Sunday, 31 August 2025

[Review] Perempuan Pembawa Sial: Mengungkap Misteri Kutukan Bahu Laweyan Yang Menimpa Seorang Perempuan!



#Description:
Title: Perempuan Pembawa Sial (2025)
Casts: Raihaanun, Morgan Oey, Clara Bernadeth, Rukman Rosadi, Didik Ninik Thowok, Banyu Bening, Muhammad Abe, Aurra Kharisma, Ibnu Widodo, Kukuh Prasetya, Benidictus Siregar, Ibnu Shohib
Director: Fajar Nugros
Studio: IDN Pictures


#Synopsis:
Seorang perempuan paruh baya bernama Mirah (Raihaanun) dicap sebagai pembawa sial oleh warga setelah tiga kali menikah, ketiga suaminya itu meninggal dengan cara yang tragis. Mirah pun terpaksa tetap melanjutkan hidup meski hanya sendirian. Mirah menganggap dirinya terkena kutukan Bahu Laweyan, mitos dari Jawa kuno tentang seorang perempuan yang memiliki tanda lahir tak biasa di bagian tubuhnya dihuni oleh kekuatan mistis dan akan membawa ajal terhadap setiap pria yang menikahinya. Hal tersebut diyakini oleh Mirah ketika ia berbincang dengan perias pengantinnya, Mbah Warso (Didik Ninik Thowok) yang sudah tiga kali meriasnya.
Seiring berjalannya waktu, Mirah terus berusaha mencari cara agar bisa terlepas dari kutukan maut tersebut. Dalam pencariannya itu, Mirah bertemu dengan seorang penjual masakan padang bernama Bana (Morgan Oey) yang tidak memperdulikan tentang stigma Mirah yang dianggap sebagai wanita pembawa sial. Di satu sisi, kehadiran Bana yang menerima apadanya membuat Mirah bahagia, namun di sisi lain Mirah juga khawatir jika Bana akan bernasib sama seperti ketiga mantan suaminya yang tewas secara misterius. Bana kemudian berusaha meyakinkan Mirah agar tak lagi mempercayai kutukan tidak masuk akal itu. Ia berjanji akan menemani Mirah untuk mematahkan ketakutannya itu. Proses pencarian yang dilakukan mereka berdua menemukan titik terang setelah Mirah bertemu lagi dengan saudara tirinya, Puti (Clara Bernadeth). Apa yang sebenarnya terjadi? Akankah Mirah terlepas dari kutukan Bahu Laweyan itu?

#Review:
Rumah produksi IDN Pictures dan Fajar Nugros kembali hadir dengan project film horror terbarunya berjudul PEREMPUAN PEMBAWA SIAL (2025). Sebelum tayang di bioskop pada 18 September mendatang, film ini tayang perdana terlebih dahulu di JAFF Jogja ke-19 pada Desember tahun 2024 lalu dan berhasil memenangkan Best Editing di kategori Indonesia Screen Awards. Aku berkesempatan menonton lebih dulu film yang memiliki judul internasional THE QUEEN OF WITCHCRAFT (2025) pada JAFF Jogja kemarin.


Sutradara Fajar Nugros kembali berkolaborasi dengan Husein M. Atmodjo sebagai penulis cerita. Jika sebelumnya di film SLEEP CALL (2023) mengangkat kisah legendaris Ramayana dan Shinta yang kemudian dipoles menjadi sajian drama dan thriller, di film terbarunya ini mereka menghadirkan modifikasi cerita Bawang Merah Bawang Putih dan Malin Kundang dengan sentuhan mistis mitos Bahu Laweyan. Paruh awal film, plot menampilkan karakter seorang perempuan bernama Mirah yang dicap sebagai pembawa sial lantaran setiap ada lelaki yang menikahinya selalu berujung dengan kematian. Paruh awal film, Fajar Nugros menurutku cukup berhasil menciptakan beberapa adegan horror yang kreatif dan bikin penonton kaget. Misteri tentang mitos Bahu Laweyan yang konon ada dalam diri Mirah pun cukup berhasil dibangun dengan baik di babak awal film. Karakter Lasmi dan Mbah Warso pun dibuat penuh misteri sehingga menimbulkan rasa penasaran dari penonton.
Namun sayang, saat memasuki paruh kedua film, plot cerita terasa terjun bebas. Treatment horror lewat kematian-kematian suami baru dari Mirah terasa repetitif. Jump scared yang awalnya menjanjikan malah jadi kebanyakan muncul dari pertengahan sampai akhir film. Selain itu, pendalaman psikologis dari Mirah nya juga tidak dieksplor lebih mendalam, sehingga perasaan traumatik yang seharusnya muncul dalam diri Mirah malah tidak ada. Nugros dan Atmodjo memilih untuk melakukan kritik sosial terhadap sikap patriarki pria kepada wanita. Hal tersebut menurutku tidak terlalu menjadi masalah, namun yang jadi ganggu dan cukup mengganjal adalah saat kisah legendaris Bawang Merah Bawang Putih dimunculkan setelah 70% film berjalan. Seketika semua misteri tentang Bahu Laweyan jadi runtuh gara-gara kemunculan dan motivasi karakter Puti yang diperankan Clara Bernadeth. Penonton pun jadi tidak peduli dengan konflik yang terjadi antara Mirah dengan Puti karena kemunculannya yang terlalu mendadak tanpa ada pendalaman cerita mengenai konflik masa lalu keduanya. 


Siapa sangka, kehadiran karakter Mbah Warso yang diperankan seniman legendaris Didik Ninik Thowok ternyata gimmick semata. Di materi promosi dari JAFF Jogja kemarin sampai perilisan trailer dan poster versi teatrikal kan terlihat jualan Didik Ninik Thowok banget, tapi di filmnya sendiri, screentime beliau sangatlah sedikit. Dan yang membuatku lebih terkejut, karakter Mbah Warso yang sangat potensial untuk dijadikan main villain malah berakhir seperti itu di akhir film dan jadinya anti klimaks banget. Padahal ketika adegan menari dengan topeng ikoniknya itu, aura mistis dan mencekamnya sudah sangat bagus. Sangat disayangkan. Subplot tentang kisah klasik Malin Kundang lewat karakter Bana yang diperankan Morgan Oey pun terasa nanggung dan tidak memiliki urgensi yang berpengaruh besar terhadap cerita utama di film ini. Unsur budaya Minang dalam diri Morgan juga menurutku tidak terlalu konsisten. Sesekali Padang banget, tapi terkadang Jakarta banget juga ada. Haha.
Untuk jajaran pemain, penampilan Raihaanun memang tak perlu diragukan lagi semenjak ia makin rajin membintangi film horror. Ekspresi dan gesture ketakutannya memukau. Meskipun saat adegan final bareng Clara Bernadeth, aksi fighting yang dilakukan mereka berdua seharusnya bisa lebih memukau lagi karena masih terlihat banget kagoknya. Hahaha.
Overall, film PEREMPUAN PEMBAWA SIAL (2025) punya kejutan menarik karena mengangkat tiga cerita legendaris meskipun eksekusinya tidak berjalan dengan mulus.


[7/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment