Friday 10 June 2022

[Review] Satria Dewa Gatotkaca: Ketika Gen Pandawa & Kurawa Bertarung Untuk Mendapatkan Brajamusti



#Description:
Title: Satria Dewa: Gatotkaca (2022)
Casts: Rizky Nazar, Yasmin Napper, Omar Daniel, Ali Fikry, Yayan Ruhiyan, Cecep Arief Rahman, Sigi Wimala, Jerome Kurnia, Edward Akbar, Yati Surachman, Zsa-Zsa Utari, Alex Matthew Thomas, Aghniny Haque, Sekar Sari, Fedi Nuril, Butet Kartaredjasa, Indra Jegel, Gilang Baskara, Rigen Rakelna
Director: Hanung Bramantyo
Studio: Satria Dewa Studios


#Synopsis:
Yudha (Rizky Nazar) selalu dihantui mimpi buruk oleh sosok misterius yang pernah mencelakai sang ibu yaitu Arimbi (Sigi Wimala). Ketika Yudha masih kecil, ia menjadi saksi mata bagaimana sosok misterius itu menyerang sang ibu hingga menyebabkan hilang ingatan dan menjadi gila. Yudha pun menjadi sangat benci sang ayah yaitu Pandega (Cecep Arief Rahman) yang malah kabur meninggalkan mereka berdua. Sejak menghilangnya sang ayah, Yudha dan Arimbi hidup serba terbatas. Mereka sering berpindah-pindah kontrakan karena kesulitan ekonomi. Satu-satunya orang yang selalu membantu Yudha yaitu sahabatnya, Erlangga (Jerome Kurnia).


Suatu hari, Yudha menawarkan diri sebagai personal photografer saat Erlangga wisuda di kampus agar bisa mendapatkan uang tambahan untuk bayar tunggakan sewa kontrakan. Erlangga sendiri merupakan mahasiswa terbaik di kampus dan mendapat kesempatan untuk memberikan pidato bersama dengan mahasiswi terbaik lainnya yaitu Agni (Yasmin Napper). Disaat Agni sedang berpidato di panggung, tiba-tiba terdengar suara ledakan dan Erlangga terlempar keatas panggung. Hal tersebut membuat Erlangga tewas seketika. Para mahasiswa, dosen dan tamu undangan berteriak histeris sambil keluar dari gedung. Yudha kemudian melihat sosok misterius dan mengejarnya. Namun sayang, Yudha gagal menangkap sosok misterius tersebut. Ia pun terbangun dari tidurnya dengan luka memar di sekujur tubuh.


Kematian Erlangga yang misterius dan janggal tersebut menjadi kasus yang kesekian kalinya di Kota Astinapura. Banyak pemuda dan pemudi berprestasi yang menjadi korban tak berdosa. Pihak kepolisian dan pemerintahan pun sulit menemukan tersangka karena tak pernah meninggalkan jejak sedikitpun. Yudha pun datang ke rumah Erlangga untuk mengucapkan belasungkawa sekaligus mengembalikan barang-barang milik Erlangga yang masih ada pada dirinya. Disana ia bertemu lagi dengan Agni yang sedang mencari petunjuk tentang kematian Erlangga. Mereka kemudian menemukan sebuah buku kecil dengan aksara Jawa. Buku tersebut menuntun Yudha dan Agni ke sebuah cafe. Setibanya disana, mereka malah dikejar oleh para preman yang mengaku keturunan Kurawa. Untungnya Yudha dan Agni berhasil ditolong oleh Danan (Omar Daniel) dan ketiganya langsung pergi ke tempat aman.


Danan sendiri merupakan teman baik Erlangga. Ia tinggal bersama Ibu Mripat (Yati Surachman) dan adiknya yaitu Gege (Ali Fikry) di sebuah toko antik. Yudha merasa bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Danan pun menjelaskan jika Yudha merupakan keturunan terakhir dari Pandawa yang memiliki Bramajusti, sebuah peninggalan keramat yang sangat diincar oleh keturunan Kurawa. Sejak ratusan tahun yang lalu, manusia terbagi menjadi dua garis keturunan yaitu Pandawa dan Kurawa. Keduanya tak pernah akur dan selalu berperang agar bisa menguasai seluruh wilayah. Di era modern ini, Keturunan Kurawa mulai kembali bersatu untuk membangkitkan tokoh besar keturunan Kurawa yaitu Aswatama (Fedi Nuril). Dugaan Agni yang selama ini melakukan riset tentang keturunan Pandawa dan Kurawa bersama ayahnya, Arya Laksana (Edward Akbar) akhirnya terbukti benar. Mereka pun segera menemui Arya Laksana untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah antara Pandawa dan Kurawa.


Seiring berjalannya waktu, komplotan Kurawa terus mengejar Yudha dan kawan-kawan. Selain itu, nasib Arimbi pun menjadi terancam setelah keberadaannya diketahui oleh komplotan Kurawa. Yudha, Agni, Gananjaya, Gege, Bu Mripat dan Quinn (Zsa-Zsa Utari) juga harus berhadapan dengan salah satu kaki tangan Aswatama yaitu Beceng (Yayan Ruhiyan) yang dikenal sebagai pembunuh kejam dan sulit dikalahkan. Mampukah Yudha menghentikan rencana besar komplotan Kurawa?


#Review:
Setelah penantian panjang hingga lima tahun, akhirnya Jagat Sinema Satria Dewa debut di layar lebar dengan film perdana berjudul SATRIA DEWA: GATOTKACA (2022). Film ini tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai Kamis, 9 Juni 2022. Kabar mega project Jagat Sinema Satria Dewa sendiri sudah tersiar sejak tahun 2018 lalu. Satria Dewa Studios selaku rumah produksinya ini sudah mempunyai rencana panjang untuk merilis total delapan film untuk fase awal Jagat Sinema Satria Dewa.


Salah satu sutradara terbaik Indonesia yaitu Hanung Bramantyo secara resmi ditunjuk untuk menggarap film pertama dari Jagat Sinema Satria Dewa yaitu GATOTKACA (2022). Untuk segi cerita, film GATOTKACA (2022) ini menurutku terbilang cukup beresiko karena materinya berasal dari dunia perwayangan yang dimana sangatlah luas, dinamis dan juga kompleks. Rasa khawatirku pun terbukti. Skenario film GATOTKACA (2022) terasa sangat sesak dengan sejarah dan istilah-istilah perwayangan yang mungkin cukup sulit dimengerti oleh penonton awam (seperti aku). Meskipun plotnya sudah dibuat seringan mungkin agar mudah diikuti oleh seluruh kalangan usia namun tetap saja naskah tulisan Hanung Bramantyo dan Rahabi Mandra itu masih terbilang sulit untuk langsung memahami keseluruhan cerita. Selain itu, film ini juga memiliki serangkaian plot twist yang membuatku semakin bengong dan menjadi tidak peduli lagi dengan apa yang sudah terjadi. Pace cerita yang dihadirkan pun terlalu ngebut ditambah lagi subplot tambahan seperti kisah asmara antara Yudha, Agni dan Nathan, lalu kehadiran keluarga Gananjaya menjadi makin menumpuk karena tidak menyatu dengan begitu baik. Kesalahan yang sama pada film-film superhero lokal kembali terulang dalam film ini, setelah sebelumnya dilakukan oleh film GUNDALA (2019) dan WIRO SABLENG (2018). Namun ada satu hal yang paling-paling-paling mengganggu dari film GATOTKACA (2022) ini adalah Product Placement yang terlalu kentara. Bahkan ada satu adegan Product Placement E-Commerce, penampakannya beneran seperti iklan yang diselipkan ditengah film! Ajaib sih adegan tersebut karena sama sekali tidak relevan pada keseluruhan cerita. Meskipun sang sutradara mengklaim karakter yang diperankan Butet Kartaredjasa, Indra Jegel, Gilang Baskara dan Rigen Rakelna itu memang selalu ada dalam sejarah perwayangan tapi ya please dong eksekusinya gak kayak begitu juga! Gengges banget!


Untuk jajaran pemain, penampilan mereka semua patut diapresiasi karena berhasil menyajikan adegan aksi laga dalam film ini. Rizky Nazar keluar dari zona nyamannya dengan banyak melakukan adegan fighting dengan aktor spesialis laga yaitu Yayan Ruhiyan dan Cecep Arief Rahman. Performance Yasmin Napper dan Omar Daniel juga memberikan nuansa fresh sehingga menghilangkan trademark "aktornya itu lagi itu lagi". Penampilan Ali Fikry dan Zsa-Zsa Utari cukup berhasil menjadi mood breaker berkat aksinya yang menghibur.



Untuk segi visual, film GATOTKACA (2022) memang memiliki visual CGI yang tak terlalu mengecewakan untuk ukuran film Indonesia. Terutama saat final fighting diatas langit tampil keren meskipun durasinya sangat terbatas. Yang sedikit mengganggu menurutku yaitu pergerakan kamera dalam menangkap adegan action dalam film ini agak kurang enak dipandang. Hanung Bramantyo terlihat masih kagok dan tidak leluasa saat menyorot adegan fighting di film superhero perdananya ini. Penggunaan sling yang digunakan para karakter juga terasa kurang alami. Set lokasi dan properti yang digunakan pun seharusnya bisa ditingkatkan lagi, namun hal ini bisa dimaklumi karena proses shooting film GUNDALA (2022) dilakukaan saat PPKM dan Pandemi CoVid-19 sehingga tidak bisa leluasa dalam menghadirkan set lokasi serta properti yang memukau.
Overall, film SATRIA DEWA: GATOTKACA (2022) masih bisa ditingkatkan lebih baik lagi namun tetap harus kita apresiasi karena Jagat Sinema Satria Dewa berani turut meramaikan film-film superhero asli Indonesia.


[6.5/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment