Saturday, 26 January 2019

[Review] Terlalu Tampan: Ternyata Menjadi Ganteng Itu Susah


#Description:
Title: Terlalu Tampan (2019)
Casts: Ari Irham, Calvin Jeremy, Rachel Amanda, Tarra Budiman, Marcelino Lefrandt, Iis Dahlia, Nikita Willy, Dimas Danang, Unang, Ratna Riantiarno
Director: Sabrina Rochelle Kalangie
Studio: Visinema Pictures


#Synopsis:
Di usianya yang semakin beranjak remaja dan menginjak bangku SMA, kehidupan Witing Tresno Jalaran Soko Kulino (Ari Irham) atau yang akrab dipanggil Kulin lebih nyaman dan beraktifitas di dalam rumah saja. Ia sudah kapok berinteraksi sosial diluar sana terutama jika bertemu dengan lawan jenis, karena Kulin adalah remaja yang terlalu tampan. Kulin terlahir dari keluarga yang dikenal akan ketampanannya. Sang ayah, Pak Archewe Johnson (Marcelino Lefrandt), mantan playboy kelas kakap yang memiliki mantan hingga ribuan. Pak Archewe akhirnya jatuh ke pelukan Basuki Mawa (Iis Dahlia) yang kini menjadi istri sekaligus ibu dari Kulin dan kakaknya, Okisena Helvin (Tarra Budiman).


Sang ayah dan ibu makin lama semakin khawatir pada Kulin karena ia tak ingin berinteraksi sosial dengan siapapun. Bahkan kakaknya sendiri pun terheran-terheran melihat adiknya itu tidak memanfaatkan ketampannya di hidupnya. Alasan Kulin lebih memilih menyendiri dirinya selalu menjadi sumber kericuhan jika keluar rumah. Tak sedikit juga para perempuan diluar sana histeris, mimisan hingga jatuh pingsan ketika bertemu dengan Kulin. Ayah, Ibu dan Okis kemudian membuat rencana agar Kulin mau keluar dari zona nyamannya dan berinteraksi dengan dunia luar. Mereka membuat skenario jatuh miskin, sehingga Kulin terpaksa meninggalkan home schooling dan bersekolah di sekolah reguler. Rencana itu ternyata berhasil meluluhkan hati Kulin. Ia bersedia sekolah reguler dengan satu syarat, yaitu bersekolah yang isinya khusus untuk laki-laki saja yaitu di SMA Harridson.


Di hari pertamanya di SMA Harridson, Kulin sudah berhasil membuat guru wanita jatuh pingsan. Mendengar kabar itu membuat salah satu siswa senior di sekolah yaitu Sidi (Dimas Danang) mempunyai ide memanfaatkan Kulin untuk bisa bernegosiasi seputar Prom Night gabungan dengan SMA khusus perempuan yaitu SMA BBM (Brand Beuaty Manner). Sidi menyuruh Kulin untuk menggoda siswi terlalu cantik disana yaitu Amanda (Nikita Willy) yang sangat anti dengan laki-laki tidak tampan. Sidi menyuruh Kibo (Calvin Jeremy) untuk menemani Kulin pergi ke SMA BBM. Setibanya disana, Kulin yang mengenakan helm demi menyembunyikan wajahnya dan Kibo langsung didemo dan dipaksa untuk keluar dari sekolah. Kulin yang panik kemudian membuka helm. Dan sudah bisa ditebak, seluruh siswi di SMA BBM mengalami histeris, mimisan hingga pingsan massal. Kejadian tersebut menjadi viral dan menjadi bahan berita di televisi.
Kulin merasa lelah menjadi orang yang tampan, bahkan ia putus harapan untuk bisa berinteraksi sosial dengan siapapun. Kulin semakin sedih ketika melihat berita tentang kedua orangtua dan kakaknya yang memanfaatkan popularitas Kulin dengan cara mengadakan tour dirumah dan juga menjual foto-foto Kulin. Ia hanya bisa meluapkan kesedihannya dengan berdiam diri diatas gedung. Ketika sedang berada disana, Kulin bertemu dengan seorang siswi SMA bernama Rere (Rachel Amanda) yang secara mengejutkan melihat Kulin tidak mengalami histeris atau mimisan. Rere malah menganggap lebay sosok Kulin.



Kibo kini menjadi teman satu-satunya Kulin. Ia memutuskan untuk tinggal sementara dirumahnya Kibo untuk menenangkan diri dan menjauh dari keluarganya. Karena memiliki kesukaan yang sama membuat Kulin dan Kibo menjadi semakin akrab. Keduanya bahkan selalu bercerita kehidupan mereka dan mensupport satu sama lain. Disaat Kulin akan menceritakan sosok Rere, Kibo ternyata temannya Rere. Mereka berdua sudah jauh lebih akrab dan saling tahu kesukaan masing-masing. Kulin menjadi tidak enak jika harus bilang kalau ia menyukai Rere pada Kibo, karena Kulin yakin Kibo juga memiliki perasaan yang sama pada Rere.


Ditengah kebingungan itu, Kulin lalu curhat pada kakaknya, Okis. Kulin lalu diberi wejangan-wejangan cara untuk mendapatkan perempuan pujaan oleh kakaknya itu. Kulin pun secara diam-diam mulai mencari tahu segala aktifitas kesukaan Rere. Hingga akhirnya Kulin mempunyai rencana dengan meminta bantuan Amanda. Namun rencana itu sangat berpotensi menghancurkan persahabatan diantara Kulin, Kibo dan Rere.


#Review:
Awal tahun 2019, industri film Indonesia menghadirkan beragam jenis ide cerita yang tak melulu soal drama mengharu biru atau horror saja. Awal Januari kemarin penonton disuguhi sebuah film drama keluarga yang mendadak jatuh miskin. Kemudian di pertengahan Januari, disuguhi film komedi tentang keluarga yang tiba-tiba tajir melintir. Dan di penghujung bulan ini, kita diberi film dengan ide cerita yang tak kalah gilanya yaitu tentang kegelisahan seorang cowok yang terlalu tampan.
Premis cerita film yang diangkat dari Line Webtoon fenomenal ini diproduksi oleh Visinema Pictures yang sudah 10 tahun konsisten menghadirkan karya-karya yang menjaga kualitasnya. Film TERLALU TAMPAN (2019) ini disutradarai oleh sutradara muda, Sabrina Rochelle Kalangie. Film ini menjadi debut perdana Sabrina dalam menyutradarai film panjang. Apa yang dilakukan oleh para produser Visinema Pictures yaitu menggandeng sutradara-sutradara muda berbakat untuk menggarap film produksi mereka menurutku adalah hal yang sangat patut dicontoh. Hal ini bisa menjadi moment lahir-lahirnya sutradara muda baru untuk masa depan perfilman Indonesia.



Ide serta plotline film TERLALU TAMPAN (2019) tak cuma (sangat) menghibur dengan segala kekonyolannya tapi juga menghadirkan drama percintaan yang tumbuh diantara persahabatan yang dibahas lebih dalam dan intens. Paruh awal film penonton disuguhkan dengan aksi-aksi komedi yang super lebay (in the very goodway) layaknya komik webtoon-nya. Kita diajak melihat keseharian Mas Kulin yang awalnya senang menyendiri kemudian mencoba berinteraksi sosial dengan dunia luar.


Moment kegilaan para perempuan ketika Mas Kulin menunjukkan wajahnya berhasil banget membuat penonton menggelengkan kepala hingga tertawa. Ada beberapa hal kecil sih yang cukup mengganggu selama menonton film ini. Diantaranya jarak waktu ketika Mas Kulin pertama masuk sekolah sampai ia disuruh mengirim proposal Prom ke SMA BBM itu terasa dalam satu waktu saja. Hal itu terasa terburu-buru sehingga chemistry antara Mas Kulin dan Kibo menjadi kurang meyakinkan. Kepedulian keluarga Mas Kulin pasca ia kabur juga tidak bahas dan cenderung malah menghilang begitu saja. Product placement dalam film TERLALU TAMPAN (2019) ini juga menjadi hal yang lumayan mengganggu berikutnya. Sebetulnya tak masalah jika ada product placement, asalkan munculnya rasional dan smooth. Tapi untungnya, beberapa kekurangan tersebut berhasil ditutupi dengan plot persahabatan serta percintaan antara Mas Kulin, Kibo dan Rere. Mas Kulin yang sama sekali tidak punya pengalaman dalam urusan asmara malah menghalalkan segala cara tanpa memikirkan resikonya demi mendapatkan orang yang ia sukai. Apa yang Mas Kulin lakukan sih cukup related dengan para remaja yang baru saja mengenal rasa cinta. Ari Irham berhasil menghidupkan karakter Mas Kulin. Aura serta charmingnya semakin terpancar dalam film ini usai debut perdananya lewat film AFTER MET YOU (2019). Karakter Kibo dan Rere juga tampil konsisten dengan apa yang mereka pilih. Chemistry ketiganya juga semakin lama semakin kuat.


Penampilan keluarga Mas Kulin yang aku kira akan mempunyai peran penting, ternyata tidak disesuai apa yang aku bayangkan. Karakter Amanda yang diperankan oleh Nikita Willy pun hanya sebatas pemanis saja untuk mewakili perempuan terlalu cantik. Karakter pendukung lainnya itu Sidi yang diperankan Dimas Danang looknya sudah too old untuk ukuran anak SMA. Beberapa siswa SMA Harridson juga demikian. Entahlah versi webtoonnya seperti itu atau tidak, yang pasti ini cukup mengganggu lantaran look serta fisiknya sudah dewasa, dipaksa untuk menjadi anak SMA huft.
Overall, film TERLALU TAMPAN (2019) menjadi salah satu film drama komedi yang cukup segar dan mencuri perhatian. Visinema is never failed.


[8/10Bintang]

Thursday, 24 January 2019

[Review] Orang Kaya Baru: Aksi Kocak Keluarga Yang Mendadak Kaya Raya


#Description:
Title: Orang Kaya Baru (2019)
Casts: Raline Shah, Lukman Sardi, Cut Mini, Derby Romero, Fatih Unru, Refal Hady, Dea Panendra, Millane Fernandez, Melayu Nicole, Jasmine Kusuma, Verdi Solaiman
Director: Ody C. Harahap
Studio: Screenplay Films, Legacy Pictures


#Synopsis:
Tika (Raline Shah) seorang mahasiswi yang hidup dalam kondisi ekonomi pas-pasan bersama dengan keluarganya, selalu bersabar dalam menghadapi kehidupan. Setiap hari, ia berangkat kuliah mengendarai metro mini. Setibanya di kampus, ia selalu saja menjadi bahan nyinyiran mahasiswi lainnya terutama Risa (Millane Fernandez) dan Sasa (Melayu Nicole) duo mahasiswi populer dan kaya raya. Mereka pada memandang sebelah mata Tika karena kondisi ekonominya pas-pasan. Untungnya Tika tahan banting, dengan kedua sahabatnya yaitu Tiwi (Dea Panendra) dan Lala (Jasmine Kusuma) yang sama-sama pas-pasan mereka berteman dan lebih fokus untuk belajar, mengikuti olimpiade dan membuat karya.
Dirumahnya, Ayah (Lukman Sardi) dan Ibu (Cut Mini) makin hari kondisi ekonomi semakin terbatas. Ditambah lagi, Dodi (Fatih Unru) yang sebentar lagi akan naik kelas dan butuh biaya besar lantaran sekolahnya tergolong sekolah favorit dan bergengsi. Tak cuma itu saja, sang kakak yaitu Duta (Derby Romero) juga tengah menempuh pendidikan kesenian dan terobsesi menampilkan pementasan teater bersama dengan kedua temannya. Keadaan ekonomi yang serba kekurangan itu tak membuat mereka kesulitan mendapat kebahagiaan. Dengan hanya makan malam bersama dan bercengkrama satu sama lain menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Bahkan lebih konyol lagi Tika, Duta dan Dodi jika mereka ingin makan enak, mereka iseng datang ke pesta pernikahan yang tak dikenal demi untuk makan prasmanan.
Suatu hari, keluarga Tika dirundung duka. Sang ayah meninggal dunia. Mereka sangat sedih ditinggal selamanya oleh Ayah mereka. Kini, Ibu, Tika, Duta dan Dodi tidak memiliki tulang punggung dalam keluarga mereka. Tika dan Duta memutuskan untuk berhenti kuliah. Dodi pun terpaksa akan dipindahkan ke sekolah negeri agar biayanya lebih murah. Sang Ibu hanya bisa bersedih atas kepergian suaminya itu. Tapi duka yang menyelimuti Ibu, Tika, Duta dan Dodi tak berlangsung lama. Seorang pengacara (Verdi Solaiman) beserta asistennya datang ke rumah membawa kabar mengejutkan. Sang ayah ternyata menyimpan dana harta warisan melimpah yang telah ia tabung belasan tahun. Di video wasiat yang ayah buat sebelum meninggal, seluruh kekayaan yang ia sembunyikan dari keluarganya itu sepenuhnya diberikan pada Ibu, Tika, Duta dan Dodi untuk melanjutkan hidup mereka. Uang pertama sebesar Rp.500.000.000 mereka dapatkan dan harus digunakan untuk kepentingan keluarga.
Mendapat uang sangat melimpah, membuat Ibu, Tika, Duta dan Dodi kini menjadi orang kaya baru. Mereka lalu membeli apapun yang selama ini mereka idamkan. Sang ibu membeli banyak perhiasan. Tika membeli gadget mahal dan properti untuk bahan tugas kuliahnya. Duta akhirnya bisa membayar sewa dan DP gedung teater demi mewujudkan impiannya dan Dodi kini bisa memakai sepatu serta tas mahal ke sekolahnya. Usai menghabiskan uang pertama, sang pengacara datang lagi kerumah untuk memperlihatkan video wasiat kedua almarhum sang ayah. Ternyata wasiat itu semakin membuat Ibu, Tika, Duta dan Dodi senang dan bahagia. Uang kedua dan ketiga, masing-masing sebesar Rp.15.000.000.000 berikutnya bisa mereka miliki lagi dengan mudah.
Keluarga kaya raya ini lalu membeli rumah mewah beserta dengan isinya lengkap, bahkan membeli tiga mobil mini cooper sekaligus. Harta yang bergelimang membuat Tika semakin pede pergi ke kampus. Tika kini menjadi bahan perbincangan dikampusnya lantaran selalu mengenakan pakaian yang fashionable serta antar jemput mengendarai mobil mahal. Tika juga semakin optimis bisa mendapatkan Bayu (Refal Hady), pria sederhana yang selalu bekerja apa saja demi kuliah. Ibu yang kini tidak mengalami kesulitan ekonomi, menjadi sosok yang sangat dermawan. Bahkan aksi Ibu ketika bagi-bagi uang kepada pengemis jalanan menjadi viral. Tapi disatu sisi, kekayaan yang melimpah ini tak membuat Dodi sepenuhnya bahagia. Kebersamaan dan kehangatan keluarganya kini tak pernah ia rasakan lagi gara-gara sang ibu dan kedua kakaknya sibuk dengan urusan masing-masing.
Kekayaan yang mereka miliki ternyata perlahan mulai menimbulkan masalah. Sang ibu harus menghadapi kericuhan saat ia membagikan sembako. Tika yang kini bergaul dengan Risa dan Sasa menjadi sorotan Tiwi dan Lala karena tingkahnya semakin aneh dan norak. Duta juga butuh dana sebesar Rp.7.000.000.000 untuk biaya pementasan teater dan membayar para pengisi acara. Masalah lainnya muncul saat sang pengacara datang kembali ke rumah Ibu untuk memperlihatkan video wasiat keempat yang isinya ternyata membuat Ibu, Tika, Duta dan Dodi shock.


#Review:
Disaat Emak, Abah, Euis dan Ara tiba-tiba mendadak jatuh miskin lewat film KELUARGA CEMARA (2019), hal itu berbanding terbalik dengan apa yang Emak dan ketiga anaknya di film ini yang tiba-tiba mendadak tajir usai ditinggal mati oleh Abah. Itulah premis yang ditawarkan oleh film ORANG KAYA BARU (2019) karya sutradara Ody C. Harahap dan skenarionya ditulis oleh Joko Anwar.
Ide cerita ini sih aku yakin semua sobat misqueen dimanapun termasuk diriku pernah berimajinasi berkhayal-khayal babu pernah mengalaminya, termasuk sang penulis skenarionya sendiri yaitu Joko Anwar mengakuinya sendiri bahwa ide menulis film ini berasal dari angan-angannya ketika masih remaja ingin menjadi orang yang kaya raya.
Paruh awal film, kita diberi suguhan sebuah keluarga sederhana dengan kebersamaan serta moment-moment komedi yang hangat, akrab, menghibur, lebay, bahkan memalukan dan mungkin related dengan para sobat misqueen. Om Ocay dan JoKan cukup epik dalam memvisualkan sebuah keluarga dalam menghadapi kenyataan mereka mendadak kaya raya. Orang Kaya Baru yang biasanya menjadi over dan norak dilakukan dengan sangat memukau oleh Cut Mini serta Fatih Unru. Gesture Cut Mini memerankan sosok Ibu begitu komikal dan sangat menghibur dari awal hingga akhir film. Dialog-dialognya juga selalu berhasil memancing tawa penonton. Perubahan penampilan paling mencolok menurutku hanya terlihat pada Cut Mini saja. Fatih Unru, Derby Romero dan terutama Raline Shah menurutku sangat tidak cocok menjadi sobat misqueen. Look mereka sudah terbentuk image orang tajir. Bahkan menurut sang sutradara serta pengakuannya sendiri, Raline Shah lumayan berlatih keras bagaimana menjadi seorang sobat misqueen untuk film ini. Adegan metro mini pun dilakukan take berkali-kali demi mendapatkan feelnya. Hebat banget Mba Raline. Harus berlatih menjadi orang miskin :')
Komedi satir yang diselipkan dalam cerita film ini sih bagus dan cukup menyentil. Namun ketika sang sutradara dan penulis skenario mencoba menyelipkan sisi drama dalam film ini, menurutku jadi lumayan mengganggu karena porsi komedinya sudah sangat mendominasi. Dodi yang diperankan oleh Fatih Unru yang merasa kesepian usai kaya raya jika digarap lebih dalam lagi dari awal film pasti akan setara dengan karakter Ara dan Euis di film KELUARGA CEMARA (2019). Karakter Bayu yang diperankan Refal Hady pun menurutku tidak terlalu penting dan hanya sekedar "pemanis" saja. Sayang banget sih kemunculannya yang random dengan beda-beda pekerjaan itu terasa kasar sehingga message yang disampaikan lewat karakter Bayu jadi mentah. Twist lewat video keempat yang dihadirkan pun yang muncul pada akhir film terasa banget dipaksakan untuk hadir. Padahal cukup dengan hartanya habis saja juga sudah cukup.
Overall, film ORANG KAYA BARU (2019) tampil lumayan menghibur dan berhasil memvisualkan khayalan sobat misqueen ketika mendadak jadi tajir.


[7/10Bintang]

[Review] Preman Pensiun: Godaan Bagi Para Preman Yang Sudah Insyaf


#Description:
Title: Preman Pensiun (2019)
Casts: Epy Kusnandar, Tya Arifin, Andra Marihot, Vina Ferina, Soraya Rasyid, Safira Maharani, Nining Yuningsih, Ikang Sulung, Deny Firdaus, Icha Naga, Muhammad Jamasari, Moch Fajar Hidayatulloh, Yusuf Herdiana, Fuad Idris
Director: Aris Nugraha
Studio: MNC Pictures

#Synopsis:
Menjelang 1000 hari kepergian Kang Bahar (Didi Petet), sang anak yaitu Kinanti (Tya Arifin) memutuskan untuk pulang ke Bandung untuk menggelar tahlilan dengan kerabat dekat keluarga dan kerabat almarhum ayahnya. Kinanti pun lalu mengabari Kang Mus (Epy Kusnandar), orang kepercayaan sang ayah yang kini berprofesi menjadi pengusaha Keripik Kicimpring untuk memberi tahu rekan-rekannya. Dengan bantuan anak buahnya yaitu Ujang (Moch Fajar Hidayatulloh), Kang Mus memberitahukan kabar ini pada anak-anak buah lainnya. Murad (Deny Firdaus) dan Pipit (Icha Naga) ditugaskan untuk mengawasi Kinanti selama berada di Bandung.
Sementara itu, Gobang (Muhammad Jamasari) anak buah lainnya dari Kang Mus datang ke Bandung untuk mengumpulkan rekannya secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Kang Mus. Alasan ia datang ke Bandung lantaran adik iparnya dikeroyok hingga dibawa ke rumah sakit oleh komplotan preman ketika sedang berada di Bandung. Gobang ingin mencari tahu siapa dalang dari kejadian tersebut.
Disatu sisi, anak semata wayang Kang Mus dan istrinya Esih (Vina Ferina) yaitu Eneng (Safira Maharani) yang kini beranjak remaja mulai didekati oleh seorang mahasiswa. Kang Mus merasa khawatir takut hal-hal buruk terjadi kepadanya. Ia lalu kembali memerintahkan Murad dan Pipit untuk mengawasi Eneng dan pacarnya itu jika sedang berpergian. Disisi lainnya lagi, Dikdik (Andra Marihot) selalu dicurigai oleh sang istri, Imas (Soraya Rasyid) yang tengah hamil muda lantaran Dikdik selalu terlihat melamun dan banyak pikiran. Imas berfikir jika suaminya itu berselingkuh, karena pada suatu hari memergoki suaminya itu selalu menerima telepon diluar rumah. Imas pun menceritakan rasa khawatirnya itu pada Kinanti. Melihat sahabatnya dilanda kekhawatiran, Kinanti kemudian meminta bantuan pada Kang Mus untuk mengetahui dan menyelidiki apa yang dilakukan oleh Dikdik.
Mampukah Kang Mus memecahkan semua masalah yang dihadapi oleh anak-anak buahnya yang mayoritas kini sudah insyaf meninggalkan dunia premanisme?


#Review:
Usai sinetron ROMPIS (2018) yang kelanjutannya diteruskan pada film layar lebar, kini giliran sinetron PREMAN PENSIUN karya sutradara Aris Nugraha yang diangkat ke layar lebar oleh MNC Pictures. Sinetron stripping yang sempat tayang pada kurun waktu 2015-2017 ini mendapat gelar Serial Televisi Terpuji pada ajang Festival Film Bandung 2015. Rating serta respon para penonton sinetronnya pun cukup positif lantaran cerita dalam film ini tidak dibuat di dramatisir berlebihan.
Usai sinetronnya bungkus, MNC Pictures dengan pede melanjutkan cerita Kang Mus ke layar lebar. Perasaan penonton awam sepertiku yang sama sekali tidak mengikuti sinetronnya, ketika PREMAN PENSIUN mendengar akan dibuat dalam versi layar lebarnya membuatku memandang sebelah mata "ih ngapain sih.." Terasa terlalu dini aja gitu sinetron yang baru selesai satu-dua tahun yang lalu langsung berlanjut ke layar lebar.
Film ini akhirnya rilis juga di bioskop Indonesia pada 17 Januari 2019. Diluar dugaan, antusias 3 hari pertama film ini (khususnya di wilayah Jawa Barat) mendapat respon sangat positif dan selalu sold-out. Aku sebagai orang sunda asal Tasikmalaya dan sempat tinggal di Bandung janten ngarasa dosa saalit kumargi nonton film PREMAN PENSIUN (2019) na telat. Duh, hapuntenna nya Kang Mus! Rasa males untuk menonton film ini sih hanya satu, yaitu: apakah aku yang tidak pernah menonton sinetronnya akan bisa menikmati film ini?
Ternyata tebakanku salah. Disepanjang film aku lumayan bisa menikmati film PREMAN PENSIUN (2019) ini loh. Paruh awal film awalnya cukup membingungkan dengan deretan karakternya yang sama sekali aku tidak ketahui permasalahan dan background story dari mereka. Tapi perlahan tapi pasti, penulisan cerita nya bergerak cukup baik sehingga penonton awam mulai bisa menikmati filmnya. Selipan-selipan humor khas orang sunda dan preman dalam film ini surprisingly sukses membuatku tertawa kencang, terutama tiap adegan duo Murad dan Pipit muncul. Gaya dialog antar pemain yang perpindahan satu scene ke scene lainnya dalam waktu bersamaan di film ini konsepnya unik banget sih. Menambah poin plus komedinya banget. Untungnya lagi, film PREMAN PENSIUN (2019) ini tidak terjebak dalam komedi situasi. Subplot-subplot yang dihadirkan kemudian digabungkan menjadi satu di paruh akhir film cukup berhasil membuatku speechless. Kehidupan para preman dalam film ini terasa banget natural tidak dipaksakan. Aku yang lahir dan besar di tanah Jawa Barat sangat bisa merasakan bahwa apa yang mereka-mereka lakukan ini memang lumrah terjadi dikalangan mereka. Disini sang sutradara sekaligus merangkap penulis skenario menghadirkan bahwa preman itu tak selamanya serem. Kita bisa mengenal lebih jauh para preman yang ternyata bisa juga melucu dan juga menghibur. Mereka juga tak cuma mantan penjahat, tapi sisi solidaritas dan loyal para preman yang sudah pensiun ini tidak pernah luntur sama sekali. Poin ini yang menjadi highlight terpenting dalam film ini.
Deretan pemain yang mayoritas aku tidak kenal (kecuali Epy Kusnandar) tampil menyenangkan. Kelakuan mereka semua cukup berhasil membuatku tersenyum disepanjang film. Murad, Pipit dan Mang Uu gila sih. Epic banget komedinya! Haha.
Overall, film PREMAN PENSIUN (2019) ini sama sekali tidak mengecewakan. Penonton awam sepertiku masih bisa dengan baik menikmati filmnya meskipun tidak pernah nonton sinetronnya.


[7.5/10Bintang]

Friday, 18 January 2019

[Review] Tabu Mengusik Gerbang Iblis: Berkemah Ke Leuweung Hejo Berujung Malapetaka


#Description:
Title: Tabu: Mengusik Gerbang Iblis (2019)
Casts: Angga Yunanda, Isel Fricella, Rayn Wijaya, Agatha Chelsea, Bastian Steel, Elina, Alfie Afandy, Mona Ratuliu, Radja Nasution, Laksmi Notokusumo, Oce Permatasari, Vicky Nitinegoro
Director: Angling Sagaran
Studio: Starvision Plus

#Synopsis:
Keyla (Isel Fricella) dan Dias (Angga Yunanda) dikenal sebagai sepasang kekasih yang selalu membuat vlog mencari tempat-tempat yang konon berhantu. Sudah berbagai tempat mereka kunjungi namun tak menemukan hasil yang diharapkan. Tapi, hal itu tak membuat mereka patah semangat. Dias berencana mengunjungi sebuah hutan bernama Leuweung Hejo yang konon hutan itu termasuk kawasan hutan terlarang karena disana konon angker dan menyimpan banyak misteri. Dias tidak sendirian, ia mengajak Keyla beserta dengan teman-temannya yaitu Tio (Rayn Wijaya), Muti (Agatha Chelsea), Mahir (Bastian Steel) dan Adis (Elina) untuk pergi dan berkemah di Leuweung Hejo.
Jumat malam selepas pulang sekolah mereka memutuskan pergi kesana dengan mengendarai mobil milik Tio.




Tiba disana, mereka langsung membangun tenda untuk beristirahat. Semuanya aman terkendali tidak ada sesuatu yang aneh terjadi. Keesokan harinya, mereka terbangun dari tidur. Ketiga perempuan lalu pergi untuk buang air kecil. Setelah selesai, mereka bertiga malah terpisah dan tersasar. Di hutan, Keyla dan Muti menemukan sebuah rumah gubuk yang dihuni oleh seorang Nini (Oce Permatasari) yang mengenakan pakaian serba hitam dengan muka menyeramkan. Keduanya berteriak histeris lalu lari pergi ke tempat kemah secepatnya. Keyla dan Muti yang tengah panik meminta untuk pulang secepatnya dari Leuweung Hejo itu. Dias dan Tio pun akhirnya sepakat untuk pulang. Ketika dalam perjalanan pulang, mobil mereka mogok kepanasan dan diharuskan diisi air karena kering. Dias lalu mengajak teman-temannya ke Curug di Leweung Hejo untuk membawa air. Mereka juga menyempatkan diri untuk membersihkan diri disana sebelum pulang. Setelah semuanya selesai, mereka kembali ke mobil. Tiba-tiba mobil itu terkunci sendiri dari dalam. Dias dan yang lainnya mulai panik. Sosok menyeramkan itu muncul dari dalam mobil dan membuat mereka histeris ketakutan dan berlarian. Disaat yang lain pada kabur, Dias secara refleks malah kembali mendatangi mobil untuk merekam kejadian itu. Tapi naas, tak berapa lama, ia menghilang. 


Sementara itu, ditengah ketakutan dan tersesat, Keyla, Muti, Adis, Tio dan Mahir bertemu seorang anak laki-laki. Ia menuntun Keyla dan yang lainnya ke tempat Dias berada. Alangkah terkejutnya mereka melihat Dias tengah mengalami kerasukan. Keyla berusaha untuk menyelamatkan pacarnya itu. Namun hal aneh terjadi. Saat si anak laki-laki misterius itu berada didekat Dias, kerasukan itu langsung berhenti. Tanpa pikir panjang, Keyla pun memutuskan membawa pulang anak laki-laki itu berbarengan dengan Dias, Muti, Adis, Tio dan Mahir ke kota.
Sepulangnya dari Leuweung Hejo, sikap Dias dan raut wajahnya berubah drastis. Melihat tingkah polah cucunya itu membuat sang Oma (Laksmi Notokusumo) curiga. Ia merasakan akan ada hal buruk akan menghampiri cucu dan dirinya. Firasat itu pun perlahan dirasakan juga oleh Adis, Mahir, Tio dan Muti. Mereka yakin anak laki-laki itu bukan anak biasa. Bahkan saat mereka kembali ke sekolah, ketika jam istirahat di kantin, para siswa mengalami kesurupan massal. Melihat kejadian itu, Keyla lalu membawa pulang Dias dan anak laki-laki itu kerumahnya. Adis, Mahir, Tio dan Muti merasakan kecurigaan pada Keyla yang lebih mempertahankan anak laki-laki itu ketimbang harus melapor ke pihak berwajib. Mahir dan Adis bahkan akan melaporkan anak tersebut ke kantor polisi tanpa harus menunggu persetujuan Keyla dan Dias. Namun tragisnya, satu persatu dari mereka mengalami insiden hingga berujung maut. Sebelum mereka meregang nyawa, penampakan sosok Dias selalu saja hadir.



Setelah ditelurusi secara diam-diam, Muti akhirnya mengetahui seputar anak laki-laki tersebut. Ia ternyata adik dari Keyla yang dikabarkan menghilang belasan tahun yang lalu ketika sedang berliburan di Leuweung Hejo. Namun yang dibawa Keyla saat ini keluar dari Leuweung Hejo bukanlah adik kandungnya, Kemal (Radja Nasution) melainkan Iblis yang siap membawa kematian bagi siapapun yang menghalanginya.
Akankah sisa dari mereka selamat dari terror gaib yang mengancam keselamatan mereka?

#Review:
Rasa skeptis dan memandang sebelah mata dariku pribadi terhadap film horror produksi Starvision Plus ini semakin membesar usai sangat dikecewakan oleh film SAJEN (2018). Hal itu kembali berlanjut pada film KAFIR (2018) juga yang menurutku masih kurang greget dan memuaskan sebagai film horror. Di minggu keempat tahun 2019 ini Starvision Plus mencoba peruntungan dengan menghadirkan film horror berjudul TABU (2019), setelah minggu pertama diisi film DREADOUT (2019), minggu kedua diisi oleh film PERJANJIAN DENGAN IBLIS (2019) dan minggu ketiga diisi oleh film MATA BATIN 2 (2019). Sungguh luar biasa film Indonesia yang dirilis pada bulan Januari ini tiap minggu diisi 2-3 film sekaligus dan setiap minggunya DIPASTIKAN ada film horror baru yang dirilis. 



Aku berkesempatan hadir pada Gala Premiere film TABU (2019) yang diselenggarakan semalam, pada Kamis, 17 Januari 2019 di Cinema XXI Epicentrum Jakarta. Sebelum menonton, aku auto memasang ekspektasi tidak terlalu tinggi lantaran performa film SAJEN (2018) cukup mengecewakan. Meskipun film ini kembali ditulis oleh salah satu penulis skenario favoritku Haqi Achmad yang sama menulis film SAJEN (2018). Tapi semua keraguan dan skeptis terhadap film ini terpatahkan sudah usai menonton film TABU (2019) ini. Premis film ini sebetulnya sudah sangat usang. Terakhir diangkat oleh film ALAS PATI (2018) dan juga DREADOUT (2019) yang sama-sama menceritakan tentang sekelompok anak remaja yang penasaran terhadap tempat-tempat misterius dan berujung diganggu oleh setan. Tapi premis usang itu, ditangan sang sutradara dan penulis skenario yang benar, secara mengejutkan bisa tampil rapi, reasonable dan juga kuat. Aku suka (banget) plotline film ini yang memadukan antara horror dan dramanya begitu nge-blend satu sama lain, tidak maksa seperti film horror Starvision sebelumnya. Moment horrornya kali ini berjalan dengan baik disepanjang film dengan jumpscared serta sound yang tepat sasaran. Ada tiga sampai lima moment horror film ini yang cukup epic dan mengesankan sekali. Subplot lainnya tentang keluarga Keyla yang diperankan oleh Mona Ratuliu dan Alfie Afandy juga tampil sangat baik ketika menggabungkan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Yang cukup disayangkan dan menjadi plothole sih plot keluarga dari Dias yang diperankan oleh Angga Yunanda dan Laksmi Notokusumo. Mereka sama sekali tidak dibahas lebih dalam sehingga menuju paruh akhir film, apa yang mereka lakukan berdua membuat penonton terheran-heran.


Untuk jajaran pemain kali ini dimanfaatkan dengan amat baik oleh sang sutradara dan penulis skenario. Tidak ada karakter (kecuali si Oma) yang bermain numpang lewat, semuanya mempunyai peran tersendiri dalam plotline film ini. Angga Yunanda sangat totalitas bersedia "disiksa" disemua scene. Isel Fricella yang merupakan debut perdana bermain film layar lebar sebagai pemeran utama juga tampil meyakinkan. Chemistry dengan kedua orangtuanya yang sudah bercerai begitu pas tidak di dramatisir lebih lama. Jajaran pemain pendukungnya pun bertingkah tidak berlebihan dan cukup related dengan kelakuan ABG saat ini. Agatha Chelsea yang pertama kali aku lihat di MEET ME AFTER SUNSET (2018), sekarang bertemu lagi disini tampil semakin luwes. Bastian Steel pun dalam film ini cukup terkendali tidak berlebihan seperti biasanya. Oia, Moment-moment jumpscared juga sangat efektif memberi rasa takut ngeri ke penonton. Yang paling aku suka berikutnya dalam film ini adalah set lokasi rumah kediaman Dias yang tiba-tiba seperti di hutan. Propertinya terlihat niat banget dan terasa real.


Overall, melihat progress yang sangat drastis dari SAJEN ke TABU, membuatku kembali percaya pada Haqi Achmad selaku spesialis penulis skenario ini. Menurutku pribadi fillm TABU (2019) ini boleh banget dibilang menjadi film horror lokal terbaik No.2 di bulan Januari 2019. Memuaskan! Ditunggu karya-karya selanjutnya Haqi Achmad! 


[7.5/10Bintang]

Saturday, 12 January 2019

[Review] Mata Batin 2: Mencari Tahu Kebenaran Atas Kematian Abbel



#Description: 
Title: Mata Batin 2 (2019)
Casts: Jessica Mila, Bianca Hello, Nabilah Ratna Ayu, Sophia Latjuba, Jeremy Thomas, Citra Prima, Khadijah Shahab, Jelita Callebaut, Davina Karamoy, Nicole Rossi
Director: Rocky Soraya
Studio: Hitmaker Studios

#Synopsis:
Usai terror gaib dari roh-roh keluarga yang dibantai oleh Asep (Epy Kusnandar), kini Alia (Jessica Mila) dan Abbel (Bianca Hello) sedikit bisa lebih tenang tinggal dirumah masa kecilnya itu. Alia yang kini mata batinnya sudah terbuka juga sudah bisa mengendalikan kelebihannya itu dengan baik. Bahkan kekuatannya pun semakin membesar dan tingkat sensitifitasnya semakin tinggi. Tapi kehidupan sepasang kakak beradik ini tak sepenuhnya tenang. Mereka berdua masih saja diikuti oleh sosok perempuan misterius mengenakan baju serba putih bernama Mira (Jelita Callebaut) yang selalu muncul di pekarangan rumah mereka.


Abbel lalu mencoba melakukan komunikasi dengan sosok tersebut. Namun usai melakukan hal itu, ia malah mendapat terror dan diserang hingga ia meregang nyawa. Kematian Abbel membuat Alia merasa sedih. Ia tak sanggup menerima adiknya itu tewas secara tidak wajar. Alia kemudian mencoba menata kembali hidup dengan mengabdi dan tinggal di panti asuhan milik pasangan suami istri Fadli (Jeremy Thomas) dan Laksmi (Sophia Latjuba). Panti tersebut merupakan salah satu panti yang selalu mendapat sumbangan donasi dari almarhum ayah dan ibu Alia. Hal ini membuat Laksmi dan Fadli bahagia karena Alia bersedia untuk ikut mengurus anak-anak panti asuhan.


Panti asuhan yang dikelola Laksmi dan Fadli hanya mengasuh anak-anak perempuan. Disana Alia bertemu dengan Nadia (Nabilah Ratna Ayu), salah seorang anak panti asuhan yang dikenal pendiam dan selalu menyendiri. Nadia sendiri sama seperti Alia, yakni mata batinnya terbuka. Setiap malam ia selalu mendengar suara bisikan dari dinding panti. Nadia selalu mencatat suara yang terdengar di bukunya. Tak cuma itu saja, ia juga selalu menggambar sosok misterius dikertas jika ia melihat sesuatu yang tak wajar.


Melihat Nadia, membuat Alia merasa melihat adiknya sendiri yaitu Abbel. Karena sama-sama mata batinnya terbuka, Alia lalu mencoba mengajak Nadia untuk menelusuri sumber suara misterius yang selalu terdengar dari dalam dinding panti. Pencarian yang dilakukan membawa mereka ke sebuah bangunan dan ruangan tersembunyi yang tertutup rapat. Mereka lalu melakukan ritual disana untuk berkomunikasi dengan pemilik sumber suara itu. Tak begitu lama, rencana berhasil. suara itu berasal dari sosok yang bernama Darmah (Khadijah Shahab) yang telah lama dikurung di ruangan itu. Darmah menginginkan kebenaran yang sebetulnya terungkap dan berjanji takkan mengganggu lagi.
Mendengar hal tersebut membuat Alia dan Nadia bertanya-tanya. Apa yang sebetulnya terjadi. Usai kejadian itu, terror sosok Darmah semakin menghantui para penghuni panti asuhan.



Laksmi dan Fadli menyalahkan Alia dan Nadia karena mereka membuka ruangan tersembunyi itu yang menyebabkan terror Darmah muncul. Alia membela diri. Hal yang ia lakukan dengan Nadia adalah hal yang tepat karena ingin mengembalikan arwah Darmah ke tempat asalnya. Tapi semuanya terlambat. Amarah Darmah makin lama makin membesar. Sosok Darmah terus berusaha mengejar Fadli. Ia bahkan merasuki tubuh Fadli dan menyerang fisiknya secara brutal. Melihat suaminya diserang oleh Darmah membuat Laksmi histeris. Laksmi lalu menceritakan tentang siapa itu Darmah pada Alia. Ternyata Darmah adalah keponakannya, anak dari adik kandungnya yakni Mira. Keduanya tewas ditangan perampok disaat Laksmi dan Fadli tengah berliburan. Alasan Laksmi dan Fadli mengurung arwah Darmah lantaran arwah ibu kandungnya itu gentayangan diluar.
Mendapat fakta tersebut, Alia kemudian mencoba membantu Laksmi untuk menghentikan terror Darmah. Tapi dalam usahanya itu, Alia selalu mendapat bisikan dari Darmah jika masih ada kebenaran-kebenaran lainnya yang masih tersembunyi. Termasuk penyebab kematian Abbel. Apa yang sebenarnya terjadi?


#Review:
Hitmaker Studios nampaknya semakin serius dalam menggarap film bergenre horror. Setelah THE DOLL (2016) dibuatkan filmnya hingga 3 judul, kali ini Rocky Soraya, selaku sutradara ingin mengembangkan film horror lain miliknya yakni MATA BATIN (2017) yang sukses mencuri perhatian dan mendapatkan respon positif dari penonton ketika rilis di bioskop. Konsistensi sang sutradara yang membuat empat (dan sekarang lima: termasuk film MATA BATIN 2) film horror secara berturut-turut dan selalu berhasil menjadi box office dangan raihan penonton diatas satu juta membuat Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan kepada Rocky Soraya sebagai sutradara pertama di Indonesia yang melakukan prestasi tersebut.



Aku berkesempatan bisa menghadiri Press Conference dan Gala Premiere film ini di Cinema XXI Senayan City yang diselenggarakan pada 11 Januari 2019 lalu. Selain moment pemberian Rekor MURI itu, sang sutradara dan para pemain film ini cukup optimis kelanjutan kisah Alia dan Abbel ini akan menuai respon positif dan box office dari penonton film Indonesia. Sophia Latjuba yang merupakan debut bekerjasama dengan Hitmaker Studios serta Rocky Soraya yakin perannya dalam film ini mempunyai tantangan yang sangat tinggi dan menjadi salah satu peran paling mengesankan bagi dirinya.



Untuk segi cerita, sekuel MATA BATIN 2 (2019) ini masih sama, yaitu menggunakan formula klasiknya tentang terror gaib disebuah rumah yang dialami oleh para pemeran protagonis. Premis film ini sudah diangkat oleh Rocky Soraya di empat film sebelum ini. Namun yang sedikit membedakan dengan film lainnya, disini Rocky Soraya yang juga merangkap sebagai produser dan penulis skenarionya tampak berusaha ingin menceritakan banyak sekali hal disepanjang durasi film yang menyentuh angka 116 menit ini. Kita diajak untuk menemani Alia mencari tahu misteri kematian adiknya sekaligus menguak terror gaib yang melanda sebuah panti asuhan. Paruh awal film menurutku tampil lumayan baik ketika Alia mencari tahu misteri kematian adiknya, Abbel. Hal ini diikuti dengan deretan moment jumpscared yang kadarnya terasa pas dan tidak mengganggu. Cara menggabungkan dua plot utama dalam film ini juga terasa cukup reasonable. Tapi menuju paruh pertengahan hingga akhir film, film MATA BATIN 2 (2019) ini plotnya malah semakin berputar hingga terkesan bertele-tele. Ditambah lagi dengan multiple twistnya yang cukup banyak namun hanya dua saja sih twist yang diluar perkiraan. Moment Rogo Sukmo kali ini menurutku terlalu dibuat dramatisir. Suasana alam gaib kali ini terasa seperti perpaduan neraka dan wahana rumah hantu biasa, namun tidak se-creepy alam gaib di jilid pertamanya. Yang berikutnya adalah twist tentang tersangka dalam film ini masih SAMA seperti empat film sebelumnya.
Hal tersebut seharusnya mengurangi poinku untuk film ini, tapi karena deretan casts nya bermain cukup apik, entahlah kesamaan formula itu akhirnya aku maafkan. Hahaha. Jessica Mila yang kembali memerankan Alia tampil semakin meyakinkan. Gesture serta performance nya semakin luwes. Menjadi keputusan yang sangat tepat Rocky Soraya "menghempaskan" ratu horror spesialis Hitmaker Studios yakni Shandy Aulia dan digantikan oleh Jessica Mila. Diluar dugaan, penampilan Jessica Mila ini kembali melakukan hal brutal sama seperti di film pertamanya. Gila sih ini cukup unpredictable bagiku. Meskipun tidak telalu lama seperti pada jilid pertama, performance kengerian Alia kali ini tak kalah sadis dan brutalnya juga. Bahkan aku lebih suka kelakuan Alia kali ini yang singkat namun ngena banget creepynya. Nabilah Ratna Ayu cukup disayangkan diberi karakter yang terlalu aman baginya, alhasil penampilannya biasa saja. Mungkin tanpa kehadiran sosok Nadia pun menurutku tidak menjadi masalah. Aku jauh lebih menikmati performance Bianca Hello tapi malah dihilangkan. Sayang banget. Jeremy Thomas dan Sophia Latjuba tak kalah apiknya memberikan penampilan yang menguras tenaga. Kengerian Jeremy Thomas menurutku mampu setara dengan Christian Sugiono dalam film SABRINA THE DOLL (2018).


Untuk segi audio, visual serta sinematografi, film ini memiliki segudang signature khas Rocky Soraya. Kita bisa melihat pergerakan kamera dinamis, visual effect yang terasa semakin smooth dan juga scoring cukup pas tidak terlalu over.
Sekali lagi, meskipun masih (terlalu) setia menggunakan formula serupa dengan empat film sebelumnya, tapi film MATA BATIN 2 (2019) ini still entertaining horror movie! Ayo dong Rocky Soraya bikin plot dan twist yang baru untuk upcoming movienya. Lima film dengan formula yang sama menurutku sudah sangat cukup.


[8/10Bintang]

Tuesday, 8 January 2019

[Review] Perjanjian Dengan Iblis: Tumbal Untuk Meraih Kecantikan Abadi


#Description:
Title: Perjanjian Dengan Iblis (2019)
Casts: Artika Sari Devi, Shandy Aulia, Aghi Narrotama, Basmalah Gralind, Alex Abbad
Director: Ardy Octaviand
Studio: MD Pictures, Pichouse Films

#Synopsis:
Bara (Aghi Narrotama), ayah dari seorang anak bernama Lara (Basmalah Gralind) kini telah menikah lagi dengan Nissa (Shandy Aulia) usai ditinggal pergi selama-lamanya oleh sang istri. Pernikahan ayahnya dengan Nissa tidak membuat Lara bahagia. Ia tidak suka dengan kehadiran Nissa yang menggantikan posisi ibunya. 
Agar hubungan istri barunya dengan Lara bisa akur, Bara memutuskan untuk liburan ke sebuah pulau terpencil yang belum terlalu terkenal yakni Pulau Bengalor. Selain bertujuan untuk mengakrabkan istri barunya dengan Lara, Bara juga ingin melepas penat dari pekerjaan yang sudah sangat banyak di ibukota. Setibanya disana, keluarga Bara disambut oleh Rengganis (Artika Sari Devi) yang bertugas mengurus segala kebutuhan keluarga Bara selama berada di villa yang ada di pulau Bengalor. 
Beberapa hari di pulau tersebut, hubungan ibu tiri dan Lara tak kunjung akur. Lara bahkan selalu cemburu jika sang ayah sedang berduaan dengan Nissa. Hal itu membuat Nissa kesal dan lebih memilih menyendiri.
Suatu malam, Lara mendapatkan mimpi buruk. Ketika tersadar, Lara merasakan hal ganjil terjadi di kamarnya. Jendela dan pintu kamar tiba-tiba terbuka sendiri dan terlihat bayangan hitam misterius. Keesokan harinya, Lara menceritakan hal itu pada ayah dan Nissa. Namun mereka lantas tak mempercayai ucapan Lara dan menganggap hanya bermimpi buruk. Untuk menenangkan Lara, sang ayah dan Nissa mengajaknya untuk bermain di pinggir pantai. Ketika disana, Lara tak sengaja melihat pria bungkuk misterius yang memperhatikan mereka dari kejauhan. 
Sore harinya, Bara terpaksa harus meninggalkan Lara dan Nissa di pulau tersebut karena ada urusan pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Lara dan Nissa pun terpaksa harus menetap menghabiskan sisa liburan di pulau Bengalor. Hal-hal misterius lagi-lagi menimpa Lara dan kini dirasakan juga oleh Nissa. Sosok wanita berambut tinggi dan mengenakan gaun putih serta sosok anak berwajah buruk rupa menghantui Lara dan Nissa.
Gara-gara kejadian itu mereka lalu meminta bantuan pada Rengganis untuk mencari tahu mengapa mereka diganggu. Rengganis pun melakukan ritual untuk mencoba meminimalisir gangguan itu.
Namun bukannya menghilang, terror makhluk gaib itu semakin menghantui Lara dan Nissa. Lara yang awalnya benci pada Nissa akhirnya perlahan luluh usai Nissa selalu menolong dirinya. Sosok pria bungkuk yang bernama Salim (Alex Abbad) itu kemudian datang ke rumah dan mencoba menyelamatkan Lara dan Nissa. Disaat yang bersamaan pula mereka berdua kabur dan pergi ke rumah Rengganis untuk meminta bantuan. 
Setibanya dirumah Rengganis, mereka tak menemukan sang pemilik rumah. Nissa melihat seuatu yang tak beres. Foto-foto yang ada di rumah itu memperlihatkan Rengganis begitu awet muda dan juga nampak foto Bara satu frame dengan Rengganis.
Lalu apa yang sebenernya terjadi? Mengapa Rengganis bisa terlihat awet muda?

#Review:
MD Pictures bersama dengan Pichouse Films yang semakin giat memproduksi film horror, di awal tahun ini merilis film horror pertamanya berjudul PERJANJIAN DENGAN IBLIS (2019). Disutradarai oleh Ardy Octaviand dan dibintangi oleh Artika Sari Devi membuat film ini terlihat cukup menjanjikan. Ditambah lagi dengan poster film terlihat cukup interesting dan menurutku menjadi poster film horror MD Pictures terbaik sejauh ini. Lalu lantas apakah film ini sesuai dengan "cover" nya yang sudah sangat menjanjikan ini?
Aku berkesempatan hadir ke Gala Premire film ini yang digelar tadi malam, 7 Januari 2019 di CGV Grand Indonesia Jakarta bersama dengan @LayarKini nya @FILM_Indonesia. Gala Premiere film PERJANJIAN DENGAN IBLIS (2019) cukup banyak dihadiri oleh para tamu notabene artis-artis baru yang sedang merintis karir di Ibukota. Morgan Oey, Karina Salim hingga Joko Anwar pun tampak hadir tadi malam untuk mendukung sahabat mereka, Ardy Octaviand.


Untuk segi cerita, judul film yang nampak seperti mengikuti tren menggunakan embel-embel Iblis seperti karya Timo Tjahjanto ini memiliki premise cerita yang tidak baru dan sudah banyak sekali diangkat ke layar lebar tentang sebuah keluarga yang sedang berliburan kemudian diterror makhluk gaib. Premise usang yang dipakai dalam film ini menurutku hanya tampil begitu saja tanpa adanya sesuatu yang mengesankan. Baru awal film saja, aku langsung menebak-nebak disepanjang film dan ketika filmnya selesai semua dugaan dan tebakanku hampir semuanya benar. Parade jumpscare pun sangat mudah ditebak dan sama sekali tidak seram. Plothole pun hampir terlihat di setiap adegan. Ada satu adegan yang paling membuatku terheran-heran saat Nissa dan Lara masuk ke rumah Rengganis. Disana tiba-tiba mereka diserang oleh sosok berjubah ungu yang semua penonton yakin itu Rengganis, tapi ketika Nissa tersadar dan siuman, ia malah berada bersama dengan Salim.
Twist yang dihadirkan pun sangat kurang digarap dengan baik alhasil, plothole lainnya muncul kembali tentang motif yang sebenarnya itu apa. Dialog-dialog yang dihadirkan oleh para pemain pun terdengar sangat cheesy, terlihat kaku dan juga canggung. Disepanjang film pun aku sama sekali tidak merasakan chemistry sebagai sebuah keluarga antara Bara, Lara dan Nissa. Terlebih Nissa yang diperankan oleh Shandy Aulia. Ia terasa kembali ke "fitrah"nya memerankan sosok protagonis lemah tak berdaya seperti film-film horror yang ia bintangi sebelumnya. Sosok Rengganis dan Salim yang diperankan Artika Sari Devi dan Alex Abbad pun sebetulnya bisa sangat berpotensi bagus jika digarap dengan betul namun karena skenario serta premise nya terlalu hampa membuat performa mereka menjadi biasa saja.
Kurangnya konsisten berikutnya hadir pada setting waktu dan lokasi film ini. Diceritakan film PERJANJIAN DENGAN IBLIS (2019) ini bersetting pada tahun 80-90an namun set villa yang dibangun di pinggir pantai itu menurut pengelihatanku terlalu modern. Kekurangan ini semakin menonjol dengan tata busana Nissa dan Lara yang juga memakai item fashion yang terlalu modern.
Overall, film PERJANJIAN DENGAN IBLIS (2019) ini sangat jauh dengan apa yang aku harapkan. Stripping memproduksi film horror yang dilakukan MD Pictures baik dengan Pichouse Films atau Dee Company masih sama seperti tahun sebelumnya, hanya mementingkan kuantitas tanpa adanya kualitas yang signifikan.


[3/10Bintang]

Sunday, 6 January 2019

[Review] After Met You: Kisah Playboy SMA Mendapatkan Pujaan Hatinya


#Description:
Title: After Met You (2019)
Casts: Ari Irham, Yoriko Angeline, Naufan Azka, Michelle Wanda, Chicco Kurniawan, Dede Satria, Yudha Keling, Surya Saputra, Joe P Project, Annabelle, Wulan Guritno, Nurraini
Director: Patrick Effendy
Studio: Mega Pilar Pictures, RA Pictures

#Synopsis:
Ari (Ari Irham) dikenal sebagai seorang siswa SMA yang populer disekolahnya. Tak cuma itu saja, ia juga jago bermain DJ dan bahkan sudah mempunyai beberapa karya musik DJ. Hal tersebut membuat dirinya digandrungi banyak siswi. Tak tanggung-tanggung Ari bahkan mempunyai mantan berjumlah 112 orang. Gara-gara itulah Ari dikenal sebagai siswa playboy dan selalu memutuskan hubungan dengan para gadis secara sepihak dengan memakai alasan-alasan klise. Salah satu dari ratusan mantan Ari adalah Alika (Michelle Wanda). Ia merasa sakit hati dan tak percaya Ari mengakhiri hubungan diantara mereka begitu saja.


Suatu hari, ketika Ari tengah nongkrong bareng ketiga temannya yakni Isa (Dede Satria), Zaki (Chicco Kurniawan) dan Herdi (Yudha Keling) tak sengaja mereka melihat siswi yang dikenal pendiam dan selalu juara kelas yakni Aranita (Yoriko Angeline). Ari terpincut dengan Ara karena sikapnya yang jutek dan berbeda dengan para siswi lain. Ara bahkan dengan berani bilang bahwa Ari hanya bermodal tampang saja tanpa memiliki pikiran, hati dan perasaan. Bukannya Ari sakit hati, ia malah semakin penasaran dengan sosok Ara. Isa kemudian memberi tantangan pada Ari untuk bisa menaklukan hati Ara. Jika berhasil, Isa akan memberikan uang 5 juta rupiah untuk traktir, begitu juga sebaliknya. Ari pun bersigap setuju menerima tantangan tersebut karena ia yakin akan mudah mendapatkan hati Ara.


Semakin didekati oleh Ari membuat Ara merasa semakin terganggu. Ia sama sekali tidak mempan diberi gombalan-gombalan maut yang keluar dari mulut Ari. Untungnya hadirnya Azka (Naufal Azka) murid baru dikelasnya sedikit bisa mengurangi kekesalan Ara pada Ari karena Azka jauh lebih dewasa dan tidak lebay seperti Ari. Melihat gebetannya malah mendekati Azka membuat Ari kesal. Kenapa ia harus bertemu lagi dengan Azka. Namun bukan Ari jika tidak mempunyai sejuta cara. Ia pun lantas mencari tahu alamat tinggal Ara. Setibanya disana, Ari langsung akrab dengan ayah dari Ara (Joe P Project) yang merupakan produser rekamannya sendiri. Ara yang awalnya selalu dibuat kesal oleh Ari perlahan mulai mencair. Terkadang mereka selalu pulang bareng dan menghabiskan waktu bersama.


Suatu ketika, guru disekolah memberikan tugas kelompok untuk membuat sebuah karya musik berupa lagu. Kebetulan, Ara, Ari dan Azka ditugaskan dalam satu kelompok. Ari awalnya bahagia bisa satu kelompok dengan Ara, tapi setelah beberapa hari mengerjakan tugas, Ari dan Ara selalu adu mulut, salah satu penyebabnya adalah Azka. Ari semakin merasa orang dari masa lalunya itu berusaha menghalanginya untuk mendapatkan Ara. Azka semakin kesal usai mendapat informasi bahwa alasan sebenarnya Ari mendekati Ara bukanlah karena cinta, melainkan karena taruhan. Ari pun mengklarifikasi tuduhan itu. Ia yang awalnya berencana taruhan dengan Isa, perlahan berubah rencana dan memang benar-benar mencintai Ara.


Rupanya informasi seputar taruhan itu sampai juga ke telinga Ara. Mendengar hal tersebut membuat dirinya merasa sangat sedih dan kecewa dengan apa yang telah dilakukan Ari selama ini. Ara bahkan jatuh pingsan, tak sadarkan diri. Akankah Ari dan Ara bisa bersatu?


#Review:
Setelah minggu pertama di awal tahun 2019 ditemani oleh KELUARGA CEMARA (2019) dan DREADOUT (2019), kini di minggu keduanya penonton film Indonesia akan disuguhi 3 film baru sekaligus. Salah satunya adalah sebuah drama romantis produksi Mega Pilar Films yang bekerjasama dengan RA Pictures milik Raffi Ahmad berjudul AFTER MET YOU (2019). Film ini merupakan adaptasi dari novel kedua milik aktor dari film ini juga yakni Ari Irham. Menurut situs wikipedia, nama Ari Irham masih tergolong baru di industri film Indonesia. Debut perdana bermain film diawali sebagai cameo dan supporting actor pada film drama produksi Screenplay Pictures berjudul I LOVE YOU FROM 38.000 FEET (2016), PROMISE (2016) dan GENERASI MICIN (2018) produksi Starvision Plus. 


Nama Ari Irham sendiri sudah cukup populer di wilayah Bandung karena selain dikenal sebagai seorang siswa SMA, ia juga jago dalam bermain DJ dan juga selebgram populer yang sering diendorse oleh brand fashion favoritku yaitu Greenlight dan 3 Second. Hahaha.
Jika melihat dari biografi singkat Ari Irham dan Sinopsis film ini sekilas terasa sama. Karakter Ari yang ada di film AFTER MET YOU (2019) ini nyaris seperti kehidupan sehari-hari dari Ari Irham. Penggunaan nama karakter film yang sama dengan nama asli lewat karakter Ari dan Azka ini awalnya tampak cukup bagus. Kita langsung berkenalan dengan si abege playboy ini yang dengan bangganya memiliki mantan sebanyak 113 orang. Kita diajak untuk mengikuti aktivitas Ari disekolah dengan tebar pesona pada para siswi dan melihat ia berinteraksi dengan ketiga sahabatnya. Sekilas film ini mengingatkanku pada film DILAN 1990 (2018) yang dibintangi Iqbaal Ramadhan. Formulanya pun sama tentang seorang remaja SMA yang doyan gombal. Haha. Namun untungnya, dalam film ini, target pelaku gombalannya dibuat super jutek dan sulit untuk luluh akan gombalan. Yang cukup disayangkan dalam film ini adalah beberapa plot twist serta subplot yang dihadirkan terlalu banyak dan dipaksakan untuk hadir. Eksekusinya pun cenderung mudah banget dilupakan. Bahkan salah satu subplot tentang retaknya keluarga Ari menurutku itu kurang jelas. Beberapa moment komedi dalam film AFTER MET YOU (2019) ini cenderung kebanyakan garing dan miss. Andai berfokus pada kisah percintaan Ari-Ara dan ditambah dengan para sahabat Ari saja sebetulnya sudah cukup banget, jadi twist-twist lain dan twist paling akhir tentang penyakit bisa sedikit dimaafkan.
Untuk jajaran pemain tampil tidak terlalu memberikan sesuatu yang luar biasa. Ari Irham dibuat se-tampan dan se-perfect mungkin oleh sang sutradara. Aku sih yakin kedepannya ia bisa mampu satu level dengan Iqbaal Ramadhan atau aktor-aktor muda lainnya jika terus diasah kemampuannya. Hal ini juga berlaku bagi Yoriko Angeline, Dede Satria, Michelle Wanda dan Chicco Kurniawan, bisa menjadi something big kedepannya untuk industri film Indonesia.
Overall, menurutku RA Pictures terasa cukup baik dalam menggarap film bergenre drama. Meskipun masih jauh dari kata memuaskan, tapi film DIMSUM MARTABAK (2018), KESEMPATAN KEDUDA (2018) dan film ini menunjukkan terus mengalami peningkatan dibandingkan genre horror milik RA Pictures yang masih gitu-gitu saja.


[6/10Bintang]

Thursday, 3 January 2019

[Review] DreadOut: Misteri Portal Gaib Yang Penuh Dengan Hal Ganjil


#Description:
Title: DreadOut (2018)
Casts: Caitlin Halderman, Jefri Nichol, Ciccio Manaserro, Marsha Aruan, Irsyadillah, Susan Sameh, Rima Melati Adams, Mike Lucock, Miller Khan, Salvita Decorte, Hannah Al-Rashid
Director: Kimo Stamboel
Studio: Skymedia, Goodhouse ID, CJ Entertainment, Nimpuna Sinema

#Synopsis:
Aksi seorang pria (Miller Khan) yang tengah melakukan ritual untuk membuka portal gaib disebuah apartment berhasil digagalkan oleh pihak kepolisian. Aksi ritual yang dilakukan pria itu melibatkan sebuah keluarga dan menewaskan mereka. Untungnya, anak perempuan itu berhasil selamat dan diamankan oleh pihak kepolisian.
Belasan tahun berlalu, anak yang bernama Linda (Caitlin Halderman) itu kini beranjak remaja dan duduk di bangku SMA. Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, Linda bekerja paruh waktu disebuah mini market yang tak jauh dari sekolahnya.
Sementara itu, Jessica (Marsha Aruan), Beni (Irsyadillah), Erick (Jefri Nichol), Alex (Ciccio Manaserro) dan Dian (Susan Sameh) berencana untuk melakukan live Instagram disebuah apartment terbengkalai yang terkenal horror. Sejauh ini apartment itu sulit untuk dimasuki orang lantaran pagar pembatasnya sangat tinggi, dipasang kawat berduri dan dijaga oleh seorang petugas keamanan bernama Heri (Mike Lucock). Jessica dan Beni yakin jika live Instagram di apartment kosong itu akun serta followers mereka akan semakin populer. Beni lalu membujuk Linda untuk membantu misi mereka karena Linda kenal dengan penjaga apartment itu. Dengan jaminan anting serta uang transferan dari Jessica, Linda pun bersedia untuk membantu Beni, Erik, Alex, Jessica dan Dian masuk ke apartment terbengkalai itu.


Akhirnya mereka berenam berhasil masuk ke apartment. Disana mereka menelusuri lorong dan tiap sudut gedung. Namun hasilnya nihil mereka tidak menemukan apa-apa, sampai tiba dimana mereka melewati garis pembatas yang tak diperbolehkan masuk. Di lorong tersebut, mereka melihat sebuah pintu yang dipasang garis polisi. Bukannya takut atau memutuskan pergi, mereka malah masuk ke ruangan itu. Didalam sana tampak berantakan. Kertas-kertas menutupi lantai. Mereka juga menemukan sebuah gulungan kertas yang terbuat dari kulit berisikan gambar-gambar serta aksara sansekerta dan jawa-sunda kuno. Melihat dan masuk ke ruangan itu membuat Linda merasa DejaVu. Ia seakan pernah berada di ruangan tersebut. Linda semakin shock ketika ia bisa membaca salah satu gulungan kertas bertuliskan aksara jawa-sunda.


Petaka melanda keenam orang ini. Tulisan yang ada di gulungan kertas tersebut ternyata membuka sebuah portal gaib yang membuat mereka masuk tercebur sebuah kolam hitam yang tiba-tiba muncul dibawah mereka. Erik, Alex, Beni dan Dian berhasil meloloskan diri dan keluar dari kolam hitam itu. Sementara Linda dan Jessica malah menghilang. Linda berhasil keluar dari kolam hitam itu dan malah berada disebuah hutan. Linda yang panik dan juga ketakutan terus berlari mencari jalan keluar dari hutan itu. Disana ia bertemu dan nyaris meregang nyawa oleh sosok pocong yang membawa celurit. Linda yang berhasil meloloskan diri berkat bantuan kamera flash miliknya tiba disebuah pendopo tak jauh dari hutan itu. Disana ia menemukan Jessica namun berada dibawah pengaruh sosok wanita berkebaya putih. Linda yang ketakutan mencoba sebisa mungkin menyelamatkan temannya itu. Namun sayang, usaha yang dilakukan Linda tercium oleh sosok wanita berkebaya lainnya yang berwarna merah (Rima Melati Adams). Jessica kerasukan dan menyerang balik Linda.



Sementara itu, Erik, Dian, Beni dan Alex histeris dan ketakutan setengah mati karena Linda dan Jessica tidak keluar dari kolam hitam itu. Mereka memutuskan untuk melapor pada penjaga untuk meminta pertolongan. Tak lama setelah itu, Linda akhirnya muncul dari permukaan kolam hitam. Linda yang masih panik mencoba untuk kembali menyelamatkan Jessica. Tak lama setelah itu, Jessica muncul dari permukaan kolam hitam, namun aneh, ia mengenakan kebaya berwarna merah. Rupanya Jessica kerasukan sosok wanita berkebaya merah. Satu persatu dari mereka diseret ke dalam kolam hitam itu hingga menyisakan Linda dan Beni. Mampukah Linda dan Beni menyelamatkan teman-teman mereka dari tangan wanita berkebaya merah itu?

#Review: 
Bulan pertama di tahun 2019, industri film Indonesia sudah siap diramaikan oleh film bergenre horror. Setiap minggunya di hari kamis sampai penghujung Januari 2019, penonton akan diberikan suguhan film horror Indonesia dari berbagai rumah produksi. Slot minggu pertama ini, diisi oleh film horror adaptasi game populer buatan Indonesia berjudul DREADOUT. Film ini cukup menjadi antisipasi para pecinta film Indonesia lantaran digarap oleh sutradara dibalik kengerian RUMAH DARA (2009) dan KILLERS (2014) yakni Kimo Stamboel. Rekan "bromance" dari Timo Tjahjanto yang dikenal sebagai The Mo Brothers. Jajaran pemain pun diisi oleh para pemain remaja yang perlahan mulai menunjukan sinarnya seperti Jefri Nichol, Caitlin Halderman hingga Susan Sameh.
Untuk segi cerita, seperti yang disebutkan oleh sang sutradara pada saat sesi Press Conference pada malam Gala Premiere film DREADOUT yang berlangsung tadi malam, 2 Januari 2019 di CGV Grand Indonesia, film ini mengambil set cerita sebelum alias prekuel dari game populer DREADOUT dimulai. Keputusan yang diambil oleh sang sutradara dan penulis skenario film ini cukup baik sehingga bisa lebih leluasa dalam bercerita sekaligus menambah beberapa karakter tambahan.


Untuk segi cerita, pada paruh awal film ini terasa sudah sangat sering diangkat ke layar lebar tentang sekumpulan anak-anak remaja yang ingin mencari popularitas di sosial media dengan melakukan hal-hal berbahaya. Tahun lalu ide cerita seperti ini sudah ditampilkan di film ALAS PATI (2018) dan film horror korea GONJIAM HAUNTED ASYLUM (2018). Untungnya, kemiripan cerita ini tidak berlangsung lama, film DREADOUT (2019) ini memiliki sesuatu yang lebih yaitu pada saat membangun ceritanya. Paruh awal film sebelum masuk ke portal gaib aku suka banget sih. Dialog serta gesture para pemain terasa sangat alami tidak dibuat-buat. Ditambah lagi Point of View ketika menonton yang divisualkan lewat sudut pandang para karakter sehingga terasa seperti main game. Kesan menegangkannya berhasil dibangun dengan baik oleh sang sutradara.
Namun ketika menuju pertengahan film dan mulai masuk ke portal gaib, cerita yang dihadirkan terasa mulai membosankan untukku. Dunia gaib yang keenam remaja kunjungi ini tidak diceritakan lebih jauh tentang sosok-sosok penghuni yang ada didalamnya. Sehingga menimbulkan pertanyaan apa, tujuan, kenapa, siapa dan mengapa tentang sosok kebaya merah itu. Hal-hal yang menimbulkan pertanyaan semakin banyak muncul hingga akhir film. Salah satunya soal keris itu. Disatu sisi keris itu seperti diperebutkan, tapi disatu sisi keris itu juga terlihat tidak menjadi sesuatu yang berharga jika digunakan oleh pemegangnya. Moment menegangkan dalam film ini pun hanya sebatas bolak-balik dari alam dunia ke alam gaib saja, yang dimana semakin lama kadar menyeramkannya semakin berkurang. Yang paling banyak menimbulkan kejanggalan bagi banyak orang (termasuk aku) sih aku yakin soal handphone yang digunakan oleh karakter Linda. Disepanjang film, ya walaupun set cerita berlangsung hanya satu malam, tapi daya tahan battery handphone tersebut sangatlah kuat dan luar biasa tahan air. Berkali-kali tercebur dan berenang di air, tapi masih berfungsi dengan baik. It's okay jika itu dibuat fantasi handphone itu masih bisa digunakan ketika berada di alam gaib, but make a reasonable sense please. Better jangan nyemplung ke air deh portal gaibnya, itu menurutku akan jauh lebih masuk akal sih. Hehehe. Sosok berkebaya merah pun sayang banget tidak dijelaskan lebih detail karena ia ditampilkan cuma untuk menyerang saja pada siapapun yang masuk ke alam gaibnya. Sosok Pocong bercelurit juga cuma ditampilkan sebagai "pasukan" doang tidak diberi porsi lebih dan muncul sebentar, padahal sudah sangat berhasil memberikan sensasi ngeri banget disetiap kemunculannya.


Yang patut diapresiasi film DREADOUT ini adalah ensemble castsnya yang tampil tidak terlalu mengecewakan. Debut perdana Caitlin Halderman bermain dalam genre horror memerankan karakter Linda begitu pas dan tidak berlebihan ketika ketakutan. Ekspresinya begitu alami hingga ada salah satu adegan, aura ketakutannya sangat terasa hingga ia terlihat meneteskan air mata. Apresiasi berikutnya aku berikan pada Marsha Aruan yang tampil bisa 180 derajat berubah drastis dari peran-perannya selama ini. Moment dia kerasukan begitu bagus dan menurutku hampir mendekati level Jessica Mila di MATA BATIN (2017) dan Luna Maya di SABRINA (2018). Jefri Nichol, Irsyadillah dan Ciccio Manaserro memberikan performa semi-bad boy dengan dialog yang asyik dan tidak kaku. Selipan-selipan komedi untuk mencairkan suasana cukup efektif dibeberapa bagian. Meskipun makin lama becandaan mereka berasa makin berulang-ulang dan selalu berperilaku makin rusuh.
Overall, film DREADOUT ini menampilkan something new horror experience di industri film Indonesia dengan tidak melulu menampilkan jumpscared atau musik berlebihan, melainkan menghadirkan sensasi horror seperti bermain game.


[7/10Bintang]