Saturday, 30 November 2019

[Review] Ford V Ferrari: Perjalanan Sang Pembalap Mobil & Produsen Mobil



#Description:
Title: Ford v Ferrari (2019)
Casts: Christian Bale, Matt Damon, Caitriona Balfe, Noah Jupe, Jon Bernthal, Josh Lucas, Tracy Letts, Remo Girone, Ray Mckinnon, JJ Feild, Jack McMullen
Director: James Mangold
Studio: 20th Century Fox, TSG Entertainment


#Synopsis:
Mantan prajurit Perang Dunia ke-2 yaitu Ken Miles (Christian Bale) kini hidup sederhana bersama dengan istrinya, Mollie (Caitriona Balfe) dan anak laki-lakinya, Peter (Noah Jupe). Kecintaannya terhadap dunia mobil, terutama mobil balap membuat dirinya membuka usaha bengkel mobil yang tak jauh dari rumah. Passion pada dunia mobil juga menular pada anaknya Peter yang mempunyai hobi menyaksikan berbagai pertandingan balap mobil di televisi maupun mendengarkan melalui siaran radio.


Suatu hari, disaat Ken akan mengikuti perlombaan balap, mobil yang ia modifikasi itu terancam didiskualifikasi lantaran tak sesuai dengan standar dari pihak penyelenggara perlombaan. Ken lalu marah dan memukul mobilnya dengan kencang. Melihat kegaduhan yang terjadi membuat pimpinan di Shelby American Inc yaitu Carroll Shelby (Matt Damon) berusaha menenangkan Ken dan membujuk pihak penyelenggara lomba balap untuk mengizinkan Ken ikut berkompetisi karena mobil yang Ken miliki tidak sepenuhnya melanggar aturan. Aksi Ken di balapan tersebut ternyata mencuri perhatian dan berhasil memenangkannya.



Sementara itu, rekan dari Shelby yaitu Lee Iacocca (Jon Bernthal) yang bekerja menjadi staff di Ford Company sedang mengalami keterpurukan. Divisi yang ia tangani mendapat penilaian sangat buruk dari pimpinan Ford yaitu Henry Ford II (Tracy Letts). Pimpinan Ford sendiri ingin menjadi nomor satu di lintasan balapan usai melihat performa mobil balap milik Ferrari Company yang identik dengan warna merah itu. Lee pun mencoba menawarkan ide menarik pada pimpinan Ford untuk menjalin kerjasama dengan Ferrari Company.



Tapi rupanya niat Ford Company itu ditolak oleh Ferarri. Enzo Ferarri (Remo Girone) selaku pimpinan dari Ferarri menolak keinginan Lee dan Henry untuk bekerjasama. Kecewa dengan penolakan itu membuat Henry menunjuk Lee beserta rekannya, Shelby untuk melawan Ferarri dengan memproduksi mobil balap tercepat untuk Ford. Shelby lalu mengajak Ken untuk menjadi driver utama yang akan menguji kecepatan mobil buatannya itu. Setelah uji coba beberapa kali, akhirnya mobil balap perdana dari Ford hasil karya Shelby dan Ken berhasil dibuat dan diberi nama GT40 MKII.



Uji coba pertama mobil GT40 ini kemudian dilakukan di lomba balap Daytona. Shelby menunjuk Ken untuk menjadi pengendara mobil GT40 karena Ken mempunyai intuisi serta kekuatan menguasai mobil dengan sangat baik. Hasilnya pun memuaskan. Ken berhasil finish di urutan pertama. Hal ini membuat jajaran pimpinan Ford Company bahagia. Mereka lalu menargetkan untuk bisa menjuarai lagi lomba balap selama 24 jam non-stop paling prestisius yaitu Le Mans 1966 di Eropa. Shelby dan Ken kemudian berusaha memikirkan konsep untuk mobilnya kelak karena balapan yang akan mereka hadapi nanti yaitu selama seharian penuh.


#Review:
Sebagai orang yang bukan menggemari hal-hal yang berbau otomotif terutama mobil, awalnya aku kurang yakin bisa menikmati film FORD V FERRARI (2019) ini. Tapi ternyata dugaanku ini salah besar. Sutradara film LOGAN (2017) yaitu James Mangold menghadirkan sebuah film tentang balapan mobil yang dikemas tidak memberatkan non-fans otomotif. Naskah yang ditulis benar-benar matang dan sangat mudah dipahami disaat membahas printilan-printilan kecil seputar permobilan. Misalnya disaat karakter Shelby mengajak boss Ford mencoba mobil buatannya, dialog soal kecepatan dan design yang ia utarakan begitu bagus dan mudah dipahami. Intrik-intrik antara boss Ford dan Ferrari yang dihadirkan sukses membuatku menambah wawasan soal sejarah dua perusahaan mobil mewah itu. Alur cerita yang dihadirkan juga terasa sangat mengalir. Para tokoh dalam film ini pun mendapatkan masing-masing background cerita sangat detail. Bukan hanya itu saja, penonton ikut disuguhkan dengan drama keluarga yang begitu manis namun tak berlebihan. Chemistry antara suami, anak dan istri lewat keluarga Ken Miles ini begitu loveable sekali.


Untuk jajaran pemain, Christian Bale memberikan penampilan paling mengesankan dalam film FORD V FERRARI (2019) ini. Ken Miles yang diperankan oleh Christian Bale merupakan sosok yang sangat unik. Sebagai pembalap, Ken dikenal sebagai pembalap yang memiliki reputasi miring dan sering disebut pembalap urakan. Ditangan Bale, karakter Ken ini tampil luar biasa. Aksi ambisius, konsisten serta paham akan mobil yang ia kendarai begitu total. Chemistry yang ia bangun dengan Matt Damon pun tampil tak mengecewakan. Aku sangat menikmati "bromance" diantara mereka berdua disaat adu argumen maupun saat saling support satu sama lain.


Untuk segi visual dan sinematografi, film FORD V FERRARI (2019) ini juga tampil luar biasa. Dengan durasi mencapai 2.5jam, film ini menampilkan perjalanan Ford Company disaat memproduksi mobil balapnya, tahap uji coba hingga tiga moment balapan mobil yang dikemas begitu detail dan luar biasa. Departement musik dan sound nya pun patut diacungi jempol karena menghadirkan sensasi nyata disepanjang film. Penonton benar-benar dimanjakan dan dibuat takjub saat adegan balap mobil itu ditampilkan. Menegangkan!
Overall, film FORD V FERRARI (2019) ini memuaskan! Salah satu film hollywood terbaik tahun ini. Christian Bale is deserved an Oscars for this season!


[9/10Bintang]

Monday, 25 November 2019

[Review] Rumah Kentang The Beginning: Kisah Terbaru Dari Urban Legend Fenomenal


#Description:
Title: Rumah Kentang: The Beginning (2019)
Casts: Luna Maya, Christian Sugiono, Jajang C. Noer, Epy Kusnandar, Davina Karamoy, Nicole Rossy, Rayhan Cornellis, Oce Permatasari
Director: Rizal Mantovani
Studio: Hitmaker Studios

#Synopsis:
Adrian (Christian Sugiono) merupakan seorang penulis novel horror yang popularitasnya semakin menurun gara-gara cerita yang ia tulis di bukunya tak mampu meraup kesuksesan besar. Pihak distributor novel menuntut Adrian untuk bisa menulis cerita horror yang berdasarkan apa yang ia alami sendiri tanpa harus berdasarkan cerita horror orang lain.
Setelah berdiskusi dengan istrinya, Sofie (Luna Maya), mereka kemudian berencana untuk datang ke rumah masa kecil Sofie di Desa Curug Balong. Adrian yakin rumah yang berada di tengah perkebunan kentang luas dan sudah lama tak ditempati bisa mendatangkan inspirasi untuk novel terbarunya kelak. Keesokan harinya, Adrian dan Sofie pergi ke Desa Curug Balong bersama dengan ketiga anaknya yaitu Nina (Davina Karamoy), Nala (Nicole Rossy) dan Bayu (Rayhan Cornellis) beserta dengan Uwa dari Sofie (Jajang C. Noer).


Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan seorang penjual cinderamata yaitu Dadang (Epy Kusnandar) dan menawarkan kalung jimat pada keluarga Adrian karena mereka adalah pendatang di desa itu. Namun Adrian dan Sofie menolak tawaran itu dan tidak membelinya. Setibanya di rumah itu, Sofie langsung teringat akan masa kecilnya yang harus kehilangan kedua orang tuanya secara misterius. Hingga kini Sofie sudah dewasa dan mempunyai tiga orang anak, ia masih tidak mengetahui keberadaan orang tuanya dimana.


Setelah hilangnya kedua orang tua Sofie dan juga Sofie dititipkan pada sang Uwa, rumah tersebut dijaga dan diurus oleh asisten rumah tangga yang setia mengabdi kepada keluarga Sofie yaitu Bibi Darti (Oce Permatasari). Hadirnya Sofie beserta dengan keluarganya membuat Darti bahagia. Segala keperluan yang dibutuhkan Sofie, Adrian dan ketiga anaknya akan disediakan olehnya.
Menjelang sore, Nina, Nala dan Bayu bermain di perkebunan kentang yang berada tepat dibelakang rumah mereka. Disana juga terdapat sebuah gudang tempat penyimpanan alat-alat perkebunan dan juga terdapat sebuah kuali raksasa yang dulu sering digunakan para warga untuk merebus kentang ketika sedang merayakan pesta panen kentang.


Malam harinya, Nina merasakan ada yang tak beres. Ia tiba-tiba dibangunkan dan diajak oleh ibunya untuk pergi ke gudang yang ada di perkebunan kentang. Usai mengikuti sosok yang berwujud seperti ibunya, Nina lalu berteriak dan tiba-tiba hilang tanpa jejak di gudang itu. Mendengar jeritan anaknya, Adrian dan Sofie yang tengah menulis novel dikamarnya langsung bergegas mencari sumber suara itu. Mereka lalu berlari ke gudang di perkebunan dan disana mereka menemukan sobekan baju tidur Nina yang berlumuran darah. Sofie panik dan menangis karena anaknya hilang.
Keesokan harinya, Adrian lalu mencoba pergi ke desa untuk melapor dan meminta bantuan ke pihak kepolisian soal hilangnya anak mereka. Adrian yang awalnya ingin segera meninggalkan rumah itu dilarang oleh Sofie karena ia beralasan, datang dan pergi, jumlah orangnya harus sama. Sofie ingin Nina ditemukan terlebih dahulu sebelum mereka pergi meninggalkan rumah.


Seiring berjalannya waktu, ilustrasi gambar yang Sofie gambar untuk novel suaminya pun mulai menunjukkan perbedaan dengan apa yang ditulis Adrian. Bukan cuma itu saja, satu persatu orang-orang disekitar Sofie diganggu dan hilang yang berbarengan dengan munculnya sosok misterius berwujud anak kecil dengan penuh luka dan darah di tubuhnya.
Apa yang sebenarnya terjadi di rumah Adrian dan Sofie itu?


#Review:
Rumah produksi spesialis film bergenre horror yaitu Hitmaker Studios di bulan november ini menghadirkan film horror terbarunya berjudul RUMAH KENTANG THE BEGINNING (2019). Sebetulnya, urban legend tentang sebuah rumah misterius yang selalu tercium bau kentang ini sudah mereka tampilkan dalam film RUMAH KENTANG (2012) tujuh tahun lalu yang dibintangi oleh Shandy Aulia dan Tasya Kamila. Namun di film terbarunya ini, Hitmaker dan Rizal Mantovani mencoba tidak mengkaitkan dengan film yang disutradarai Jose Poernomo itu, keduanya menghadirkan urban legend Rumah Kentang versi Jawa Barat dengan setting waktu pada tahun 80an.


Untuk segi cerita, naskah yang ditulis oleh Agam Soeharto ini masih mengambil formula film-film horror kebanyakan yaitu tentang sebuah keluarga yang menghuni rumah terlantar kemudian satu persatu diganggu oleh sosok misterius. Hadirnya sosok Rizal Mantovani yang duduk di bangku sutradara memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap keseluruhan film, karena belakangan ini Rocky Soraya yang selalu menggarap film-film Hitmaker pindah posisi hanya duduk sebagai produser saja. Jika Rocky selalu mengedepankan camera-works yang makin ciamik serta sensasi gore-slasher disetiap filmnya, kali ini di film RUMAH KENTANG THE BEGINNING (2019) hadir dengan balutan drama tentang sebuah keluarga yang melakukan perjanjian dengan iblis yang cukup mendominasi. Tak ada camera-works mengesankan yang dihadirkan dalam film ini, begitu juga sensasi gore-slasher khas Hitmaker pun dihadirkan sangat soft dibandingkan film-film terdahulu. Plot soal drama yang dihadirkan lewat keluarga Adrian ini seharusnya bisa menimbulkan simpati penonton, tapi karena dialog serta adegan-adegan yang ditampilkan menurutku terlalu dibuat kaku dan cringe, alhasil kurang terlihat meyakinkan jadinya. Tata artistik rumah kentang beserta perkebunan kentangnya sih udah bagus. Misteri soal kenapa umbi kentang dijadikan bahan untuk meneror keluarga Adrian dan Sofie pun tak terjelaskan dengan baik.


Tak sedikit juga hal-hal yang membuatku gregetan disaat para karakter diganggu oleh setan anak kecil itu. Yang paling melelahkan yaitu disaat ketiga karakter dalam film ini hilang, Agam dan Rizal menyajikannya terlalu repetitif dan adegannya pun sama semua, yaitu terjadi di malam hari, ketiga karakter kabur, teriak kencang, Sofie dan Adrian panik lari dan terakhir Sofie menangis. Jumpscared horror yang ditebar pun tergolong standar dan tidak menyeramkan khas film Rizal Mantovani. Yang cukup disayangkan sih makin ke belakang sosok creature film RUMAH KENTANG THE BEGINNING (2019) ini tampil dibuat seperti kawanan zombie. Adegan basement rumah sambil merangkak kesana-kemari untungnya dieksekusi lumayan menegangkan.


Untuk jajaran pemain, penyelamat utama film ini ada di tangan Luna Maya. Aktris yang baru saja menyabet gelar Pemeran Utama Wanita Terpuji lewat karakter Suzzanna itu berhasil menarik simpati penonton disaat ia dilanda kesedihan atas kehilangan orang-orang disekitarnya. Luna juga mampu menghadirkan dua sifat berbeda disaat setan anak kecil menyamar menjadi Sofie. Ekspresi muka serta senyumannya lumayan creepy.
Overall, urban legend RUMAH KENTANG versi 2012 menurutku jauh lebih oke ketimbang versi saat ini. Jika kamu penggemar Luna Maya, film ini sih berhasil mengobati kerinduan performance Luna dalam film horror.


[6/10Bintang]

Thursday, 21 November 2019

[Review] Frozen 2: Menelusuri Asal-Usul Kekuatan Queen Elsa


#Description:
Title: Frozen 2 (2019)
Casts: Kristen Bell, Idina Menzel, Jonathan Groff, Josh Gad, Evan Rachel Wood, Alfred Molina, Sterling K. Brown, Jason Ritter, Alan Tudyk, Jeremy Sisto, Martha Plimpton, Ciaran Hinds, Rachel Matthews, Jackson Stein
Director: Chris Buck, Jennifer Lee
Studios: Walt Disney Pictures


#Synopsis:
Kerajaan Arendelle dan penduduknya kini hidup bahagia, aman dan tentram usai Elsa (Idina Menzel) ditunjuk sebagai ratu sekaligus pimpinan kerajaan setelah kematian kedua orang tuanya. Begitu juga dengan adiknya yaitu Anna (Kristen Bell) yang semakin bahagia bersama dengan kekasihnya, Kristoff (Jonathan Groff) dan boneka salju ajaibnya yaitu Olaf (Josh Gad).


Suatu hari di musim gugur, Queen Elsa selalu mendengar bisikan lantunan lagu yang entah dari mana asalnya. Awalnya ia selalu berusaha menghiraukan bisikan itu agar tidak menimbulkan kepanikan adik dan penduduk di Arendelle. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, bisikan yang terus menghantui Queen Elsa ini berdampak juga pada Arendelle yang tiba-tiba diterjang angin kencang, tanah berguncang, air tiba-tiba hilang dan sumber api lenyap. Queen Elsa beserta Anna dan Kristoff lalu mengevakuasi seluruh penduduk Arendelle ke tebing tinggi sampai situasi aman.



Queen Elsa yakin sumber suara bisikan itu berasal dari Enchanted Forest yang dulu pernah diceritakan oleh kedua orangtuanya, King Agnarr (Alfed Molina) dan Queen Iduna (Evan Rachel Wood) sebelum mereka hilang dan dinyatakan meninggal usai kapal yang mereka naiki karam di lautan. Kedua orangtua Elsa dan Anna menceritakan bahwa Enchanted Forest itu terdapat empat batuan raksasa yang mewakili elemen-elemen yang ada di permukaan bumi. Suatu hari prajurit Arendelle yang dipimpin King Runeard (Jeremy Sisto), kakek dari Elsa dan Anna datang ke hutan tersebut dan bertemu dengan penduduk Northuldra yang mampu mengendalikan keempat elemen bumi. Pertemuan itu menyebabkan terjadinya perpecahan. Akibat perselisihan itu, hutan disana menjadi tertutupi oleh kabut misterius dan mereka semua terjebak disana tidak bisa keluar. Elsa semakin yakin tanda itu merupakan sebuah tanda permintaan pertolongan dari orang-orang yang terjebak disana.



Queen Elsa lalu berangkat menuju Enchanted Forest bersama dengan Anna, Kristoff, Olaf dan Sven. Setibanya disana, Queen Elsa berhasil melewati kabut tebal dan masuk ke dalam hutan itu. Ketika menyusuri hutan, mereka menemukan empat batuan raksasa sebagai simbol elemen-elemen yang ada di bumi. Bukan cuma itu saja, mereka juga mulai merasakan serangan dari air, api, angin dan tanah berwujud monster batu yang mengancam keselamatan Queen Elsa dan yang lainnya.



Di hutan itu juga mereka bertemu dengan para Prajurit Arendelle yang sudah terjebak lama yaitu Letnan Mattias (Sterling K. Brown) beserta rombongannya serta para penduduk Northuldra yang diketuai oleh Yelana (Marthin Plimpton). Hadirnya Queen Elsa dan Anna membuat orang-orang yang terjebak di Enchanted Forest merasa terkejut dan takjub, akhirnya setelah belasan tahun mereka disana ada sosok yang akan menyelamatkan mereka dari kabut misterius itu.


Hadirnya Queen Elsa di Enchanted Forest juga membuka sebuah rahasia baru yang menyangkut akan masa lalu Arendelle, asal-usul kekuatan dirinya, kematian kedua orangtuanya hingga menuntunnya untuk menemukan sebuah tempat misterius di paling utara di muka bumi yang konon menjadi tempat dari segala sumber kekuatan di muka bumi ini yang bernama Allothana.
Berhasilkah Queen Elsa, Anna, Kristoff dan Olaf memecahkan misteri yang selama ini terpendam?


#Review:
Butuh enam tahun lamanya untuk Disney menghadirkan kelanjutan kisah salah satu Disney Princesses baru yang langsung melejit populer yakni Elsa dan Anna di film peraih piala Oscar 2014 yaitu FROZEN (2013). Kursi sutradara pun kembali diduduki oleh duet Chris Buck dan Jennifer Lee. Kualitas film pertamanya memang tak perlu diragukan lagi. Film FROZEN (2013) kala itu sukses mencuri perhatian dan mendapat respon sangat positif dari pecinta film di dunia. Bahkan digadang-gadang sebagai salah satu film animasi terbaik sepanjang masa.


Untuk sekuelnya kali ini, kedua sutradara dan sang penulis naskah yaitu Jennifer Lee menggali dan mengeksplor tentang asal-usul kekuatan yang dimiliki oleh Queen Elsa dan berdampak juga terhadap masa lalu dari kerajaan Arendelle itu sendiri. Premis dan ide film ini sebenarnya sangat sederhana, tapi ditangan Lee, semuanya menjadi semakin besar dan luas. Penambahan ide tentang elemen-elemen yang ada di bumi langsung mengingatkanku pada film animasi milik Nickelodeon yaitu AVATAR THE LAST AIRBENDER. Tak cuma itu saja, di pertengahan film pun Lee menghadirkan konflik yang cukup rumit dibandingkan dengan film pertamanya. Lee memasukkan cerita tentang masa lalu kerajaan Arendelle, perjuangan Kristoff melamar Anna, serangan dari air, angin, api dan tanah yang mengincar rombongan Queen Elsa hingga memunculkan monster bebatuan yang langsung mengingatkanku pada film robot PACIFIC RIM. Jangan lupakan juga moment easter-egg mulai dari film BIG HERO 6 (2014), DUMBO (2019) hingga AVENGERS: INFINITY WAR (2018) dan ENDGAME (2019) pun muncul dalam film ini. Oia Lagu-lagu yang mengiringi sekuelnya ini pun tampil jauh lebih banyak dan selalu dinyanyikan full song. Namun menurutku, lagu-lagu di film keduanya ini tidak se-eargasm lagu-lagu di film pertamanya. Butuh waktu beberapa kali memutar lagunya agar bisa enjoy dan menikmati alunan suara dari Queen Elsa, Anna, Kristoff dan Olaf.


Frozen 2 (2019) di format IMAX Cinema XXI tidak 100% fullest! Huh..

Untuk jajaran karakter, Queen Elsa semakin memantapkan diri sebagai independen woman yang selalu memberikan yang terbaik untuk adik dan juga kerajaannya. Anna kini tampil semakin gemilang dan luar biasa disaat ia kembali berkolaborasi dengan kakaknya untuk menyelamatkan kerajaan Arendelle. Karakter Kristoff dan rusanya, Sven pun tak kalah mencuri perhatian, aksi mereka yang bernyanyi lagu sedih dengan iringan musik serta konsep videoklip khas boyband-boyband 90annya sukses memecah tawa sekaligus menghadirkan moment nostalgia. Karakter Olaf seperti biasanya tampil menggemaskan dan sangat menghibur. Aksinya disaat menceritakan kembali film FROZEN (2013) dan mempunyai mindset sangat positif soal kedewasaan berhasil membuat tawa penonton disepanjang film. 



Untuk segi visual, film FROZEN 2 (2019) ini tampil makin massive dan spektakuler. Perjalanan rombongan Queen Elsa ke Enchanted Forest begitu memanjakan mata. Warnanya begitu popping-out dan indah. Yang paling aku suka saat di babak akhir film, kekuatan Queen Elsa disaat di Allothana tampil begitu luar biasa. Visualnya benar-benar menakjubkan. Bahkan beberapa detail air, es, guyuran hujan dan dedaunan tampak sangat real seakan bukan hasil animasi. Gokil! Deretan dress baru yang dikenakan Queen Elsa dan Anna juga tampil sangat apik. Aku yakin dress yang mereka kenakan akan menjadi trend Dress Princess beberapa tahun kedepan.
Overall, sekuel film FROZEN 2 (2019) so much bigger than the first. Visualnya sangat spektakuler. Asal-usul kekuatan Queen Elsa akhirnya terungkap. Tapi menurutku jauh lebih magis dan deep jilid pertamanya! Jangan lupa ada after credit scene di paling ujung banget ya dan biasakan juga buang sampah makanan dan minuman ke tempat sampah yang sudah disediakan di bioskop!


[7.9/10Bintang]

Sunday, 17 November 2019

[Review] 99 Nama Cinta: Kisah Presenter Gosip Yang Harus Berhadapan Dengan Ustadz


#Description:
Title: 99 Nama Cinta (2019)
Casts: Acha Septriasa, Deva Mahenra, Adinda Thomas, Chiki Fawzi, Susan Sameeh, Donny Damara, Ira Wibowo, Dzawin, Robby Purba, Minati Atmanegara, Adi Nugroho, Ayana Moon, Asri Welas
Director: Danial Rifki
Studio: MNC Pictures

#Synopsis:
Talia (Acha Septriasa) adalah seorang presenter acara gosip berjudul "Bibir Talia" yang mempunyai rating dan share No.1 di Televisi. Acaranya tersebut dikenal karena mengupas berita-berita seputar dunia entertainment tanpa memperdulikan rasa simpati dan empati narasumbernya. Puncaknya disaat program "Bibir Talia" mengundang bintang tamu istri kedua dari artis Pak Bambang dan Bu Vini (Asri Welas). Berkat bantuan dari staff kreatif nya yaitu Mlenuk (Adinda Thomas) dan Sandra (Susan Sameeh), program "Bibir Talia" berhasil melakukan sesi interview dengan Bu Vini yang selama ini sangat anti terhadap program gosip.


Ditengah kesuksesan acaranya itu, Talia kedatangan tamu di kantornya yaitu Ustadz Kiblat (Deva Mahenra) yang diutus oleh sang ibu (Ira Wibowo) untuk mengajarkan anaknya mengaji sesuai wasiat yang diinginkan oleh almarhum ayahnya. Kiblat sendiri merupakan teman semasa kecil Talia disaat mereka masih tinggal di Kediri, Jawa Timur. Kedatangan Kiblat ke kantor membuat Talia kesal, karena telah mempermalukan ia di hadapan teman-temannya. Talia lantas menolak untuk diajari oleh Kiblat dan menyuruh ibunya untuk memulangkan Kiblat ke Kediri.



Sang ibu merasa kecewa pada Talia karena ia tak ingin melaksanakan wasiat ayahnya. Kedua orangtua Talia sengaja mengutus Kiblat karena keduanya merupakan teman semasa kecil supaya Talia tidak canggung dan malu jika belajar agama orang yang sudah dikenalnya. Atas dasar menjalankan wasiat almarhum ayahnya, Talia pun memutuskan untuk bersedia belajar agama pada Kiblat.



Talia lalu berangkat ke Kediri untuk bertemu dan meminta maaf pada Kiblat karena telah memperlakukan teman semasa kecilnya itu kurang sopan. Disana juga ia bertemu dengan seorang wanita bernama Husna (Chiki Fawzi), mahasiswi yang baru saja lulus dari universitas di Korea. Setibanya disana, sinyal ponsel Talia hilang, alhasil ia susah untuk berkomunikasi. Talia dicari oleh orang-orang dikantornya karena pihak dari Pak Bambang beserta para pengacara melayangkan gugatan terhadap program "Bibir Talia". Program gosip itu dianggap sudah mencemarkan nama baik keluarga Pak Bambang dan mereka akan menempuh jalur hukum. Setelah urusan Talia di Kediri selesai, ia bergegas langsung datang ke kantor untuk menemui teamnya. Talia yakin gugatan dari pihak Pak Bambang itu hanya sekedar somasi dan tidak akan masuk ke pengadilan. 



Tapi keyakinan Talia itu berbanding terbalik dengan apa yang kantornya rasakan. Head Programming (Robby Purba) dan jajaran direksi di kantornya merasa was-was dan kecewa terhadap Talia yang menganggap sepele tuntutan dari Pak Bambang. Alhasil jajaran direksi memutuskan untuk menghentikan program "Bibir Talia" dan digantikan oleh program baru. Talia pun dipindahtugaskan untuk memproduseri program "Kuliah Subuh" yang terkenal sebagai program buangan dan mempunyai rating buruk di Televisi. Bungkusnya acara yang dikomandoinya itu membuat Talia kesal. Ia menganggap semua ini terjadi gara-gara ia pergi ke Kediri dan bertemu dengan Kiblat. 


Tapi, berhentinya Talia menjadi presenter dan produser program gosip membuat ibunya senang karena anaknya kini tidak lagi ghibah di televisi. Talia pun kini harus mengerahkan segala kemampuannya untuk bisa menggarap program "Kuliah Subuh" agar ia bisa bertahan di kantornya.
Akankah Talia berhasil menggarap program yang sangat bertolak belakang dengan dirinya itu?


#Review:
Film 99 NAMA CINTA (2019) merupakan film terbaru produksi MNC Pictures yang naskah dan ceritanya ditulis langsung oleh Garin Nugroho. Tak cuma itu saja, film ini juga menjadi ajang comeback terbaru aktris Acha Septriasa berperan dalam film bergenre drama setelah ia jarang wara-wiri di layar lebar pasca menikah dan tinggal di Australia.


Untuk segi cerita, paruh pertama film ini hampir mirip dengan film atau FTV tentang sepasang pria dan wanita yang dunianya bertolak belakang lalu dipertemukan oleh sebuah alasan. Yang satu, hidup di dunia entertainment, sementara yang satunya lagi hidup di dunia keislaman. Untungnya tulisan naskah Garin Nugroho yang digarap oleh Danial Rifki ini tidak terjebak sebagai film drama religi yang menceramahi penontonnya dengan segala keislamannya. Disini Garin Nugroho membuktikan bahwa ia juga bisa dan mampu juga menghadirkan skenario yang sangat ringan dan nge-pop tapi tetap mempunyai makna yang sangat mendalam. Duet Garin dan Rifki ini dalam menggarap 99 NAMA CINTA (2019) tampil begitu mengalir, indah, manis dan tidak berlebihan. Unsur keislaman serta drama romantisnya dieksekusi dengan baik. Makna seputar Asmaul Husna yang diterapkan Garin dan Rifki ini dibahas dengan santai lewat karakter Kiblat dan juga Talia. Makna toleransi sederhana pun digambarkan dengan sangat baik disini. Garin sangat peka terhadap issue toleransi ini lewat karakter Kiblat dalam memposisikan dirinya yang paham agama, tidak berlebihan disaat berhadapan dengan Talia dan juga murid-murid di pesantrennya. Aku sangat suka disepanjang film ini sosok Kiblat tak pernah menyudutkan, membenarkan atau melarang lawan mainnya dengan dalil-dalil keislaman. Sikapnya yang netral itulah menjadikan makna toleransi dalam film ini terasa indah. Bahkan film inipun tidak menuntut karakter utamanya untuk berubah menjadi lebih islami disaat film usai.


Yang sedikit mengganggu bagiku dari film ini yaitu soal transportasi yang dilakukan oleh para karakter untuk pulang pergi Jakarta-Kediri sangatlah tidak make-sense. Untuk ukuran tahun 2019, masa produser dan presenter program rating teratas di televisi dalam melakukan perjalanan jarak jauh hanya mengandalkan bus ekonomi tanpa terpikirkan untuk membawa mobil dengan supir atau pesawat gitu. Hal ini bisa dimaklumi jika background cerita soal pesantren berlokasi masih sekitaran Jabodetabek atau Jawa Barat. Selain itu, disaat paruh pertama film pun, eksplorasi soal program acara "Bibir Talia" menurutku masih kurang banyak dibandingkan disaat Garin dan Rifki mengeksplor program "Kuliah Subuh" yang sangat detail dan memuaskan. Alhasil, dampak program yang dicut serta reaksi para pemirsa televisi terasa tidak pernah ada.


Untuk jajaran pemain, menurutku film 99 NAMA CINTA (2019) ini tampil hampir semuanya memuaskan. Acha Septriasa tampil gemilang dan dinamis sebagai Talia. Performanya sebagai presenter sekaligus produser sangat meyakinkan. Chemistry yang dibangun dengan Deva Mahenra maupun Adinda Thomas terasa believeable dan heartwarming. Aktor Deva Mahenra pun tak kalah bagusnya dengan Acha. Sosok Ustadz Kiblat ditangan Deva ditaklukan dengan baik. Aura sebagai pria idaman yang taat agama begitu terpancar kuat. Begitu juga dengan Adinda Thomas yang memerankan sebagai staff kreatif bernama Mlenuk tampil sangat memuaskan dan mencuri perhatianku. Adinda Thomas aku yakin bisa menjadi the next big thing di industri perfilman Indonesia kedepannya karena kualitas akting doi makin kesini makin terasah. Ensemble casts lainnya pun tak kalah bagusnya dengan ketiga nama diatas. Chiki Fawzi surprising me! Karakter Husna terasa sangat real merepresentasikan wanita muda sholehah dan mempunyai selera Korea hahaha. Ira Wibowo dan Donny Damara tampil bagus sebagai orangtua yang menasehati anak-anaknya. Jangan lupakan juga penampilan komika Dzawin yang berperan sebagai Ustadz Bambu tampil dengan komedinya yang krik namun tetap saja membuatku senyum lebar wkwkwk.


Overall, film 99 NAMA CINTA (2019) tampil diluar dugaan. Naskah garapan Garin Nugroho yang menyelipkan unsur keislaman tanpa harus menceramahi penontonnya berhasil disajikan dengan baik oleh Danial Rifki. Recommended!


[7.5/10Bintang]

Wednesday, 13 November 2019

[Prediksi] Pemenang FFB dan FFI Tahun 2019


Dua ajang penghargaan insan perfilman Indonesia tingkat nasional yang paling bergengsi yaitu Festival Film Bandung dan Festival Film Indonesia baru saja mengumumkan daftar lengkap nominasinya. Kali ini aku akan mencoba membuat list prediksi para pemenang berdasarkan selera dan pendapat pribadi.



Untuk yang pertama, aku akan sedikit membahas Festival Film Bandung 2019 yang pada tanggal 7 Agustus 2019 lalu mengumumkan daftar lengkap nominasinya. Beberapa slot nominasi di #FFB2019 menurutku cukup mengejutkan. Film-film komersil yang sukses di Box Office Film Indonesia atau menjadi trending perbincangan pada tahun lalu dan tahun ini lumayan mendominasi. Film-film tak terduga seperti DEAR NATHAN 2, PREMAN PENSIUN, HIT & RUN, DANCING IN THE RAIN, SAY I LOVE YOU, TERLALU TAMPAN hingga ASAL KAU BAHAGIA muncul dalam nominasi teknis maupun pemeranan. Berikut adalah daftar lengkap nominasi Festival Film Bandung 2019.

Nominasi Film Bioskop Terpuji:
1. Ambu
2. Dua Garis Biru
3. Keluarga Cemara
4. Preman Pensiun
5. Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur

[Prediksi] Film Ambu bisa jadi pemenang di #FFB2019 karena mengangkat unsur budaya Baduy serta kekeluargaan yang cukup kuat. Ditambah lagi Festival Film Bandung dari tahun ke tahun dalam memilih pemenang Film Terpujinya selalu film yang mempunyai unsur budaya lokal. Tapi kemungkinan juga jatuh ke tangan Film Keluarga Cemara maupun Film Preman Pensiun, karena keduanya juga mempunyai unsur budaya terutama budaya Jawa Barat yang sangat #FFB2019 banget.

Sutradara Film Bioskop Terpuji:
1. Ari Sihasale - Rumah Merah Putih
2. Garin Nugroho - Kucumbu Tubuh Indahku
3. Gina S. Noer - Dua Garis Biru
4. Ody C. Harahap - Hit & Run
5. Ravi Bharwani - 27 Steps of May

[Prediksi] Debut perdana Gina S. Noer sebagai sutradara seharusnya mendapat apresiasi. Filmnya sukses menuai respon positif dari para kritikus dan juga menjadi film Box Office Indonesia tahun 2019 dengan jumlah penonton diatas dua juta lebih penonton diseluruh Indonesia. Tapi kemungkinan juga bisa diraih oleh Garin Nugroho maupun Ravi Bharwani karena film Kucumbu Tubuh Indahku dan 27 Steps of May sukses mencuri perhatian di berbagai festival film baik tingkat nasional maupun internasional.

Penulis Skenario Terpuji:
1. Aris Nugraha - Preman Pensiun
2. Gina S. Noer - Dua Garis Biru
3. Jenny Jusuf & Farisja Latjuba - Mantan Manten
4. Rayya Makarim - 27 Steps Of May
5. Titien Wattimena - Ambu

[Prediksi] Naskah karya Rayya Makarim menurutku sangat berhasil menunjukkan kisah tentang seorang perempuan korban dari kekerasan seksual yang mengalami trauma berkepanjangan. Tapi bisa juga para nominasi lain dilirik oleh #FFB2019 karena lima nominasi Penulis Skenario Terpuji tahun ini sangat berat dan semuanya memuaskan.

Pemeran Utama Pria Terpuji:
1. Boy William - Laundry Show
2. Denny Sumargo - A Man Called Ahok
3. Dimas Anggara - Dancing In The Rain
4. Joe Taslim - Hit & Run
5. Verdi Solaiman - Say I Love You

[Prediksi] Daftar nominasi Pemeran Utama Pria ini menurutku cukup mengejutkan. Performa Boy William sebagai aktor utama tampil melampaui ekspektasi. Tapi performa Denny Sumargo juga tak kalah gemilangnya, bahkan #FFB2019 lebih memilih Denny daripada Daniel Mananta.

Pemeran Utama Wanita Terpuji:
1. Amanda Rawles - Dear Nathan Hello Salma
2. Atiqah Hasiholan - Mantan Manten
3. Luna Maya - Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur
4. Raihaanun - 27 Steps of May
5. Zara JKT48 - Dua Garis Biru

[Prediksi] Sepenuhnya aku yakin dimenangkan oleh Raihaanun. Performanya yang nyaris tanpa dialog dan bermain dengan maksimal lewat ekspresi dan gesturenya patut diganjar piala penghargaan. Tapi jagoanku yang kedua yaitu Atiqah Hasiholan. Perannya sebagai seorang perias pengantin mantannya ini sukses membuatku ambyaar!

Pemeran Pendukung Pria Terpuji:
1. Alex Abbad - Hanum & Rangga
2. Brandon Salim - Yowis Ben 2
3. Edward Akbar - Foxtrot Six
4. Fatih Unru - Orang Kaya Baru
5. Randy Pangalila - Kucumbu Tubuh Indahku

Pemeran Pendukung Wanita Terpuji:
1. Anggika Bolsterli - Belok Kanan Barcelona
2. Enditha - Ambu
3. Hannah Al-Rashid - Aruna & Lidahnya
4. Rachel Amanda - Terlalu Tampan
5. Widuri Putri - Keluarga Cemara

Penata Editing Terpuji:
1. Aline Jusria - Hit & Run
2. Hendra Adhi Susanto - Terlalu Tampan
3. Ichsan JW & Syarif Hidayat - Preman Pensiun
4. Sastha Sunu & Endjah Prabowo - Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur
5. W. Ichwandiardono - Aruna & Lidahnya

Penata Musik Terpuji:
1. Andhika Triadi - Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur
2. Andi Rianto - Pocong The Origin
3. Ifa Fachir - Keluarga Cemara
4. Joseph S. Djaffar - Something In Between
5. Ramondo Gascaro - Kucumbu Tubuh Indahku

Penata Artistik Terpuji:
1. Adrianto Sinaga - A Man Called Ahok
2. Allan Sebastian - Ambu
3. Edy Wibowo - Kucumbu Tubuh Indahku
4. Oscart Firdaus - Dua Garis Biru
5. Tonny D. Setyanto & Rico Marpaung - Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur

Penata Kamera Terpuji:
1. Amalia TS - Aruna & Lidahnya
2. Hani Pradigya - Asal Kau Bahagia
3. Ical Tanjung - Ave Maryam
4. Ipung Rahmat Syarif - 27 Steps of May
5. Padri Nadeak - Hit & Run


Malam Puncak Festival Film Bandung 2019 yang ke-32 akan digelar pada 22 November 2019 mendatang di Parahyangan Convention, Padalarang Jawa Barat dan disiarkan secara langsung mulai pukul 19:00 WIB di TVRI.



Kedua, kali ini aku akan membahas daftar nominasi Festival Film Indonesia 2019 yang baru saja diumumkan tadi malam (12/11). Beberapa slot nominasi #FFI2019 kali ini memiliki perbedaan yang cukup drastis dengan #FFB2019. Berikut adalah daftar lengkap nominasi Festival Film Indonesia 2019.

Film Cerita Panjang Terbaik:
1. 27 Steps Of May
2. Bumi Manusia
3. Dua Garis Biru
4. Keluarga Cemara
5. Kucumbu Tubuh Indahku

[Prediksi] Sangat berharap karya perdana Gina S. Noer sebagai sutradara film panjang lewat Dua Garis Biru ini mendapat apresiasi dari ajang paling bergengsi dan prestisius di Indonesia. Tapi jika meleset, aku menjagokan 27 Steps of May dan Bumi Manusia.

Sutradara Terbaik:
1. Garin Nugroho - Kucumbu Tubuh Indahku
2. Gina S. Noer - Dua Garis Biru
3. Hanung Bramantyo - Bumi Manusia
4. Ravi Bharwani - 27 Steps of May
5. Riri Riza - Bebas

[Prediksi] Riri Riza menurutku berhasil menggarap adaptasi film laris Korea dan juga mempunyai nostalgia tahun 90annya yang sangat baik. Jujur, nominasi Sutradara Terbaik #FFI2019 ini yang paling berat karena semuanya menggarap film dengan amat baik. Pilihan kedua jatuh ke Gina S. Noer dan ketiga Hanung Bramantyo.

Penulis Skenario Asli Terbaik:
1. Garin Nugroho - Kucumbu Tubuh Indahku
2. Gina S. Noer - Dua Garis Biru
3. Joko Anwar - Orang Kaya Baru
4. Rayya Makarim - 27 Steps Of May
5. Titien Wattimena - Ambu

[Prediksi] Naskah karya Garin Nugroho memang selalu mempunyai pesona dan kekuatannya tersendiri. Tak heran selalu berhasil menembus ajang perfilman tingkat nasional maupun internasional. Lawan terberat dari Garin yang kupilih Gina S. Noer dan Rayya Makarim.

Penulis Skenario Adaptasi Terbaik:
1. Gina S. Noer & Yandy Laurens - Keluarga Cemara
2. Joko Anwar - Gundala
3. Mira Lesmana & Gina S. Noer - Bebas
4. Rano Karno - Si Doel The Movie 2
5. Upi - My Stupid Boss 2

[Prediksi] Duet Mira Lesmana dan Gina S. Noer dalam menulis naskah film Bebas sangatlah memuaskan. Menurutku jauh lebih baik dari versi aslinya. Posisi kedua aku memilih duet Gina S. Noer & Yandy Laurens karena berhasil menyajikan Keluarga Cemara dengan apik.

Pemeran Utama Pria Terbaik:
1. Abimana Aryasatya - Gundala
2. Angga Yunanda - Dua Garis Biru
3. Lukman Sardi - 27 Steps of May
4. Muhammad Khan - Kucumbu Tubuh Indahku
5. Reza Rahadian - My Stupid Boss 2
6. Ringgo Agus Rahman - Keluarga Cemara

[Prediksi] Angga Yunanda menjadi aktor termuda di kategori ini dan menurutku sangat layak diberi penghargaan karena performanya sangat memuaskan. Kalau Angga Yunanda menang pun pasti #FFI2019 bakal meraih attention besar dari pemirsa televisi. Pilihan keduaku Ringgo Agus Rahman dan ketiga adalah Muhammad Khan.

Pemeran Utama Wanita Terbaik:
1. Nirina Zubir - Keluarga Cemara
2. Raihaanun - 27 Steps of May
3. Sha Ine Febriyanti - Bumi Manusia
4. Sissy Presscillia - Milly & Mamet
5. Zara JKT48 - Dua Garis Biru

[Prediksi] Performa Raihaanun memang tak perlu diragukan lagi. Sulit rasanya untuk tidak memberikan apresiasi padanya berkat memerankan karakter May. Jagoanku berikutnya yaitu Sha Ine Febriyanti yang sangat powerful di film adaptasi novel Pramudya Ananta Toer.

Pemeran Pendukung Pria Terbaik:
1. Baskara Mahendra - Bebas
2. H. Mandra - Si Doel The Movie 2
3. Jerome Kurnia - Bumi Manusia
4. Randy Pangalila - Kucumbu Tubuh Indahku
5. Verdi Solaiman - 27 Steps of May
6. Whani Dharmawan - Kucumbu Tubuh Indahku

Pemeran Pendukung Wanita Terbaik:
1. Asri Welas - Keluarga Cemara
2. Ayu Laksmi - Bumi Manusia
3. Cut Mini - Dua Garis Biru
4. Laudya Cynthia Bella - Ambu
5. Lulu Tobing - Dua Garis Biru
6. Tutie Kirana - Mantan Manten

Pengarah Sinematografi Terbaik:
1. Arfian - My Stupid Boss 2
2. Ical Tanjung - Gundala
3. Ical Tanjung - Ave Maryam
4. Padri Nadeak - Dua Garis Biru
5. Yudi Datau - Ambu

Pencipta Lagu Tema Terbaik:
1. Andi Rianto & Titien Wattimena - Semesta Pertamaku (Ambu)
2. Dimas Wibisana, Bianca Nelwan, Mira Lesmana - Aku Tanpamu (Bebas)
3. Harry Tjahjono & Arswendo Atmowiloto - Harta Berharga (Keluarga Cemara)
4. Isyana Sarasvati & Rara Sekar - Luruh (Milly & Mamet)
5. Iwa K, Yudis Dwikomara & Toriawan Sudarsono - Bebas (Bebas)

Penyunting Gambar Terbaik:
1. Aline Jusria - Dua Garis Biru
2. Greg Arya - Kucumbu Tubuh Indahku
3. Sentot Sahid & Reynaldi Christianto - Bumi Manusia
4. Wawan I Wibowo & Lilik Subagyo - 27 Steps of May
5. W. Ichwandiardono - Bebas

Penata Busana Terbaik:
1. Chitra Subiyakto, Gemallia Gea - Bebas
2. Gemallia Gea - A Man Called Ahok
3. Isabelle Patrice - Gundala
4. Retno Ratih Damayanti - Bumi Manusia
5. Retno Ratih Damayanti - Kucumbu Tubuh Indahku

Penata Rias Terbaik:
1. Darwyn Tse - Gundala
2. Eba Sheba, Sutomo & Adi Wahono - My Stupid Boss 2
3. Jerry Oktavianus - A Man Called Ahok
4. Jerry Oktavianus - Bumi Manusia
5. Retno Ratih Damayanti - Kucumbu Tubuh Indahku

Penata Suara Terbaik:
1. Khikmawan Santosa & Anwar Moha - Gundala
2. Khikmawan Santosa & Dicky Permana - Kucumbu Tubuh Indahku
3. Khikmawan Santosa, Ikhsan Sungkar & Adimolana Mahmud - Pocong The Origin
4. Khikmawan Santosa, Syamsurrijal & Siti Asifa Nasution - Dua Garis Biru
5. Khikmawan Santosa, Satrio Budiono & Krisna Purna - Bumi Manusia
6. Satrio Budino & Sutrisno - Bebas

Penata Musik Terbaik:
1. Andhika Triyadi - Bumi Manusia
2. Andhika Triyadi - Dua Garis Biru
3. Aghi Narottama, Bemby Gusti & Tony Merle - Gundala
4. Lie Indra Perkasa - Bebas
5. Ramondo Gascaro - Kucumbu Tubuh Indahku
6. Thoersi Argeswara - 27 Steps of May

Penata Visual Efek Terbaik:
1. Abby Eldipie - Gundala
2. Andi Novianto, Gaga Nugraha & Satria Bhayangkara - DreadOut
3. Herdanius Larobu - Pocong The Origin
4. Herdanius Larobu - Ghost Writer
5. Raiyan Laksamana - Bumi Manusia

Pengarah Artistik Terbaik:
1. Adrianto Sinaga - A Man Called Ahok
2. Allan Sebastian - Bumi Manusia
3. Edy Wibowo - Kucumbu Tubuh Indahku
4. Oscart Firdaus - Dua Garis Biru
5. Vida Sylvia - 27 Steps of May
6. Wencislaus de Rozari - Gundala

Malam Puncak Festival Film Indonesia 2019 yang ke-39 akan segera digelar pada Desember 2019 mendatang dan akan disiarkan secara live eksklusif di MetroTV!.