Thursday, 29 November 2018

[Review] Widows: Aksi Tiga Janda Dalam Melanjutkan Tugas Para Suami



#Description:
Title: Widows (2018)
Casts: Viola Davis, Michelle Rodriguez, Elizabeth Debicki, Cynthia Erivo, Liam Neeson, Jon Bertnal, Manuel Garcia-Rulfo, Coburn Goss, Colin Farrell, Robert Duvall, Brian Tyree Henry, Daniel Kaluuya, Carrie Coon
Director: Steve McQueen
Studio: 20th Century Fox, See Saw Pictures

#Synopsis:
Veronica (Viola Davis), Linda (Michelle Rodriguez) dan Alice (Elizabeth Debicki) harus menerima kenyataan bahwa suami mereka tewas setelah selesai melakukan tindak kriminal pencurian uang dari Jamal Manning (Brian Tyree Henry) salah satu calon pemimpin di wilayah-18 di Amerika Serikat.


Veronica terasa sangat kehilangan atas kepergian sang suami yang sangat ia cintai. Begitu juga dengan Linda, ia harus menjadi seorang single parent bagi kedua anaknya sekaligus melanjutkan usaha butik pakaian pesta seorang diri. Alice juga demikian, ia sangat bersedih suaminya pergi meninggalkan dirinya dengan cara seperti itu. Persamaan dari ketiga istri ini mereka sama sekali tidak mengetahui rencana kriminal yang dilakukan oleh para suami. Kehidupan terus berlanjut, namun kondisi ekonomi Veronica, Linda dan Alice semakin memburuk. Veronica terpaksa harus memberhentikan sopir pribadinya, ia juga bahkan diancam oleh orang utusan Jamal yakni Jatemme Manning (Daniel Kaluuya) untuk segera mengembalikan uang yang telah dicuri oleh sang suami secepatnya. Butik milik Linda disegel lantaran tempat tersebut belum sepenuhnya milik Linda dan sang suami. Begitu juga dengan Alice, ia sangat terpukul hingga kehilangan semangat hidupnya.


Suatu hari, Veronica mendapat sebuah kunci berangkas yang didalamnya terdapat sebuah buku berisikan segala macam tentang rencana sang suami dan ketiga temannya dalam melakukan aksi kriminal baik itu yang sudah dan akan dilakukan. Karena ancaman dari pihak Jamal Manning yang terus mendesaknya, Veronica pun berencana untuk melanjutkan aksi kriminal suaminya berdasarkan buku itu. Ia lalu menghubungi Linda dan Alice agar bersedia membantunya. Karena himpitan ekonomi yang mereka alami, Veronica, Linda dan Alice bergegas mempersiapkan rencana ini. Veronica menugaskan Linda untuk melacak denah keberadaan berangkas yang berisi lima juta dollar itu. Sementara itu, Alice ditugaskan untuk mencari kendaraan dan senjata sebagai alat untuk membantu aksi perampokan.


Seiring berjalannya waktu, Veronica terus dibayang-bayangi kebersamaan dengan suaminya, Harry Rawlings (Liam Neeson). Sementara itu, kedua kubu calon pemimpin yakni Jamal Manning dan Jack Mulligan (Collin Farrell) terus mencoba meraih simpati para warga. Mulligan bahkan bersedia membantu Veronica jika ia membutuhkannya. Jamal pun selain sibuk menarik perhatian warga, ia terus mendesak Jatemme untuk melacak keberadaan orang-orang yang telah mencuri uangnya dan bahkan tak segan melukai hingga membunuh mereka.



Karena tak mempunyai driver handal, Linda kemudian mengajak pengasuh anak-anaknya yakni Belle (Cynthia Erivo) untuk menjadi driver sekaligus mengintai area lokasi denah tempat mereka akan merampok. Linda berhasil menemukan lokasi denah itu asalnya darimana. Denah yang digambarkan oleh suami Veronica ternyata adalah tempat kediaman keluarga Jack Mulligan. Berhasilkah Veronica, Linda, Alice dan Belle melanjutkan aksi kriminal para suami mereka?


#Review:
Bagaimana jika sutradara 12 YEARS SLAVE (2013) dan penulis skenario GONE GIRL (2014) bersatu dalam satu judul film? Hal ini sudah sangat jelas menjadi sesuatu yang menjanjikan bagi pecinta film. Film WIDOWS (2018) ini merupakan kolaborasi mereka. Sebuah drama heist yang menurutku dikemas cukup serius namun dibawakannya santai banget. Taste Steve McQueen dan Gillian Flynn begitu asik dalam memadukan unsur drama, kriminal serta heist dalam film WIDOWS (2018).


Meskipun disepanjang film nyaris penuh dialog antar pemain namun sama sekali tidak membuatku bosan. Pengenalan karakter dalam film ini terasa cukup efektif dan cara menghubungkan satu sama lainnya juga bagus. Film ini juga menampilkan aksi kriminal yang begitu natural ketika para janda ini melakukan aksinya. Meskipun tak se-expert delapan perempuan tukang maling di OCEAN'S 8 (2018), tapi aksi Veronica, Linda, Alice dan Belle yang masih amatiran ini bagus tidak dibuat berlebihan. Viola Davis dalam memerankan sosok Veronica tampak terlihat so' kuat dan tegar padahal sebetulnya ia rapuh dan gampang nangis jika mengingat suaminya haha. Rodriguez dan Debicki juga surprisingly mampu menjadi karakter pereda ketegangan dengan sifat mereka yang so' serius namun mental emak-emaknya tak bisa mereka hilangkan. Paling suka dengan karakter Alice yang diperankan Elizabeth Debicki yang sekilas mirip perpaduan Saoirse Ronan dan Karen Gillan. Hahaha
Harus diakui sih, moment pencair suasana dalam film ini menurutku bagus timingnya. Plotline nya juga dari awal hingga akhir film enak banget diikut, tidak membuatku bosan. Twist yang dihadirkan pun sedikit mengingatkanku pada film GONE GIRL (2014) nya Ben Affleck dan A SIMPLE FAVOR (2018) nya Blake Lively namun beruntung film ini mengambil keputusan twist nya singkat dan jelas.


Yang sedikit aku sayangkan adalah karakter Jammete Manning yang diperankan Daniel Kaluuya pada paruh awal hingga akhir film tampak super antagonis dan bad-ass, namun menuju akhir film, karakter Jammate ini diselesaikan dengan terlalu cepat dan gitu doang. Sayang banget.
Overall, film WIDOWS (2018) tampil cukup memuaskan. Twistnya baru bisa ditebak dengan mudah setelah anjing putih itu muncul. :))


[8/10Bintang]

[Review] Ralph Breaks The Internet: Perjalanan Super Seru Ke Dunia Internet


#Description:
Title: Ralph Breaks The Internet (2018)
Casts: John C. Reilly, Sarah Silverman, Gal Gadot, Taraji P. Henson, Alan Tudyk, Alfred Molida, Ed O'Neill, Jack McBrayer, Jane Lynch, Sean Giambrone, Roger Craig Smith, Irene Bedard, Kristen Bell, Idina Menzel, Jodi Benson, Auli'i Cravalho, Jennifer Hale, Kate Higgins, Linda Larkin, Kelly MacDonald, Mandy Moore, Paige O'Hara, Pamela Ribon, Anika Noni Rose, Ming-na Wen.
Director: Phil Johnston, Rich Moore
Studio: Walt Disney Pictures


#Synopsis:
Enam tahun setelah peristiwa Sugar Rush, kini Ralph (John C.Reilly) dan Vanellope (Sarah Silverman) berteman semakin dekat dan akrab. Di game arcade milik Mr. Litwak (Ed O'Neill), aktivitas para karakter game dalam menjalani rutinitas sehari-sehari mereka berjalan normal tanpa ada hambatan apapun. Ralph kini sudah dihargai dan semakin disegani oleh orang-orang dalam game Wreck-it Ralph. Begitupun dengan Vanellope, ia bahkan menjadi karakter terfavorit di game Sugar Rush dan dihormati oleh para pembalap lain.


Rutinitas yang terus berulang tanpa adanya perubahan seperti selalu memenangkan balapan, mendapat ranking satu di permainannya serta lintasan balap yang itu-itu saja membuat Vanellope bosan dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Agar sahabat terdekatnya itu tidak melulu mengeluh, Ralph kemudian berinisiatif membuat lintasan baru dan terjal di Sugar Rush. Ketika Vanellope sedang dimainkan oleh pemain, ia melihat lintasan baru tersebut dan langsung mencobanya. Namun sial, karena terlalu excited, Vanellope malah mengabaikan kendali dari si pemain. Si pemain permainan game Sugar Rush di game arcade Litwak merasa heran melihat karakter yang dipilihnya sulit untuk dikendalikan. Hingga akhirnya setir dari permainan Sugar Rush copot dan rusak. Vanellope pun tabrakan dan masuk ke kolam cokelat. Game arcade Sugar Rush pun langsung ditutup dan untuk sementara tidak beroperasi lantaran setirnya rusak. Kepanikan melanda seluruh penghuni Sugar Rush. Gara-gara ulah Vanellope, game Sugar Rush akhirnya tutup. Belasan pembalap lainnya terpaksa ditempatkan dirumah Felix (Jack McBrayer) beserta dengan istrinya, Sergeant Calhoun (Jane Lynch). Vanellope semakin merasa bersalah, ia kemudian meminta bantuan pada Ralph untuk membantu mencari setir Sugar Rush. 



Sementara itu, Mr. Litwak kini mencoba mengaktifkan WiFi di game arcade nya. Tujuannya agar semakin mendapatkan pelanggan lebih banyak lagi. Hadirnya WiFi menjadi sesuatu yang baru di game arcade. Petugas keamanan bahkan melarang siapapun masuk ke jaringan WiFi. Namun bukan Ralph dan Vanellope jika tidak penasaran. Mereka kemudian pergi dari game arcade ke jaringan WiFi. Ralph dan Vanellope tak sengaja mendengar perbincangan Mr.Litwak dengan pelanggannya mengenai tempat untuk membeli sparepart game Sugar Rush secara online yakni di eBay. Mereka kemudian mencari kanal eBay untuk mendapatkan setir Sugar Rush yang berada disana. Ternyata jaringan WiFi dan internet yang mereka berdua kunjungi jauh lebih spektakuler dibandingkan game arcade. Semua situs dan hal apapun yang baru mereka temui disepanjang jalan menuju eBay. 



Setibanya di eBay, Ralph dan Vanellope harus bisa mengalahkan orang lain untuk mendapatkan setir Sugar Rush dengan cara sistem lelang. Tanpa pikir panjang, Ralph dan Vanellope menawar benda itu dengan harga ribuan dollar. Secara otomatis mereka menang lelang tersebut, namun sayang keduanya sama sekali tidak memiliki uang dollar untuk menebus benda itu. Ralph dan Vanellope kemudian mempunyai ide untuk bertemu dengan Spamley (Bill Hader), si Pop-Up Advertising yang menawarkan mendapatkan uang dollar dengan cara instant. Untuk bisa menebus setir Sugar Rush itu, Ralph dan Vanellope ditugaskan mengambil sebuah mobil balap antik di permainan Death Race dan harus berhadapan dengan Shank (Gal Gadot) beserta rekan-rekannya.


Setibanya di arena Death Race, Ralph dan Vanellope tanpa pikir panjang langsung mengambil mobil antik yang menjadi incaran utama dalam permainan Death Race. Mereka kemudian terlibat aksi kejar-kejaran dengan Shank dan kawan-kawannya. Adrenaline Vanellope semakin memuncak, karena aksi kebut-kebutan kali ini jauh lebih seru dibandingkan dengan di Sugar Rush. Shank pun tak menyangka ada gadis cilik begitu memukau ketika mencoba mengalahkannya. Namun sayang, Vanellope dan Ralph gagal meraih mobil antik itu, Shank lalu menyarankan keduanya untuk bertemu dengan Yesss (Taraji P. Henson) di BuzzTube yang merupakan tempat terbaik untuk meraih popularitas dan kekayaan yang instan, hanya dengan mengunggah video. Awalnya Yesss kurang yakin bisa membantu Ralph dan Venellope untuk mendapatkan ribuan dollar dalam waktu singkat, namun ketika Shank memberikan contoh video aksi konyol Ralph padanya, ia langsung optimis bisa membantu mereka. Yesss bahkan mengerahkan pasukan Spamley & Pop-Up untuk mendongkrak popularitas video Ralph. Vanellope juga ikut membantu menyebarkannya ke tempat-tempat populer hingga ia tiba di Disney World dan bertemu dengan para Princess Disney.


Hasilnya ternyata memuaskan. Video yang diunggah Ralph berhasil meraih popularitas. Pundi-pundi uang pun mulai terkumpul. Disaat Ralph rela melakukan apa saja agar Sugar Rush bisa hidup kembali, tapi Vanellope malah merasa ingin menetap di Death Race, karena disana ia bisa merasakan kebebasan dalam aksi balapan dan sosok Shank sangat menginspirasi dirinya. Melihat Vanellope malah ingin menetap di Death Race, Ralph kemudian meminta bantuan Spamley untuk mencari cara agar permainan Death Race menjadi lambat dan rusak. Ia lalu bertemu dengan Trojan dan mendapatkan sebuah virus yang mampu menyerang Death Race dengan melihat celah malfungsi yang ada di tempat tersebut.


Kemampuan glitch yang dimiliki Vanellope rupanya dianggap malfungsi yang efektif bagi virus untuk menyerang Death Race. Akankah Ralph dan Vanellope kembali bersatu?


#Review:
Film WRECK-IT RALPH (2012) sukses menjadi salah satu film terbaik Disney yang pernah dibuat. Di adaptasi dari game Wreck-it Ralph, filmnya sendiri mampu menyuguhkan plot yang luar biasa tentang kehidupan sehari-hari para karakter dalam dunia game arcade. Tak tanggung-tanggung, film WRECK-IT RALPH (2012) masuk nominasi Academy Awards dan Golden Globes sebagai Film Animasi Terbaik.


Enam tahun berlalu, kelanjutan kisah Ralph dan Vanellope berlanjut dan kali ini petualangan mereka tidak sebatas di game arcade mereka saja. Ya, mereka berdua berpetualang dan menjelajah dunia internet. Premis yang semakin menjanjikan dan menarik banget.
Dan akhirnya, setelah penantian panjang, sekuel WRECK-IT RALPH: BREAKS THE INTERNET (2018) dirilis serentak di bioskop pada 21 November 2018. Seperti pada jilid pertamanya, kita melihat kembali aktivitas harian para karakter game didalam sebuah game arcade sebelum, ketika dan sesudah mereka menjalani pekerjaannya. Hal ini sedikit mengingatkanku pada film Animasi keluaran Disney•Pixar yakni TOY STORY Franchise. Namun dalam sekuelnya kali ini, BREAKS THE INTERNET tampil semakin menggila, lebih besar, lebih megah dibandingkan jilid pertamanya. Karena mengambil set cerita dalam jaringan internet yang sangat luas, sudah pasti referensi yang diambil oleh sang sutradara dan penulis skenario seputar apa yang ada di internet. Semua imajinasi yang mustahil terjadi hampir terealisasi dalam film ini. Disney begitu berhasil menyajikan visualisasi dunia internet yang sangat mudah untuk dipahami karena aku yakin semua orang yang sudah akrab dengan internet akan jatuh hati dengan film ini. Kita bisa melihat cara kerja sebuah Pop-Up Advertising, link spam, eBay, permainan balap online, situs video Buzztube, aktivitas situs Disney hingga cara kerja virus dan trojan yang digambarkan dengan ceria dan memanjakan mata. 


Yang aku suka berikutnya adalah semua karakter utama dalam film ini diceritakan dan dibangun dengan sangat baik. Karakter Vanellope yang disuarakan oleh Sarah Silverman tampil sangat enerjik dan selalu bersemangat melakukan aktivitasnya. Sosok Ralph juga digambarkan semakin mencintai permainannya dan juga sangat bersahabat dengan Vanellope hingga ia tak ingin kehilangan sahabat terbaiknya itu. Karakter Shank (Gal Gadot) juga tampil begitu memukau dan mampu mempengaruhi persahabatan antara Ralph dan Vanellope.
Yang tampil paling mencuri perhatian dalam film ini siapa lagi kalau bukan para Princess Disney. Selama 24 tahun hidup di dunia inj, baru kali ini aku melihat deretan Princess Disney bergabung dalam satu judul film. Suka banget cara sang sutradara dan penulis skenario menyelipkan para Princess Disney dalam kisah antara Ralph dan Venellope. Tidak sekedar cameo dan tempelan saja. Bahkan kehadiran mereka semakin bermanfaat ketika film menuju babak akhir.


Untuk segi visual, film ini tampil semakin memukau dan luar biasa. Aku kagum sekali BREAKS THE INTERNET (2018) ini memvisualkan dunia internet mudah dicerna bagi siapapun yang sudah terbiasa dengan internet. Tak cuma itu saja, kita juga diberi pesan moral yang cukup menohok lewat plot pertemanan Ralph, Vanellope dan Shank. Bahkan rules dalam bersosial media juga digelorakan dengan baik oleh Yesss yang disuarakan oleh Taraji P. Henson. 
Yang sedikit mengganggu menurutku hanya satu, visualisasi virus menyerang Death Race dan berwujud Ralph kenapa harus berbentuk raksasa seperti itu haha. But overall, RALPH BREAKS THE INTERNET (2018) is the BEST Animated Movie of the year for me!

[9.8/10Bintang]

Wednesday, 28 November 2018

[Review] Fantastic Beasts 2: Memburu Grindelwald dan Berkenalan Dengan Keluarga Lestrange


#Description:
Title: Fantastic Beasts 2: The Crimes of Grindelwald (2018)
Casts: Eddie Redmayne, Katherine Waterstone, Ezra Miller, Johny Depp, Dan Fogler, Alison Sudol, Jude Law, Zoe Kravitz, Callum Turner, Claudia Kim, William Nadylam, Joshua Shea
Director: David Yates
Studio: Warner Bros Pictures

#Synopsis:
Enam bulan usai kekacauan yang terjadi di New York, Newt Scamander (Eddie Redmayne) kini berurusan dengan pihak kementrian sihir atas apa yang telah ia dan teman-temannya lakukan. Sementara itu, Grindelwald (Johny Depp) sang penjahat, berhasil meloloskan diri dari penjara lalu bersembunyi disebuah tempat sembari mengumpulkan orang-orang untuk menyerang dan memecah belah antar para penyihir.
Mendengar Grindelwald kabur, Newt yang sebetulnya masih dihukum, terpaksa ditugaskan ke Paris oleh kementrian sihir untuk menelusuri Grindelwald dan bertemu dengan Albus Dumbledore (Jude Law) yang konon ia mengenal baik sosok Grindelwald. Diperjalanan menuju Paris, Newt ditemani sahabatnya, Jacob (Dan Fogler). Selain untuk mencari Grindelwald juga Dumbledore, Newt diam-diam ingin mencari Tina Goldstein (Katherine Waterstone) juga yang sedang berada di Paris juga.
Disisi lain, Grindelwald mengincar Credence (Ezra Miller) yang sedang mengalami proses pencarian jati diri serta asal usul dirinya. Credence bersembunyi dan bekerja sebagai salah satu anggota sirkus. Disana ia menjalin hubungan dengan Nagini (Claudia Kim), seorang gadis asal Indonesia-Asia Tenggara yang dikutuk menjadi ular. Grindelwald memanfaatkan kerapuhan diri calon pengikutnya dengan cara menjanjikan akan mengabulkan semua permintaan mereka.
Usai bertemu dengan Albus Dumbledore di Hogwarts, Newt kemudian menelusuri kastil sekaligus sekolah sihirnya itu untuk mencari informasi lebih jauh seputar hubungannya Dumbledore dengan Grindelwald. Disana juga ia bertemu dengan Leta Lestrange (Zoe Kravitz) teman satu angkatannya yang dahulu dikenal nakal dan bandel.
Akankah Newt berhasil bertemu dengan Grindelwald?

#Review:
Wizarding Universe semakin dikembangkan oleh Warner Bros Pictures. Tujuh jilid Film Harry Potter adaptasi dari novel JK Rowling tidak membuat rumah produksi ini puas begitu saja. Prequelnya lewat Fantastic Beasts kemudian digarap. Jilid pertama berjudul FANTASTIC BEASTS AND WHERE TO THE FIND THEM (2016) kala itu dirilis mendapat respon yang cukup positif lantaran menghadirkan sebuah film serupa dengan Harry Potter namun menampilkan seorang karakter yakni Newt Scamander yang tergolong sudah expert sebagai penyihir dan mempunyai hobi mengumpulkan binatang-binatang ajaib di kebun binatang rahasianya. Jilid pertamanya berhasil menghadirkan sebuah petualangan dunia sihir yang baru dan menyenangkan ketika melihat Newt memburu dan mendapatkan hewan-hewan ajaib itu.
Tahun 2018 ini Warner Bros merilis sekuelnya yang berjudul FANTASTIC BEASTS 2: THE CRIMES OF GRINDELWALD (2018). Film ini cukup dinantikan lantaran menghadirkan sosok Grindelwald yang konon akan menjadi Voldemort-nya dalam film ini.
Untuk segi cerita, sekuelnya kali ini menghadirkan banyak sekali subplot. Plotline tentang Newt mencari Grindelwald, Newt dengan Tina, kemudian ada kisah cinta terlarang antara Jacob dan Queenie, lalu berlanjut plot tentang Credence mencari jati dirinya, ditambah lagi kedekatan antara Grindelwald dengan Dumbledore, Credence dengan Nagini, hubungan Scamander bersaudara hingga flashback Newt semasa sekolah dan bertemu dengan Lestrange. Semuanya dibahas satu persatu yang berakibat semua plot itu berakhir nanggung dan tidak fokus. Bahkan ketika diparuh akhir film, sosok Newt beserta hewan-hewan ajaibnya itu seperti hilang tertutup oleh drama Credence dan Lestrange yang tuker-tukeran anak segala. Sang penulis skenario yakni penulis novelnya, JK Rowling terlihat sekali ingin film Fantastic Beasts Universe ini menyamai Harry Potter, namun langkahnya dalam menghadirkan banyak sekali subplot dalam satu judul film saja menurutku jadi nanggung dan menumpuk banget.
Atmosfer film jilid keduanya ini pun menurutku terasa dibuat jauh lebih gelap daripada jilid pertamanya. Sekali lagi terasa sekali ingin seperti film-film terakhir dari Harry Potter yang kelam dan gelap. Beruntungnya, segi visual dan musik, film ini masih oke. Visual efeknya bagus dan meyakinkan. Jajaran pemain pun tampil tak mengecewakan namun sayang mereka juga terasa kebingungan karena kebanyakan subplotnya. Sosok Nagini yang diperankan oleh Claudia Kim, aku selalu membayangkan adalah Acha Septriasa, karena Acha menolak job ini lantaran sedang mengandung anak pertamanya. Padahal jika mengikuti novelnya, sosok Nagini ini berasal dari Asia Tenggara dan juga Indonesia. Harapan tentang aksi kejahatan Grindelwald dalam film ini juga tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Padahal judul filmnya sudah sangat powerful menurutku. Tapi hasilnya, mengecewakan deh!


[6/10Bintang]

Monday, 12 November 2018

[Review] Suzzanna Bernapas Dalam Kubur: Terror & Balas Dendam Sundel Bolong


#Description:
Title: Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur (2018)
Casts: Luna Maya, Herjunot Ali, Asri Welas, Ence Bagus, Opie Kumis, Verdi Solaiman, Teuku Rifnu Wikana, Kiki Narendra, Alex Abbad, Clift Sangra
Director: Rocky Soraya & Anggy Umbara
Studio: Soraya Intercine Films


#Synopsis:
Satria (Herjunot Ali) terpaksa izin untuk pulang ke rumah dari pekerjaannya lantaran ia mendapat telepon dari Mia (Asri Welas), asisten rumah tangga yang mengabarkan bahwa sang istri, Suzzanna (Luna Maya) kondisinya sedang tidak fit.
Tapi ternyata Suzzanna tidak sakit, sang istri tengah mengandung anak setelah penantian lama bertahun-tahun. Satria yang mendengar kabar tersebut begitu amat bahagia. Sebentar lagi mereka akan menjadi seorang ayah dan ibu. Namun kabar bahagia tersebut sedikit terganggu lantaran Satria ditugaskan pergi ke Jepang oleh atasannya, Pak Bakti (Clift Sangra). Dengan sangat terpaksa Satria harus meninggalkan istrinya selama satu minggu untuk mengurus pekerjaan di Jepang.
Sementara itu, keempat karyawan pabrik Satria yakni Umar (Teuku Rifnu Wikana), Jonal (Verdi Solaiman), Dudun (Alex Abbad) dan Gino (Kiki Narendra) sangat kecewa dengan atasannya itu lantaran permohonan kenaikan gaji yang mereka inginkan ditolak. Jonal kemudian mempunyai ide untuk merampok rumah Satria. Umar, Dudun dan Gino awalnya menolak melakukan aksi kejahatan itu terutama Umar, ia tak ingin kembali masuk ke penjara dan tak ingin juga melukai perasaan wanita yang selalu ia kagumi yakni Suzzanna. Karena himpitan ekonomi lah, akhirnya mereka pun setuju untuk merampok rumah Satria. Umar dan ketiganya akan melancarkan aksinya ketika Suzzanna dan ketiga asisten rumah tangga sedang pergi ke pasar malam.


Kepergian Satria ke Jepang tidak membuat Suzzanna merasa sedih berkelanjutan. Dirumahnya ia ditemani oleh ketiga asisten rumah tangga yakni Mia, Rojali (Opie Kumis) dan Tohir (Ence Bagus). Untuk mengisi kesenggangan waktunya, Suzzanna ikut pergi ke pasar malam bersama dengan Mia, Rojali dan Tohir nonton layar tancep. Udara malam yang tak bersahabat membuat Suzzanna tidak merasa nyaman, ia memutuskan untuk pulang duluan kerumah. Setibanya dirumah, hujan mengguyur dengan deras. Ia kemudian pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Tak lama setelah itu, Suzzanna mendengar kegaduhan dilantai bawah. Ia lalu mengecek kebawah memastikan apa yang terjadi.
Umar, Jonal, Gino dan Dudun ternyata sudah berhasil masuk dan mengambil barang berharga sebelum Suzzanna duluan masuk kerumah. Mereka berempat panik kemudian bersembunyi lantaran Suzzanna terbangun. Ketika Umar dan ketiga temannya akan kabur melalui jendela, Suzzanna memergoki mereka. Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan, Suzzanna yang harus berjuang melawan keempat perampok itu akhirnya harus meregang nyawa ditangan keempat perampok. Usai membunuh Suzzanna, dengan tega Umar, Jonal, Gino dan Dudun mengubur Suzzanna di halaman rumah untuk menghilangkan jejak.


Keesokan harinya, Suzzanna terbangun dari tidurnya. Awalnya ia mengira hanyalah mimpi buruk, namun ketika Suzzanna melihat punggungnya yang penuh darah akibat luka dan juga bolong, ia berteriak histeris dan belum bisa menerima kalau dirinya telah meninggal. Penyebab Suzzanna masih ada di alam dunia karena ia meninggal dengan cara tak wajar. Arwah Suzzanna semakin kuat karena ia ingin balas dendam kepada para pembunuh. Tak hanya itu saja, rasa cinta diantara Suzzanna dan Satria yang amat besar juga menjadi salah satu penyebabnya.
Namun Suzzanna tidak bisa balas dendam seenaknya, jika ia membunuh orang secara langsung ia takkan bisa lagi tinggal di alam dunia dan akan kekal di alam arwah. Suzzanna tak rela ia pergi ke alam arwah karena belum bertemu dengan Satria. Suzzanna lalu memanfaatkan dirinya yang kini menjadi Sundel Bolong untuk menakuti dan menterror keempat perampok. Ia memanipulasi pikiran dan rasa takut Dudun dan Gino untuk membunuh mereka.



Melihat kedua temannya dibunuh oleh sosok Sundel Bolong, Umar dan Jonal kemudian menemui  Mbah Turu, seorang dukun untuk menghentikan terror Sundel Bolong. Mbah Turu lalu menyuruh Umar dan Jonal untuk membakar tempat tinggal Suzzanna dan juga membunuh suaminya dihadapan Suzzanna, karena dua hal tersebut yang paling ampuh untuk mengalahkan Sundel Bolong. Akankah rencana mereka untuk menghentikan terror balas dendam Suzzanna yang kini berwujud Sundel Bolong berhasil?

#Review:
Tahun 2018 ini kembali menjadi tahun dimana menjamurnya genre film horror di Indonesia. Setiap bulan selalu ada aja film horror lokal yang dirilis di bioskop. Bahkan salah satu rumah produksi terkenal di Indonesia tahun ini terasa seperti stripping membuat film horror. Rumah produksi tersebut nyaris merilis satu hingga tiga judul film horror di bioskop dalam kurun waktu satu bulan. Dari sekian judul film lokal horror tahun ini yang sudah dirilis, menurutku hanya ada DUA film saja yang paling ditunggu kehadirannya yakni film SEBELUM IBLIS MENJEMPUT (2018) dan SUZZANNA BERNAPAS DALAM KUBUR. Film karya sutradara Timo Tjahjanto sendiri sudah dirilis pada 9 Agustus 2018 lalu ini menjadi Film Horror Indonesia terbaik versiku. Bahkan film ini juga meraih banyak nominasi di ajang Festival Film Bandung 2018 dan Festival Film Indonesia 2018 yang akan segera digelar. Yang paling ditunggu berikutnya adalah film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR produksi Soraya Intercine Films. Penyebab utama film ini ditunggu-tunggu olehku dan mungkin pecinta film Indonesia lainnya adalah sosok almarhum Suzzanna kembali "dibangkitkan" oleh Soraya Intercine Films dengan menggandeng Anggy Umbara dan Rocky Soraya.


Dijumpai pada saat Press Conference dan Gala Premiere film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR pada, 10 November 2018 lalu di Plaza Senayan XXI Jakarta, sang produser yakni Sunil Soraya membeberkan banyak sekali informasi seputar film ini. Soraya memilih Luna Maya yang memerankan Suzzanna lantaran memiliki karakteristik raut wajah yang sedikit mirip dengan legenda horror Indonesia itu. Tak hanya itu saja, kualitas akting Luna Maya usai membintangi FILOSOFI KOPI 2 (2017), THE DOLL 2 (2017) dan SABRINA (2018) tergolong memuaskan menjadi nilai plus tersendiri dimata produser. Selama proses shooting yang memakan waktu hingga dua bulan lamanya ini, Luna Maya dan pemain lainnya menutup dengan rapat informasi film ini. Hal tersebut menurutku sangat berhasil memancing rasa penasaran yang tinggi para penonton. 
Pada Press Conference juga sang produser membeberkan alasan pergantian sutradara film ini yang awalnya sepenuhnya dipegang oleh Anggy Umbara. Perbedaan visi dan misi ketika proses shooting antara sutradara awal dan produser lah yang akhirnya Sunil Soraya menambahkan Rocky Soraya untuk terlibat dalam film ini. Mereka bahkan melakukan re-shoot hampir 80% cerita dan adegan ketika Rocky Soraya mulai terjun menyutradarai film ini. Meskipun melakukan perombakan cerita serta adegan secara besar-besaran, Sunil Soraya berjanji memberikan yang paling terbaik untuk film "bangkitnya" sosok legenda horror ini.



Dan akhirnya aku berkesempatan hadir bisa menonton film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR lebih awal sebelum tayang reguler di bioskop sebanyak dua hari berturut-turut pada Gala Premiere di Plaza Senayan XXI dan Special Screening di CGV Grand Indonesia Jakarta.
Seperti film-film produksi Soraya Intercine Films lainnya, Film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR ini mempunyai durasi mencapai 125 menit. Lamanya durasi ini dimanfaatkan cukup baik oleh sang sutradara dan penulis skenario dalam membangun cerita. Kita diajak berkenalan satu persatu dengan para karakter tanpa terlewat satupun. Paruh pertama film sisi drama antara Suzzanna dan Satria tampak begitu hangat. Diselipkan juga moment menghibur dari ketiga asisten rumah tangga mereka. Tak sedikit juga adegan-adegan yang menunjukkan aktifitas mereka sehari-hari dalam film ini. Berlanjut pada paruh pertengahan film, sisi horror dan ketegangan mulai ditebar ketika Suzzanna tewas ditangan keempat perampok. Perlahan tapi pasti, terror Suzzanna yang kini berwujud Sundel Bolong mulai menghantui dan mencelakai Dudun, Gino, Umar hingga Jonal. Aku suka banget cara Rocky Soraya menghadirkan terror Sundel Bolong yang mengambil referensi dari film Suzzanna jaman baheula. Kemunculan Sundel Bolong dalam film ini juga tidak dibuat murahan. Atmosfer horror serta minim suara ketika akan masuk pada moment jumpscared berhasil memberikan rasa menegangkan tersendiri untukku. Sosok Suzzanna pun dibuat secantik mungkin namun tanpa menghilangkan aura keseramannya. Hal ini patut diapresiasi lantaran film horror lokal belakangan ini mayoritas menampilkan sosok setan yang bermuka seram dan hancur. Ditengah kengerian terror Sundel Bolong, moment komedi kembali diselipkan sebagai pencair suasana. Namun menurutku, porsi komedi dalam film ini terutama ketika disatukan dengan horror, membuat tingkat keseramannya menjadi berkurang. Entahlah mungkin karena aku sudah terbiasa dengan film pure horror tanpa komedi dan juga referensi film-film Suzzanna jaman baheulanya minim yang menjadikan aku kurang sreg dengan penempatan komedi dalam film ini. Aku sendiri jauh lebih menikmati drama antara Suzzanna dan Satria. Kodar drama mereka cukup bagus dan kuat. Kontribusi paling besar menurutku datang dari sang istri saja, yakni Suzzanna. Kita bisa merasakan dirinya konsisten benar-benar mencintai suaminya dengan melakukan banyak hal agar ia bisa terus bersama dengan sang suami.


Meskipun terganggu oleh komedinya yang menyebabkan kadar ngeri film ini berkurang, tapi moment komedi tersebut hadir sama sekali tidak garing. Keputusan moment komedi ditugaskan kepada Opie Kumis, Asri Welas dan Ence Bagus adalah keputusan yang sangat bagus. Ketiganya menjalankan tugasnya dengan baik. Kita bisa tertawa cukup kencang melihat interaksi ketiga asisten rumah tangga ini. Bahkan baru saja melihat Opie Kumis dan Asri Welas saja sulit rasanya untuk menahan tawa. Adegan mitos cermin menjadi adegan paling epic antara mereka dan Sundel Bolong! Haha.
Yang menjadi highlight film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR siapa lagi kalau bukan the one and only Luna Maya. Dibantu dengan make-up artist professional dari Rusia, Soraya Intercine Films BERHASIL menyulap Luna menjadi plek-tumplek mirip Suzzanna. Bagian raut wajah dibuat semirip mungkin, dan ketika film ini dimulai, aku yakin siapapun pasti auto merinding melihat kembali Suzzanna di era sekarang. Tak cuma sekedar make-upnya saja yang mirip, Luna dengan amat baik menampilkan gesture serta logat khas Suzzanna nya. Paling epic adalah tatapan matanya yang tajam dan juga suara tertawanya yang kencang dan juga lantang. Gilaaa mirip banget! Luna Maya menjadi Suzzanna ini menurutku mampu setara dengan Reza Rahadian memerankan sosok BJ Habibie. Yang mengesankan berikutnya adalah keempat penjahat dalam film ini. Rocky Soraya dan penulis skenario menampilkan Umar, Jonal, Gino dan Dudun dengan masing-masing background serta motif yang jelas. Sisi empati dalam diri mereka juga tak lupa ditampilkan meskipun hanya sebentar. Alex Abbad berhasil memerankan Dudun yang begitu ketakutan. Baru kali ini aku bisa sangat menikmati akting dari Alex Abbad dengan banyak dialog hehe. Sosok Umar dan Jonal yang diperankan Rifnu Wikana serta Verdi Solaiman menjadi penjahat yang apik, penuh rencana dan juga kejam. Tatapan, sikap serta gesture Verdi Solaiman sebagai Jonal sih yang paling mengintimidasi. Terlepas dari karakter mereka yg sudah bagus, yang cukup disayangkan adalah munculnya plothole. Contohnya ketika Dudun setelah mati, sama sekali tidak diceritakan setelah kejadian tersebut seperti apa. Musuh yang tersisa malah melupakan begitu saja. Padahal keempatnya sudah membangun chemistry kebersamaan dari awal film. Dan berikutnya, karakter yang paling lemah menurutku datang dari Satria yang diperankan oleh Herjunot Ali. Performance Junot disepanjang film ini terasa biasa saja bahkan aura-aura Zainuddinnya masih terasa. Sosok Satria juga menurutku terlihat plin-plan dalam memperlihatkan rasa cintanya pada sang istri. Disatu sisi ia terlihat begitu menyayangi sang istri, namun disatu sisi lainnya ia begitu membencinya.



Film ini banyak mengambil referensi dari film-film Suzzanna dalam urusan terror dan jumpscared. Rocky Soraya kemudian melakukan pembaharuan dalam film ini melalui adegan slasher-gore khasnya dibeberapa bagian. Kita bisa melihat adegan berdarah-darah yang cukup brutal dibeberapa bagian. Namun menurutku terasa nothing special sih tidak se-intimidasi MATA BATIN (2017) ataupun SABRINA (2018). 
Untuk segi visual dan music scoring, seperti film-film Soraya Intercine Films pada umumnya, film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR ini menampilkan sesuatu yang megah dan spektakuler. Tata artistik dan setting tempat film ini begitu kuat terasa nuansa 1989an nya. Tidak cuma sekedar tempelan semata.
Overall, sebagai sebuah film horror yang bersetting tahun 90an, SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR menurutku BERHASIL membangkitkan kembali legenda ratu horror Indonesia! Tayang di bioskop Indonesia mulai 15 November 2018 mendatang!


[7.5/10Bintang]

Wednesday, 7 November 2018

[Review] Hanum & Rangga Faith and The City: Ambisi Antara Mimpi Dan Keluarga


#Description:
Title: Hanum & Rangga: Faith and The City (2018)
Casts: Acha Septriasa, Rio Dewanto, Arifin Putra, Titi Kamal, Alex Abbad, Alexandra Gottardo, Ciara Brosnan, Timo Scheunemann, Tyson Lynch, Ayu Dewi, Elena Victoria, Suheil Bisyir, Jennifer Lepas, Alice Norin
Director: Benni Setiawan
Studio: MD Pictures

#Synopsis:
Usai membuktikan bahwa suami dari Azima (Titi Kamal) tidak bersalah pada tragedi 9 September, kini kehidupan umat muslim di New York Amerika Serikat mulai diterima oleh kaum mayoritas. Hanum (Acha Septriasa) dan sang suami, Rangga (Rio Dewanto merasa bahagia akhirnya usaha mereka selama ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kedamaian tidak sia-sia. Usai membantu Azima beserta dengan Phillipus Brown (Timo Scheunemann), popularitas Hanum sebagai reporter muslim semakin dikenal luas di New York. Hingga suatu waktu, Samuel (Alex Abbad) seorang eksekutif produser dari GNTV memberikan tawaran pada Hanum untuk magang selama tiga bulan di GNTV. Tawaran tersebut berasal dari sang direktur yakni Andy Cooper (Arifin Putra). Ia merasa tertarik pada Hanum dan ingin menjadi bagian dari GNTV.


Kesempatan besar itu datang berbarengan dengan moment dimana Hanum dan Rangga harus kembali ke Vienna Austria untuk melanjutkan study kuliah sang suami setelah tertunda. Hanum mulai dilema, disatu sisi ia ingin mewujudkan impian besarnya bisa berkarier jurnalistik di New York bersama dengan idolanya yakni Andy Cooper, namun disatu sisi lainnya ia tak mungkin meninggalkan sang suami sendirian. Melihat istrinya yang dilema, Rangga memutuskan untuk memperpanjang tinggal di New York menemani sang istri bekerja di GNTV, dan menunda kembali deadline study kuliahnya di Vienna. Melihat apa yang sudah dilakukan oleh sang suami membuat Hanum bahagia, ia lalu bersedia menerima tawaran magang dari Cooper. Olehnya, Hanum dan Rangga diberi fasilitas tempat tinggal sementara yang cukup mewah selama Hanum magang. Keduanya tampak bahagia menerima fasilitas yang Cooper berikan. 



Job pertama yang Hanum terima yaitu ia ditugaskan untuk membuat sebuah program acara yang mampu menguras emosi, simpati dan empati para penonton bagaimana pun caranya. Dengan dibantu Samuel, Hanum ditugaskan untuk mewawancarai Zakiyya (Alexandra Gottardo) seorang muslimah yang ditinggal mati sang suami yang bertugas di Suriah. Cooper ingin mengeksploitasi kesedihan Zakiyya demi tuntutan share dan rating televisi. Hanum dan Zakiyya awalnya sepakat untuk tidak membahas hal tersebut, namun karena terjebak, mau tak mau Hanum, Zakiyya dan sang anak terperangkap oleh jebakan Cooper.


Hanum dan Samuel merasa sangat bersalah pada Zakiyya. Image Hanum dimata umat muslim New York usai program acara tersebut menjadi bahan cibiran. Sang suami, Rangga juga kecewa dengan keputusan yang telah diambil Hanum. Melihat orang-orang disekitarnya kecewa, Hanum kemudian berinisiatif untuk membuat program acara baru. Konten yang ia janjikan takkan mengeksploitasi berlebihan sang narasumber. Ide tersebut lalu disetujui oleh Cooper. Episode pertama pun dimulai, program prank yang dikomandoi oleh Hanum ternyata berhasil menarik perhatian. Rating dan share tinggi, begitu juga dengan viewers di YouTube juga mencapai jutaan penonton dalam waktu singkat. Melihat pencapaian yang telah dilakukan Hanum membuat Cooper terkesima, ia kemudian memberikan kembali tantangan pada Hanum untuk menjadi eksekutif produser untuk program spesial mengenang tragedi 9/11.


Melihat sang istri yang semakin sibuk, membuat Rangga merasa serba salah. Disatu sisi ia ingin cepat menyelesaikan deadline study kuliahnnya, namun disatu sisi ia ingin terus bersama dengan Hanum. Makin hari juga Hanum terasa semakin lebih memprioritaskan mengejar mimpinya dibandingkan mengurus sang suami. Akhirnya, Rangga lebih sering bertamu ke rumah Azima sekaligus bermain dengan Sarah (Ciara Brosnan) anak dari Azima.


Seiring berjalannya waktu, Hanum perlahan mulai sadar ketika ia berambisi mengejar mimpinya, tapi disatu sisi lainnya ia semakin melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dari Rangga. Akankah Hanum dan Rangga bisa mempertahankan rumah tangga mereka ditengah masing-masing impian dari mereka?

#Review: 
Franchise perjalanan Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra membina rumah tangga dan mempelajari Islam dari berbagai sudut pandang, kini semakin dilirik oleh rumah produksi besar. Lima judul sukses diangkat ke layar lebar oleh Maxima Pictures yakni Trilogi 99 CAHAYA DILANGIT EROPA (2014) dan Dwilogi BULAN TERBELAH DILANGIT AMERIKA (2015). Kelima film tersebut disutradarai oleh dua sutradara berbeda yakni Guntur Soeharjanto dan Rizal Mantovani.
Yang menjadikan cerita perjalanan Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra ini cukup menarik dan berbeda dengan drama religi kebanyakan adalah mereka berdua mendeskripsikan keislaman dengan cara menjelajah dan menelusuri Islam lewat kejadian-kejadian disekitar kehidupan mereka. Tidak melulu soal perceraian, kematian, tangisan ataupun poligami.
Tahun ini buku Hanum & Rangga yang berjudul FAITH AND THE CITY (2018) kembali diangkat ke layar lebar. Namun kali ini tidak dipegang oleh Maxima Pictures melainkan oleh MD Pictures. Berpindahnya rumah produksi ini berdampak signifikan terhadap apa yang sudah dibangun pada 5 judul film sebelumnya. Salah satu yang paling mencolok adalah perombakan para pemain. Abimana Aryasatya, Rianti Cartwright, Hailey Franco dan Hanz De Krakker digantikan oleh Rio Dewanto, Titi Kamal, Ciara Brosnan dan Timo Scheunemann. Perombakan pemain terutama pada karakter Rangga dan Azima menurutku cukup disayangkan banget lantaran Abimana Aryasatya dan Rianti Cartwright sudah sangat melekat dengan mereka.


Dijumpai pada saat Press Conference dan Gala Premiere film FAITH AND THE CITY (2018) tadi malam, 6 November 2018 di Plaza Indonesia XXI, sang produser Manoj Punjabi mengutarakan tentang perombakan pemain ini. Beliau berpendapat awalnya mereka akan merombak seluruh pemain termasuk dengan Hanum yang diperankan oleh Acha. Pak Manoj ingin me-reboot kisah Hanum dan Rangga menjadi baru dan tidak terlalu berkaitan dengan kelima judul yang telah dirilis sebelumnya. Disaat yang sama juga penulis skenario yakni Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra yang dibantu juga oleh Manoj Punjabi dan Benni Setiawan mengutarakan rasa bahagianya karena novel mereka kembali diangkat ke layar lebar. Para pemain pun mengutarakan proses shooting film ini yang dilakukan selama empat minggu di New York, Amerika Serikat.




Untuk segi cerita, film FAITH AND THE CITY (2018) ini menurutku skenarionya cukup berhasil mengemas perjalanan rumah tangga Hanum dan Rangga yang semakin rumit dan dewasa. Subplot yang dibangun juga tampil menguatkan inti cerita film ini. Aku cukup suka film FAITH AND THE CITY (2018) ini yang membahas dunia dibalik acara TV yang mementingkan share-rating. Hal ini memang sangat related dengan kondisi acara TV pada saat ini. Sosok Andy Cooper diperankan sangat apik oleh Arifin Putra. Ia mampu menjadi seorang boss killer sekaligus intimidatif dan juga mampu mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Bahkan ia juga sukses "meracuni" Hanum haha. Subplot lainnya yakni tentang Zakiyya serta Azima yang satu sama lain berkaitan kali ini terjalin cukup baik dibandingkan dengan "kebetulan-moment" di film BULAN TERBELAH DILANGIT AMERIKA (2016). Konflik-konfilk yang dihadirkan juga semakin membuat Hanum dan Rangga terlihat dewasa. Aku suka banget kali ini Hanum terkadang dapat dengan mudah karakternya dibenci namun disatu sisi lainnya dicintai oleh penonton. Keegoisan dalam menggapai cita-cita terbesarnya berkat "rayuan" Cooper dilakukan dengan baik. Sosok Rangga yang kali ini diperankan Rio Dewanto untungnya menampilkan Rangga yang tak kalah memukaunya dengan Abimana. Sosok Rangga kembali hadir sebagai panutan suami idaman bagi perempuan lantaran ia begitu sabar dan rela berkorban demi sang istri tercinta. Aku cukup berharap subplot tentang sosok Zakiyya dalam film ini bisa dikupas lebih dalam eh taunya cuma sebentar banget. Padahal Zakiyya yang diperankan dengan tertutup oleh Alexandra Gottardo cukup membuat penasaran banget. Sosok yang mencuri perhatian berikutnya untukku adalah karakter Samuel yang diperankan oleh Alex Abbad. Sosok Samuel yang metroseksual begitu luwes dilakukan oleh Alex bahkan menuju akhir film, keluwesan itu semakin kuat terasa haha.


Yang sedikit aku kurang suka adalah dalam film ini adalah subplot tentang Azima yang kali ini malah dibuat seperti calon-calon pelakor. Tapi untungnya Benni Setiawan tidak memfokuskan film FAITH AND THE CITY (2018) pada plot ini. Jajaran pemain pun tampil bagus. Acha Septriasa sebagai Hanum begitu flawless. Sosok Hanum Salsabiela ditangannya dikuasai dengan apik. Dua karakter yang paling tidak membantu film ini adalah Teh Iis yang diperankan oleh Ayu Dewi dan suami bulenya, Tyson Lynch. Karakter mereka berdua terasa banget dipaksakan untuk hadir sebagai "Lambe Turah" antara Hanum, Rangga dan Azima.


Cerita utama dan subplot yang dihadirkan sudah cukup bagus, performa para pemain juga nyaris tidak mengecewakan tapi tetap tidak membuatku empati pada keseluruhan film lantaran yaa itu tadi, perombakan pemain yang dilakukan oleh MD Pictures ini membuat feelnya menjadi janggal menurutku. Kesalahan berikutnya yang (masih aja) dilakukan oleh MD Pictures menurutku berikutnya adalah penggunaan Bahasa Indonesia yang bersetting di luar negeri. Salah satu contohnya di kantor dan siaran GNTV. Dalam film diceritakan GNTV adalah salah satu stasiun televisi besar di New York, namun janggalnya sang direktur yakni Andy Cooper fasih banget bahasa Indonesia, ditambah lagi tiap siaran GNTV terutama dengan reporter Hanum dan mewawancarai narasumber, menggunakan bahasa Indonesia juga. Tak cuma itu saja, para pemirsa yang menyaksikan siaran GNTV ini mayoritas yang ditampilkan adalah bule. Tapi mereka seakan seperti mengerti dengan siaran Hanum di GNTV yang menggunakan bahasa Indonesia, padahal dalam layar TV mereka jelas banget tidak ada subtitle-nya! Hmmm. Kesalahan serupa ini aku rasakan pada saat film AYAT-AYAT CINTA 2 (2017) produksi MD Pictures juga.
Terlepas dari kesalahan-kesalahan itu, film HANUM & RANGGA: FAITH AND THE CITY (2018) sudah jelas kembali menghadirkan drama religi yang berbeda dan indah seperti Trilogy 99 CAHAYA DILANGIT EROPA (2013) dan BULAN TERBELAH DILANGIT AMERIKA (2016) Part 1. Tayang di bioskop Indonesia mulai 8 November 2018!


[7.5/10Bintang]