Caitlyn.


Suatu malam, Brandon kembali mengalami sleep-walking. Ia bahkan selalu bergumam mengucapkan kata-kata asing yaitu "Yychhagaru Larum Ghhol". Gara-gara kejadian itulah, kekuatan Brandon semakin tak terkendali. Setiap ia merasakan amarah, selalu berakibat fatal pada orang-orang disekitarnya. Caitlyn bahkan harus mengalami patah tulang di pergelangan tangannya. Gara-gara kejadian itulah, Brandon diskorsing dari sekolah. Ibu dari Caitlyn yaitu Erica (Becky Wahlstorm) yang merupakan seorang karyawan restaurant cepat saji marah besar pada Brandon. Disaat Brandon menjalani hukuman skorsing dari sekolahnya, orang-orang disekitar Brightburn County mengalami kejadian-kejadian aneh dan berujung dengan kematian yang sangat mengenaskan. Caitlyn kembali diterror dan Erica harus meregang nyawa di tempat kerjanya. 


Merylee (Meredith Hagner) guru konseling disekolah sekaligus adik dari Tori ditugaskan oleh pihak sekolah untuk memantau perkembangan emosional dari keponakannya Brandon. Namun sepanjang penelusuran Merylee tentang Brandon itu terjadi kembali kematian mengenaskan yang kali dialami oleh suaminya sendiri yaitu Noah (Matt Jones). Kematian Noah membuat Sheriff  Deever (Gregory Alan Williams) melakukan penelusuran disemua tempat kejadian perkara. Hasil investigasi dirinya menemukan sebuah tanda berbentuk simbol yang seolah-olah menunjukkan inisial huruf, dan simbol tersebut muncul usai kematian Erica dan juga Noah.


Tori dan Kyle dibuat cemas melihat anaknya yang semakin sering menghilang. Sang ayah bahkan curiga Brandon adalah penyebab atas kematian Erica dan Noah. Namun sang ibu tetap tak mempercayainya. Bagi Tori, Brandon adalah anak yang baik dan tak mungkin melakukan aksi kejahatan itu. Kyle yang dilanda kebingungan memutuskan mengajak anaknya untuk berbicara empat mata sekaligus melakukan hobi mereka yaitu berdua. Kyle berencana untuk menembak Brandon agar tidak ada lagi kematian-kematian berikutnya. Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan Brandon?


#Review:
Biasanya jika orang biasa memiliki kekuatan super, pasti akan digunakan sebaik mungkin untuk membantu orang-orang biasa melawan tindak kejahatan dan menjadi sosok panutan bagi banyak orang. Tapi hal itu tidak berlaku dalam film BRIGHTBURN (2019) yang diproduseri oleh James Gunn ini. Bersama dengan sang sutradara yaitu David Yarovesky, mereka menghadirkan sebuah film yang sekilas mirip asal-usul superhero SuperMan namun dalam versi jahat, sadis dan horror.


Disini kita bisa melihat seorang remaja yang baru menginjak usia akil baligh mendapatkan kekuatan diluar nalar tapi digunakan untuk menyakiti bahkan membunuh seseorang hanya karena alasan sepele. Aksi Brandon yang diperankan cukup apik oleh Jackson D. Dunn ini berhasil menghasilkan moment jumpscared efektif dan cerdik usai dirinya mendapatkan kekuatan itu. Kemunculan dirinya sungguh unpredictable dan mirip setan berjubah. Emang dasar abege labil sih ini Brandon Breyer. Faktor rasa kesal dan diperlakukan sebelah mata oleh Caitlyn, Erica, Merylee dan suaminya Noah berujung pada kematian yang sangat mengenaskan. Gila sih emang. Bersih tanpa adanya guntingan sensor terutama pada kematian Erica dan Noah. Bikin ngilu dan menutup mata banget.
Namun sayang menurutku film BRIGHTBURN (2019) ini kurang banget menampilkan sosok sisi positif dari karakter Brandon Breyer sebelum dia memasuki usia 12 tahun. Ia hanya digambarkan sebagai siswa cerdas dan pendiam saja. Tidak menampilkan lebih detail saat ia di sekolah dan moment bullyingnya pun masih dalam kategori aman banget tidak sampai dalam tahap bikin kesal. Tak cuma itu saja, Brandon juga disini dibuat menjadi seorang anak yang tidak tahu berterima kasih banget kepada kedua orangtuanya yang merawat dari ia bayi hingga remaja. Andai saja film ini memberikan sedikit hati dan perasaan pada Brandon saat harus berhadapan dengan kedua orangtuanya, pasti jauh lebih mengena di hati. Elizabeth Banks yang memerankan ibu dari Brandon tampil memuaskan. Sebagai ibu yang sudah lama tak diberi momongan lalu mendapatkan Brandon, ekspresi kebahagiaan dan selalu melindungi anaknya meskipun bersalah terasa sangat meyakinkan. 


Meskipun di babak akhir film semuanya terbongkar, tapi tindakan yang dilakukan oleh kedua orangtua Brandon ini menurutku memang salah sih. Alhasil, Brandon menghabisi juga mereka. Yang lebih parah lagi progress sikap Brandon yang semakin pintar berbohong menuju akhir film semakin memperkuat bahwa kejahatan yang ada dalam diri Brandon semakin mendarah daging.
Overall, film BRIGHTBURN (2019) ini berhasil menampilkan kemenangan sosok penjahat yang menakutkan!


[7.5/10Bintang]