Wednesday, 15 January 2025

[Review] Queer: Cerita Cinta Bertepuk Sebelah Tangan Dari Dua Ekspatriat!



#Description:
Title: Queer (2024)
Casts: Daniel Craig, Drew Starkey, Jason Schwartzman, Lesley Manville, Henry Zaga, Drew Droege, Andra Ursuta, Lisandro Alonso, Ariel Schulman, David Lowery, Daan De Wit, Colen Bates, Omar Apollo, Ronia Ava, Lorenzo Pozzan
Director: Luca Guadagnino
Studio: Fremantle North America, The Apartment Pictures, Frenesy Film Company, A24


#Synopsis:
William Lee (Daniel Craig) adalah seorang ekspatriat asal Amerika Serikat yang memutuskan tinggal sementara di Meksiko. Setiap malam, Lee selalu menghabiskan waktu di bar Ship Ahoy sambil menikmati minuman alkohol bersama dengan rekannya yang merupakan warga asli Meksiko. Selain itu, Lee juga diam-diam selalu memperhatikan pengunjung pria muda dan mengajaknya berkenalan. Meskipun dalam keadaan mabuk, Lee selalu berhasil bisa mengobrol dengan mereka hingga mengajaknya ke hotel untuk menghabiskan waktu malam bersama.
Suatu hari, saat Lee pulang menuju hotel, ia melihat sekumpulan pria sedang asyik melakukan judi sabung ayam di pinggiran jalan. Tak lama setelah itu, Lee tak sengaja beradu tatap mata dengan seorang pria muda tampan dengan postur tinggi dan mengenakan kacamata. Keduanya saling melempar senyum yang membuat Lee terpesona pada pandangan pertama. Sejak saat itu, Lee makin penasaran dengan pria tersebut dan akhirnya ia bertemu lagi di Ship Ahoy keesokan harinya.
Pria tersebut adalah Eugene Allerton (Drew Starkey) yang berprofesi sebagai seorang ekspatriat dan juga tentara asal Amerika Serikat. Eugene sendiri sedang ditugaskan untuk dinas sementara di Meksiko. Saat di Ship Ahoy, Eugene tidak sendiri, ia sering ditemani oleh seorang perempuan cantik berambut pendek bernama Mary (Andra Ursuta). Melihat kedekatan antara Eugene dengan Mary membuat Lee cemburu. Ia makin penasaran dengan sosok Eugene dan berharap mempunyai ketertarikan kepada dirinya.
Sebelum berkenalan langsung dengan Eugene, Lee berusaha mencari tahu tentang sosok Lee dari rekan-rekannya di bar yaitu Joe Guidry (Jason Schwartzman) dan John Dume (Drew Droegen) yang sudah mengenal satu sama lain karena memiliki orientasi seksual yang sama. Setelah ditelusuri, John mengatakan jika Eugene tidak sepenuhnya Queer seperti mereka. Lee pun tidak memberikan label Queer kepada dirinya dengan alasan dirinya tidak berpenampilan LGBT pada umumnya yang nampak kemayu dan juga feminim. Hingga suatu kesempatan, Lee melihat Eugene sendirian di bar dan langsung mengajaknya berkenalan. Sejak saat itu, mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama di bar setelah pekerjaan mereka selesai.
Seiring berjalannya waktu, Lee dan Eugene semakin intens bertemu di bar. Bahkan Lee juga selalu menemani Eugene pulang ke penginapannya. Kebersamaan yang terjalin diantara mereka berdua membuat Lee semakin terobsesi dan ingin menjalani hubungan lebih lanjut dengan Eugene. Menariknya, Eugene pun memiliki kesamaan dengan Lee yang sama-sama tidak ingin melabeli dirinya sebagai Queer. Meskipun di Meksiko orang-orang dengan orientasi LGBT dianggap biasa dan lumrah, namun baik Lee dan Eugene tetap lebih nyaman tidak melabeli mereka sebagai seorang Queer atau LGBT. Karena merasa hubungannya dengan Eugene sudah semakin dekat, Lee berinisiatif mengajak Eugene untuk berkunjung ke apartemennya. Disana, keduanya mengobrol membicarakan banyak hal dan akhirnya keduanya melakukan hubungan seksual dengan penuh gairah. Sejak saat itu, Eugene pun semakin sering bertemu dengan Lee dan menghabiskan banyak waktu bersama setelah mereka selesai bekerja.
Waktu terus berlalu, Lee mendapat tugas untuk pergi ke Amerika Selatan dan mengajak Eugene juga kesana. Dalam perjalanan, kondisi kesehatan Lee mengalami penurunan. Ia sering demam dan tubuhnya menggigil kedinginan. Saat diperiksa ke Dokter, ternyata Lee didiagnosis ketergantungan narkoba yang sudah akut. Jika Lee berhenti mengkonsumsi narkoba akan membuatnya kesakitan. Dokter pun menyarankan untuk menemui Dr. Cotter (Lesley Manville) di Ekuador yang kabarnya sedang melakukan riset dan penelitian tentang daun Yage. Konon, daun Yage memiliki khasiat luar biasa dan jika dikonsumsi dengan benar, daun Yage dipercaya bisa meningkatkan telepati seseorang. Lee dan Eugene pun langsung berangkat menuju Ekuador untuk menemui Dr. Cotter.
Setelah menjelajahi hutan yang lebat, Lee dan Eugene akhirnya menemukan tempat tinggal Dr. Cotter. Setibanya disana, Lee langsung menjelaskan tentang apa yang ia cari demi kesembuhan dirinya, termasuk ingin memiliki kemampuan telepati yang konon bisa didapatkan jika meminum ramuan dari daun Yage bernama Ayahuasca. Dr. Cotter dan suaminya (Lisandro Alonso) akan memberikan ramuan Ayahuasca tersebut dengan satu syarat mereka harus bermalam disana. Lee dan Eugene pun memutuskan untuk bermalam disana.
Saat malam hari, Dr. Cotter memberikan ramuan Ayahuasca kepada mereka berdua. Setelah diminum, Lee dan juga Eugene mengalami efek halusinasi dan pikiran yang seolah-olah tubuh mereka bersatu sama lain. Efek samping dari ramuan Ayahuasca tersebut akhirnya menyadarkan perasaan Eugene yang sama persis dengan apa yang ada dalam mimpi Lee saat pertama kali mereka berkenalan. Bagaimana nasib hubungan selanjutnya dari Lee dan Eugene?


#Review:
Semester akhir tahun 2024 lalu, film terbaru dari sutradara Luca Guadagnino yaitu QUEER (2024) sempat menghebohkan berbagai festival film internasional karena berani mengubah image dari sosok aktor kawakan asal Inggris yaitu Daniel Craig, yang selama ini dikenal sebagai salah satu aktor film-film action. Di film terbarunya ini, Daniel Craig memerankan karakter Gay yang berprofesi sebagai seorang ekspatriat. Setelah penantian cukup panjang, film QUEER (2024) tayang di bioskop global pada akhir November lalu dan tersedia di platform streaming Mubi mulai akhir Desember.
 

Untuk segi cerita, premis yang diangkat oleh film QUEER (2024) sebenarnya sangat sederhana yaitu tentang cinta bertepuk sebelah tangan. Namun dibalik premis tersebut, Luca Guadagnino yang mengadaptasi dari novel klasik berjudul sama karya William S. Burroughs tahun 1985 silam ini punya eksplorasi cerita sangat menarik tentang bagaimana seorang pria paruh baya berusaha mengejar rasa penasaran dan obsesinya dengan cara yang terbilang aneh. Paruh awal film, alur cerita terasa sangat mudah diikuti dan dipahami tentang bagaimana karakter William Lee, seorang ekspatriat asal Amerika Serikat yang berusaha berdamai dengan orientasi seksualnya setelah ia berdinas di kota Meksiko. Kala itu, Meksiko sendiri sudah lebih bertolenransi terhadap kaum LGBT ketimbang di Amerika Serikat yang masih intoleran terhadap hal tersebut. Meskipun sesekali masih berusaha denial dan menyembunyikan orientasinya itu, William Lee tetap tidak bisa menahan perasaan terhadap pria-pria muda yang ia temui di Meksiko. Jatuh cinta pada pandangan pertama saat tak sengaja beradu tatap dengan karakter Eugene Allerton dan kemudian hubungan mereka berdua terus berlanjut, menjadi semakin intimate dan penuh gairah. Saat memasuki babak pertengahan, penonton disuguhi oleh beberapa adegan dan hal-hal simbolis yang pastinya penuh tanda tanya. Awalnya aku sempat mengira jika plot dan kejutan yang disimpan film ini akan serupa dengan film ALL OF US STRANGERS (2023), tapi ternyata film QUEER (2024) ini menampilkan treatment yang sama-sama pedih namun dengan caranya sendiri. Luca Guadagnino yang kembali bekerja sama dengan penulis Justin Kuritzkes setelah sebelumnya di film CHALLENGERS (2024) menampilkan pendalaman karakter dari Lee dan Eugene dengan kekurangan serta kelebihannya masing-masing. Sosok Lee yang usianya sudah paruh baya terasa sangat menginginkan hubungan secara emosional yang serius dengan seorang pria namun disatu sisi ia tidak tahu cara mendapatkannya seperti apa. Alhasil, Lee selalu terjebak pada hubungan one night stand dengan pria-pria muda yang ia temui di bar. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan karakter Eugene yang masih kebingungan setelah sekian lama mendapat tekanan sosial terhadap orientasi seksual LGBT selama ia tinggal di Amerika Serikat. Alhasil, Eugene selalu menyangkal perihal ketertarikannya pada Lee dan akhirnya ia memilih mempermainkan perasaannya Lee. Yang menjadi sorotan utama film ini, Luca Guadagnino ingin menunjukkan bahwa sosok Queer itu akan selalu merasakan kesepian karena ada kekosongan dalam dirinya yang tidak bisa dan mustahil untuk bisa dipenuhi hingga akhir hayatnya.
Untuk jajaran pemain, penampilan 180 derajat berbanding terbalik datang dari sosok "James Bond" kita yaitu Daniel Craig. Di film QUEER (2024) ini, Daniel Craig berhasil bertransformasi menjadi seorang pria paruh baya yang berusaha menemukan cinta sejatinya meskipun berakhir tak sesuai dengan harapan. Gesture, gaya bicara sampai tatapan mata dari seorang William Lee terpancar sangat kuat jika dirinya memang terobsesi pada Eugene Allerton. Tak heran jika perannya di film ini mendapat apresiasi masuk nominasi best actor genre drama di Golden Globes 2025 kemarin. Penampilan penuh pesona selanjutnya datang dari Drew Starkey yang surprisingly mampu mengimbangi Daniel Craig. Dinamika perasaan yang berjolak dalam menghadapi kebingungan akan orientasi seksualnya sukses tersampaikan dengan baik pada penonton. Chemistry yang terjalin diantara dua karakter utama di film ini sungguh memukau sekaligus panas! Huh! Kemunculan cameo yang sekaligus pengisi salah satu original soundtrack yaitu Omar Apollo di film ini benar-benar unpredictable! Hahaha.
Untuk urusan visual, Luca Guadagnino emang sangat handal dalam menciptakan suasana sebuah daerah dengan latar tahun jadul. Di film QUEER (2024) ini, landscape Meksiko City tahun 1950 nya terasa retro banget. Teknik pengambilan gambar khas Luca Guadagnino juga bisa terlihat dengan maksimal disepanjang durasi film. Visualnya yang retro dan klasik banget turut didukung dengan iringan scoring musik dari duo Trent Reznor dan Atticus Ross yang kembali menampilkan iringan musik ikonik sama dengan apa yang sudah mereka lalukan di film CHALLENGERS (2024) kemarin.
Overall, film QUEER (2024) memang tidak seringan CALL ME BY YOUR NAME (2017), namun pesan yang ingin disampaikan tentang loneliness life as a queer in 1950 bisa diterima dengan penuh gairah, bahagia sekaligus kepedihan oleh penonton.


[8.5/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment