Saturday, 24 February 2018

[Review] Meet Me After Sunset: Sebuah Dongeng Romantis Remaja YangHangat



#Description:
Title: Meet Me After Sunset (2018)
Casts: Agatha Chelsea, Maxime Bouttier, Billy Davidson, Iszur Muchtar, Feby Febiola, Oka Sugawa, Marini Soerjosumarno, Yudha Keling
Director: Danial Rifki
Studio: MNC Pictures

#Synopsis:
Vino (Maxime Bouttier) terpaksa harus pindah dari ibukota Jakarta ke daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung bersama dengan kedua orangtuanya (Feby Febiola dan Oka Sugawa). Vino juga mau tak mau harus melanjutkan sekolahnya disekitar tempat tinggalnya.
Vino dan keluarganya tinggal disebuah kampung yang kondisinya masih sangat asri dan dekat dengan alam. Rumahnya dikelilingi pepohonan yang rindang, bukit dengan panorama yang indah serta dikelilingi kebun teh yang luas.
Suatu malam, Vino tak sengaja melihat sosok yang ganjil diluar rumahnya. Ia melihat seorang remaja perempuan mengenakan hoodie berwarna merah berjalan ditengah gelapnya malam dengan membawa lentera. Ia kemudian bergegas mengikutinya. Perempuan itu kemudian berhenti dipinggir sebuah danau lalu ia menari-menari sambil melantunkan melodi. 
Ketika Vino mendekati, sosok perempuan itu tiba-tiba saja terkejut dan langsung menghilang berbarengan dengan munculnya kabut yang mulai turun pada malam tersebut. Vino dibuat penasaran dengan perempuan yang ia lihat itu. Keesokannya Vino langsung iseng mencari sosok perempuan itu dengan mengelilingi kampung sekitar.
Hingga pada akhirnya, hasil pencarian itu tidak sia-sia. Vino mengetahui bahwa perempuan itu bernama Gadis (Agatha Chelsea), anak dari guru disekolahnya (Iszur Muchtar). 
Vino yang dibuat penasaran dengan sosok Gadis, merasa ada sesuatu yang berbeda dari Gadis yang membuat ia tertarik kepadanya. Namun beberapa teman Vino disekolah cukup menyayangkan sikap Vino yang tertarik pada Gadis. Padahal Gadis sudah dikenal banyak orang dia itu aneh, selalu menyendiri, beraktifitas diluar rumah ketika malam hari saja dan tidak mau bersosialisasi dengan siapapun.
Namun bukan Vino jika tidak melakukan hal-hal nekad. Seiring berjalannya waktu, ia selalu berusaha mendekati Gadis. Ia selalu datang menghampiri dimanapun Gadis berada. Lambat laun, sikap Gadis pun kini mulai berubah dan bisa menerima kehadiran Vino. Bahkan Gadis terlihat semakin bahagia usai beberapa mimpi dalam hidupnya diwujudkan oleh Vino.
Kehadiran sosok Vino di kehidupan Gadis membuat Bagas (Billy Davidson) seorang dokter yang memiliki kesamaan sifat dengan Gadis merasa cemburu. Namun, Bagas lebih memilih diam dan cukup memendamnya saja apa yang ia rasa selama ini.
Gadis pun dilanda dilema. Kehadiran sosok Vino ia akui awalnya sempat menganggu kehidupannya, tapi lambat laun Gadis justru menemukan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan selama ini. Namun Gadis juga jadi merasa kagok pada Bagas dan Neneknya (Marini Soerjosumarno) yang selama ini telah banyak memberikan kasih sayang pada Gadis.
Siapakah yang akhirnya dipilih Gadis?

#Review:
Gaung project film ini sebetulnya sudah terdengar sejak beberapa tahun kebelakang. Namun baru tahun ini tepatnya tanggal 22 Februari 2018 akhirnya film MEET ME AFTER SUNSET (2018) rilis secara resmi di bioskop Indonesia.
Mengusung tema drama percintaan remaja SMA bukanlah hal yang baru di industri perfilman Indonesia. Ratusan judul sudah dirilis dan hanya satu atau dua saja mungkin yang bisa dikatakan mempunyai kualitas serta dibuat dengan serius. Film MEET ME AFTER SUNSET (2018) menurutku adalah film drama percintaan remaja yang masuk kedalam kategori yang bagus. Dimana disini menambahkan sedikit unsur dongeng didalamnya.
Alur cerita yang disajikan film arahan sutradara Danial Rifki ini terasa begitu mengalir. Bahkan dibeberapa bagian terasa seperti mendengar seseorang yang sedang story telling sebuah dongeng. Meskipun diparuh pertama film berjalan begitu lambat dalam memperkenalkan karakter serta membangun konfliknya. Yang membuat sedikit disayangkan berikutnya adalah minimnya informasi yang lebih dalam tentang sisi medis dalam film ini.
Namun hal itu tak membuat filmnya terasa membosankan atau mengecewakan, justru menuju babak pertengahan, film ini semakin hangat dan manis. Beberapa moment manis yang dihadirkan kuakui cukup mengesankan. Kusuka cara Vino dalam mewujudkan semua impian orang yang ia sukai. Siapapun pasti akan melakukan hal apapun demi orang yang kita sukai dan sayangi. Tak hanya disitu saja, penggunaan matahari, bulan, bintang, malam dan siang hari dalam dialog juga terasa menarik banget. Kumulai jatuh cinta dengan film ini dan tak mau filmnya cepat berakhir. 
Menuju babak akhir film, tak ku sangka sang sutradara dan penulis skenario akan mengambil langkah seperti ini. Dugaan serta apa yang kuharapkan setelah melihat semua yang dilalui oleh para karakternya berbanding terbalik dengan yang ada di akhir cerita. Aku hanya bisa kaget dan benar-benar ikut merasakan apa yang Gadis rasakan saat itu.
Keputusan yang diambil sutradara serta penulis skenario ini anehnya aku suka. Mereka tegas mengakhiri filmnya tanpa harus panjang lebar melakukan drama atau dialog yang berlebihan. Hal ini lah yang menurutku akan jauh lebih meninggalkan kesan yang "deep" usai menonton film ini. Dan kini kutau ternyata "dalang" dari semua ini adalah Haqi Achmad yang merupakan salah satus penulis skenario favoritku dari zaman film Radio Galau FM (2012), Refrain (2013), Kata Hati (2013), Remember When (2015) dan Ada Cinta Di SMA (2016). Haqi Achmad emang jago deh menghadirkan cerita remaja baik itu adaptasi novel ataupun original story seperti ini pasti penuh dengan moment manis dan hangat dengan takaran yang pas.
Untuk jajaran pemain pun, film ini mempunyai pengenalan masing-masing karakter yang kuat dan tidak sia-sia. Ini bukan kali pertama bagi Maxime Bouttier mendapatkan peran sebagai anak SMA atau remaja cowok cakep. Tapi dalam film ini, aura Maxime sebagai Vino terasa begitu klop. Sisi romantis serta slenge'annya pas, tidak dipaksakan dan menurutku jauh lebih lucu ketimbang Dilan. IMHO sih, ini peran terbaik yang selama ini Maxime mainkan dalam sebuah film. Agatha Chelsea serta Billy Davidson pun bisa jadi the next big thing nih kedepannya. Apalagi di babak akhir film, Chelsea memainkan emosinya sangat baik. Begitu juga dengan Billy yang terasa pas sebagai sosok Bagas dengan segala sikapnya.
Yang menjadi poin plus berikutnya buatku adalah sisi visual dan gambar dalam film MEET ME AFTER SUNSET (2018) itu begitu indah layaknya dongeng. Filternya terasa sangat pas dan semakin mempertajam warna alami dalam filmnya. Penggunaan animasi pada salah satu part juga layak untuk diapresiasi.
Overall, MEET ME AFTER SUNSET (2018) such a good teenage love story with unpredictable plot. Go see it in cinemas before out!


[8.5/10Bintang]

2 comments:

  1. Suka banget sama review nya,, walaupun gak seterkenal film lain aku lebih dapet feel nya di film ini,, menuju akhir perasaan kayak serasa di jungkir balik . Ku pikir ini sama ceritanya kayak film jepang yg ku tonton soalnya tema nya hampir sama ngangkat tentang penyakit yg dia gak bisa kena matahari,, tapi aku salah dan menurut ku ini jauh lebih keren karna ending gak terduga .aku juga suka banget sama acting dan visual nya mereka. Dibagian akhir aku nangis gak berenti berenti karna bener bener gak nyangka kalo ending nya begitu ��������. Overall makasih kak aku suka banget review dari kakak, ternyata ada yg sepemikiran sama aku.

    ReplyDelete