Wednesday, 24 April 2019

[Review] Avengers Endgame: Penghujung Kisah Infinity Saga dan Thanos


#Description:
Title: Avengers: Endgame (2019)
Casts: Robert Downey Jr, Josh Brolin, Chris Evans, Scarlett Johansson, Mark Ruffalo, Chris Hemsworth, Paul Rudd, Jeremy Renner, Karen Gillan, Brie Larson, Don Cheadle, Benedict Wong, Danai Gurira, Gwyneth Paltrow, Bradley Cooper
Director: Anthony Russo & Joe Russo
Studio: Marvel Studios

#Synopsis: [SPOILER ALERT]
Usai Thanos (Josh Brolin) melakukan decimation dengan Infinity Gauntletnya, separuh populasi dari alam semesta benar-benar menghilang menjadi debu. Kekalahan team Avengers membuat seluruh anggota yang selamat dari decimation putus asa. Tony Stark (Robert Downey Jr) dan Nebula (Karen Gillan) terombang ambing di angkasa usai kalah melawan Thanos di Planet Titan. Begitu juga dengan Steve Rogers (Chris Evans), Thor (Chris Hemsworth), Natasha (Scarlett Johansson), Bruce Banner (Mark Ruffalo), James Rhodes (Don Cheadle), Okoye (Danai Gurira) dan Rocket (Bradley Cooper) yang harus menerima kekecewaan atas kekalahan di Wakanda dan hilangnya rekan-rekan Avengers mereka oleh efek decimation Thanos.


Ditengah keputusasaan itu, untungnya Nick Fury (Samuel L. Jackson) sempat berhasil menghubungi Carol Danvers (Brie Larson) untuk meminta pertolongan sebelum ia menghilang menjadi debu. Dengan bantuan Carol, akhirnya Tony dan Nebula bisa kembali ke bumi. Setibanya di bumi, Tony memutuskan untuk pensiun menjadi Iron Man. Ia tak kuasa untuk melawan kekuatan Thanos yang semakin powerful usai mendapatkan Infinity Gauntlet.


Hingga lima tahun berlalu, efek decimation Thanos membuat kehidupan di bumi makin sepi. Steve, Natasha, Bruce dan James terus berusaha mencari cara untuk mengembalikan orang-orang yang hilang. Hadirnya Nebula di bumi cukup membantu team Avengers yang tersisa untuk melacak keberadaan Thanos. Dibantu Carol Danvers dengan over powernya, team Avengers yang tersisa langsung mendatangi tempat persembunyian Thanos. Namun sayang, setibanya disana, Infinity Gauntlet bersama dengan Infinity Stonesnya sudah hancur oleh Thanos sendiri karena usai melakukan decimation, Infinity Gauntlet itu semakin membuat dirinya kesakitan bahkan nyaris merenggut nyawanya. Tidak terima dengan ucapan Thanos, Thor semakin marah dan tanpa pikir panjang ia langsung memenggal kepala Thanos dengan Strombreaker. Kematian Thanos itu tak berpengaruh karena efek decimation yang ditimbulkan ternyata tidak hilang.



Harapan kembali muncul usai Scott Lang (Paul Rudd) yang terjebak di Quantum Realm akhirnya tak sengaja bisa keluar. Scott yang ternyata sudah terkurung selama lima tahun didalam Quantum Realm dibuat tak percaya apa yang sudah terjadi di muka bumi. Dilanda kebingungan, Scott kemudian mendatangi markas Avengers untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi sekaligus memberikan informasi seputar Quantum Realm. Scott yakin bahwa Quantum Realm ini memiliki keunikan tersendiri yaitu perbedaan waktu yang sangat drastis dengan bumi. Scott dinyatakan hilang sudah lima tahun lamanya, tapi selama terjebak didalam Quantum Realm, ia hanya menghabiskan lima jam saja. Scott yakin jika mereka bisa mengendalikan dimensi waktu yang ada di Quantum Realm itu maka mereka bisa melakukan time travel untuk mendapatkan enam Infinity Stones dimasing-masing tempat sebelum jatuh ke tangan Thanos. Steve lalu mengajak Natasha, Scott dan Bruce untuk menemui Tony Stark. Karena mereka yakin dengan ilmu pengetahuan dan peralatan canggih milik Tony, ide dan rencana time travel dengan menggunakan Quantum Realm akan berhasil. Namun sayang, lima tahun usai kekalahan Avengers melawan Thanos membuat Tony tetap kekeuh untuk pensiun sebagai Iron Man dan lebih memilih hidup sederhana bersama dengan keluarga kecilnya yang kini sudah mempunyai anak perempuan, buah cintanya dengan Pepper Potts (Gwyneth Paltrow). Penolakan Tony tidak membuat Steve dan yang lainnya putus asa. Mereka pun berinisiatif melakukan percobaan time travel sendiri ini yang dikomandoi oleh Bruce, tanpa bantuan teknologi dari Tony.



Tapi ternyata, percobaan itu gagal. Mereka belum berhasil melakukan time travel dengan benar. Untungnya, tak lama setelah itu Tony datang ke markas Avengers yang memutuskan untuk membantu dan membuatkan alat time travel yang sudah ada dan dikombinasikan dengan teknologi yang dimilikinya. Steve dan yang lainnya kini semakin ada harapan dan optimis usai kembalinya Tony ke markas Avengers. Maka dari itu untuk melakukan time travel, Steve, Natasha, Rocket Raccoon, James langsung mencari dan menghubungi team Avengers lain yang sudah memiliki kehidupannya masing-masing. Rocket dan Hulk menemui Thor yang saat ini hidup dalam ketenangan bersama dengan penduduk Asgard yang tersisa, yaitu Valkyrie (Tessa Thompson) dan Korg (Taika Waititi). 
Lima tahun tak ada aktifitas itu membuat kondisi Thor mengalami perubahan postur tubuh yang drastis. Natasha terbang ke Tokyo menemui Hawkeye (Jeremy Renner) yang kini berubah menjadi Ronin, seorang pembunuh yang telah kehilangan keluarganya. Dan yang terakhir Nebula ikut bergabung membantu team Avengers, karena ia mengetahui letak koordinat planet-planet yang menyimpan salah satu Infinity Stones. Jumlah personel kini sudah tersedia. Tony pun setuju untuk membantu Steve dan yang lainnya melakukan time travel dan mengumpulkan seluruh Infinity Stones yang tersebar diberbagai tempat. Enam batu Infinity Stones itu tiga diantaranya berada di Bumi, satu berada di planet Vormir dan satu lagi berada diantara planet Morag / Asgard. Dengan memanfaatkan Quantum Realm serta serum berwarna merah milik Dr. Hank Pym (Michael Douglas), Avengers yang tersisa kembali ke masa lalu. 


Ternyata Avengers yang tersisa mengalami banyak rintangan ketika melakukan Time Travel. Ketika Tony, Scott, dan Steve mengincar space stone (biru) dan mind stone (kuning) yang berada dalam timeline The Avengers melawan pasukan Thanos yang menyerang New York pada tahun 2012 lalu, mereka harus berhadapan dengan Loki (Tom Hiddleston) dan juga Hydra. Bruce mendatangi Ancient One (Tilda Swinton) untuk mendapatkan time stone (hijau). Natasha dan Hawkeye pergi ke Planet Vormir untuk mendapatkan soul stone (orange). Thor dan Rocket pergi ke Asgard untuk mendapatkan reality stone (merah), dan yang terakhir Nebula dan James pergi ke Planet Morag untuk mengambil power stone (ungu) sebelum didapatkan oleh Starlord (Chris Pratt) dan ayahnya, Thanos yang sedang mengawali perjalannya berburu Infinity Stones bersama dengan pasukan dan anak buahnya. 


Keadaan semakin diperparah saat kehadiran Nebula-James diketahui oleh Thanos dengan cara mengakses pikiran dan otak dari Nebula yang dibantu oleh Ebony Maw, salah satu Children of Thanos. Semua rencana Tony dan masa depan berhasil diketahui oleh Thanos. Infinity Stones yang berusaha dikumpulkan oleh team Avengers kini menjadi incaran Thanos. 
Mampukah Iron Man, Captain America, Hulk, Hawkeye, Nebula, Captain Marvel, Thor dan Rocket Raccoon kali ini benar-benar menghentikan dan melenyapkan Thanos?

#Review:
Selain libur tanggal merah dan lebaran idul fitri, moment yang paling ditunggu miliaran penduduk bumi ini aku yakin adalah kelanjutan dari film mega blockbuster AVENGERS: INFINITY WAR (2018) akan seperti apa? Pasalnya di film tersebut, Team The Avengers kalah telak melawan Thanos. Bahkan beberapa superhero mati, hilang menjadi debu dan itu membuat para penggemar Marvel Cinematic Universe sangat sedih. Maka dari itu, setahun kemudian tepatnya hari ini, akhir cerita 11 tahun perjalanan Infinity Saga di Marvel Cinematic Universe dengan total Tiga Phase yaitu AVENGERS: ENDGAME (2019) tayang juga di bioskop Indonesia. 


Selesai nonton aku cuma bisa bilang satu kalimat kepada Anthony & Joe Russo.. "Isi otak kalian itu apaansih mas, gila bener deh!" AVENGERS: ENDGAME (2019) ini dibuat lebih besar dan spekatakuler banget jika harus dibandingkan dengan AVENGERS: INFINITY WAR (2018). Jika kamu sudah dibuat "orgasme" berkali-kali oleh Infinity War, maka bersiaplah dengan film ini karena akan menservice semakin memuaskan, berlipat ganda dan melampaui Infinity War. Plotline yang dihadirkan benar-benar padat, detail, sangat jelas dan tak sedikit juga yang mematahkan fan-theory para fanboy fangirl MCU yang selama ini sudah tersebar luas. Hahaha. Rangkuman 11 tahun MCU dengan total lebih dari 20 film tersaji begitu epik disini. Kita bisa melihat berbagai karakter dari film-film sebelumnya. Mulai dari Jane Foster, Loki, Frigga, Howard Stark hingga Margareth Carter semuanya ada! Seperti biasanya, di AVENGERS: ENDGAME (2019) ini juga menghadirkan kejutan-kejutan unpredictable baik itu yang menggembirakan maupun yang bikin patah hati hingga refleks langsung mengeluarkan air mata penonton! Yang katanya trailer itu menipu ternyata benar adanya. Paling mencolok banget malah perbedaan antara trailer dan film. 


Babak kedua film yang melakukan Time Travel benar-benar dibuat sangat asyik, moment flashbacknya bikin merinding dan tak terduga juga twist muncul disini. Aksi kucing-kucingan yang The Avengers lakukan berhasil membuat penonton gemas dan terhibur. Kampret emang ide dan penulis skenario filmnya. Bisaan banget bikin penonton histeris lalu menangis! Dan yang paling mengesankan dan luar biasa berikutnya dari AVENGERS: ENDGAME (2019) ini adalah babak ketiganya dihadirkan more bigger ever! Tidak ada yang sia-sia. Semuanya sangat bombastis, luar biasa mengesankan dan takkan terlupakan! Final battle yang ditampilkan berhasil bikin nangis kaaan! Huhuhu.


Untuk segi visual dan scoring musik, film ini sudah menjadi standar tertinggi untuk ukuran film mega blockbuster. Indah, memukau, dramatis dan bikin nganga. Jajaran pemain tampil sangat memuaskan dan beberapa karakter cukup mengejutkan dengan penampilan barunya. Natasha Romanoff, Tony Stark, Steve Rogers, Hawkeye, Hulk, Thor dan team Avengers yang lainnya akan menjadi iconic dan takkan pernah terganti oleh siapapun. Original Six The Avengers dalam film ini sangat dieksplorasi dengan baik oleh sang sutradara. Dari awal hingga akhir film, begitu konsisten menjaga cerita keenam The Avengers ini. Endingnya ituloh sangat mengguncang dan mengaduk-aduk perasaan penonton. Perjalanan 11 tahun mereka dalam tiga phase Infinity Saga diakhiri dengan sangat memuaskan. 
Film ini pun menurutku masih memiliki sedikit plothole yang patut dipertanyakan seputar Gamora, Captain America dan kekuatan Infinity Gauntlet itu sendiri. Tapi aku yakin, semua pertanyaan dan plothole itu pasti akan terjawab di film-film MCU berikutnya! 


This is THE BEST MOVIE of the year for me! Oia di AVENGERS: ENDGAME (2019) ini Marvel Studios tidak menyelipkan middle dan end credit scene ya! Jadi gak perlu nunggu sampai ujung banget karena tidak ada sama sekali! Haha. Better langsung cabut keluar bioskop aja. Jangan lupa juga bawa bekas jajanan kalian dan buang diluar studio ya, biar meringankan dan mempercepat proses clear-up studio mas-mba cleaning service dan usher bioskopnya!


[10/10Bintang]

Friday, 19 April 2019

[Review] Pocong The Origin: Kisah Pemuja Banaspati Yang Sulit Dikebumikan


#Description:
Title: Pocong The Origin (2019)
Casts: Surya Saputra, Nadya Arina, Samuel Rizal, Della Dartyan, Tio Pakusadewo, Yama Carlos, Yeyen Lidya
Director: Monty Tiwa
Studio: Starvision Plus

#Synopsis:
Sasthi (Nadya Arina) seorang remaja perempuan yang hobi menyanyi dan bermain gitar mendapat sebuah telefon dari Pak Adhi (Yama Carlos), sipir Lapas tempat dimana sang ayah, Ananta (Surya Saputra) ditahan. Pak Adhi memohon Sasthi datang ke Lapas dan pihak Lapas akan segera menjemput Sasthi karena ada kepentingan yang berhubungan dengan ayahnya.


Setibanya disana, Sasthi mendapat informasi bahwa ayahnya belum juga mati, padahal pihak Lapas sudah mengeksekusinya sebanyak dua kali. Pak Adhi dan kepala sipir Pak Rudi (Tegar Satrya) mendengar gumaman Ananta setelah dieksekusi yang mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah bisa mati oleh siapapun kecuali dibunuh langsung oleh anaknya sendiri. Maka dari itu, pihak Lapas memohon pada Sasthi untuk segera mengeksekusi ayahnya agar semua proses hukum berjalan lancar dan para awak media tidak lagi berkumpul didepan Lapas untuk mencari informasi lagi.


Akhirnya, Ananta pun berhasil dieksekusi dan dinyatakan tewas. Sebelum meninggal, Ananta rupanya mempunyai wasiat untuk dimakamkan di kampung halamannya di Desa Cimacan. Usai dikafani, jenazah Ananta kemudian dibawa Sasthi beserta dengan petugas Lapas yang bernama Yama (Samuel Rizal) ke Desa Cimacan untuk dimakamkan. Dalam perjalanan itu ternyata Jayanthi (Della Dartyan) seorang reporter media berita terus membututi Sasthi dan Yama. Jayanthi ingin mencari kebenaran tentang sosok Ananta yang diduga menganut ilmu Banaspati dan gara-gara Ananta juga seluruh keluarga teman dekatnya terbunuh.


Dalam perjalanan menuju Desa Cimacan, Sasthi dan Yama selalu mengalami hal-hal aneh. Tak cuma itu saja, penduduk Desa Cimacan pun sepakat menolak jenazah Ananta untuk dikebumikan di wilayah mereka karena Ananta menganut ilmu Banaspati. Sosok iblis jahat yang akan semakin kuat dan bangkit lagi apabila bulan purnama tiba. Berhasilkah Sasthi dan Yama menguburkan jenazah Ananta sebelum semuanya terlambat?


#Review:
Belakangan ini industri film horror Indonesia menurutku terasa seperti melupakan setan-setan iconic legenda tanah air dan kebanyakan lebih memilih melahirkan setan-setan baru atau bermain seputar perjanjian dengan iblis. Ditangan Rizal Mantovani, setan legend Kuntilanak kembali lahir lewat dua film terbaru KUNTILANAK yang dirilis pada 2018 dan Lebaran Idul Fitri nanti. Kali ini sutradara Monty Tiwa mencoba mengangkat setan legend Pocong lewat film POCONG THE ORIGIN (2019) yang dirilis pada 18 April 2019 ini. Yang cukup membuat film ini menjanjikan lantaran Monty Tiwa mengklaim ide dan skenario film ini merupakan sebuah reinkarnasi dan modernisasi dari ide dan skenario film POCONG 1 (2006) yang kala itu dilarang tayang di bioskop gara-gara gagal lulus sensor di LSF. Dengan sedikit pembaharuan agar menyesuaikan zaman, akhirnya project reinkarnasi dari film Rudy Soedjarwo ini bisa diproduksi dibawah naungan Starvision Plus.


Untuk segi cerita, film POCONG THE ORIGIN (2019) ini hampir terasa seperti roadtrip horror, dimana cerita bergulir ketika para pemeran utama sedang melakukan sebuah perjalanan. Konsep ini menurutku baru pertama kali nih dalam sejarah Film horror Indonesia yang bertema tentang roadtrip. Disepanjang perjalanan itu, penonton disuguhi tentang hubungan kuat antara ayah-anak yang diperankan Surya Saputra & Nadya Arina. Moment flashback kenangan-kenangan mereka lumayan menyentuh dan sangat terlihat bahwa keduanya begitu menyayangi satu sama lain. Bahkan hingga akhir film, moment dramatis antara ayah-anak ini meskipun berujung menggantung berakhir bagus dan reason-able. Oia tak cuma itu saja, moment lainnya juga muncul seperti percakapan dan interaksi antara Yama, Sasthi lalu muncul Jayanthi. Disaat yang bersamaan pula, roadtrip yang mereka lakukan mau tak mau harus mengalami hal-hal gaib yang berasal dari outdoor. Warung gorengan pinggir jalan, toilet umum, mushola pom bensin berhasil menjadi jumpscared yang paling aku suka. Aku yakin siapapun yang sering bepergian jauh mengendarai mobil pasti pernah mengunjungi tempat-tempat tersebut. Terror gaib yang mengikuti Yama, Sasthi dan juga Jayanthi semakin berlanjut usai mereka tiba di wilayah Cimacan. Monty Tiwa berhasil menyajikan atmosfer horror outdoor disebuah jalan setapak di hutan belantara, kebun teh hingga pedesaan yang cukup mencekam. Suasana keheningan, kabut, gelap gulita hingga rombongan keranda mayat berhasil banget bikin jumpscared penonton. Adegan tersebut sedikit mengingatkanku pada film horror perdana Monty Tiwa berjudul KERAMAT (2009). 
Namun sayang, moment komedi yang diselipkan dalam film ini menurutku cukup mengganggu sebagai pencair suasana. Mungkin bagi sebagian orang moment komedi yang dilakukan oleh dua stand-up comedian itu lucu tapi menurutku benar-benar merusak suasana horror yang sudah dibangun. Beberapa kali visual yang ditampilkan juga berasa terlalu gelap. Mungkin karena shooting di area outdoor dan hanya memanfaatkan cahaya alami, sehingga gelapnya begitu tebal dan nyaris tak terlihat apapun.
Nadya Arina semakin menampilkan performance yang meningkat. Ia sukses menghidupkan Sasthi yang berusaha sekuat tenaga ingin menguburkan ayahnya dengan layak apapun caranya. Samuel Rizal, surprisingly he's can stole the show with his voice. Logat dan bahasa jawa-indonesia yang ia lakukan begitu medok abis. Padahal Sammy sama sekali bukan orang jawa tulen haha. Della Dartyan di film keduanya kali ini tampil oke dan berhasil bikin kesal penonton dengan perannya sebagai reporter yang super duper kepo. Yang patut diacungi jempol adalah Surya Saputra. Memerankan jenazah Ananta dan dibungkus kain kafan menjadi pocong berhasil menjadi a new nightmare for the audience! Dengan posturnya yang bongsor, pocongnya bikin merinding padahal cuma tiduran dan berdiri doang. Mampus!
Overall, film POCONG THE ORIGIN (2019) menurutku berhasil memvisualkan setan legend indonesia, Pocong. Meskipun kadar horrornya masih bisa ditingkatkan lagi.


[7/10Bintang]

[Review] Hotel Mumbai: Aksi Teroris Brutal Mengguncang Mumbai Dan Taj Hotel


#Description:
Title: Hotel Mumbai (2019)
Casts: Dev Patel, Armie Hammer, Nazanin Boniadi, Anupam Kher, Tilda Cobham-Hervey, Jason Isaacs, Alex Finder, Amandeep Singh, Suhail Nayyar, Manoj Mehra, Dinesh Kumar, Amriptal Singh, Natasha Liu Bordizzo, Angus McLaren
Director: Anthony Maras
Studio: Thunder Road Pictures, Arclight Films, Electric Pictures, Icon Film Distribution

#Synopsis:
Segerombolan pemuda baru saja tiba disebuah pinggiran sungai di wilayah Mumbai, India dengan masing-masing membawa ransel besar dipunggungnya. Mereka lalu berpencar satu sama lain. Dua diantara mereka masuk ke stasiun kereta CST Mumbai. Dengan aba-aba dari telepon yang mereka dengarkan, kedua pemuda itu secara brutal dan membabi buta melakukan aksi penembakan didalam stasiun CST Mumbai. Kondisi stasiun yang sedang padat penumpang berubah menjadi lautan korban tembakan aksi brutal dua pemuda itu.


Sementara itu, Taj Hotel salah satu hotel paling mewah di Mumbai akan kedatangan tamu penting dari Amerika Serikat. Ia adalah Zahra (Nazanin Boniadi), putri orang penting di Mumbai yang telah memiliki seorang anak dari David (Armie Hammer) dan berencana akan berliburan di Mumbai India. Zahra dan David ditemani oleh seorang pengasuh bayi bernama Sally (Tilda Cobham-Hervey). Sebelum Zahra dan keluarganya tiba, staff Taj Hotel berusaha memberikan pelayanan kelas super VVIP untuk keluarga Zahra. Mereka tidak ingin ada satu kesalahan kecilpun terjadi di hotel. Mulai dari jamuan hidangan makanan, fasilitas kamar hotel hingga semua keinginan yang sudah diminta keluarga Zahra sudah dipersiapkan dengan sangat matang.


Setibanya disana, David yang baru pertama kali ke Mumbai merasa sangat kagum dengan interior dan budaya India yang ada di Taj Hotel. Mereka langsung menempati kamar yang sudah sesuai dengan keinginan mereka. Pihak restaurant pun sudah mempersiapkan jamuan dinner khusus untuk Zahra dan David. Keduanya dijadwalkan akan dinner secara eksklusif dengan hidangan-hidangan VVIP hasil kreasi Chef  Hemant Oberoi (Anupam Kher). Semua hidangan akan disajikan ke meja Zahra dan David oleh Waiter Taj Hotel bernama Arjun (Dev Patel).
Ketika sedang menikmati dinner, moment liburan Zahra dan David beserta dengan tamu hotel lainnya seketika berubah menjadi mimpi buruk bagi seluruh orang yang berada di Taj Hotel. Segerombolan pemuda teroris berhasil masuk ke Taj Hotel dan secara brutal menembak seluruh staff hotel dan tamu yang ada diarea lobby hotel. Melihat secara langsung kejadian itu membuat Arjun berusaha setenang mungkin untuk menenangkan dan mengevakuasi seluruh tamu yang sedang di restaurant untuk bersembunyi. Arjun lalu berusaha berkoordinasi dengan bagian kitchen dan bagian hotel lainnya untuk mencari bantuan. 


Disaat yang bersamaan, gerombolan teroris itu berpencar keseluruh area hotel dan membunuh para tamu dengan brutal satu persatu, pintu demi pintu. Gerombolan teroris ini dijamin oleh penanggung jawabnya akan mendapat imbalan materi setimpal dan pahala besar karena telah melakukan jihad. 
Mampukah Arjun beserta dengan tamu hotel lainnya berhasil terbebas dari aksi teroris sadis ini?


#Review:
Film action yang mengangkat tema tentang teroris dan perang mungkin sudah banyak dibuat oleh para sineas luar negeri. Namun tak sedikit juga film bertema seperti itu hanya bermodalkan adegan aksi yang seru saja dan sedikit melupakan akan detail plot cerita. Kali ini rumah produksi asal Australia menghadirkan sebuah film action terorist yang mengambil kisah dari kejadian nyata tentang aksi terror di Mumbai pada tahun 2008 lalu lewat film HOTEL MUMBAI (2019) yang baru saja dirilis pada awal April 2019 lalu.
Surprisingly, film ini menyajikan sebuah film action terorist berada dalam level yang sangat memuaskan. Intense ketegangan yang dibangun begitu terjaga banget dari paruh awal hingga akhir film. Nyaris penonton tidak diberi kesempatan untuk menghela nafas melihat para tamu dan staff Taj Hotel yang dibantai secara sadis oleh para teroris yang mengatasnamakan jihad itu. Aksi kucing-kucingan antara teroris dan korban berhasil menghadirkan sensasi gemas, kesal, marah dan sedih disepanjang durasi film. Moment dramatis yang dihadirkan pun terasa sangat menyentuh banget dan menimbulkan rasa simpati dan juga empati penonton. Adegan percakapan soal Turban yang dikenakan oleh Arjun dan salah satu tamunya ini sangatlah berhasil membuat ingin menangis. Untungnya moment dramatis lainnya juga disajikan sangatlah make-sense dan reasonable banget. Subplot-subplot kecil tentang siapa itu Arjun dan aktifitas sehari-hari para staff hotel begitu related dengan kenyataan. Para Hotelier wajib banget untuk nonton film HOTEL MUMBAI (2019) ini lantaran sangat baik dan bagus banget memperlihatkan SOP dalam menangani ancaman teroris di hotel. 


Performa casts juga tampil sangat memuaskan. Big Applause untuk Dev Patel, Anupam Kher dan seluruh staff Taj Hotel yang bermain dalam film ini menampilkan performa begitu totalitas dan sangat meyakinkan. Para Tamu Hotel seperti Armie 'Oliver' Hammer, Nazanin Boniadi dan yang lainnya juga berhasil tampil sewajarnya sebagai tamu hotel. Jajaran pemeran terorist berhasil menampilkan aksi brutal dan kejinya yang sangat menyebalkan dan pintar juga. Bikin kesel. Dengan membawa-bawa nama Jihad dan ayat suci Al-Quran mereka seenak jidat membunuh secara sadis para tamu hotel. Pahala dan rejeki bukan yang kalian dapat woy. Yang ada dosa dan nereka! Welcome to the hell b*tch!
Untuk segi visual dan scoring pun, film HOTEL MUMBAI (2019) ini berhasil membangkitkan suasana banget. Intense ketegangannya semakin meningkat dengan scoring menggelegar, sehingga penonton yang menyaksikan film ini serasa banget berada di Taj Hotel. Kampret emang!
Overall, film ini sangat memuaskan. One of the best movie of the year so far. Segeralah nonton di bioskop Cinema 21 atau XXI terdekat sebelum AVENGERS: ENDGAME (2019) menyerbu rabu depan!


[9/10Bintang]

Wednesday, 10 April 2019

[Review] Greta: Terror Psikopat Menghantui Seorang Gadis



#Description:
Title: Greta (2019)
Casts: Isabelle Huppert, Chloë Grace Moretz, Maika Monroe, Colm Feore, Jane Perry, Stephen Rea, Zawe Ashton
Director: Neil Jordan
Studio: Focus Feature, Sydney Kimmel Entertainment, Showbox, Starlight Culture Entertainment, Screen Ireland, Feat Pictures

#Synopsis: 
Frances (Chloë Grace Moretz) seorang gadis muda yang bekerja sebagai seorang waitress disebuah restaurant fine dining. Setiap hari ia pulang dan pergi ke tempatnya bekerja menggunakan kereta Subway. Namun pada suatu hari, ketika Frances akan keluar dari kereta, ia tak sengaja menemukan sebuah tas wanita berwarna hijau tua tergeletak didalam kereta. Ia pun langsung bergegas pergi menuju bagian loket Lost & Found untuk menyerahkan barang tersebut, tapi ternyata loket Lost & Found nya sudah tutup. Frances lalu membawanya ke apartment supaya tasnya aman. 
Setibanya di apartment, temannya yaitu Erica (Maika Monroe) langsung membuka isi tas berwarna hijau itu dan menemukan sebuah dompet, obat tablet, kartu identitas, dan sedikit peralatan make-up. Frances bermaksud berbaik hati untuk mengembalikan tasnya ke alamat sesuai dengan kartu identitas yang ada didalam tas itu.


Keesokan harinya, sebelum pergi bekerja, Frances mengantarkan dulu tasnya, hingga tibalah ia disebuah rumah dan disambut dengan sangat ramah oleh pemiliknya yaitu Greta Hideg (Isabelle Huppert). Sang pemilik tas merasa sangat senang dan berterima kasih pada Frances karena sudah mengembalikan dan mengantarkan tasnya. Greta langsung mengajak Frances untuk meminum hidangan teh yang ia siapkan. Greta lalu bercerita sedikit tentang hidupnya. Ia kini hidup sendiri, suami dan anaknya yang bernama Nicola sudah tiada. Greta yang berlogat dan berdialek bahasa Perancis ini cukup mahir bermain piano berkat almarhum suaminya selalu mengajarkannya. Greta begitu baik pada Frances hingga membuatnya merasa mendapat perhatian seorang ibu, karena ibu Frances sendiri sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Greta lalu meminta nomor ponsel Frances untuk komunikasi lebih lanjut sekaligus merencanakan mengajak dinner diwaktu luang.


Usai pengembalian tas itu, komunikasi Greta dan Frances makin intense. Bahkan Frances mengajak Greta untuk mencari anjing peliharaan agar selalu ada yang menemaninya dimanapun ia berada. Ide ini membuat Greta senang. Dengan bantuan Frances ia akhirnya bisa mengadopsi seekor anjing untuk dirumahnya. Sebagai ucapan terima kasih, Greta mengundang Frances dengan sepenuh hati mengajak dinner dan masak bareng dirumahnya. Frances menghidangkan masakan khas buatan almarhum ibunya dan Greta menghidangkan masakan khas dari Perancis. Ketika Frances sedang mencari sebuah lilin untuk dipasang di meja makan, tak sengaja ia membuka sebuah lemari yang berisi tas-tas berwarna hijau tua serupa dengan tas yang ia temukan pada saat di kereta Subway. Ketika Frances cek, isinya pun sama dan setiap tas itu diberi nama dan nama lengkap Frances McCullen pun terpampang menempel di salah satu tas tersebut.


Frances shock dan panik. Ia mencoba setenang mungkin untuk pergi dari rumah Greta dan membatalkan dinner. Greta bingung melihat perubahan sikap Frances yang tiba-tiba seperti tidak fit dan berkeringat. Ia pun mempersilahkan Frances untuk pulang. Setibanya di apartment, ia langsung menceritakan kejadian itu pada Erica. Sahabatnya itu langsung mengusulkan Frances untuk menjauhi Greta dan melaporkannya ke kepolisian. 
Usai kejadian itu perlahan Frances mulai menghindar dari Greta. Puluhan kali panggilan dari Greta tak pernah ia angkat. Frances semakin ketakutan, ia lalu melaporkan terror telepon dari Greta ke polisi, namun polisi menganggap kasus Frances terlalu sederhana. Polisi hanya menyarankan Frances untuk menolak & menghindar saja dari pelaku. Makin hari, sikap Greta pada Frances makin posesif. Greta seakan seperti ibu kandung dari Frances yang setiap saat, setiap waktu menghubungi dan bahkan mengawasi Frances ketika sedang bekerja. Tak tahan lagi dengan kelakuan Greta, ia langsung mendatangi Greta dan memarahinya untuk tidak mengikutinya lagi. Tapi sikap Greta masih saja seperti itu dan tidak menggubris keinginan Frances.


Hari demi hari, kehadiran Greta makin mengganggu kehidupan Frances. Bahkan temannya, Erica pun mulai ikutan diganggu oleh Greta. Dikala Frances sedang bingung untuk menghentikan terror Greta, ia lalu berinisiatif mencari tahu sosok Greta dengan menyelinap ke area sekitar rumahnya dan melihat tumpukan surat-surat yang ada di tong sampah. Ketika menelusuri siapa sosok Greta Hideg, Frances mendapatkan sebuah fakta yang cukup mengejutkan. Greta merupakan seorang psikopat yang sangat terobsesi kepada gadis-gadis remaja dan lalu ia akan menganggapnya sebagai anaknya. Disaat Frances semakin terancam, Erica lalu menghubungi ayah dari Frances untuk meminta pertolongan. Mampukah Frances dan Erica terbebas dari terror Greta?

#Review:
Siapa yang tak pernah menjadi seorang stalker? Semua orang aku yakin pernah menelusuri informasi seseorang dengan sangat detail agar semua yang ia inginkan tercapai. Namun kadar stalker setiap orang tidaklah sama. Ada yang masih bermain dalam tahap biasa saja hingga ke level paling gila.
Cerita tentang seorang stalker tingkat dewa ini hadir dalam sebuah film thriller berjudul GRETA (2019) yang baru saja dirilis di bioskop Indonesia mulai hari ini, 10 April 2019. Film yang dibintangi Chloë Grace Moretz ini menyajikan sebuah cerita yang sangat mengganggu privacy seorang gadis belia bernama Frances McCullen yang berhasil kena jebakan dari seorang ibu-ibu paruh baya bernama Greta Hideg. Paruh awal film dibangun dengan drama yang menurutku kurang greget. Chemistry antara Moretz dan temannya masih terlihat kaku dan canggung. Kehadiran Greta dikehidupan Frances juga diawal film terasa kurang greget. Tak cuma itu saja, alasan Frances tidak menyukai almarhum ibunya dan juga ayahnya yang tidak tinggal serumah tidak dijelaskan dengan amat baik, alhasil ketika Frances merasa mendapatkan perhatian seorang ibu dari sosok Greta menjadi kurang meyakinkan.
Namun kekurangan itu kemudian tertutupi usai sosok Greta tak sengaja terbongkar oleh Frances saat ia salah membuka lemari. Intense ketegangan dan terror perlahan mulai dibangun dengan baik. Sisi stalker mulai dari hal kecil hingga ke level psikopat dilakukan dengan sangat baik oleh Isabelle Huppert. Hal-hal seperti mencari tahu seseorang lewat sosial medianya lalu terus menelepon puluhan kali karena khawatir hingga membuntuti kemanapun Frances pergi berhasil membuat sosok Greta menjadi tidak beres. Aku sangat suka moment Greta mengejar perhatian dari Frances hingga melibatkan orang disekitar Frances. Aksi kucing-kucingan mereka berdua dan juga Erica bikin gregetan. Makin menuju akhir, film ini semakin menggila dengan segala kelakuan Greta yang ternyata seorang psikopat. Maksud dan tujuan Greta melakukan ini semua sebetulnya cukup berhasil menggelengkan kepala penonton, tapi sayang, background siapa sebenarnya Greta lagi-lagi tidak dijelaskan dengan baik. Karakter penghubung saat Frances mencari tahu sosok Greta juga memberikan informasinya sangat nanggung.
Terlepas dari kekurangan itu, untungnya ketika memasuki babak akhir, intense ketegangan kembali ditebar lewat aksi bantuan dari detektif setempat dan juga Erica. Jebakan yang dilakukan Greta pada Frances makin lama makin gila dan horror. Meskipun ceritanya sudah sangat predictable, untungnya dieksekusi tidak terlalu mengecewakan. Penampilan Moretz dan Isabelle Huppert begitu apik dan meyakinkan. Moretz menampilkan sosok Frances begitu tertekan dan ketakutan usai mengetahui sosok Greta yang sebenarnya.
Overall, film GRETA (2019) berhasil menghadirkan thriller seorang stalker akut yang bikin gemas dan gregetan!


[7.5/10Bintang]

[Review] Sunyi: Kisah Terror Hantu Sekolah di SMA Abdi Bangsa


#Description:
Title: Sunyi: Adaption from Whispering Corridors (2019)
Casts: Angga Yunanda, Amanda Rawles, Arya Vasco, Naomi Paulinda, Teuku Ryzki, Monique Priscilla, Verdi Solaiman, Dayu Wijanto
Director: Awi Suryadi
Studio: PicHouse Films, CJ Entertainment, MD Pictures

#Synopsis:
Menjadi siswa di SMA unggulan bernama Abdi Bangsa merupakan menjadi idaman setiap siswa. SMA tersebut sudah berhasil mencetak para alumni yang kini sudah mempunyai nama-nama dan gelar-gelar besar di Indonesia. Tapi tidak bagi Alex (Angga Yunanda). Baginya diterima masuk di SMA Abdi Bangsa bukanlah suatu prestasi membanggakan, melainkan sebuah bencana. Budaya senioritas, tindakan kekerasan hingga praktek bullying dengan memposisikan siswa baru sebagai budak, siswa kelas dua sebagai manusia dan siswa kelas tiga sebagai raja menjadi konsumsi sehari-hari Alex dan puluhan siswa baru lainnya. Ditambah lagi Alex ini merupakan anak dari almarhum Pierre Pranoto yang berprofesi sebagai seorang parapsikolog alias paranormal. Sang ibu (Unique Priscilla) hanya bisa menenangkan Alex dan berpikir positif soal tindak senioritas itu untuk mendidik siswa baru lebih disiplin dan patuh.
Disekolah, Alex bertemu dan berkenalan dengan Maggie (Amanda Rawles), siswi baru juga namun berbeda kelas dengannya. Berkat Maggie lah Alex bisa bertahan dari situasi yang tidak menyenangkan dari para seniornya.
Para siswa baru di SMA Abdi Bangsa ini diharuskan patuh terhadap semua peraturan yang diterapkan oleh siswa kelas dua dan tiga. Siswa baru dilarang untuk menggunakan toilet siswa, dilarang mengunjungi kantin dan perpustakaan serta harus hormat dan menyapa setiap berpapasan dengan siswa senior.


Suatu hari, Alex dipaksa untuk melakukan ritual pemanggilan roh disebuah aula basket oleh ketiga siswa senior, mereka adalah Andre (Arya Vasco), Erika (Naomi Paulinda) dan Fahri (Teuku Ryzki). Ketiga siswa senior ini percaya bahwa sosok hantu penunggu sekolah yang bernama Cindy Sadis masih betah berada disekolah. Siswa Cindy yang dikenal sadis ini telah menjadi mitos dan legenda tabu di sekolah selama sepuluh tahun lamanya. Cindy konon membunuh secara sadis 3 siswi SMA Abdi Bangsa bernama Laras (Abarrane Issabeau), Esther (Nicola Anstee) dan Filla (Djihan Ranti).
Ternyata ritual pemanggilan roh yang dilakukan Alex dan ketiga siswa senior berhasil mendatangkan para penunggu sekolah. Tak cuma itu saja, usai kejadian itu Alex dan ketiga siswa senior itu setiap harinya diganggu oleh para penunggu sekolah.


Andre, Erika dan Fahri lalu menyalahkan dan menyerang Alex atas segala terror yang mereka alami. Namun keadaan semakin memburuk saat satu persatu dari mereka tewas dengan cara yang mengenaskan. Fahri terjun dari atap sekolah dan Erika kepalanya terbentur dengan keras ke tembok ketika sedang berlatih loncat indah di kolam renang sekolah. Melihat kedua temannya meninggal secara tidak wajar, membuat Andre semakin kesal terhadap Alex. Andre yakin bahwa Alex penyebab dari kematian kedua temannya itu. 



Sementara itu, Alex terus dihantui oleh tiga sosok misterius yang selalu menampakan diri dihadapannya dan seolah memberikan sebuah petunjuk. Alex yang kebingungan lalu mencoba meminta bantuan pada sahabatnya Maggie untuk mencari tahu siapa ketiga sosok misterius itu.
Akankah Alex berhasil memecahkan misteri yang selama ini menyelimuti SMA Abdi Bangsa?

#Review:
Awi Suryadi is back! Sutradara yang semakin melejit usai mengembangkan adaptasi novel Danur karya Risa Sarasvati menjadi Danur Cinematic Universe dibawah naungan MD Pictures ini, kembali menghadirkan sebuah film horror yang kali ini mengadaptasi dari film korea berjudul WHISPERING CORRIDORS (1998). Ini merupakan menjadi project pertama dari PicHouse Films dan MD Pictures bekerjasama dengan CJ Entertainment selaku rumah produksi dan produser dari negara Korea. 
Seperti film-film horror MD Pictures kebanyakan, materi promosi film SUNYI (2019) ini tampak sangat menjanjikan. Teaser poster, official poster hingga trailer yang dipublish begitu bagus dan berhasil mengundang rasa penasaran untuk ditonton. Sejauh ini setelah film horror BADOET (2015) dan tiga franchise DANUR (2017), MADDAH (2018) dan ASIH (2018), Awi Suryadi berhasil menyajikan horror yang tidak perlu diragukan lagi kredibilitasnya. Signature khasnya selalu ia tampilkan disetiap filmnya.



Dan kali ini di film SUNYI (2019) Awi Suryadi berhasil membangun suasana horror yang cukup slowburn dan jumpscared yang tepat pada sasaran. Awi benar-benar sudah meninggakan tren film horror "berisik" yang bermodalkan suara dan efek menggelegar dalam film SUNYI (2019) ini. Paruh awal film kita diajak berkenalan dengan siswa baru bernama Alex yang masuk ke SMA Abdi Bangsa yang ia anggap sebagai neraka. Tindakan bullying yang menjadi budaya di SMA Abdi Bangsa menurutku terlalu berlebihan, mengada-ngada dan tidak mempunyai reason yang masuk akal. Terlihat dalam satu adegan, kepala sekolah yang diperankan Dayu Wijanto sebetulnya kurang suka dengan budaya senioritas disekolahnya namun ia tidak bisa berbuat lebih, dengan alasan sudah menjadi budaya yang mendarah daging. Cukup aneh. Tiga siswa senior yang hobby bullying yang diperankan oleh Arya Vasco, Naomi Paulinda dan Teuku Ryzki menurutku kurang cocok dan terlihat sekali begitu kaku dan maksa ketika sedang berantagonis.



Untungnya sedikit kekurangan itu lumayan tertutupi oleh atmosfer horror yang dibangun dengan sangat baik. Gedung sekolah SMA Abdi Bangsa yang begitu luas disulap menjadi sekolah yang cukup horror. Setiap sudut sekolah divisualkan dengan sangat apik lewat pengambilan gambar yang tak biasa dan semi artistik. Penggunaan musik scoring yang diterapkan dalam film SUNYI (2019) ini sangat sesuai dengan judul filmnya terasa begitu sunyi, senyap dan minim sekali suara. Hal ini menurutku bagus banget karena Awi Suryadi berhasil mengembalikan sebuah film horror pada basicnya yaitu mengandalkan kekuatan cerita dan atmosfer horror ketimbang bermain dengan visual efek atau musik yang menggegelar.



Angga Yunanda dan Amanda Rawles pun cukup bermain dengan baik meskipun kedua background dari mereka menurutku masih bisa digali lebih jauh lagi. Twist yang dihadirkan film SUNYI (2019) ini untungnya tidak terjebak seputar perjanjian dengan iblis lagi. Awi Suryadi mengemas twistnya cukup cerdik meskipun oleh aku pribadi sudah bisa tertebak dengan mudah pada saat film dimulai haha.
Overall, sebagai sebuah film horror adaptasi dari film korea, film SUNYI (2019) ini masuk kategori yang tidak terlalu buruk dan jauh lebih rapi dan baik dibandingkan dengan versi aslinya.


[8.5/10Bintang]

Friday, 5 April 2019

[Review] Mantan Manten: Ikhlas Dan Pembelajaran Hidup Akan Cinta


#Description:
Title: Mantan Manten (2019)
Casts: Atiqah Hasiholan, Arifin Putra, Tutie Kirana, Marthino Lio, Tyo Pakusadewo, Oxcel, Dodit Mulyanto, Asri Welas, Revaldo, Chicco Jerikho, Ria Irawan, Karina Salim, Rio Dewanto
Director: Farishad Latjuba
Studio: Visinema Pictures

#Synopsis:
Yasnina (Atiqah Hasiholan) seorang wanita karier sukses dan pakar investasi hidup dengan kondisi ekonomi menengah keatas. Hidup Nina semakin lengkap dengan Surya (Arifin Putra), tunangannya yang tampan dan sangat mencintainya. Ketika mereka berdua akan bersiap menghadiri acara malam penghargaan para pebisnis dan ekonom terkenal, Surya melamar Nina. Tanpa pikir panjang, Nina langsung menerima. Mereka dilanda kebahagiaan, Surya awalnya sedikit pesimis lantaran Nina adalah mantan istri dari sahabatnya yang meninggal ketika mereka sedang kuliah di New York. Untungnya Nina mau dan bersedia membuka hatinya kembali usai ditinggal pergi oleh sang suami.
Kebahagiaan Nina dan Surya begitu terpancar pada saat tiba di acara penghargaan itu. Namun sayang, dimalam itu suasana sedikit terganggu oleh berita dari media yang menyebut Nina dan rekan kantornya telah melakukan investasi bodong dan telah merugikan beberapa perusahaan yang terlibat. Alhasil, Nina yang selalu dijagokan memenangkan penghargaan, terpaksa tahun ini tidak menjadi milik Nina. Berita seputar dugaan investasi bodong ini semakin meluas hingga ia meminta bantuan pada rekan bisnisnya, Iskandar (Tyo Pakusadewo) yang tak lain adalah ayah kandung dari Surya.


Namun sayang, bisnis investasi yang kali ini ditangani Nina gagal. Nama baiknya tercoreng, seluruh aset dan harta milik Nina disita. Beruntung, asisten pribadi Nina yaitu Ardy (Marthino Lio) selalu siap sedia membantunya meskipun kini kondisi ekonomi Nina sedang terpuruk. Satu-satunya aset yang dimiliki Nina adalah warisan rumah pembelian almarhum ayahnya didaerah Tawangmangu, Jawa Tengah. Dengan dibantu Ardy, mereka lalu berkonsultasi pada lawyer yaitu Ibu Laila (Asri Welas). Meskipun lawan Nina untuk mengembalikan nama baiknya adalah orang-orang besar yang dimana salah satu diantaranya adalah calon mertuanya sendiri, ia tidak takut. Nina bahkan rela warisan rumah pemberian sang ayah dijadikan modal terakhir bagi dirinya untuk melawan dan membuktikan dirinya tidak sepenuhnya bersalah.
Ditengah kesusahannya ini, Surya selalu bersabar dan menemani Nina. Surya berjanji akan selalu ada untuk Nina hingga semuanya kembali seperti semula. Keesokan harinya, Nina pergi ke Tawangmangu untuk melihat rumah warisan almarhum ayahnya yang masih belum balik nama atas nama dirinya. Setibanya di Tawangmangu, rumah tersebut sudah dihuni oleh seorang ibu bernama Maryanti (Tutie Kirana). Ia adalah seorang dukun-manten, paes atau perias penganten yang sudah mempunyai nama besar dan bahkan dipercayai oleh keluarga keraton.


Awalnya Nina berfikir akan gampang untuk mendapatkan tanda-tangan dari Bude Maryanti, tapi ternyara tidak. Bude Maryanti malah tidak ingin menjual rumahnya yg sudah dihuni selama 47 tahun itu kepada Nina. Bude beralasan rumah itu sudah menjadi bagian dari hidupnya dan ia tak ingin pindah. Nina berinisiatif memberikan komisi cukup besar pada Bude Maryanti jika memberikan rumahnya pada Nina. Bude kemudian memberi syarat juga kepada Nina, yaitu menemaninya selama tiga bulan di Tawangmangu untuk membantu menjadi seorang paes atau perias penganten. Demi bisa mendapatkan rumah, Nina pun bersedia melakukan syarat dari Bude Maryanti. Selama tiga bulan itu, Nina dilatih melakukan serangkaian ritual sebagai seorang paes. Nina juga terpaksa selalu bangun dini hari untuk berbelanja bunga-bunga ke pasar menemani Bude Maryanti.
Selama tiga bulan itu, komunikasi antara Nina dan Surya semakin berkurang. Ketika sedikit lagi berhasil mendapatkan rumah, Nina mendapat kabar menyedihkan dari Ardy. Surya memilih untuk memutuskan hubungan dengan Nina dan tidak menemuinya lagi. Nina merasa terpukul dan dirundung duka, tunangannya yang sangat ia cintai itu lebih memilih meninggalkannya disaat ia tengah terpuruk. 
Nina lalu memutuskan untuk tetap tinggal di Tawangmangu dan membantu Bude Maryanti saja ketimbang harus kembali ke Jakarta. Melihat Nina dirundung duka, membuat Bude Maryanti tidak tinggal diam. Ia selalu memberikan petuah-petuah yang sukses membuat Nina tersadar. Nina kini jauh lebih lega dan senang bisa tinggal bersama dengan Bude Maryanti.


Suatu hari, rumah Bude Maryanti kedatangan seorang ibu dan anak gadisnya bernama Salma (Oxcel) dari keluarga keraton. Rupanya Salma akan melangsungkan pernikahan dan meminta Bude Maryanti menjadi paes. Bude Maryanti sebetulnya menolak permintaan dari keluarga keraton ini demi menjaga perasaan Nina, karena Salma akan dijodohkan dinikahkan dengan anak dari Iskandar yaitu Surya, yang notabene adalah mantan tunangan dari Nina, namun karena pengabdiannya dan sangat menghormati adat istiadat sebagai seorang paes, Bude Maryanti akhirnya bersedia menerima permintaan ini. Ia lalu berusaha untuk sementara tidak memberitahukan hal ini pad Nina.
Sementara itu Salma yang awalnya canggung, langsung mencair dan bisa akrab dengan Nina. Selama seharian Nina membantu Salma mencari kain batik dan bahan seserahan di Tawangmangu. Alangkah terkejutnya ketika Nina mengetahui sendiri bahwa Salma ini adalah calon istri dari Surya. Nina langsung pulang, marah, kecewa dan sakit hati pada Bude Maryanti gara-gara Bude Maryanti tidak memberitahukan soal ini. 
Akankah Nina bisa menerima semua kenyataan yang sangat menyakitkan ini?


#Review:
Kalimat horror "Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya" sudah difilmkan dengan amat baik oleh Visinema Pictures lewat LOVE FOR SALE (2018). Tahun ini, usai megharu-biru lewat KELUARGA CEMARA (2019) dan menggila dalam TERLALU TAMPAN (2019), Visinema semakin produktif memproduksi film. Awal April 2019, rumah produksi milik Angga Dwimas Sasongko ini merilis sebuah film drama-romantis yang (mungkin) terinspirasi dari kejadian horror yang hampir menimpa seluruh umat didunia ini yaitu "Ditinggal menikah oleh mantan..".


Pertama kali aku mendengar project film ini, aku berekspektasi film MANTAN MANTEN (2019) ini akan hadir sebagai film yang cuma haha-hihi meratapi seseorang yang ditinggal menikah aja. Ditambah lagi design posternya yang sangat minimalis dan didominasi berwarna pink, pasti filmnya akan penuh dengan hal-hal romantis. Tapi ternyata usai menontonnya, film MANTAN MANTEN (2019) ini melampaui ekspektasi aku. Film ini tak cuma menjual drama batalnya pernikahan semata, tapi disini sang sutradara dan penulis skenario Jenny Jusuf menghadirkan proses sebuah pendewasaan, pembelajaran dan mengikhlaskan sesuatu yang sudah terjadi lewat karakter Yasnina. Penonton diajak untuk menemani seorang wanita karier sukses, hidup serba modern lalu tiba-tiba ia harus bangkrut dan tinggal disebuah rumah bareng dengan seorang dukun-manten atau paes (perias pengantin). Proses transformasi sikap dari Yasnina selama berada di Tawangmangu digambarkan sangat magis! Penggunaan unsur adat istiadat dan budaya Jawa seputar pernikahan begitu sakral, sangat detail dan sedikit horror. Tutie Kirana yang memerankan Bude Maryanti tampil begitu menjiwai dan magis banget. Gesture dan aura sebagai paesnya sangat terpancar. Aku yakin bakal jadi Kandidat Pemeran Pendukung Wanita Terbaik tahun ini. Penampilan paling mengesankan berikutnya dalam film MANTAN MANTEN (2019) ini adalah Atiqah Hasiholan yang memerankan Yasnina. Seperti yang sudah disebutkan diatas, Atiqah berhasil menampilkan transformasi Yasnina dengan amat perfect. Kita bisa melihat perubahan emosional Atiqah dari awal hingga akhir film sangatlah bagus. Apalagi di paruh akhir, transformasi Nina yang menjadi seorang Paes seutuhnya dengan rasa ikhlas dan sabar yang luar biasa saat datang kembali pada Surya, berhasil membuatku menangis dan perasaan nyesek berkelanjutan. Kandidat Pemeran Utama Wanita Terbaik tahun ini bakal Atiqah dapatkan aku yakin! Sosok Surya yang diperankan Arifin Putra mungkin akan membuat sebagian orang merasa kesal dengan sikapnya, tapi menurutku pribadi, karakter Surya dalam film ini menunjukkan sikap pasrah karena ia mengikuti kemauan orang tua yang diperankan oleh Tyo Pakusadewo serta menjunjung tinggi adat istiadat dari keluarga. Ending film ini juga menjadi salah satu ending Film Indonesia paling "horror" dan mengesankan sepanjang masa! Ditambah lagi dengan scoring musik serta soundtrack yang dinyanyikan oleh Sal Priadi berjudul IKAT AKU DI TULANG BELIKATMU semakin mengoyak perasaan!
Yang lumayan mengganggu dalam film ini adalah karakter lawyer yang diperankan oleh Asri Welas dan tetangga Bu Maryanti yang diperankan oleh Dodit Mulyanto. Alih-alih sebagai pencair suasana, tapi komedi yang mereka berdua tampilkan kali ini sangatlah garing dan menurutku merusak suasana. Jauh lebih baik dua karakter ini dihilangkan saja. Product placement dalam film MANTAN MANTEN (2019) ini untungnya smooth. Yang cukup mengejutkan adalah film ini berada dalam timeline dan universe yang sama dengan FILOSOFI KOPI (2015). Hal ini terlihat sangat jelas pada dua scene saat Ardy dan Nina berada di kedai kopi Filosofi Kopi Melawai dan muncul cameo Ben & Jody! Haha. Keren!
Overall, film ini sangat memuaskan! Seperti testimonial yang sudah sering aku ucapkan pada film-film buatan Visinema, bahwa Visinema Pictures is never failed for me!


[8.9/10Bintang]

[Review] MatiAnak: Asal-Usul Terror Menyeramkan Di Panti Asuhan


#Description:
Title: MatiAnak (2019)
Casts: Cinta Laura Kiehl, Irsyadillah, Gesatta Stella, Jovarel Callum, Fatih Unru, Basmallah Gralind, Juliant Rafael, Chicco Radella, M. Rafli, Yayu Unru, Elsa Diandra, Arswendy Bening Swara
Director: Derby Romero
Studio: MD Pictures, PicHouse Films

#Synopsis:
Ina (Cinta Laura Kiehl) tumbuh menjadi seorang remaja perempuan yang sangat peduli terhadap adik-adiknya yang yatim piatu di panti asuhan Harapan Baroe yang dikelola oleh Pak Rosman (Yayu Unru). Ina tidak sendiri, ia dibantu oleh Siti (Elsa Diandra) untuk mengurus panti asuhan. Ina yang begitu menyayangi anak-anak di panti membuat kekasihnya, Jaka (Irsyadillah) makin mencintainya. Setiap hari, sepulang dinas ia selalu mampir ke panti asuhan untuk menemani Ina dan menghibur anak-anak. Tapi sayang, hari demi hari kondisi keuangan Pak Rosman semakin menipis. Hal ini membuat dirinya frustasi dan selalu memarahi anak-anak panti jika Pak Rosman merasa terganggu oleh mereka. Ina dan Siti pun terpaksa menjual perhiasan pribadi demi kelangsungan hidup panti asuhan.



Suatu hari, sepulang dari pasar, Ina dan Jaka tak sengaja melewati sebuah rumah yang menjadi TKP kasus pembunuhan sadis satu keluarga. Lalu keesokan harinya panti asuhan Harapan Baroe kedatangan petugas kelurahan yaitu Pak Gus (Arswendi Bening Swara) yang membawa seorang anak laki-laki bernama Andi (Jovarrel Callum). Ia ingin menitipkan Andi pada panti lantaran Andi adalah satu-satunya korban selamat dari pembunuhan sadis satu keluarga yang tak jauh dari panti asuhan. Awalnya Pak Rosman menolak kehadiran penghuni baru, namun karena Ina menjamin Andi, akhirnya Pak Rosman mengizinkan Andi untuk tinggal di panti asuhan.
Anak-anak di panti asuhan melihat keanehan pada Andi, ia pendiam, penyendiri, tidak mau bermain bersama dan pelit bicara. Ina selalu membujuk anak-anak untuk bermain dengan Andi agar tidak selalu sendirian. Hadirnya Andi di panti asuhan ternyata membawa berkah. Tak lama setelah itu, datang seorang donatur bernama Ibu Rita (Gesatta Stella) yang memberikan sumbangan sembako untuk panti asuhan Harapan Baroe. Pak Rosman, Ina dan Siti senang akhirnya ada donatur yang sukarela memberikan sembako pada mereka.



Tapi ternyata, kehadiran Andi ini juga membawa sebuah kejadian diluar nalar. Anjing peliharaan panti asuhan selalu ketakutan tiap melihat Andi, semua tanaman disekitar halaman panti asuhan menjadi layu, tak cuma itu saja, setiap malam anak-anak panti selalu mendapatkan pengalaman ganjil, bahkan beberapa diantara mereka bahkan mengalami kesurupan. Kejadian ini pun semakin meluas dan meneror Pak Rosman, Siti hingga Ina. Siti bahkan memutuskan pergi dari panti dan menyarankan Ina untuk melakukan hal seperti dirinya agar terbebas dari terror misterius.
Karena Ina sudah sangat menyayangi seluruh penghuni panti, ia memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh seputar terror yang ada di panti asuhan. Dengan dibantu Jaka, mereka menelusuri asal-usul Andi. Mampukah Ina dan Jaka memecahkan misteri yang menghantui panti asuhan Harapan Baroe?


#Review:
Parade film horror buatan MD Pictures terus berlanjut. Pada bulan semester pertama tahun ini saja tak tanggung-tanggung rumah produksi yang dimiliki Manoj Punjabi ini sudah menghadirkan kurang lebih 5 judul film horror. Dipenghujung bulan Maret, MD Pictures merilis film horror berjudul MATIANAK (2019) dibawah naungan PicHouse Films. Yang cukup menyita perhatian pecinta film Indonesia terhadap film ini karena menjadikan debut perdana bagi Cinta Laura bermain dalam film horror dan debut perdana juga bagi Derby Romero sebagai seorang sutradara.



Sosok misterius MatiAnak ini sebetulnya sudah muncul dalam film horror JAILANGKUNG 2 (2018) milik Rizal Mantovani dan Jose Poernomo. Namun sayang, eksekusi film tersebut cukup mengecewakan dan menjadi salah satu film Indonesia terburuk tahun lalu. Kali ini ditangan Derby Romero, sosok misterius MatiAnak diangkat menjadi cerita yang cukup baik. Paruh awal film kita diajak berkenalan dengan sebuah panti asuhan beserta dengan para penghuninya. Cinta Laura sukses menampilkan karakter Ina yang akrab dan hangat terhadap anak-anak. Tak cuma itu saja, beberapa pemain pendukung seperti Yayu Unru dan Elsa Diandra cukup sukses menghidupkan suasana panti asuhan. Deretan pemain anak-anak pun surprisingly berakting tidak buruk. Mereka berperilaku sangat wajar dan tidak dibuat berlebihan. Derby juga tak melupakan elemen romantis yang dihadirkan lewat karakter Ina dan Jaka. Hampir 30-40 menit pertama film ini berfokus pada build-up drama kehidupan sebuah panti asuhan, tanpa adanya suasana horror sama sekali. Usai moment itu, Derby perlahan mulai menghadirkan suasana horror secara perlahan terutama saat kehadiran Andi yang diperankan Jovarrel Callum. Satu persatu penghuni panti asuhan diterror oleh sosok misterius. Penggunaan teknik kamera, visual dan tata artistik film ini cukup memuaskan. Terutama suasana dan bangunan panti asuhannya sangat creepy. Jumpscared yang ditebar pun beberapa cukup efektif mengagetkan penonton. Meskipun film ini bercerita tentang anak-anak panti asuhan, tapi sudah jelas film MATIANAK (2019) ini bukanlah film yang ditujukan untuk anak-anak. Adegan berdarah-darahnya lumayan bikin ngeri.
Yang cukup mengejutkan film MATIANAK (2019) ini mengambil ending cerita yang cukup tak terduga, meskipun kembali terjebak seputar perjanjian dengan iblis sama seperti film PERJANJIAN DENGAN IBLIS (2019), SATU SURO (2019), TEMBANG LINGSIR (2019) dan LUKISAN RATU KIDUL (2019), beruntung Derby Romero mengeksekusinya sangat baik dan sedikit mengingatkan pada filmnya Ari Aster yaitu HEREDITARY (2019). 
Overall, film MATIANAK (2019) menurutku berhasil menghadirkan cerita tentang asal-usul sosok misterius MatiAnak dengan baik dan juga tak melupakan premis MatiAnak yang serupa pada film JAILANGKUNG 2 (2019).


[7.5/10Bintang]