#Description:
Title: Ben & Jody (2022)
Casts: Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Yayan Ruhian, Aghniny Haque, Hana Malasan, Muzakki Ramdhan, Reza Hilman, Arswendi Beningswara, Ruth Marini, Yayu Unru, Luna Maya, Faris Alfarizi, Bebeto Leutualy, Ari Lesmana, Ricky Saldian, Muhammad Aga, Aufa Dien Assagaf
Director: Angga Dwimas Sasongko
Studio: Visinema Pictures, Jagartha, Astro Shaw
#Synopsis:
Ben (Chicco Jerikho) memutuskan berhenti sebagai Barista di Filosofi Kopi dan memilih untuk pulang ke kampung halamannya. Selama tinggal disana, Ben selalu aktif membantu warga memperjuangkan hak-hak mereka yang dirugikan oleh perusahaan pertambangan. Puncaknya, Ben menjadi pimpinan aksi unjuk rasa memblokir akses masuk hutan dan desa untuk mencegah aksi pembalakan. Namun sayang, aksi Ben dan para warga tersebut dilawan oleh pihak perusahaan. Mereka diserang dan diminta untuk segera membubarkan diri.
Ben (Chicco Jerikho) memutuskan berhenti sebagai Barista di Filosofi Kopi dan memilih untuk pulang ke kampung halamannya. Selama tinggal disana, Ben selalu aktif membantu warga memperjuangkan hak-hak mereka yang dirugikan oleh perusahaan pertambangan. Puncaknya, Ben menjadi pimpinan aksi unjuk rasa memblokir akses masuk hutan dan desa untuk mencegah aksi pembalakan. Namun sayang, aksi Ben dan para warga tersebut dilawan oleh pihak perusahaan. Mereka diserang dan diminta untuk segera membubarkan diri.
Sementara itu, Jody (Rio Dewanto) dan Tarra (Luna Maya) kini semakin fokus untuk mengembangkan bisnis kedai Filosofi Kopi di Jakarta. Keduanya bahkan siap menghadirkan konsep baru bertema disko untuk Filosofi Kopi. Jody pun meminta Ben untuk datang ke acara peluncuran konsep tersebut. Tapi saat hari itu tiba, Ben malah tidak datang. Jody kesulitan mendapat kabar dari sahabatnya itu. Jody pun langsung bergegas pergi ke kampung halaman Ben setelah acara peluncuran selesai.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Jody pun tiba di rumah Ben. Tapi sayang, rumahnya kosong dan nomor ponsel Ben tidak bisa dihubungi. Jody semakin panik dan segera pergi ke kantor polisi untuk melaporkan soal hilangnya Ben. Setelah selesai melapor ke pihak polisi, Jody bertemu dengan Pak Hasan (Arswendi Beningswara) kerabat dari Ben yang juga sedang mencari keberadaan Ben. Satu-satunya jejak yang ditinggalkan Ben adalah ponselnya yang jatuh dan ditemukan Pak Hasan dipinggir jalan. Jody pun meminta ponsel tersebut untuk ia periksa dan mencari petunjuk tentang keberadaan Ben.
Ketika ponsel berhasil dinyalakan, Jody terkejut melihat sebuah video yang menampilkan Ben diserang dan disekap oleh dua orang laki-laki. Dalam perjalanan menuju tempat istirahat, Jody tak sengaja melihat dua laki-laki yang sama persis dengan yang ada dalam video di ponsel Ben. Diam-diam Jody mengikuti dua orang tersebut dan berharap bisa segera menemukan Ben. Namun sayang, aksi Jody tersebut ketahuan dan ia langsung disekap dan dibawa ke markas mereka. Disana Jody akhirnya bertemu dengan Ben yang sama-sama disekap dan dijadikan budak dari Aa Tubir (Yayan Ruhian). Ben dan Jody dikurung dalam kerangkeng beserta para warga desa lainnya.
Selama disekap oleh komplotan Aa Tubir, Ben dan Jody beserta para warga lain dijadikan budak untuk menebang pohon. Mereka tak bisa kabur atau bergerak dengan bebas karena anak buah Aa Tubir siap menembak siapapun yang mencoba melarikan diri. Hingga pada akhirnya Ben dan Jody punya rencana untuk diam-diam kabur dari sekapan Aa Tubir saat anak-anak buahnya sedang lengah. Dengan dibantu Pak Hamid (Yayu Unru) dan warga lain yang disekap, Ben dan Jody berhasil meloloskan diri. Mereka berlari menuju hutan dengan bantuan petunjuk dari Pak Hamid. Sialnya, aksi kabur mereka ketahuan. Anak buah Aa Tubir langsung bergerak cepat memburu Ben dan Jody ditengah hutan.
Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan. Jody terkena luka tembakan dan membuatnya semakin sulit untuk melarikan diri. Ben sekuat tenaga untuk melawan sekaligus menyelamatkan Jody secepatnya. Setelah berhasil bersembunyi, Ben dan Jody bertemu dengan empat penduduk desa terdekat dari lokasi pembalakan hutan. Mereka dalah Rinjani (Hana Malasan), Tambora (Aghniny Haque), Jago (Reza Hilman) dan Musang (Muzakki Ramdhan). Ben dan Jody segera dibawa ke desa untuk mendapatkan pengobatan. Selama berada disana, Ben dan Jody meminta tolong agar para warga tidak menyerang balik kelompok Aa Tubir. Lebih baik mereka segera melapor ke pihak polisi karena bisa saja desa mereka diserang dan dihancurkan oleh kelompk Aa Tubir. Mampukah Ben dan Jody keluar dari hutan rimba dan berhasil lolos dari kejaran kelompok Aa Tubir?
#Review:
Awal tahun 2022, Visinema Pictures menggebrak industri perfilman Indonesia dengan menghadirkan sebuah film dengan perubahan genre secara ekstrem dari franchise IP FILOSOFI KOPI! Seperti yang sudah kita ketahui selama ini, dua film FILOSOFI KOPI (2017) beserta serialnya itu memiliki genre drama tentang dua pemilik kedai kopi beserta kehidupan mereka masing-masing. Tapi pada film BEN & JODY (2022) ini, Angga Dwimas Sasongko banting stir genre ke arah drama action! Rasa khawatir dan skeptis pun bermunculan di sosial media dengan keputusan tersebut. Mereka kurang yakin jika karakter yang berdasarkan novel karya Dewi Dee Lestari itu apakah bisa menjadi sebuah sajian action?
Untuk segi cerita, Angga Sasongko membawa kisah dua tukang kopi di Jl. Melawai Blok M ini ke dalam hutan rimba dan harus berhadapan dengan para pelaku pembalakan hutan. Issue yang diangkat oleh film ini berdasarkan hasil brainstorming dirinya dengan mendiang Glenn Fredly yang memang dikenal sangat peduli akan lingkungan. Tak hanya itu saja, film ini juga turut menyoroti perilaku manusia yang dengan tega melakukan praktek perbudakan dan kerangkeng. Hal yang dikiranya cuma ada dalam film, tapi ternyata kasus tersebut baru saja ditemukan di Langkat, Sumatera Utara dan pelakunya adalah Bupati nya sendiri. Sungguh miris!
Alur cerita film BEN & JODY (2022) bergerak cukup cepat dan sangat mudah untuk diikuti, meskipun belum pernah menonton dua film dan serial-serial dari FILOSOFI KOPI. Keseruan dan ketegangan bisa terjaga dengan sangat baik saat film ini mulai berfokus di hutan rimba. Penonton diajak untuk kucing-kucingan antara geng Aa Tubir dengan Ben dan Jody. Hal tersebut cukup berhasil memacu adrenaline disepanjang durasi film. Seiring berjalannya waktu, intens action mulai diturunkan dan diganti dengan interaksi menarik antara seluruh karakter. Aku sangat suka dengan karakterisasi Aa Tubir yang diperankan oleh Yayan Ruhian. Dengan logat Bahasa Sunda nya, aksi Kang Yayan benar-benar bisa mengancam sekaligus menghibur siapapun yang bertemu dengannya. Moment Aa Tubir menikmati kopi racikan Ben menjadi adegan paling oke dari film ini. Keseruan terus berlanjut disaat Ben dan Jody bertemu dengan warga desa Wanareja yaitu Rinjani, Tambora, Jago dan Musang. Pendalaman cerita pun kembali dikulik pada bagian ini. Namun sayang, disaat intensitas action diturunkan, aku sedikit merasa bosan dan mengantuk. Elemen drama dan dialog antar karakternya tak membuatku tertarik dan ingin buru-buru untuk adegan action lagi saja. Bahkan beberapa dialog antara Ben dan Jody tidak terdengar jelas karena tertutupi oleh kebisingan efek musik yang menggelegar. Mungkin lebih baik jika film ini diberi subtitle Bahasa Indonesia saja sehingga kita bisa mengetahui dialog-dialog yang kurang jelas itu.
Beberapa kekurangan kecil lainnya cukup aku rasakan. Plot twist yang dihadirkan tidak terlalu mengejutkan dan sangat predictable. Mungkin jika menghilangkan kejutan tersebut dan memilih untuk memperdalam motif Aa Tubir sebagai pelaku pembalakan secara liar dan ilegal pasti akan jauh lebih reasonable.
Meskipun mempunyai sedikit kekurangan, film BEN & JODY (2022) mempunyai sekuens aksi yang memukau. Dua karakter ikonik rekaan Dee Lestari yang selama ini identik sebagai tukang kopi, kini bisa tampil gahar dan tembak-tembakan! Aksi keduanya pun tidak langsung terlihat expert. Angga Sasongko memilih Ben dan Jody terlihat sangat amatir saat harus bertahan hidup di hutan rimba. Kehadiran para musuh dan jagoan baru dalam universe FILOSOFI KOPI ini semakin beragam dan menarik perhatian. Aa Tubir, Rinjani, Tambora, Jago dan Musang bisa kali di upcoming movie pergi ke Jakarta dan ngopi-ngopi cantik di Filkop Melawai. Hahaha.
Untuk segi visual dan camera movement, Angga Sasongko kembali menunjukkan skillnya dengan mengarahkan gambar yang lebih smooth dan dinamis. Koreografi final battle hingga aksi kejar-kejaran mobilnya pun eksekusinya mantap! Bahkan jauh lebih keren ketimbang film WIRO SABLENG (2018) yang digarap Angga Sasongko juga.
Overall, genre banting stir secara ekstrem yang dilakukan film BEN & JODY (2022) ternyata tidaklah buruk dan mengecewakan. Malah jauh lebih memukau dan memperdalam tentang makna sahabat sampai mati dari karakter ikonik Ben dan Jody. Visinema memulai tahun 2022 dengan kejutan yang tak terduga! Next movie bisa kali karakter lain di Filosofi Kopi dapet genre horror atau thriller. Hahaha.
[8/10Bintang]
0 comments:
Post a Comment