Saturday, 16 November 2024

[Review] Bila Esok Ibu Tiada: Ketika Orang Tua Merindukan Kebersamaan Dengan Anaknya Yang Sudah Dewasa!

 


#Description:
Title: Bila Esok Ibu Tiada (2024)
Casts: Christine Hakim, Adinia Wirasti, Fedi Nuril, Amanda Manopo, Yasmin Napper, Hana Saraswati, Immanuel Caesar Hito, Baim Wong, Nunu Datau, Slamet Rahardjo
Director: Rudi Soedjarwo
Studio: Leo Pictures, Legacy Pictures, A&Z Films, Layana Pictures


#Synopsis:
Ibu Rahmi (Christine Hakim) dan Pak Haryo (Slamet Rahardjo) adalah pasangan suami istri yang sudah berusia senja namun saling mencintai satu sama lain. Rumah tangga mereka berjalan harmonis dan penuh kebahagiaan bersama keempat anak mereka yaitu Ranika (Adinia Wirasti), Rangga (Fedi Nuril), Rania (Amanda Manopo) dan Hening (Yasmin Napper). Hampir setiap akhir pekan mereka selalu berkumpul dan menghabiskan waktu bersama.
Namun ditengah kebahagiaan tersebut, Pak Haryo pergi untuk selama-lamanya meninggalkan sang istri dan keempat anaknya. Ibu Rahmi sangat terpukul dengan kematian sang suami yang begitu mendadak. Hingga sudah tiga tahun berlalu, ia masih dalam tahap berusaha untuk bangkit dari keterpurukan. Seiring berjalannya waktu tersebut, keempat anak Ibu Rahmi tumbuh menjadi orang dewasa dengan kesibukan mereka masing-masing. Ranika fokus mengejar kariernya di bidang advertising. Rangga memutuskan menikah dengan Thea (Hana Saraswati) dan berusaha mewujudkan impiannya sebagai seorang musisi. Rania berprofesi sebagai bintang iklan yang berambisi ingin menjadi aktris terkenal. Sementara itu, Hening yang masih kuliah berusaha mewujudkan impiannya menggelar pentas seni musik rock bersama kekasihnya, Dito (Immanuel Caesar Hito).
Ibu Rahmi selalu merindukan kehangatan dan kebersamaan dengan keempat anaknya yang kini semakin susah untuk berkumpul. Disatu sisi, ia memaklumi dengan kesibukan Ranika, Rangga, Rania dan Hening. Namun disatu sisi lainnya, rasa rindu itu selalu menghantuinya. Alhasil, Ibu Rahmi hanya bisa menangis sambil memeluk foto keluarganya saja di kamar. Namun kesedihan Ibu Rahmi tak selalu berlarut-larut, karena masih ada Hening yang masih tinggal satu rumah dengannya.
Waktu terus berlalu. Tak terasa Ibu Rahmi berulang tahun yang ke-65. Di moment pertambahan usia sang ibu, keempat anaknya malah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Adik dari Ibu Rahmi yaitu Hesti (Nunu Datau) untungnya masih menyempatkan datang ke rumah untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada kakaknya sambil membawa banyak hidangan makanan. Karena kesal keempat keponakannya lupa dengan ulang tahun sang kakak, Hesti langsung menelepon Ranika dan ketiga adiknya untuk pulang dan menemui Ibu Rahmi. Ranika, Rangga, Rania dan Hening pun langsung meninggalkan semua pekerjaan mereka lalu pergi ke rumah merayakan ulang tahun ibu mereka.
Setibanya di rumah, Ranika kesal karena ketiga adik dan iparnya sama sekali tidak ada yang mengingat ulang tahun ibu. Rangga, Rania dan Hening pun membela diri karena mereka juga sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Rania yang tak terima disalahkan, ia juga menyalahkan Ranika karena tak pernah mau disalahkan. Ranika semakin terpancing emosi hingga akhirnya Rangga memutuskan pulang duluan dari rumah sambil mengajak istrinya karena dibuat tersinggung dengan apa yang diungkapkan Ranika.
Sejak keributan tersebut, Ibu Rahmi semakin merasa sedih dan menyalahkan dirinya karena tak bisa lagi membuat keempat anaknya akur. Ia pun terus memikirkan bagaimana caranya agar Ranika, Rangga, Rania dan Hening tidak sering bertengkar yang berkaitan dengan dirinya. Karena hal ini juga, kondisi kesehatan Ibu Rahmi perlahan mulai menurun. Penyakit vertigo yang selama ini diderita Ibu Rahmi pun semakin parah dan membuatnya harus banyak istirahat. Dokter menyarankan agar Ibu Rahmi lebih diperhatikan lagi oleh keluarganya, namun ia memutuskan untuk sementara tidak memberitahu keempat anaknya karena khawatir akan mengganggu semua kegiatan mereka. Ibu Rahmi berpesan kepada Hesti agar merahasiakan tentang kondisi kesehatannya kepada keempat anaknya. Selain itu, Ibu Rahmi juga ingin pergi ke Pekalongan untuk ziarah ke makam sang suami sendirian tanpa merepotkan Ranika, Rangga, Rania dan Hening.
Keesokan harinya, Ibu Rahmi akhirnya pergi ke Pekalongan seorang diri dan menggunakan kereta tanpa sepengetahuan keempat anaknya. Saat Ranika pulang ke rumah, ia terkejut karena rumah kosong. Ia langsung menelpon Hening menanyakan perihal ibu mereka, namun Hening juga tidak tahu karena sedang sibuk tugas kuliah serta persiapan acara pentas musik dengan Dito. Ranika semakin emosi pada Hening karena masih tinggal satu rumah dengan ibu namun ia tidak tahun perginya kemana. Keadaan semakin panik setelah Ranika menemukan surat berobat dari rumah sakit yang ada di kamar ibu. Ranika tak menyangka ibunya mengidap vertigo parah namun tak pernah menceritakannya kepada ia dan ketiga adiknya. Rania beserta Rangga dan Thea pun meninggalkan pekerjaan mereka untuk segera pulang ke rumah secepatnya. Pertengkaran keempat kakak beradik ini kembali terjadi. Mereka saling menyalahkan satu sama lain atas ketidaktahuan penyakit dari ibu mereka. Tak lama setelah itu, Hesti datang ke rumah dan meminta keempat keponakannya itu untuk menghormati semua keinginan Ibu Rahmi yang ingin pergi ke Pekalongan sendirian.
Seiring berjalannya waktu, hubungan kakak beradik ini kembali diuji usai Rania dan asistennya ditangkap oleh pihak kepolisian atas dugaan mengkonsumsi narkoba. Rania ditahan di kantor polisi selama proses pemeriksaan. Semua barang dan alat komunikasi miliknya ditahan sementara untuk melacak pengedar narkoba tersebut. Di tengah malam, pihak kepolisian akhirnya mengabarkan penangkapan Rania kepada keluarganya yaitu Ranika dan Hening yang sedang berada di rumah. Mendengar adiknya ditangkap polisi, Ranika langsung bergegas pergi untuk menjemput adiknya itu. Namun sayang, dalam perjalanan menuju kantor polisi, Ranika mendapat kabar buruk bagi dirinya dan juga ketiga adiknya.


#Review:
Rumah produksi Leo Pictures semakin produktif dalam dua tahun terakhir. Pasca kesuksesan film SOSOK KETIGA (2023) lalu disusul film THAGHUT (2024) dan serial viral JANGAN SALAHKAN AKU SELINGKUH (2024) yang tayang di WeTV, kini giliran film layar lebar terbaru berjudul BILA ESOK IBU TIADA (2024) tayang di bioskop mulai Kamis, 14 November kemarin. Setelah mengalami peningkatan kualitas cukup signifikan di film horror THAGHUT (2024), Leo Pictures terlihat semakin ingin membuktikan konsistensi dalam merilis film-film dengan menampilkan banyak aktor-aktris yang sudah memiliki jam terbang tinggi di industri perfilman tanah air.


Film BILA ESOK IBU TIADA (2024) yang diadaptasi dari novel karya Nuy Nagiga ini disutradarai oleh Rudi Soedjarwo, kemudian skenarionya ditulis oleh Oka Aurora dengan melibatkan Adinia Wirasti juga. Yang tak kalah menarik, ensemble cast film ini dibintangi sederet aktor yang sudah memiliki nama besar dan fans militan di industri hiburan tanah air. Maka tak heran, jika dalam dua hari penayangan di bioskop saja, film ini sudah mengumpulkan lebih dari 600.000++ penonton dari seluruh bioskop Indonesia. Otomatis akan jadi calon Top 10 box office hit film Indonesia tahun 2024 inimah.
Untuk segi cerita, sesuai dengan judulnya, film ini sudah pasti akan menjadi drama menguras air mata bagi penonton di bioskop. Kisah seorang ibu yang sudah berusia senja yang merindukan kebersamaan dengan keempat anaknya ini sudah pasti akan sangat related kepada semua kalangan penonton. Kolaborasi antara Rudi Soedjarwo dan Oka Aurora disini ternyata tak sepenuhnya menampilkan cerita pilu seorang ibu yang diperankan Christine Hakim saja. Dinamika hubungan empat kakak beradik yang selalu panas saat mereka berkumpul juga menjadi daya tarik dari film ini. Empat karakter ini memiliki kekuatan serta kekurangannya masing-masing dalam sebuah keluarga. Anak pertama yaitu Ranika yang diperankan dengan sangat luar biasa oleh Adinia Wirasti terdeliver maksimal bagaimana ia berjuang mencapai puncak karier demi membahagiakan orangtua dan ketiga adiknya. Sikap tegas dari Ranika ini memang bisa kita temukan pada anak pertama dalam sebuah keluarga gak sih? Development character menarik selanjutnya datang dari anak kedua yaitu Rangga yang diperankan Fedi Nuril. Surprisingly, subplot tentang Rangga yang idealisme dalam bermusik dan selalu mendapat support penuh dari istrinya juga tidak berlebihan. Scene stealer dari keempat bersaudara datang dari karakter Rania yang diperankan Amanda Manopo, subplot cerita perjalanan kariernya dan menjadi salah satu kunci dalam dinamika konflik keluarga Ibu Rahmi disini juga baguus! Karakter anak bungsu yaitu Hening yang diperankan Yasmin Napper juga memiliki daya tarik tersendiri karena selalu menjadi sasaran empuk yang disalahkan oleh kakak-kakaknya. Kompleksitas drama keempat kakak beradik serta pergulatan batin sang ibu dalam film ini memang sudah berada di level yang memukau. Ditambah lagi, Rudi Soedjarwo menggunakan teknik one take setiap keempat anak ini kumpul. Emosi dan ketegangan dalam satu kali pengambilan gambar disini sukses membuatku takjub dengan range akting semua aktor yang terlibat. Namun yang sedikit mengganjal yaitu saat fokus cerita jadi terlalu lebar saat menceritakan drama asmara dalam kehidupan Ranika dan Rania. Untungnya, saat moment klimaks dan reveal kebenaran, kehadiran karakter pendukung yang diperankan Baim Wong, Caesar Hito dan Hana Saraswati jadi melengkapi dengan indah keseluruhan cerita film BILA ESOK IBU TIADA (2024) ini.
Untuk jajaran pemain, penampilan Ibu Christine Hakim memang menjadi nyawa terbesar dalam film ini. Bahkan film baru dimulai saja, tatapan dan gesture dari beliau sudah bikin air mata ambyarrrrr! Adinia Wirasti juga semakin membuktikan diri sebagai salah satu aktris terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Moment kepedihan, sakit hati dan kekosongannya bisa dengan mudah penonton rasakan. Sempurna banget! Fedi Nuril, Amanda Manopo dan Yasmin Napper juga hadir semakin melengkapi kualitas performa ensemble cast film BILA ESOK IBU TIADA (2024).
Untuk urusan visual, film ini sesuai dengan porsinya tidak menggunakan filter atau sinematografi berlebihan. Mungkin yang sedikit mengganggu bagiku yaitu penempatan scoring musik indah karya Andi Rianto dalam beberapa adegan terlalu repetitif sehinga membuatku terasa seperti dipaksa untuk menangis gara-gara scoring indah tersebut.
Overall, film BILA ESOK IBU TIADA (2024) berhasil menjadi sajian drama tearjerker yang bukan sekedar bikin nangis semata tapi punya kualitas akting terbaik dari para pemainnya. Salut! Makin excited dengan produksi-produksi selanjutnya dari Leo Pictures!


[8.5/10Bintang]

Thursday, 14 November 2024

[Review] Wanita Ahli Neraka: Drama Ambisi Pasutri Yang Penuh Misteri Mengerikan!



#Description:
Title: Wanita Ahli Neraka (2024)
Casts: Febby Rastanty, Oka Antara, Ashira Zamita, Alfie Alfandy, Elma Theana, Dewi Pakis
Director: Farishad Latjuba
Studio: Visinema Pictures, Legacy Pictures


#Synopsis:
Farah (Febby Rastanty) dan Dina (Ashira Zamita) merupakan santriwati yang tinggal di pesantren An-Nisa milik Ustadz Irfan (Alfie Alfandy) dan Umi Hanum (Elma Theana). Setelah menyelesaikan pendidikan disana, Farah mempunyai cita-cita ingin mencari ridho tuhan dan mengejar surga agar bisa bertemu lagi dengan kedua orangtuanya yang sudah lama meninggal. Sementara itu, Dina ingin menggapai impiannya menjadi seorang penyanyi terkenal meskipun hal tersebut berbanding terbalik dengan kehidupannya sebagai seorang santriwati.
Suatu hari, pesantren An-Nisa kedatangan calon Bupati yaitu Wahab (Oka Antara) yang memang rutin memberikan sumbangan kepada pesantren yang dikelola Ustadz Irfan. Maksud kedatangan Wahab ke pesantren kali ini untuk meminta saran kepada Ustadz Irfan perihal calon pendamping yang kelak nantinya akan menjadi istri dan menemaninya menjabat sebagai Bupati jika terpilih. Mendengar Wahab sedang mencari istri, membuat Farah tertarik. Ia yakin, jika menikah dan menjalani rumah tangga sesuai dengan ajaran agama, maka akan mendatangkan banyak pahala dan mudah untuk menggapai surga. Meskipun belum sepenuhnya mengenal Wahab, Farah percaya jika calon suaminya itu bisa menjadi imam yang baik bagi dirinya dan keluarganya kelak.
Tak membutuhkan waktu lama, Wahab akhirnya mempersunting Farah. Kebahagiaan terpancar dari mereka berdua. Ustadz Irfan dan Umi Hanum ikut merasakan kebahagiaan tersebut karena salah satu anak didik mereka bisa hidup bahagia dan menjalani rumah tangga sesuai dengan cita-citanya. Usai resmi menjadi pasangan suami istri, Farah memegang prinsip untuk selalu mematuhi dan mengikuti perintah suaminya. Di awal pernikahan, Farah sering diajak oleh Wahab untuk ikut kampanye dan mengunjungi balai desa bertemu dengan para warga.
Selama mengikuti semua kegiatan sang suami, Farah mengalami kejadian-kejadian aneh. Ia sering melihat penampakan sosok wanita serba hitam dengan wajah menyeramkan. Tak hanya itu saja, Farah juga sering kali mengalami mimpi buruk. Seiring berjalannya waktu, Farah semakin sering mendapatkan terror-terror gaib ketika sedang sendirian di rumah. Hal tersebut membuat Farah jadi stress dan kondisi kesehatannya perlahan mulai menurun. Keadaan jadi penuh tanda tanya  Farah sering melihat perilaku tak wajar dari asisten rumah tangganya yaitu Simbok (Dewi Pakis).
Saat Wahab berkampanye di desa, Dina terkejut melihat kondisi sahabatnya yang nampak pucat dan terlihat tidak fit. Puncaknya, Farah berteriak histeris karena melihat banyak sekali penampakan dan membuatnya tak sadarkan diri. Melihat hal tersebut membuat Ustadz Irfan dan Umi Hanum langsung membawa Farah ke pesantren untuk menjalani Ruqyah. Apa yang sebenarnya terjadi pada Farah?



#Review:
Rumah produksi Visinema Pictures kembali hadir memeriahkan genre horror dengan merilis film terbaru berjudul WANITA AHLI NERAKA (2024). Film ini menjadi debut bagi Farishad Latjuba dalam menggarap project film horror, serta menjadi debut juga bagi Febby Rastanty membintangi film layar lebar bergenre horror.


Aku berkesempatan hadir pada press conference dan gala premiere film WANITA AHLI NERAKA (2024) yang sukses digelar pada Selasa, 12 November 2024 lalu di Cinema XXI Epicentrum, Jakarta Selatan. Pada kesempatan tersebut, Febby Rastanty dan Ashira Zamita menceritakan keseruan selama proses syuting yang berjalan dengan lancar dan penuh canda tawa. Selain itu, pengambilan adegan-adegan berbahaya yang ada di film ini mereka lakukan tanpa menggunakan pemeran pengganti. Alhasil, keberanian yang dilakukan oleh Febby dan Ashira pun mendapat apresiasi dari sutradara, penulis dan produser film.


Untuk segi cerita, film WANITA AHLI NERAKA (2024) yang ditulis oleh Lele Laila kali ini bukan diadaptasi dari novel maupun thread viral. Plot hadir dengan menampilkan dua karakter yang sama-sama memiliki ambisi besar. Farah ingin mengejar ridho dan surga dengan mengabdi sebagai istri yang patuh kepada suami. Sementara itu, Wahab terobsesi ingin menjadi Bupati melanjutkan dinasti dari ayahnya yang sudah meninggal dunia. Keduanya kemudian dipersatukan karena secara tidak langsung, Farah dan Wahab memang saling membutuhkan satu sama lain. Yang sedikit disayangkan yaitu, drama rumah tangga Wahab dengan Farah dalam film ini mengapa harus dikombinasikan dengan genre horror tentang (lagi, lagi dan lagi) ritual tumbal perjanjian dengan iblis. Dari awal sampai pertengahan, esensi dari judulnya sendiri masih belum bisa penonton temukan, karena selama durasi film, karakter Farah menjadi istri sholehah dan selalu mematuhi suaminya meskipun ia mengalami KDRT. Hal tersebut seakan seperti miss-leading dengan judul yang digunakan film ini. Subplot genre horror tentang ritual tumbal pun masih ada beberapa plot hole yang mengganjal. Salah satunya yaitu tidak konsistennya karakter Simbok. Keputusan woman support woman yang ia lakukan rasanya telat banget. Andai saja Lele Laila dan tim penulis lebih fokus untuk memperdalam konflik rumah tangga dan ambisi antara Farah dengan Wahab lalu ditambah unsur thriller ketimbang horror tumbal, pasti akan jauh lebih powerful. Perumpamaan rumah tangga menjadi neraka bagi Farah menurutku jadi bisa lebih masuk dengan konsep yang dihadirkan.


Untuk jajaran pemain, penampilan Febby Rastanty yang selama ini selalu identik sebagai aktris spesialis film drama, tampil cukup memuaskan ketika menghidupkan karakter seorang istri yang sholehah dengan ambisinya mengejar surga. Frustasi dan pasrahnya bisa terdeliver dengan baik pada penonton. Moment kesurupannya juga patut diacungi jempol. Apresiasi selanjutnya tentu harus diberikan pada Oka Antara yang berhasil menjadi sosok antagonis di film ini. Perilakunya yang bisa berbanding terbalik ini pastinya akan menjadu public enemy baru dalam deretan aktor pemeran suami-suami brengsek di industri perfilman tanah air. Kehadiran Ashira Zamita kali ini cukup sukses mencuri perhatian dengan segala gesture serta dialognya yang sesekali selalu on point, sekaligus memberikan penegasan untuk tidak menelan mentah-mentah apa yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur'an maupun Hadits Riwayat. Selain itu, karakter Dina juga sesekali berhasil memancing tawa penonton dengan gesture dan kepanikannya.
Overall, film WANITA AHLI NERAKA (2024) mengusung tema yang cukup triggering tentang KDRT dengan sentuhan horror ritual tumbal didalamnya. Neraka sesungguhnya bagi Farah bukanlah neraka di akhirat melainkan neraka dalam menjalani rumah tangga bersama Wahab. Sebuah kejutan yang tak terduga dari Visinema dan juga Lele Laila.


[8/10Bintang]

Tuesday, 12 November 2024

[Review] Santet Segoro Pitu: Perang Santet Mematikan Akibat Persaingan Usaha Di Pasar!




#Description:
Title: Santet Segoro Pitu (2024)
Casts: Ari Irham, Sandrinna Michelle, Christian Sugiono, Sara Wijayanto, Khalif Al Juna, Agus Firmansyah, Erwin Moron, Eduwart Manalu, Khalif Al Juna, Dinda Arinie, Yati Surachman, Manuel Pribadi, Dewi Sri
Director: Tommy Dewo
Studio: Hitmaker Studios


#Synopsis:
Sucipto (Christian Sugiono) dan Marni (Sara Wijayanto) merupakan pasangan suami istri yang hidup bahagia bersama kedua anak mereka yaitu Ardi (Luthi Saputra) dan Syifa (Chiara). Sucipto sendiri dikenal sebagai pemilik warung sembako yang paling ramai di pasar. Sementara itu, Marni yang awalnya ikut membantu suaminya bekerja di pasar, kini memilih untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya dan mengurus kedua anaknya.
Suatu malam, ketika Sucipto sedang siap-siap untuk pulang dari pasar, ia menemukan sebuah bungkusan asing berwarna putih yang mengganjal pintu warungnya. Saat dibuka, Sucipto terkejut karena didalamnya berisikan benda-benda aneh yang ia yakini sebagai perantara santet. Karena takut, Sucipto langsung membuangnya dan bergegas pulang ke rumah. Setibanya di rumah, Sucipto merasakan tubuhnya sangat berat dan juga lelah. Saat Ardi melihat ayahnya, ia berteriak histeris karena melihat sosok mengerikan sedang duduk tepat di pundak ayahnya. Sejak kejadian itu, Sucipto dan Marni meminta bantuan pada orang pintar yaitu Pak Rustam (Agus Firmansyah) untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Saat tiba di rumah Sucipto, Pak Rustam merasakan adanya energi negatif yang mengelilingi keluarga Sucipto. Selain itu, Pak Rustam juga menjelaskan jika Ardi memiliki kemampuan melihat hal-hal tak kasat mata usai dirinya menjalani operasi. Karena tak ingin melihat anaknya terus ketakutan, Sucipto dan Marni meminta Pak Rustam untuk menutup mata batin Ardi, meskipun tetap berisiko di kemudian hari pasti akan kembali terbuka dengan sendirinya. Sejak Pak Rustam datang ke rumah Sucipto, gangguan mistis perlahan mulai menghilang dan tak lagi mengganggu keluarga mereka. Pak Rustam berpesan kepada Sucipto agar kedua anaknya untuk tidak sering berkunjung ke pasar karena berbahaya dan takut diganggu oleh para penunggu gaib yang ada disana.
Tak terasa waktu sudah berlalu selama belasan tahun. Usaha warung yang dikelola Sucipto semakin ramai dan tak pernah sepi pengunjung. Keluarganya pun kini hidup dengan kondisi serba berkecukupan. Ardi (Ari Irham) disibukan dengan kuliah, Syifa (Sandrinna Michelle) dan adik barunya yaitu Arif (Khalif Al Juna) juga fokus dengan sekolah mereka masing-masing. Hingga suatu malam, terror kiriman bungkusan misterius kembali terjadi di warung sembako saat Sucipto akan pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, Sucipto cemas dan kondisinya kesehatannya mulai menurun. Tiba di rumah, Sucipto mengalami demam tinggi dengan muka yang pucat. Keesokan harinya, saat sedang sarapan, Sucipto muntah darah lalu tak sadarkan diri. Marni dan Ardi langsung membawa Sucipto ke rumah sakit. Usai diperiksa oleh dokter, tidak ditemukan hal aneh dalam tubuh Sucipto. Karena khawatir, Marni meminta suaminya untuk sementara dirawat di rumah sakit.
Sejak kejadian itu, Arif yang sangat menggemari hal-hal mistis percaya jika keluarga mereka diganggu oleh kekuatan gaib. Ardi dan Syifa berusaha untuk berfikir rasional serta menganggap ayah mereka sedang sakit saja. Setelah pulang dari rumah sakit, kondisi kesehatan Sucipto masih belum stabil dan malah memburuk. Selain itu, usaha warung sembako di pasar milik Sucipto pun mendadak jadi sepi pembeli. Bahkan para karyawan pun memutuskan untuk tidak lagi bekerja di warung sembako nya Sucipto. Karena tak ada menjaga warung, Ardi pun terpaksa menggantikan sang ayah menjaga warung sembako di pasar.
Selama berada di pasar, Ardi melihat berbagai praktek ritual penglaris yang dilakukan oleh para penjual disana. Ardi tak menyangka jika orang-orang di pasar banyak yang menggunakan penglaris agar ramai pembeli. Selain itu, Ardi juga jadi menaruh curiga kepada pamannya yaitu Sardi (Erwin Moron) yang sama-sama membuka warung sembako tak jauh dari warung miliknya. Ardi yakin jika pamannya lah yang mengirimkan santet kepada sang ayah karena persaingan usaha di pasar.
Seiring berjalannya waktu, terror gaib terus menghampiri keluarga Sucipto, hingga satu persatu dari mereka harus meregang nyawa dengan cara yang sangat mengerikan. Marni, Ardi dan Syifa harus berusaha menghentikan kiriman santet yang masih tidak jelas asalnya dari mana. Marni pun terpaksa meminta bantuan lagi kepada Pak Rustam. Saat ditelusuri, ternyata santet yang diterima keluarga Sucipto berasal dari luar Pulau Jawa dan sulit untuk dihadang olehnya. Pak Rustam meminta waktu untuk mencari petunjuk agar bisa mengirim balik semua santet tersebut kepada pengirimnya. Namun sayang, santet tersebut kembali menyerang keluarga Sucipto dan menewaskan Marni.
Setelah melakukan ritual dengan menggunakan gamelan, Pak Rustam akhirnya menemukan cara untuk menghentikan terror santet mengerikan yang dialami keluarga Sucipto. Pak Rustam meminta Ardi dan Syifa untuk mengambil air dari tujuh laut yang ada di pulau Jawa. Jika sudah berhasil, ketujuh air tersebut segera dibasuhkan pada Sucipto agar semua serangan santet tak menghampiri dirinya. Selama menjalankan misi yang diberikan Pak Rustam, mata batin dari Ardi dan Syifa harus terbuka agar bisa menghancurkan sesajen gaib yang ditebarkan di tujuh pantai oleh pelaku pengirim santet yang berasal dari Kalimantan. Selain itu, mereka juga harus berhadapan dengan sosok gaib bernama Suanggi (Manuel Pribadi) sebelum semuanya terlambat. Akankah mereka berhasil menjalankan misi tersebut?


#Review:
Rumah produksi Hitmaker Studios kembali menghadirkan film horror terbarunya di tahun ini berjudul SANTET SEGORO PITU (2024). Film ini diadaptasi dari thread X karya Betz Illustration yang viral pada awal Januari lalu. Sebelumnya, Hitmaker Studios juga sudah mengadaptasi thread X lainnya milik Bang Betz yaitu SUMALA (2024) yang filmnya rilis di bioskop pada akhir September kemarin.


Untuk segi cerita, film SANTET SEGORO PITU (2024) masih menggunakan formula mainstream tentang santet dan ritual perjanjian dengan setan pada plotnya. Pada paruh awal film, semua kejadian yang dialami oleh keluarga Sucipto sudah sering kita temukan dalam film-film horror Indonesia belakangan ini. Ditambah lagi, beberapa dialog dari para karakter terasa kaku dan juga cringe. Point ini yang selalu saja ditemukan dalam film-film yang ditulis oleh Riheam Junianti. Selain itu, entah mengapa versi film layar lebar ini memilih untuk menggunakan setting waktu tahun 70-80an. Padahal cerita versi thread X nya sendiri memakai setting waktu era saat ini. Untungnya, saat plot bergerak menuju pertengahan, hal-hal cringe tadi perlahan mulai menghilang dan berubah menjadi sajian horror yang berbeda dari biasanya.


Tommy Dewo selaku sutradara berhasil melakukan eksekusi cerita tentang perang santet yang menjadi plot twist di film ini. Tak tanggung-tanggung moment struggling keluarga Sucipto dalam menghadapi kiriman santet pun dihadirkan dengan cara yang sadis dan penuh darah. Efek visual yang digunakan juga terlihat sangat realistis dan semakin smooth. Peningkatan drastis dari film-film Hitmaker Studios sebelumnya. Kejutan selanjutnya datang saat sang sutradara menghadirkan penyelesaian konflik santet yang menimpa keluarga Sucipto. Treatment road trip karakter Ardi dan Syifa ke tujuh pantai dan bertemu dengan para penjaga gaib sesajen dilakukan sangat baik, meskipun hal tersebut sedikit tercoreng gara-gara dialog mereka kedua terlalu repetitif hanya sebatas saling memanggil nama saja. Andaikan sang penulis lebih mengeksplor moment road trip horror dengan menonjolkan relationship kakak beradik yang dilanda frustasi atau stress pasti akan lebih nendang lagi.


Untuk jajaran pemain, sebetulnya tidak ada yang mengecewakan. Christian Sugiono, Sara Wijayanto, Ari Irham dan Sandrinna Michelle tampil sesuai pada porsinya. Namun seperti yang sudah disebutkan tadi, penggunaan dialog disepanjang oleh mereka terasa kaku dan baku banget sehingga terkesan tidak natural.
Untuk urusan visual, production value Hitmaker Studios memang tak pernah gagal dalam menciptakan set lokasi yang well prepared sekaligus grande. Mungkin alasan setting waktu menggunakan era tahun 70-80an ini agar tata artistik dan sinematografi nya bisa lebih maksimal. Apresiasi banget untuk tingkat detail properti serta perintilan yang digunakan film SANTET SEGORO PITU (2024) sangat memuaskan.
Overall, film SANTET SEGORO PITU (2024) jadi salah satu film horror terbaik produksi Hitmaker Studios setelah dua film MATA BATIN (2019).


[8/10Bintang]

Thursday, 7 November 2024

[Review] The Paradise of Thorns: Drama Menegangkan Rebutan Warisan Kebun Durian!




#Description:
Title: The Paradise of Thorns (2024)
Casts: Jeff Satur, Engfa Waraha, Seeda Puapimon, Harit Buayoi, Pongsakorn Mettarikanon, Nikorn Saetang, Sirin Wannavalee
Director: Boss Naruebet Kuno
Studio: GDH, Jor Kwang Films, Klik Film


#Synopsis:
Setelah bertahun-tahun mengelola kebun durian yang cukup luas, akhirnya sepasang kekasih Seksan (Pongsakorn Mettarikanon) dan Thongkam (Jeff Satur) bisa melihat secara langsung beberapa pohon yang mereka tanam mulai berbuah. Hampir setiap hari dan dari dini hari keduanya sudah terbangun untuk merawat semua pohon di kebun durian, mulai dari memberi pupuk, menyiram semua pohon dan menyemprot pestisida agar pohon-pohon durian mereka terbebas dari hama yang mengganggu.
Sebelum panen, Seksan juga akhirnya bisa melunasi cicilan tanah perkebunan dengan bantuan dana dari Thongkam. Keduanya sepakat setelah tanah perkebunan sepenuhnya milik Seksan dan panen durian selesai, mereka akan melangsungkan pernikahan. Seksan dan Thongkam ingin hidup bahagia bersama secara resmi sambil mengelola perekebunan durian.



Suatu malam, Seksan dan Thongkam melakukan rutinitasnya untuk mengecek beberapa pohon durian yang baru saja berbuah. Namun kali ini, Seksan mengecek naik ke atas pohon sendirian tanpa bantuan Thongkam karena mereka memutuskan untuk berpencar. Rencana tersebut rupanya membawa petaka bagi Seksan. Ia terpeleset dan terjatuh dari ketinggian. Kepalanya terbentur ke batang pohon yang menyebabkan luka berdarah sampai pingsan. Thongkam dibuat panik dan langsung membawa Seksan ke rumah sakit. Setibanya disana, Seksan langsung mendapat perawatan darurat dan harus segera dioperasi. Pihak rumah sakit hanya bisa melakukan operasi jika pihak keluarga Seksan mengizinkannya. Meskipun Thongkam memaksa dirinya untuk menjadi perwakilan keluarga Seksan namun pihak rumah sakit tidak mengizinkannya karena Thongkam hanya sebatas partner atau pacar saja, bukan dari anggota keluarga. Thongkam pun langsung menghubungi ibu dari Seksan yaitu Saeng (Seeda Puapimon) untuk segera datang ke rumah sakit dan menandatangani surat perizinan operasi Seksan.


Mendengar anaknya masuk rumah sakit, Ibu Saeng panik. Ia yang tidak bisa berjalan, meminta kerabatnya, Mo Jongyoi (Engfa Waraha) untuk mengantarkan ke rumah sakit. Dalam perjalanan dari desa menuju kota, motor yang mereka kendarai malah tergelincir. Akibatnya, keduanya terjatuh dan pingsan. Sementara itu, Thongkam semakin panik saat mengetahui kondisi pacarnya terus menurun. Tak lama setelah itu, dokter menyatakan jika Seksan sudah tiada.
Kematian Seksan membuat Thongkam sangat sedih. Duka pun dirasakan oleh Ibu Saeng. Ia belum bisa menerima kenyataan jika anak satu-satunya itu kini sudah tiada. Karena terus bersedih, Mo meminta izin untuk sementara waktu Ibu Saeng tinggal di rumah Seksan yang berdekatan dengan kebun durian. Thongkam pun menyetujuinya dan berjanji akan membantu keluarga Seksan selama tinggal bersama disana.



Tiba di rumah, Ibu Saeng langsung mengenang masa kecil dari Seksan. Thongkam pun memberikan beberapa pakaian milik Seksan kepada ibunya untuk melepas kerinduan. Tak lama setelah itu, Ibu Saeng langsung mempertanyakan perihal tanah, kebun dan rumah yang selama ini ditempati Seksan dan juga Thongkam. Thongkam pun berkata jujur, jika tanah dan kebun sudah sepenuhnya milik Seksan, karena semua cicilan sudah dilunasi bersama dengannya. Mendengar hal tersebut membuat Ibu Saeng senang. Ia meminta Mo untuk segera mengurus penggantian nama akte kepemilikan tanah menjadi miliknya.
Melihat apa yang dilakukan Ibu Seeda dan juga Mo membuat Thongkam terkejut. Pasalnya, tanah dan kebun durian tersebut dikelola bersama. Bahkan Thongkam yang membantu melunasi sisa cicilan agar Seksan bisa mendapatkan haknya lebih cepat. Namun sayang, semua pembelaan Thongkam tersebut terancam sia-sia karena di mata hukum, hanya pihak keluarga saja yang berhak menerima warisan peninggalan dari Seksan. Sementara itu, Thongkam hanya sebatas partner saja dan belum secara resmi menikah juga dengan Seksan.



Meskipun lemah di mata hukum, Thongkam tetap memperjuangkan haknya sebagai partner bisnis sekaligus pacar dari Seksan yang selama ini sudah berkontribusi besar terhadap kebun durian. Di saat yang bersamaan, diam-diam Mo juga menyusun rencana agar kebagian dari warisan tersebut. Mo beralasan jika ia sudah belasan tahun merawat Ibu Saeng selama Seksan pergi meninggalkan rumah dan membesarkan kebun durian. Mo pun meminta kepada Ibu Saeng untuk secepatnya mengusir Thongkam agar warisan tak jatuh kepadanya. Ibu Saeng juga ternyata menyusun rencana. Sebelum mengusir Thongkam, ia meminta Mo untuk mengajak adiknya, Jingna (Harit Buayoi) bekerja serta mempelajari semua ilmu tentang merawat kebun durian. Setelah Jingna menguasainya, maka akan lebih mudah bagi mereka untuk mengusir Thongkam.



Thongkam pun tak tinggal diam. Ia juga menyusun berbagai rencana untuk menggagalkan semua rencana yang sudah disusun oleh keluarga Ibu Saeng. Siapakah yang pada akhirnya menerima warisan tanah dan kebun durian milik Seksan?


#Review:
Rumah produksi asal Thailand yaitu GDH kembali hadir di semester akhir tahun 2024 dengan film terbarunya yang berjudul THE PARADISE OF THORNS (2024). Saat film ini tayang terbatas di Jakarta World Cinema Week bulan September lalu, respon dari para penonton ternyata sangat positif. Setelah satu bulan, akhirnya film ini tayang secara reguler di bioskop Indonesia mulai Rabu, 6 November 2024.


Untuk segi cerita, film THE PARADISE OF THORNS (2024) hadir dengan premis sederhana tentang rebutan harta warisan. Namun dibalik premis simple tersebut, tersimpan plot sangat menarik dan pendalaman masing-masing karakter yang luar biasa. Drama percintaan antara Thongkam dengan Seksan bukanlah hal yang tabu di Thailand. Lewat film ini, sang sutradara dan tim penulis skenario sedikit menyinggung kejelasan status hukum perihal harta warisan yang dikelola oleh pasangan LGBT. Penonton pun pastinya akan terbagi menjadi dua kubu, antara team Thongkam dan team keluarga Seksan. Jika berdasarkan hukum yang berlaku, harta warisan memang diberikan kepada pihak keluarga. Namun pada kasus ini, Thongkam pun memang berhak juga menerimanya, lantaran kebun durian tersebut dikelola bersama selama bertahun-tahun.


Seiring berjalannya durasi film, kedua kubu yang rebutan warisan ini masing-masing mulai memperlihatkan sifat manusia yang sesungguhnya. Mereka terpaksa menghalalkan segala cara agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Penonton kembali dibuat bingung dan juga trust issue untuk berpihak kepada siapa, karena masing-masing karakter memiliki kekurangan serta kelebihannya masing-masing. Karakter Thongkam meskipun terlihat sebagai pembawa sial bagi setiap pasangannya, namun menurutku justru sosok Thongkam lah tidak jahat di film ini. Andai saja pihak keluarga tidak mengusik dan meributkan soal warisan, pasti Thongkam akan menerima dengan baik keluarga dari pacarnya tersebut. Motivasi Thongkam ingin warisan juga lebih believable karena memperjuangkan haknya. Tidak seperti keluarga Seksan yang tiba-tiba datang dan seolah paling deserved untuk warisan tersebut. Hal tersebut bisa penonton rasakan dari gesture serta dialog-dialog dari Ibu Seeda dan Mo yang terlalu ambisius serta banyak rencana-rencana terselubung. Dinamika pendalaman karakter di film THE PARADISE OF THORNS (2024) ini sungguh luar biasa! Jangan lupakan juga pemilihan ending cerita yang sangat-sangat mengejutkan! Kenapa harus mengarah ke subgenre itu sih. Gila! Hahaha.


Untuk jajaran pemain, penampilan Jeff Staur yang sebelumnya sukses mencuri perhatian lewat serial KINNPORSCHE tampil gemilang sebagai Thongkam di film ini. Build up chemistry dengan lawan mainnya terlihat lepas tanpa beban sama sekali. Moment-moment sedihnya pun meskipun hanya sekilas tapi bisa tersampaikan dengan baik pada penonton. Penampilan Engfa Waraha dan aktris senior Seeda Puapimon juga berhasil bikin penonton jengkel kepada mereka. Suspect banget pokoknya! Hahaha.
Untuk urusan visual, film THE PARADISE OF THORNS (2024) punya sinematografi yang sangat cantik! Suasana kebon durian yang sangat jauh dari perkotaan terasa lebih fresh berkat sisi teknis serta artistiknya yang jempolan. Untuk urusan tata audio, film ini juga gak kalah bagusnya dengan film-film GDH lainnya. Siapa sangka, setiap moment sengit yang ada diiringi dengan scoring bikin adrenaline semakin meningkat. Level ketegangannya benar-benar sudah setara dengan film BAD GENIUS (2017)!
Overall, film THE PARADISE OF THORNS (2024) akan masuk jadi salah satu film paling mengesankan yang aku tonton di tahun ini. Klasifikasi rating D21+ dari LSF memang pas dan tanpa dipotong sedikitpun!


[9/10Bintang]

Saturday, 26 October 2024

[Review] Perewangan: Dampak Mengerikan Dari Bisnis Yang Menggunakan Penglaris!

 


#Description:
Title: Perewangan (2024)
Casts: Davina Karamoy, Ully Triani, Dian Sidik, Beby Evelyn, Shanty, Randy Danistha, Eduwart Manalu, Septian Dwi Cahyo, Restu Triandy, Syifa Aulia
Director: Awi Suryadi
Studio: MD Pctures, Pichouse Films


#Synopsis:
Usaha restoran ayam goreng yang dikelola Ibu Sudarsih (Ully Triani) dan suaminya, Taryadi (Dian Sidik) berkembang pesat serta laris manis didatangi para pengunjung. Mereka sangat menikmati hidangan ayam goreng beserta sambal yang dibuat langsung oleh Sudarsih tersebut. Namun ternyata, dibalik kesuksesan restoran tersebut, Sudarsih melakukan ritual meminta bantuan kepada iblis atau yang dikenal dengan sebutan perewangan. Selama bertahun-tahun, usaha restorannya selalu ramai pengunjung dan mendapat keuntungan yang besar setiap tahunnya. Kondisi perekonomian keluarga Sudarsih dan Taryadi jadi serba berkecukupan bersama kedua anak perempuan mereka yaitu Maya (Davina Karamoy) dan Wulan (Beby Evelyn).
Hingga suatu hari, Sudarsih menolak permintaan iblis perewangan yang menginginkan tumbal suaminya sendiri. Akibatnya, ia jatuh sakit dan koma selama berbulan-bulan. Taryadi pun masuk ke penjara karena dituduh sebagai penyebab istrinya koma. Usaha restoran ayam goreng terpaksa ditutup karena kondisi kesehatan Sudarsih terus menurun. Maya dan Wulan terpaksa menjual sebagian peralatan restoran yang ada di belakang rumah untuk biaya perawatan sang ibu
Selama merawat ibunya, Maya dan Wulan turut dibantu oleh paman mereka yaitu Roni (Septian Dwi Cahyo) yang bekerja di klinik. Saat Roni melihat kondisi kakaknya yang koma, ia merasakan aura mengerikan dan meminta kedua keponakannya untuk berhati-hati Setelah beberapa tahun menjalani hukuman, Taryadi akhirnya bebas dari penjara dan ia langsung pulang untuk menemui istri dan kedua anaknya.
Tiba di rumah, Maya dan Wulan sangat senang akhirnya bisa berkumpul lagi dengan ayah mereka setelah sekian lama terpisah. Namun saat mereka menghabiskan makan malam bersama, Taryadi belum sepenuhnya menyadari jika kondisi Sudarsih masih koma. Ia selalu berhalusinasi jika istrinya itu masih sehat seperti dulu. Maya sangat sedih melihat kedua orangtuanya kini dalam keadaan yang tidak stabil. Hingga akhirnya, Maya dan Wulan dibuat terkejut usai Taryadi mengalami kerasukan dan bunuh diri dengan cara yang tragis.
Kematian Taryadi membuat ketiga adik dari Sudarsih yaitu Sumarni (Shanty), Bambang (Eduwart Manalu) dan Sucipto (Randy Danistha) datang ke rumah Maya untuk melayat. Maksud kedatangan mereka bertiga ingin membicarakan perihal kondisi Sudarsih kepada Maya dan rencana untuk menjual rumah warisan dari orangtua mereka. Namun sayang, Maya menolak dengan tegas semua keinginan mereka. Maya akan tetap tinggal bersama sang ibu dan adiknya di rumah tersebut.
Waktu terus berlalu, kondisi Sudarsih terus memburuk. Perubahan fisik dari sang ibu pun mulai terlihat oleh Maya dan juga Wulan. Selain itu, mereka berdua juga semakin sering mengalami hal-hal aneh selama berada di rumah. Karena tak ingin keponakannya menjadi korban, Roni meminta Maya dan Wulan untuk membersihkan tubuh ibu mereka dengan menggunakan air dari pantai selatan. Roni berharap, cara tersebut bisa mengurangi dampak kekuatan iblis yang semakin menguasai tubuh Sudarsih.
Berbagai upaya yang dilakukan Maya dan Wulan selalu gagal. Mereka pun menemukan sebuah fakta mengerikan yang selama ini ditutupi oleh keturunan keluarga ibu mereka. Sumarni terpaksa memberi tahu keponakannya karena ia sangat ketakutan akan menjadi korban selanjutnya dari iblis perewangan yang selama ini membantu Sudarsih karena iblis tersebut akan terus menghabisi keluarga Sudarsih sampai tujuh turunan. Akankah Maya dan Wulan berakhir tragis?


#Review:
Menyambut akhir Oktober yang identik dengan nuansa Halloween, rumah produksi MD Pictures merilis film horror terbaru yang lagi dan lagi adaptasi dari Thread X viral. Kali ini, Thread X yang diposting oleh JeroPoint berjudul PEREWANGAN di tahun 2023 lalu diangkat jadi film layar lebar dengan Awi Suryadi sebagai sutradara.


Untuk segi cerita, plot yang dihadirkan oleh film PEREWANGAN (2024) tidaklah memberikan sesuatu yang baru. Formula cerita tentang bersekutu dengan iblis agar usaha laris dan berujung menjadi tumbal sudah banyak sekali kita temukan dalam film-film horror Indonesia, bahkan di tahun ini saja formula cerita yang sama persis dapat kita temukan di film MENJELANG AJAL (2024) yang dibintangi Shareefa Daanish. Sutradara dan tim penulis yaitu Baskoro Adi serta Andri Cahyadi terasa kebingungan untuk membangun narasi dari awal sampai akhir film. Tak sedikit adegan repetitif dilakukan disepanjang durasi film. Terror demi terror yang dialami oleh karakter Maya dan Wulan juga tidak ada yang membuatku terkesan. Bahkan di tengah film, aku merasa bosan dan mengantuk karena elemen horror yang menghantui Maya dan Wulan benar-benar membosankan. Reveal misteri keluarga Sudarsih pun tidak terlalu menarik karena semuanya sudah terprediksi dengan mudah oleh penonton. Melimpahnya karakter keluarga Sudarsih seharusnya bisa lebih dieksplor dan bisa juga dijadikan plot twist tersendiri agar sedikit berbeda dengan versi Thread X nya. Atmosfer mencekam cukup konsisten bisa dirasakan penonton berkat tata artistiknya yang beneran gelap gulita tanpa bantuan lightning saat adegan-adegan di malam hari. Pergerakan kamera pun entahlah terasa biasa banget. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang sudah Awi Suryadi lakukan di film horror sebelumnya seperti POCONG GUNDUL (2023) dan FIRST LOVE (2024).
Untuk jajaran pemain, debut Davina Karamoy sebagai pemeran utama dalam film bergenre horror pun sayang sekali tidak terlalu mengesankan. Potensi dari Davina dan para pemain pendukung lain seperti Shanty, Randy Danistha hingga Andy Rif pun terasa disia-siakan oleh film PEREWANGAN (2024). Untungnya, penampilan Ully Triani saat mengalami koma dan kerasukan dengan warna hijau yang sekilas mengingatkanku akan She-Hulk masih bisa menebar kengerian untuk penonton.
Overall, memang tak semua Thread X viral itu layak untuk diangkat menjadi film layar lebar. Terkadang, cukuplah menjadi utas saja di sosial media, karena pola thread-thread X yang bergenre horror terasa serupa tapi tak sama.


[6/10Bintang]