Thursday 7 November 2019

[Review] Lampor Keranda Terbang: Terror Sosok Gaib Pencabut Nyawa Di Temanggung


#Description:
Title: Lampor Keranda Terbang (2019)
Casts: Adinia Wirasti, Dion Wiyoko, Unique Priscilla, Mathias Muchus, Rendra Bagus Pamungkas, Annisa Hertami, Dian Sidik, Nova Eliza, Steffi Zamora, Landung Simatupang, Bimasena Prisai Susilo, Angelia Livie, Sofia Shireen
Director: Guntur Soeharjanto
Studio: Starvision Plus


#Synopsis:
Ibu Ratna (Unique Priscilla) dilanda kepanikan saat mengetahui sang suami, Jamal (Mathias Muchus) tengah melakukan ritual pemasangan susuk dengan bantuan seorang dukun bernama Atmo (Landung Simatupang). Sang istri tak ingin suaminya mempercayai hal-hal gaib karena selain dosa, akan mendatangkan juga sosok Lampor dengan Keranda Terbangnya ke kampung mereka. Lampor merupakan mitos di daerah Temanggung, Jawa Tengah berwujud laskar prajurit Nyai Roro Kidul yang ditugaskan untuk mengambil dan mencabut nyawa seseorang yang telah melakukan dosa besar di hidupnya. Satu-satunya cara untuk terbebas dari kejaran Lampor adalah dengan menumbalkan salah satu anggota keluarga si pendosa. Ratna lalu menyuruh anaknya, Netta (Sofia Shireen) untuk bersembunyi dan berdiam di rumah menjaga adiknya yang masih bayi agar tidak menjadi tumbal. Tapi malam itu semuanya terlambat. Anak kedua dari Ratna dan Jamal berhasil diambil oleh Lampor. Sejak kejadian itu, Ratna mengajak Netta untuk pergi dari kampungnya dan melupakan sang ayah yang telah tega menumbalkan anaknya sendiri demi susuk dan kekayaan.


Dua puluh enam tahun berlalu, Netta (Adinia Wirasti) kini tinggal di Medan, Sumatera Utara bersama dengan suaminya, Edwin (Dion Wiyoko) dan juga kedua anaknya, Adam (Bimasena Prisai Susilo) dan Sekar (Angelia Livie). Keluarga kecil ini sedang dilanda duka karena Ibu Ratna telah meninggal dunia. Almarhumah berpesan pada Netta untuk menyampaikan sebuah pesan pada ayahnya. Mendengar permintaan sang mertua membuat Edwin terkejut. Pasalnya, selama menjalani rumah tangga dengan Netta, dirinya hanya mengetahui kalau ayah kandung dari istrinya itu telah tiada. Edwin sangat kecewa dengan sikap Netta yang menyembunyikan hal ini darinya. Edwin berinisiatif untuk mengajak istri dan kedua anaknya untuk pergi ke kampung halaman Netta di Temanggung, Jawa Tengah dan bersilaturahmi dengan ayah dari istrinya itu. Karena atas permintaan sang suami dan juga ingin menyampaikan pesan terakhir dari ibunya, Netta pun akhirnya bersedia untuk pulang ke Temanggung.



Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, keluarga Edwin tiba di Temanggung dengan dijemput oleh Yoyo (Rendra Bagus Pamungkas), kerabat dari keluarga ayahnya Netta. Dalam perjalanan menuju ke kampung, mereka mendapat kabar bahwa Pak Jamal meninggal dunia tadi pagi terkena serangan stroke. Para tetangga yakin penyebab kematian Pak Jamal gara-gara hadirnya Netta disana. Mereka beranggapan bahwa Netta dan ibunya telah melakukan dosa besar di masa lalu.


Mendengar hal itu membuat Edwin marah. Edwin beranggapan semua warga disana terlalu mempercayai mitos dan tak memakai akal sehat dalam berpikir. Usai dimakamkan, Netta kini mendapatkan fakta bahwa ayahnya telah menikah lagi dengan seorang pengusaha tembakau bernama Asti (Nova Eliza) dan mengadopsi seorang anak perempuan bernama Mitha (Steffi Zamora). Disana juga keluarga Netta bertemu dan berkenalan dengan Nining (Annisa Hertami) dan Bimo (Dian Sidik) yang merupakan asisten rumah tangga dari almarhum ayahnya. Hadirnya Netta membuat sang ibu tiri merasa lega. Karena ternyata suaminya itu masih mempunyai keturunan biologis. Harta warisan dari Pak Jamal sepenuhnya akan jatuh ke tangan Netta.




Malam harinya, sosok Lampor dengan Keranda Terbangnya berkeliaran di perkampungan. Tak cuma itu saja, Lampor juga selalu menghampiri rumah keluarga Pak Jamal. Edwin dan Adam melihat dan merasakan secara langsung hadirnya sosok Lampor. Setelah kejadian itu, Edwin jadi mempercayai mitos di kampung halaman istrinya itu. Namun dalam hatinya ia masih bertanya-tanya, mengapa sosok Lampor masih saja mengincar keluarga Pak Jamal.


Selain Edwin dan Adam, Sekar pun merasakan sesuatu yang tak beres. Ia diganggu oleh sosok yang menyerupai kakeknya, Pak Jamal. Tak cuma itu saja, terror sosok Lampor terus menghantui rumah keluarga Pak Jamal dan Adam pun hilang.
Apa yang sebenarnya terjadi? Siapakah pendosa sesungguhnya yang selalu mengincar keluarga Pak Jamal?


#Review:
Apa jadinya sutradara yang terkenal dengan film-film bernuansa religinya seperti film 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA (2014), ASSALAMUALAIKUM BEIJING (2014), JILBAB TRAVELER (2016), CINTA LAKI-LAKI BIASA (2016) dan AYAT-AYAT CINTA 2 (2017) yaitu Guntur Soeharjanto kini ditunjuk oleh Starvision Plus untuk menggarap sebuah film horror berdasarkan urban legend Lampor yang melegenda di wilayah Temanggung, Jawa Tengah?


Untuk segi cerita, film horror terbaru Starvision Plus ini menceritakan urban legend Lampor berdasarkan kisah nyata dari sang sutradara sendiri lalu penulisan naskah dipegang oleh Alim Sudio. Yang cukup membuat film ini asyik adalah plotnya yang terus bergerak maju tanpa menggunakan metode flashback untuk membangun konflik maupun menghadirkan twist. Penonton diajak untuk berkenalan dengan asal-usul karakter Netta semenjak kecil hingga tumbuh dewasa dengan menyimpan sebuah misteri yang menyebabkan adiknya hilang diculik Lampor. Keputusan karakter Netta diberikan pada Adinia Wirasti menurutku sangatlah tepat. Adinia mampu mengolah emosi sebagai seorang ibu yang ketakutan akan masa lalunya terulang kembali. Ekspresi serta gesturenya tampil bagus. Hampir disepanjang durasi film, sosok Netta menampilkan aura kelam, pendiam dan selalu murung dalam kondisi apapun. Aku sangat memaklumi sifat dan psikologis Netta seperti itu karena apa yang ia alami yaitu menyaksikan secara langsung sosok Lampor merenggut adiknya yang masih bayi dan juga melihat kematian kedua orangtuanya (terutama sang ayah, Pak Jamal yang sepertinya susah untuk meninggal dengan tenang). Plot twist yang dihadirkan pun menurutku tampil cukup mengejutkan. Guntur dan Alim mengeksekusi drama keluarga dan konfliknya disini tidaklah buruk. Moment emosional yang ada di dalam keluarga Edwin ini dikemas baik.


Namun sayang, untuk urusan elemen horror, Guntur Soeharjanto tampak sekali belum berhasil menguasai genre ini. Wujud Lampor ditampilkan mirip seperti Dementor nya Harry Potter. Beberapa jumpscared ditampilkan khas film-film horror standar. Tak cuma itu saja, dalam pengungkapan twist pun, elemen horror yang dihadirkan menurutku terlalu gengges. Andai saja keseruan film ini berakhir disaat rumah terbakar, tidak perlu menampilkan kejadian konyol keranda ditabrak mobil dan ending scene sebelum credit title muncul pasti aku bakalan lebih ngasih rating lebih untuk film LAMPOR KERANDA TERBANG (2019) ini.


Untuk jajaran pemain, selain Adinia Wirasti yang menurutku tampil bagus, aktor Dion Wiyoko pun memberikan performa kuatnya sebagai seorang ayah. Reuni Adinia dan Dion setelah film CEK TOKO SEBELAH (2016) di film ini berhasil menarik simpati penonton. Pemeran anak-anak yaitu Bimasena Prisai Susilo dan Angelia Livie pun tampil baik tidak annoying.
Overall, film LAMPOR KERANDA TERBANG (2019) menurutku tidaklah buruk. Unsur budaya jawa serta urban legend dan juga drama konflik keluarganya disajikan dengan porsi yang seimbang dan kuat. Salah satu film horror lokal terfavorit untuk tahun ini.


[7.5/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment