Sunday, 5 August 2018

[Review] Sebelum Iblis Menjemput: Menguak Rahasia Kelam Sang Ayah


#Description:
Title: Sebelum Iblis Menjemput (2018)
Casts: Chelsea Islan, Pevita Pearce, Karina Suwandi, Ruth Marini, Ray Sahetapy, Samo Rafael, Khadija Shahab, Kinaryosih
Director: Timo Tjahjanto
Studio: Skymedia, Legacy Pictures



#Synopsis:
Ditengah kondisi ekonomi yang semakin parah, Lesmana (Ray Sahetapy) akhirnya memutuskan untuk pergi menemui seorang dukun perempuan (Ruth Marini). Dengan segala perjanjian mistis yang telah disepakati diantara mereka, impian Lesmana menjadi kenyataan. Dalam sehari, harta kekayaannya melimpah. Ia bahkan menjadi pengusaha dan pebisnis property sukses.
Kesukesan yang Lesmana peroleh itu membuatnya buta. Lesmana malah meninggalkan istrinya (Kinaryosih) beserta dengan anak mereka Alfie (Chelsea Islan) dan menikah lagi dengan seorang aktris bernama Laksmi (Karina Suwandi). Kehidupan baru Lesmana dan Laksmi yang dilimpahi materi yang melebihi dari cukup itu dianugerahi tiga orang anak, mereka adalah Maya (Pevita Pearce), Ruben (Samo Rafael) dan Nara (Khadija Shahab). Kehidupan Alfie malah sebaliknya ia tumbuh dalam ekonomi yang pas-pasan. Alfie juga kini harus hidup mandiri setelah ibunya tewas secara misterius. Kebencian Alfie pada ayahnya semakin membesar karena sudah meninggalkan mereka usai memiliki kehidupan yang layak.


Namun kekayaan bergelimang harta yang dirasakan Lesmana tidak terlalu berlangsung lama. Bahkan secara mengejutkan, semua usaha dan bisnisnya bankrupt. Lesmana kemudian kembali meminta bantuan pada dukun yang dulu telah menolongnya. Usai menjumpai dukun tersebut, Lesmana tiba-tiba jatuh sakit dan menderita penyakit aneh. Sekujur tubuhnya mengeluarkan bau busuk dan banyak benjolan berdarah. Maya, Ruben dan Nara dipertemukan kembali dengan Alfie di rumah sakit ketika menjenguk ayah mereka. Setelah itu, Alfie kemudian bertemu dengan Laksmi. Pertemuan dua keluarga ini tak membuat Alfie bahagia. Ia semakin membenci keluarga baru ayahnya itu.
Laksmi kemudian mencari tahu rumah lama Lesmana ketika masih tinggal dengan Alfie dan istrinya. Rumah itu terletak disebuah puncak yang dikelilingi hutan. Usai kematian sang istri pertama, rumah itu ditinggalkan begitu saja oleh Lesmana. Alfie pun kabur pergi dari rumah tersebut. Laksmi yakin di rumah itu masih ada berkas berkas penting Lesmana yang mungkin bisa dijual. Laksmi dan ketiga anaknya lantas pergi ke rumah tersebut.



Setibanya disana, Laksmi dan ketiga anaknya bertemu dengan Alfie yang sudah tiba duluan dirumah tersebut. Dibantu ketiga anaknya, Laksmi menelusuri rumah tersebut namun tak menemukan sesuatu yang berharga. Laksmi lalu berniat untuk menjual rumah tersebut secepatnya. Mendengar hal tersebut membuat Alfie marah. Ia tak ingin rumah masa kecilnya itu dijual.
Konflik antara keluarga Laksmi dan Alfie pun semakin memanas. Disaat yang bersamaan itu pula hadir sebuah kekuatan misterius di rumah tersebut usai Ruben berhasil membuka sebuah pintu basement rumah yang terkunci rapat. Kekuatan misterius itu bahkan menyeret Laksmi dan kemudian membuatnya ia kerasukan.
Melihat ibunya dalam kondisi bahaya membuat ketiga anaknya dan Alfie panik dan ketakutan. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?





#Review:
Industri film horror Indonesia dalam beberapa tahun ini mengalami peningkatan baik itu dalam segi kualitas dan kuantitas. Dalam Top 15 Box Office tahun 2018 ini saja delapan dari lima belas judul yang sukses tembus diatas satu juta penonton adalah film Indonesia genre horror. Hal ini membuktikan bahwa pecinta film Indonesia untuk genre horror masih cukup tinggi. Namun dari sekian judul film horror yang dirilis belakangan ini mayoritas tampil tidak terlalu memuaskan untuk segi kualitas. Tahun ini saja menurutku, film Indonesia bergenre horror yang boleh dibilang sebagai film horror yang bagus pada tahun ini itu masih bisa dihitung dengan jari. Diantaranya: DANUR2 MADDAH, SABRINA dan KAFIR. Ketiga film tersebut mampu menampilkan sebuah film horror yang tak cuma mengandalkan jumpscare saja tapi memberikan scenario serta performa pemain yang memuaskan.
Bulan Agustus 2018 ini seperti menjadi early Halloween season bagi industri film Indonesia. Tak tanggung-tanggung ada lima judul film horror yang akan tayang. Salah satu diantaranya adalah film horror produksi Legacy Pictures yakni SEBELUM IBLIS MENJEMPUT (2018). Yang cukup menjanjikan dalam film ini adalah bangku sutradara nya diduduki oleh Timo Tjahjanto. Pria dibalik kengerian dan kesadisan film RUMAH DARA (2009) dan KILLERS (2014). Tak cuma itu saja, deretan pemain yang dihadirkan dalam film adalah Chelsea Islan dan Pevita Pearce. Yang dimana ini merupakan film horror pertama bagi mereka. Rasa penasaran para pecinta film Indonesia termasuk aku semakin tinggi untuk film ini. Ingin tahu juga mengapa Chelsea Islan dan Pevita Pearce berani ambil film SEBELUM IBLIS MENJEMPUT (2018) ini.
Akhirnya, aku berkesempatan bisa menghadiri Gala Premiere film SEBELUM IBLIS MENJEMPUT (2018) yang diselenggarakan di Plaza Indonesia XXI Jakarta pada Jum’at 3 Agustus 2018 lalu. Situasi Gala Premiere pun lumayan banyak dihadiri bintang-bintang perfilman Indonesia dan sederet selebriti lainnya. Terlihat Dian Sastrowardoyo, Joe Taslim, Jefri Nichol, Derby Romero, Rizky Nazar, Sigi Wimala hingga Lucinta Luna juga datang menghadiri Gala Premiere.


Ketika preskon usai penayangan untuk media, sederet pemain, sutradara dan perwakilan dari rumah produksi film ditanyai oleh rekan media. Chelsea Islan dan Pevita Pearce mengutarakan alasannya untuk bermain dalam film ini. Mereka juga diberi tantangan yang cukup berat dari Timo Tjahjanto selama proses shooting film. Bahkan untuk Chelsea Islan sendiri ia diharuskan bermain lumpur semalaman untuk salah satu adegan dalam film ini.
Undangan Gala Premiere untuk para penerima undangan dimulai pukul 19:00 WIB. Setelah mendengar semua informasi ketika presskon, aku langsung berharap film ini mampu dan yakin memuaskan para penontonnya. Tanpa perlu basa basi, film dibuka dengan intense horror yang mencekam. Meskipun bercerita pada siang bolong, tapi moment menyeramkannya sangat kuat terasa. Gila sih, menit pertama aja sudah sukses membuatku ketakutan.



Cerita kemudian berlanjut. Perlahan tapi pasti jalan ceritanya mengalir dan tak lupa juga diselipkan hal-hal menyeramkan yang sukses mengguncang psikis. Kita diajak berkenalan dengan delapan pemain dalam film ini. Ya cuma delapan orang saja. Masing-masing karakter surprisingly diberi cerita dan konflik yang kuat agar inti cerita film ini terjaga secara keseluruhan. Semua karakter mempunyai kekuatan masing-masing. Yang menjadi highlight film ini menurutku ada pada empat karakter perempuan yang diperankan oleh Chelsea Islan, Pevita Pearce, Karina Suwandi dan Ruth Marini. Chelsea Islan dan Pevita Pearce memberikan performance akting keluar dari zona nyamannya. Keduanya apik memerankan Alfie dan Maya. Chelsea sukses menghadirkan sosok Alfie yang dilanda kebencian serta ketakutan psikis yang memukau. Pevita juga mengejutkan mampu menghadirkan sosok Maya yang sukses lepas dari bayang-bayang rangkayo Hayati. Dialog, gesture serta ekspresinya dieskplore dengan keren  oleh sang sutradara. Big applause berikutnya adalah aktris Karina Suwandi. Jika kamu suka Luna Maya dan Putri Ayudya yang disiksa di film mereka, maka kamu bersiaplah kehadiran Karina Suwandi. Sang sutradara menyiksa Karina boleh aku bilang dua kali lipat lebih “sadis” dibandingkan Luna dan Putri. Bahkan hingga tulisan ini dibuat, bayang-bayang Karina masih membekas banget. Sangat menyeramkan.




Secara teknis, visual dan sound pun aku sangat menyukai film ini. Gambarnya gila mantap banget. Adegan ketika malam hari dan diluar ruangan terasa Hollywood taste. Nyaris tanpa cacat sedikitpun. Sound nya juga aku suka sekali. Tak ada moment hujan deras dan petir menggelegar yang berulang-ulang. Semuanya terasa alami dalam film ini. Dan yang paling aku cintai adalah ada salah satu moment terbaik di film ini sama sekali tidak menggunakan sound alias senyap. Gila sih moment itu sukses membuatku gemeteran, panik dan menahan nafas. Timo Tjahjanto tampak membuktikan bahwa film horror Indonesia itu tak harus berisik dengan sound yang menggelegar. Tanpa suara pun mampu menghadirkan sensasi horror yang jauh lebih mencekam bagi penontonnya.
Klimaks horror film ini juga tampil sangat memuaskan. Dengan durasi hampir mencapai dua jam, Timo berhasil menghadirkan SEBELUM IBLIS MENJEMPUT (2018) yang melampaui ekspetasi para penontonnya. Inilah yang dinamakan film Horror Indonesia yang sempurna. Bahkan menurutku pribadi, film ini sukses melampaui film PENGABDI SETAN (2017) nya Joko Anwar. One of the BEST horror local all the time!

[9.5/10Bintang]

2 comments:

  1. Sangat menarik sekali ulasannya, kalau boleh diurutkan menurut blog ini Kafir, Pengabdi Setan, Sebelum Iblis Menjemput berada di urutan berapa?

    Masing-masing film ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Namun sangat patut diapresiasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. IMHO, SIM sedikit lebih baik daripada PS dan Kafir berada jauh dibawah mereka. Tapi setidaknya beberapa tahun ini SIM, PS, Kafir, Sabrina, Maddah dan Badoet sudah memberikan standar horror Indonesia ke tingkat yg paling tinggi. Hehe Btw thanks for comment :D

      Delete