Thursday 26 July 2018

[Review] Kafir: Meminta Bantuan Kepada Kekuatan Gaib Dari Setan



#Description:
Title: Kafir (2018)
Casts: Putri Ayudya, Sujiwo Tedjo, Rangga Azof, Nadya Arina, Teddy Syah, Nova Eliza, Indah Permatasari, Slamet Ambari, Oce Permatasari, Yayu Unru, Djenar Maesa Ayu, Laksmi Notonegoro
Director: Azhar Kinoi Lubis
Studio: Starvision Plus


#Synopsis:
Disebuah malam yang tengah diguyur hujan cukup deras, sebuah keluarga tampak hangat dan harmonis. Sang ibu, bernama Sri (Putri Ayudya) tengah sibuk memasak hidangan untuk makan malam. Sang suami, Herman (Teddy Syah) sedang bermain piano dengan melantunkan lagu favoritnya. Dan kedua anak mereka yakni Andi (Rangga Azof) dan Dina (Nadya Arina) sedang duduk di ruang keluarga. Tak berapa lama, hidangan makan malam sudah selesai dimasak oleh Bu Sri. Semua anggota keluarga kemudian berkumpul di ruang makan. Mereka dengan lahap menyantap hidangan malam yang ada di meja.


Tiba-tiba kehangatan keluarga Herman berubah menjadi ketakutan. Sang ayah tiba-tiba batuk dan mengeluarkan darah yang cukup banyak dari mulutnya. Bu Sri dan kedua anaknya dibuat panik. Dina bergegas meminta bantuan keluar rumah, namun sayang, nyawa ayah mereka tak tertolong. Pak Herman meninggal dengan mulut penuh darah dan mengeluarkan sebuah benda yang tak lazim dari mulutnya. Pak Herman lalu dimakamkan yang tak jauh dari pemukiman warga.
Meninggalnya sang suami membuat Ibu Sri dilanda kesedihan yang amat mendalam. Ia belum bisa menerima kepergian suaminya itu dengan cara yang aneh. Sang ibu bahkan tak ingin lagi memasak hidangan yang menjadi kesukaan almarhum sang suami jika sedang berada didapur. Waktu terus berjalan, hingga tak terasa sudah sebulan lebih Pak Herman meninggalkan istri dan kedua anaknya. Meskipun sudah lebih dari satu bulan, Bu Sri masih tetap saja sulit menerima keadaan.
Selama itu juga, Bu Sri kerap mengalami hal-hal ganjil. Ia sering merasakan kehadiran sosok misterius ada di rumah yang mereka tempati.
Apa yang Bu Sri alami tak membuat kedua anaknya lantas percaya begitu saja. Mereka yakin bahwa sang ibu hanya berhalusinasi karena tak bisa menerima kepergian sang ayah. Andi dan Dina lalu mencoba membawa sang ibu ke dokter (Djenar Maesa Ayu). Namun sayang, hasilnya nihil. Dokter tidak menemukan penyakit yang diderita oleh Bu Sri. Mereka lalu membawa kembali sang ibu ke rumah. Beruntung, Andi mendapat bantuan untuk merawat sang ibu dari kekasihnya, Hanum (Indah Permatasari). Dikala senggang, Hanum bersedia merawat bu Sri dirumah ketika Andi dan Dina sedang berada diluar rumah.


Selama dirawat, Bu Sri terus mengalami hal-hal misterius. Ia lalu mencoba kabur dan menemui seorang dukun bernama Jarwo (Sujiwo Tedjo). Jarwo lalu mendatangi kediaman Bu Sri. Tepat dikamar Bu Sri, Jarwo melihat sebuah kekuatan supranatural yang mencoba mencelakai keluarga Bu Sri. Jarwo kemudian mencoba mengusir kekuatan tersebut. Keesokan harinya, Bu Sri datang kembali ke kediaman Jarwo untuk meyakini dugaan soal siapa yang mencoba mengganggu keluarganya itu. Namun ketika Jarwo akan kembali membantu Bu Sri, ia malah tewas terbakar dirumahnya. Bu Sri panik dan ketakutan. Ia lalu pergi meninggalkan kediaman Jarwo yang habis dilalap kobaran api.
Dina dan Andi secara sembunyi-sembunyi menyelidiki apa yang tengah terjadi di keluarga mereka. Keduanya membuka berkas-berkas ibu dan ayahnya di kamar. Tak hanya itu saja, mereka juga menyelidiki ke kediaman Jarwo yang hangus terbakar. Disana mereka menemukan sebuah foto yang nyaris sedikit hangus terbakar. Foto tersebut menampilkan sebuah rumah dan terdapat 3 orang yang tengah berdiri didepan rumah tersebut. Mereka lalu mencoba menanyakan ke penduduk sekitar tentang kisah rumah yang ada di foto itu.


Sementara itu, kondisi sang ibu dirumah yang sedang dirawat Hanum semakin parah. Bu Sri semakin sering bertingkah aneh layaknya orang kesurupan. Puncaknya, pada suatu malam ditengah hujan deras, sang ibu hilang. Andi dan Dina panik. Hanum pun tak tahu kemana Bu Sri pergi. Dina pun tiba-tiba jatuh pingsan tak sadarkan diri. Melihat Andi dan Dina yang semakin panik, Hanum menyarankan untuk sementara tinggal dirumahnya sampai semuanya kembali normal. Mereka bertiga kemudian pergi kerumah Hanum. Setibanya disana, mereka disambut dengan baik oleh Bu Ratna Laila (Nova Eliza), ibunya Hanum. Mereka dipersilahkan untuk beristirahat sampai Dina pulih.
Andi ternyata tidak bisa tidur dengan tenang karena belum tahu keberadaan sang ibu. Ketika sedang berada diruang tamu rumah Bu Ratna, Andi tak sengaja melihat beberapa brosur dan foto yang berserakan dimeja. Andi terkejut ia menemukan sebuah foto yang sama persis dengan foto yang ia lihat dikamar ibunya dan rumah dukun Jarwo. Andi kemudian mencurigai ada yang tak beres. Ia lalu berusaha untuk keluar dari rumahnya Hanum dan membawa Dina yang masih tak sadarkan diri secepat mungkin.
Apa yang sebetulnya terjadi dengan keluarga Bu Sri dan kedua anaknya?


#Review:
Film Indonesia bergenre horror sepertinya di tahun ini sedang naik daun. Banyak film-film setan yang dirilis tahun 2018 menuai kesuksesan secara komersil meskipun tak sedikit yang berbanding terbalik dengan kualitas filmnya. Dari belasan judul yang sudah dirilis pada semester pertama tahun ini menurutku baru DANUR 2 MADDAH (2018) dan SABRINA (2018) saja yang mampu tampil menunjukan kualitasnya sebagai sebuah film horror yang memuaskan.
Starvision Plus pada April kemarin mencoba terjun ke genre horror dengan menghadirkan film SAJEN (2018), namun sayang, menurutku filmnya sama sekali tidak horror. Meskipun menurutku itu adalah film horror yang gagal, tapi untuk segi komersil, film yang ditulis skenarionya oleh Haqi Achmad itu sukses tembus 790ribu penonton lebih ketika selama tayang di bioskop.
Pada awal Agustus 2018 ini, Starvision kembali menghadirkan film horror. Kali ini yang tampak begitu menjanjikan adalah hadirnya sineas Upi yang duduk sebagai produser kreatif dan penulis skenario untuk filmnya. Sebelumnya Upi sukses berkolaborasi dengan Starvision pada film SWEET 20 (2017). Menurut sang produser, yakni Chand Parwez Servia ketika dijumpai pada Gala Premiere film KAFIR yang diselenggarakan di Epicentrum XXI pada Kamis, 26 Juli 2018 lalu, awal mula ide membuat film ini yakni remake dari film KAFIR produksi Starvision Plus juga yang dirilis pada tahun 2002 silam. Namun keinginan sang produser itu tidak disetujui oleh Upi selaku produser kreatif dan penulis skenario film. Upi langsung memberikan ide untuk membuat film dengan cerita baru. Untungnya, Chand Parwez langsun menyambut baik ide yang diberikan Upi. Maka hadirlah film KAFIR (2018) yang disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis.



Untuk segi cerita, sebetulnya film KAFIR (2018) ini tak berbeda jauh dari template cerita film-film horror pada umumnya. Namun beruntung, Kinoi dan Upi tidak membuat film ini terjebak mainstream seperti film-film horror belakangan ini. Keduanya cukup cerdik menyembunyikan kejutan twist yang disimpan diparuh akhir film. Paruh awal film, mau tak mau menurutku sedikit mirip dengan film PENGABDI SETAN (2017) nya Joko Anwar. Tone film dan artistiknya juga sekilas mirip. Menuju paruh tengah film, Kinoi dan Upi seolah menebarkan kepingan puzzle dalam ceritanya yang harus kita susun satu demi satu lewat beberapa adegan serta jumpscarednya. Untuk segi menakut-nakuti penonton, film KAFIR (2018) ini beberapa diantaranya masih cukup mainstream. Kadang editing perpindahan antar satu adegan ke adegan lainnya tidak berjalan smooth. Yang sedikit menganggu untukku adalah ketika adegan malam hari, hampir disemua scene SELALU diceritakan hujan lebat dengan tambahan suara petir yang menggelegar. Namun beruntung, menuju paruh akhir film, final scene film KAFIR (2018) terasa memuaskan banget untukku. Bagian ini taste seorang Upi nya begitu kuat terasa. Adegan basement yang dihadirkan bareng dengan twist serta sedikit "siksaan" untuk para pemainnya begitu oke. Aku yang awalnya hanya peduli sama sosok Bu Sri saja langsung berubah drastis dan ikut bersimpati melihat apa yang terjadi kepada kedua anaknya. Terlebih kepada Dina. Gila bangeet!


Untuk segi artistik, musik scoring, soundtrack dan visual, film ini cukup oke dan niat. Tone gambarnya yang bersetting tahun 90'an nya khas Upi banget. Jajaran pemain memberikan performa maksimalnya. Aku paling takjub dengan Putri Ayudya yang memerankan sosok Bu Sri. Permainan emosi dan ekspresi nya klimaks banget dari awal hingga akhir film. Sujiwo Tedjo pun tak kalah memberikan performance bagusnya meskipun tampil terbatas. Rangga Azof dan Nadya Arina yang awalnya terasa nothing special, sukses membuatku terpikat ketika di adegan akhir film. Sosok Indah Permatasari dan Nova Eliza juga tak disangka akan memberikan penampilan mengejutkan meskipun menurutku Indah Permatasari masih belum terlalu meyakinkan memerankan sebuah karakter yang berbanding terbalik ketika paruh awal film.
Overall, film KAFIR (2018) ini cukup memuaskan. Yang sedikit membuatku BETE maksimal sih ketika malam Gala Premiere film ini ada insiden filmnya diberhentikan sekitar 10-15menitan. Entahlah kenapa penyebabnya, yang jelas film KAFIR (2018) ini bagus kok! Congratulations for Starvision Plus!


[7/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment