Saturday 5 May 2018

[Review] Sajen: Terror Hantu Korban Bully Di Sekolah


#Description:
Title: Sajen (2018)
Casts: Amanda Manopo, Angga Yunanda, Steffi Zamora, Jeff Smith, Rachel Amanda, Chantiq Schagerl, Nova Soraya, Alfie Alfandy, Virnie Ismail, Minati Atmanagara, Ricky Perdana
Director: Hanny R. Saputra
Studio: Starvision Plus

#Synopsis:
Hadirnya tiga sesajen yang tersebar di sekolah SMA Pelita Bangsa membuat Alanda (Amanda Manopo), siswi berprestasi di sekolah tersebut tertarik untuk menguak dan menyelidiki  fenomena bullying yang ada disekolahnya yang dibantu kedua sahabatnya, yaitu Riza (Angga Yunanda) dan Kayla (Chantiq Schagerl). Ketiga sajen tersebut sengaja diletakan di loker perpustakaan, toilet perempuan dan ruang komputer untuk menenangkan arwah siswa-siswi SMA Pelita Bangsa yang konon gentayangan usai mereka tewas bunuh diri gara-gara tekanan batin yang mereka alami semasa mereka di sekolah.
Aksi bullying angkatan tahun ini dilakukan oleh Bianca (Steffi Zamora), Davi (Jeff Smith) beserta anggota genk populer disekolah. Beberapa siswa siswi lain yang menjadi korban selalu pasrah ketika Bianca dan teman-temannya melakukan aksi bullying. Tapi, yang dilakukan oleh Alanda sebaliknya. Ia melawan bahkan berani merekam aksi bullying Bianca sebagai barang bukti menggunakan kamera milik almarhum ayahnya. Melihat keberanian Alanda, membuat Riza dan Kayla cemas. 
Suatu hari Bianca tak sengaja melihat Alanda sedang merekam aksinya, ia  marah lalu mengambil paksa kamera milik Alanda. Bianca dan Davi berjanji akan mengembalikan kamera tersebut, jika Alanda datang ke rumah Davi. 
Awalnya Alanda tak ingin pergi ke rumah Davi, namun karena kamera tersebut peninggalan almarhum ayah, ia memutuskan nekat untuk pergi ke rumah Davi. Usai tiba disana, Alanda dijebak oleh Davi, Bianca dan teman-temannya. Alanda dipaksa untuk mabuk hingga tak sadarkan diri. Alanda yang dalam keadaan mabuk berat, direkam oleh mereka lalu di viralkan disekolah.
Alanda dilanda depresi berat. Gara-gara video tersebut, beasiswa Alanda dicabut, kesempatan untuk menang beasiswa kuliah diluar negeri untuknya juga dicancel oleh kepala sekolah (Minati Atmanagara). Hingga yang paling mengguncang jiwanya adalah, ketika mabuk berat, kehormatan Alanda direnggut oleh Davi. Karena tak mampu menanggung beban semua ini, Alanda memutuskan untuk bunuh diri. Ibunya (Nova Soraya) sangat shock anak kesayangannya kini telah tiada dengan cara yang tidak wajar. Kemarahan dan amarah Alanda membuat arwahnya tidak tenang dan mendorongnya untuk balas dendam ke orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya.


#Review: 
Ketika Starvision merilis trailer perdana film SAJEN (2018), rasa penasaran saya cukup tinggi untuk film ini lantaran mengambil cerita tentang bullying namun dikemas dalam genre horror. Konsep tentang kehidupan bullying remaja sudah banyak sekali ditemukan dalam film-film Indonesia, tapi untuk dikombinasikan dengan genre horror, sepertinya film ini terinspirasi dari film-film horror teenager khas Thailand dan film horror UNFRIENDED (2014). Faktor penasaran berikutnya, penulis skenario film SAJEN (2018) ini adalah Haqi Achmad, salah satu penulis skenario favoritku. Apalagi skenario kemarin di MEET ME AFTER SUNSET (2018) sukses membuatku jatuh hati. Sebagai debut perdana Haqi menulis skenario horror, ciri khasnya tidak hilang. Moment drama Di film SAJEN (2018) ini cukup terasa kuat yang uudibuka dengan drama tentang kehidupan dan konflik bullying disekolah yang sukses memberikan rasa interesting padaku ketika menontonnya. Haqi dengan baik menjaga plot drama film ini agar tidak tampil too much. Apalagi ketika part Nova Soraya, sisi emosionalnya terasa kuat sebagai seorang ibu yang kehilangan sekaligus berjuang mencari keadilan untuk anaknya yang menjadi korban bullying disekolah yang terasa sangat menutup mata akan aksi ini. Beberapa hal kecil juga digambarkan dengan baik dan konsisten oleh sang sutradara dan penulis skenario di awal film. Ketika Alanda tewas, terror mulai ditebar oleh Haqi dan Hanny R. Saputra. Namun menurutku plot horror dalam film ini super nanggung. Aksi arwah gentayangan untuk balas dendam dalam film ini bagiku cukup predictable dan mainstream. Hal ini semakin diperparah dengan penggunaan visual efek yang tidak terlalu penting dibeberapa bagian. Jumpscare yang ditebar juga kebanyakan hanya penampakan standar serta musik berisik saja. Penggunaan set lokasi sekolah yang terbilang elite ini juga terasa terlalu mewah dan "hi-tech" untuk genre horror dalam film. Jujur, sepanjang nonton film ini, aku gak merasakan atmosfer horror sama sekali, malah merasa wow tiap layar bioskop menampilkan sekolah Pelita Bangsa ini. Makin menuju paruh akhir film, sang sutradara terasa kebingungan untuk mengakhiri filmnya, hal ini terlihat dari pemilihan ending film yang terasa buru-buru dan semakin tidak rasional.
Untuk jajaran pemain, aku dibuat suka dengan karakter yang dimainkan Amanda Manopo. Tidak terlalu berlebihan sebagai anak sekolah. Steffi Zamora juga cocok banget memerankan karakter antagonis. Raut muka serta gesture nya emang udah terlihat jahat hehe. Angga Yunanda dan Jeff Smith juga tampil tidak terlalu mengecewakan. Yang cukup disayangkan adalah karakter  yang diperankan oleh Rachel Amanda disini terasa mubazir. Sayang banget tidak terlalu di ekspose lebih dalam. Nova Soraya dan Minati Atmanagara jelas memberikan performa oke nya disini. Apalagi ketika keduanya beradu mulut, ekspresi Nova sebagai seorang ibu dan Minati sebagai kepala sekolah yang tak ingin kasus bullying ini diungkit begitu meyakinkan. Tapi hal tersebut sedikit terganggu ketika sang sutradara malah menyelipkan adegan horror ala-ala film THE RING (2002) yang dimana hantu Alanda muncul dari televisi. Ngeselin.
Overall, debut perdana penulis skenario favoritku Haqi Achmad ini dalam menulis cerita horror tidak seperti apa yang ku bayangkan. Semoga kedepannya bisa dapet sutradara atau produser yg klop jika menulis skenario horror lagi. Amiiin.


[3/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment