Thursday 9 December 2021

[Review] Yuni: Kisah Dilematis Seorang Remaja Perempuan Beranjak Dewasa



#Description:
Title: Yuni (2021)
Casts: Arawinda Kirana, Kevin Ardilova, Dimas Aditya, Neneng Risma Wulandari, Vania Aurell, Boah Sartika, Anne Yasmine, Asmara Abigail, Marissa Anita, Nazla Thoyib, Mian Tiara, Ayu Laksmi, Rukman Rosadi, Nova Eliza, Sekar Sari, Muhammad Khan
Director: Kamila Andini
Studio: Fourcolours Films, Starvision Plus, Akanga Film Asia


#Synopsis:
Yuni (Arawinda Kirana) dikenal sebagai siswi paling pintar di kelasnya. Bahkan salah satu guru disekolahnya yaitu Ibu Lies (Marissa Anita) merekomendasikan Yuni untuk mengikuti program beasiswa perkuliahan. Namun ada satu permasalahan kecil yang cukup sulit diatasi oleh Yuni yaitu klepto terhadap benda dan barang yang berwarna ungu. Saking menyukai warna ungu, setiap barang orang lain yang berwarna ungu, Yuni sangat terobsesi untuk memilikinya.


Di usianya yang menjelang 17 tahun, Yuni tiba-tiba saja dilamar oleh Iman (Muhammad Khan), tetangga depan rumah yang baru saja pindah dari Semarang. Iman sendiri sudah mempunyai pekerjaan mapan sebagai mandor proyek. Yuni terkejut karena tiba-tiba diajak menikah, karena selama ini Yuni belum pernah berpacaran. Semua keputusan itu tetap ada ditangan Yuni meskipun sang Nenek (Nazla Thoyib) sangat berharap cucunya itu bisa menikah dengan Iman agar hubungan dua keluarga semakin harmonis.


Yuni mengalami dilema. Ia masih ingin menikmati masa muda bersama dengan keempat teman-temannya yaitu Sarah (Neneng Risma Wulandari), Nisa (Vania Aurell), Uung (Boah Sartika) dan Tika (Anne Yasmine). Selain itu Yuni juga ingin melanjutkan pendidikannya lebih tinggi agar masa depannya cerah. Namun sayang, lingkungan tempat tinggal Yuni di Banten ini masih memandang percuma jika seorang wanita terlalu tinggi mengejar karier dan pendidikan. Wanita kodratnya hanya sebagai seorang istri dan dirumah saja. Namun pada akhirnya, Yuni memutuskan untuk menolak lamaran Iman dengan alasan akan mengikuti program beasiswa sekolah.


Kabar Yuni menolak lamaran pria ini langsung tersebar luas di kalangan tetangga dan teman-temannya. Mereka menyayangkan keputusan Yuni itu dan seakan menolak rejeki yang telah diberikan oleh tuhan. Mendengar cibiran orang-orang disekitarnya itu membuat Yuni bersedih dan kehilangan fokus pada program beasiswanya. Ibu Lies pun meminta murid kesayangannya itu untuk memperbaiki sikap serta nilai Bahasa Indonesia yang masih kurang. Yuni sangat senang bisa belajar lebih intens Bahasa Indonesia dengan guru favoritnya yaitu Pak Damar (Dimas Aditya). Yuni begitu mengagumi Pak Damar karena sikapnya yang lembut, mempunyai badan yang bagus serta berwajah rupawan.


Suatu hari, Yuni mendapatkan tugas menulis resensi buku puisi Hujan Bulan Juni. Untungnya salah satu siswa laki-laki yaitu Yoga (Kevin Ardilova) bersedia membantu Yuni mengerjakan tugas itu karena diam-diam, Yoga menyukai Yuni. Selama beberapa hari, Yuni dan Yoga pun menjadi sering bertemu. Teman-teman dari Yuni pun jadi curiga jika sahabatnya itu kini sudah berpacaran dengan Yoga.


Disaat Yuni fokus mengejar nilai Bahasa Indonesia, ia kembali dilamar oleh seorang pria tua dengan membawa uang 25 juta bernama Mang Dadang. Namun Yuni dengan tegas menolak lamaran itu karena tak ingin dijadikan istri kedua. Kabar Yuni menolak lamaran untuk yang kedua kalinya itu kembali menjadi bahan perbincangan para tetangga. Mereka khawatir Yuni kualat dan akhirnya tidak bisa mendapatkan jodoh. Daripada pusing memikirkan lamaran dan omongan orang lain, Yuni bertemu dengan Teteh Suci (Asmara Abigai), pemilik salon di pasar. Keduanya langsung akrab dan saling curhat satu sama lain tentang hubungan asmara mereka yang tragis.


Suatu waktu, Yuni kembali mendapat lamaran dari seorang pria yang sudah ia kenal. Kali ini Yuni mengalami dilema luar biasa karena disatu sisi ia sudah mengetahui sebuah rahasia besar yang tak sengaja ia lihat. Dan disatu sisi lainnya Yuni pun terpaksa tidak bisa menolaknya lantaran bisa mengancam keselamatan dirinya dan juga keluarganya. Akankah Yuni bisa mewujudkan mimpinya meskipun lingkungannya tidak bisa mendukungnya?


#Review:
Bulan September lalu, Fourcolours Films mengumumkan jika film YUNI (2021) sukses menyabet penghargaan Platform Prize di Toronto International Film Festival 2021. Hal ini tentu menjadi prestasi sangat membanggakan bagi industri perfilman Indonesia ditengah "mati suri" selama hampir dua tahun gara-gara Pandemi CoVid-19. Setelah melanglangbuana di berbagai festival film tingkat Internasional, film YUNI (2021) akhirnya tayang secara reguler di bioskop Indonesia mulai 9 Desember 2021.


Untuk segi cerita, film garapan sutradara perempuan Kamila Andini ini menyajikan kisah seorang remaja perempuan yang berusaha terbebas dari culture dan normalisasi tentang menikah muda. Fenomena ini memang sangat mudah ditemukan di daerah-daerah yang ada di Indonesia. Statement soal wanita kodratnya hanya sumur, dapur dan kasur memang bisa mudah dijumpai oleh kita semua. Yuni berusaha terbebas dari stigma dan normalisasi tersebut namun apalah daya, lingkungan sekitarnya tidak mendukung apa yang diinginkan Yuni. Kamila Andini benar-benar berhasil memotret realita pahit sebagai perempuan dengan apa adanya. Film YUNI (2021) versi teatrikal atau Starvision ini juga turut menampilkan kisah perempuan-perempuan lainnya yang terbelenggu dalam stigma dan budaya. Tak heran jika selama menonton film ini, kita seperti berada di lingkungan rumah sendiri karena memang ceritanya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.



Promo Tiket Beli 1 Gratis 1 tersedia terbatas di Cinema XXI dan Cinepolis
Promo Tiket Diskon 50% tersedia terbatas di CGV Cinemas

Untuk jajaran pemain, Arawinda Kirana memberikan penampilan paling mengesankan. Sebagai gadis remaja, ia mampu menampilkan sosok Yuni yang ingin melihat dunia lebih luas dan terbebas dari segala stigma dan culture yang menahannya selama ini. Setiap tingkah laku Yuni bersama dengan keempat teman-temannya tampil apa adanya, tak perlu dialog-dialog puitis, so modern ataupun gaul. Ngobrol dengan bahasa Sunda campur Jawa saja sudah memberikan nyawa dan kekuatan untuk film ini. Tak heran jika Arawinda Kirana berhasil mencuri hati Festival Film Indonesia 2021 dan mendapatkan penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik. You deserved it Ara!


Selain performa Arawinda Kirana yang powerful, jangan lupakan juga para pemain pendukung yang memberikan kualitasnya dalam berakting. Asmara Abigail lagi dan lagi sukses menjadi bunglon luar biasa dalam setiap perannya. Perannya sebagai Teteh Suci begitu memorable. Freedom Abis lah! Selain itu, tak disangka juga penampilan komika Neneng Risma Wulandari sungguh mengesankan. Karakter perempuan Sunda nya tak hanya menghibur namun memberikan penampilan akting terbaiknya disini. Benar-benar pangling ningali maneh Neng! Pokoknya seluruh karakter yang ada dalam film ini sukses membuatku terpukau.
Kejutan mengesankan dan berhasil membuatku menangis muncul di akhir film. Rangkuman semua ide cerita tentang seluruh karakter perempuan bersatu dalam sebuah adegan yang sangat indah, mengesankan dan tak bisa dilupakan! Film Indonesia terbaik tahun ini setelah Film NUSSA (2021).



[9.5/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment