Monday, 10 March 2025

[Review] Mickey 17: Cerita Seru Manusia Cloning Mengeksplorasi Planet Niflheim!




#Description:
Title: Mickey 17 (2025)
Casts: Robert Pattinson, Naomi Ackie, Steven Yeun, Mark Ruffalo, Toni Collete, Anamaria Vartolomei, Daniel Henshall, Patsy Ferran, Steve Park, Tim Kay, Holliday Grainger, Michael Monroe, Edward Davis, Ian Hanmore, Tom Cawte, Jude Mack
Director: Bong Joon Ho
Studio: Plan B Entertainment, Kate Street Picture Company, Offscreen, Domain Entertainment, Warner Bros Pictures


#Synopsis:
Setelah bisnis yang dikelola gagal dan dikejar hutang, dua sahabat yaitu Mickey (Robert Pattinson) dan Timo (Steven Yeun) nekat mengikuti seleksi sebagai crew pesawat luar angkasa. Meskipun tidak memiliki pengetahuan di bidang sains, mereka tetap mendaftar seleksi tersebut dan berharap diterima agar bisa segera kabur dari bumi serta terbebas dari kejaran hutang.


Pesawat luar angkasa yang menjadi tujuan Mickey dan Timo memiliki misi menuju planet Niflheim. Program ini sepenuhnya dibiayai oleh Kenneth Marshall (Mark Ruffalo), seorang politikus yang sudah dua kali gagal dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Marshall berambisi ingin mencari planet pengganti bumi dan menciptakan peradaban baru disana. Bersama dengan sang istri yaitu Ylfa Marshall (Toni Collete), keduanya merekrut banyak orang yang nantinya ditempatkan di beberapa bagian. Mickey lolos seleksi dan terpilih menjadi seorang Expendable yang mendapat tugas sebagai manusia eksperimen dan mendarat lebih dulu ke planet Niflheim. Sementara itu, Timo terpilih menjadi pilot pesawat yang mengantarkan Mickey dan segala keperluannya selama menjalankan tugas. Meskipun memiliki resiko yang sangat besar, Marshall menjamin Mickey akan baik-baik saja karena ia dan timnya sudah mempersiapkan sebuah alat canggih yang dapat menciptakan ulang atau meng-kloning manusia. Sehingga apabila Mickey mengalami insiden saat menjalankan tugasnya, mereka melakukan klonik terhadap Mickey sampai planet Niflheim dinyatakan aman bagi umat manusia.



Sambil menjalani proses pelatihan di pesawat luar angkasa, Mickey terpesona pada Nasha Barridge (Naomi Ackie) yang berprofesi sebagai petugas keamanan. Tak membutuhkan waktu lama, keduanya menjadi dekat dan menjalani hubungan asmara. Usai mengikuti pelatihan yang membosankan, Mickey akhirnya siap menjalani tugas pertamanya untuk turun dari pesawat dan menjelajahi planet Niflheim.


Misi pertama yang dilakukan Mickey gagal. Ia mengalami keracunan dari udara di planet Niflheim. Para ilmuwan di pesawat luar angkasa langsung mengevakuasi Mickey dan melakukan kloning untuk misi selanjutnya. Misi kedua, Mickey kembali gagal dan seterusnya sampai belasan kali tak kunjung berhasil menyelesaikan misinya menjelajahi planet Niflheim. Saat menjalani misi ke-17, akhirnya para ilmuwan di pesawat berhasil menciptakan teknologi yang membuat Mickey bisa lebih leluasa menghirup udara bebas disana. Saat sedang berjalan di hamparan es yang menyelimuti daratan planet Niflheim, Mickey tak sengaja terperosok ke dasar tebing. Timo pun dengan santai tidak menyelamatkan Mickey karena nantinya jika Mickey mati, para ilmuwan akan mengkloning Mickey di pesawat.
Mickey yang terjebak di dasar tebing dibuat panik saat melihat sekelompok hewan berbentuk seperti ulat raksasa mendekati dirinya. Mickey pasrah dan yakin jika ia akan mati diserang hewan tersebut. Namun siapa sangka, kawanan hewan tersebut malah menyelamatkan Mickey dan mengeluarkannya dari dasar tebing. Kejadian tersebut membuat Mickey tersadar jika planet Niflheim dihuni oleh makhluk hidup yang tidak berbahaya. Ia pun langsung berlari mencari cara agar bisa segera kembali ke pesawat untuk memberitahu hal tersebut.


Saat Mickey yang ke-17 berhasil masuk ke pesawat, ia terkejut ternyata dirinya sudah dikloning yang ke-18. Mickey 17 dianggap sudah mati saat terjebak di dasar tebing. Mickey 18 yang ada di dalam pesawat ini mengalami upgrade dan menjadi lebih agresif dibandingkan Mickey 17. Kini, Mickey jadi ada dua orang di dalam pesawat yang sama. Jika ketahuan oleh pihak keamanan, salah satu dari Mickey harus segera dihancurkan. Disaat yang bersamaan, tim peneliti berhasil mendapatkan sample batuan dari daratan Niflheim. Proses pembelahan batu tersebut akan menjadi sejarah dan kebanggan bagi Marshall yang akhirnya berhasil menemukan planet baru pengganti bumi untuk ditempati oleh umat manusia. Bagaimana nasib Mickey selanjutnya?


#Review:
Setelah kejayaan film PARASITE (2019) enam tahun lalu, sutradara kenamaan asal Korea Selatan yaitu Bong Joon-Ho kembali hadir di tahun 2025 dengan merilis film terbarunya yang berjudul MICKEY 17 (2025). Film ini diadaptasi dari novel era modern karya Edward Ashton yang dirilis tahun 2022. Menariknya, pengumuman rencana film MICKEY 17 (2025) ini berdekatan dengan jadwal perilisan novelnya yaitu pada awal tahun 2022. Tak hanya itu saja, Bong Joon-Ho pun sudah menulis skenario film ini berdasarkan dari draft awal novelnya yang belum sepenuhnya rampung. Sehingga, ia lebih leluasa untuk melakukan perombakan konsep cerita dan karakter menjadi lebih sederhana.


Untuk segi cerita, film MICKEY 17 (2025) ini mengusung tema science fiction dengan latar kapal luar angkasa dan planet asing. Namun ditangan Bong Joon-Ho, tema tersebut dibuat sangat simple, penuh dark comedy serta tak ketinggalan kritik kesenjangan sosial yang sudah menjadi trademark dari karya-karyanya. Sama seperti film SNOWPIERCER (2013), OKJA (2017) maupun PARASITE (2019), di film ini pun penonton akan melihat kalangan penguasa yang hidup penuh suka cita di atas penderitaan orang lain. Korban kali ini datang dari karakter Mickey Barnes yang dijadikan tumbal uji coba untuk eksperimen di planet fiktif Niflheim. Mickey harus mengalami banyak eksperimen, mulai dari pengecekan udara, radiasi, tes makanan hingga aktivitas lainnya yang memiliki resiko tinggi. Pengenalan cetak ulang atau kloning dari karakter Mickey di film ini pun disajikan sangat menarik sekaligus menghibur meskipun temponya terbilang cukup cepat.
Intensitas keseruan film MICKEY 17 (2025) semakin meningkat saat Multiple Mickey berada di satu tempat yang sama. Perbedaan sikap dari keduanya, lalu bagaimana mereka survival agar tidak terdeteksi sebagai multiple di pesawat sukses membuatku tertawa. Jokes-jokes yang "gelap" semakin melimpah ruah di setiap adegan dengan dukungan subplot dari masing-masing karakter di film ini. Bahkan kesan konyol dan annoying in the good way terus saja terjadi sampai film selesai ahahahaha. Penyelesaian konflik antara penghuni pesawat luar angkasa dengan para penghuni planet Niflheim juga tak kalah mengejutkan sekaligus menghibur. Resolusi yang diberikan untuk mengakhiri konfliknya benar-benar mind blowing wkwkwk.


Untuk jajaran pemain, film MICKEY 17 (2025) memiliki ensemble cast yang luar biasa. Robert Pattinson sukses perankan Mickey Barnes dengan multiple character nya. Naomi Ackie, Steven Yeun, Mark Ruffalo, Toni Collete dan para pemain lainnya juga tampil gemilang karena berhasil membawakan message dark comedy nya yang sangat on-point lewat karakter yang mereka perankan. Bahkan setiap karakter yang ada di film ini punya memorable scene dari dark comedy nya loh. Ngakak banget!
Untuk urusan visual dan scoring music, film MICKEY 17 (2025) memang sudah seperti film-film science fiction Hollywood yang megah dan spektakuler. Iringan musik thriller khas Bong Joon-Ho juga masih terasa di beberapa part, meskipun intensitasnya tidak se-memorable film PARASITE (2019).
Overall, film MICKEY 17 (2025) tampil memuaskan berkat plot nya yang menghibur dengan elemen dark komedi yang jokesnya sangat "pinggir jurang" banget. Sepertinya akan dengan mudah masuk nominasi di ajang penghargaan bergengsi di akhir tahun nanti.


[9/10Bintang]

Thursday, 27 February 2025

[Review] Rahasia Rasa: Berburu Resep Rahasia Yang Hilang Dari Buku Mustika Rasa!



#Description:
Title: Rahasia Rasa (2025)
Casts: Jerome Kurnia, Nadya Arina, Slamet Rahardjo, Valerie Thomas, Cicio Manassero, Yati Surachman, Ully Triani, Aksara Dena, Siti Fauziah, Ephy Pae, Nagra Kautsar, Landung Simatupang
Director: Hanung Bramantyo
Studio: Dapur Films, Anak Muda Jago Productions


#Synopsis:
Ressa (Jerome Kurnia) adalah seorang chef terkenal dengan spesialisasi western dan italian food yang memiliki ambisi besar untuk membuka restoran di Italia, tempat kelahiran mendiang ayahnya. Untuk mewujudkan impiannya itu, Ressa mendapat tantangan harus menjamu tamu-tamu penting dari calon mertuanya yaitu seorang mantan perwira bernama Pak Subroto Mangkuprojo (Slamet Rahardjo). Bersama dengan timnya, Ressa menghidangkan kuliner Italia andalannya. Karena Ressa sangat perfeksionis dan tidak ingin ada kesalahan sedikitpun, dengan mudahnya bisa memarahi sampai memecat anak buahnya yang bekerja tidak sesuai dengan aturan yang ia terapkan. Acara menjamu tamu undangan Pak Subroto berjalan dengan lancar. Pak Subroto dan seluruh tamu sangat puas dengan hidangan italian food yang disajikan oleh Ressa dengan timnya. Mereka tak meragukan skill memasak dari Ressa yang sudah sangat expert dalam urusan western food.
Pak Subroto kemudian memberikan tantangan baru kepada Ressa untuk mengeksplor kuliner Nusantara. Tak hanya itu saja, Pak Subroto juga menginginkan Ressa bisa mengkreasikan antara western food dengan kuliner Indonesia. Jika hasilnya memuaskan, Pak Subroto siap membantu Ressa mewujudkan restoran impiannya di Italia. Tantangan yang terasa cukup sederhana itu rupanya menjadi ketakutan luar biasa untuk Ressa. Selama ini ia sangat menghindari kuliner Nusantara dengan alasan alergi terhadap rempah-rempah dan bumbu Indonesia. Bahkan Ressa bisa sampai muntah hanya sebatas mencium aroma rempah atau bumbu masakan lokal.
Pak Subroto pun meminjamkan buku resep legendaris bernama Mustika Rasa, warisan dari Presiden pertama Republik Indonesia kepada Ressa untuk dijadikan bahan penelitian. Pak Subroto memberikan tenggat waktu pada Ressa untuk menyajikan kombinasi antara western food dengan kuliner Nusantara. Meskipun terasa sangat berat, Ressa mendapat dukungan penuh dari calon istrinya yaitu Dinda (Valerie Thomas). Usai bertemu dengan Pak Subroto, Ressa berencana untuk merayakan keberhasilannya menyelesaikan tantangan pertama sekaligus anniversary pacaran dengan Dinda. Saat tiba di rumahnya, Ressa terkejut melihat Dinda sedang bercumbu dengan asisten Chef nya yaitu Alex (Ciccio Manassero). Pertengkaran pun tak terhindarkan. Dinda memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ressa dan lebih memilih Alex yang lebih berani untuk menerima tantangan kedua dari ayahnya itu.
Dalam perjalanan pulang, Ressa merasakan sakit hati, marah dan kecewa karena banyak hal. Ressa semakin jauh untuk mewujudkan mimpinya dan dikhianati pula oleh calon istri serta asistennya sendiri. Tak lama setelah itu, Ressa mengalami tabrakan yang membuatnya tak sadarkan diri selama beberapa hari. Setelah siuman, Ressa terkejut karena lidahnya tidak bisa merasakan hal apapun. Setelah diperiksa oleh dokter, Indera perasa Ressa mengalami mati rasa. Hal tersebut bisa saja terjadi karena Ressa mengalami tabrakan yang cukup parah sehingga merusak indera perasanya. Selain itu, faktor stress, trauma dan kurangnya istirahat pun dapat memicu hal tersebut. Ressa semakin panik dan memaksa dokter untuk secepat mungkin memulihkan kembali lidahnya, karena ia harus segera test food kuliner Nusantara sebelum menjalankan tantangan dari Pak Subroto. Dokter menyarankan Ressa agar tetap tenang, istirahat yang cukup serta berani untuk menghadapi stress atau trauma.
Ressa pun memutuskan untuk istirahat sejenak dari hiruk-pikuk Jakarta dengan pergi ke kampung halamannya di Magelang, Jawa Tengah. Setibanya disana, Ressa langsung mencari tempat tinggal masa kecilnya di rumah Mbah Wongso (Yati Surachman). Selain itu, Ressa juga ingin bertemu lagi dengan teman semasa kecilnya yang pemberani yaitu Tika (Nadya Arina). Melihat Ressa yang pulang ke Magelang setelah belasan tahun pergi tanpa pamit membuat Tika kesal. Selain itu, Tika dan Mbah Wongso juga merasa sakit hati karena selama Ressa di Jakarta dan terkenal sebagai Chef, selalu menyembunyikan identitas asli sebagai orang yang dibesarkan di Magelang. Ressa pun langsung meminta maaf kepada Tika dan juga Mbah Wongso. Ia kemudian menceritakan tentang kondisi lidahnya yang mengalami mati rasa kepada mereka berdua. Mbah Wongso kemudian meracik ramuan tradisional rempah-rempah untuk Ressa. Setelah meminumnya, Ressa langsung terlelap tidur seharian penuh. Usai terbangun, indera perasa Ressa perlahan mulai membaik. Kondisi badannya pun mulai fit setelah sekian lama ia tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Sebagai ucapan terima kasih, Ressa siap membantu warung makan milik Mbah Wongso yang dikelola oleh Tika bersama dengan Gembluk (Siti Fauziah) dan Gareng (Ephy Pae).
Waktu terus berlalu. Kehadiran Ressa di warung makan Mbah Wongso membuat jumlah pengunjung semakin meningkat. Tak sedikit dari para pengunjung yang menyadari jika warung makan Mbah Wongso yang sekarang turut dikelola oleh Chef terkenal dari Jakarta. Masakan Mangut menjadi primadona berkat olahan bumbu rempah dan teknik memasaknya yang berbeda dari kebanyakan. Mbah Wongso sangat senang akhirnya Ressa dan Tika dipertemukan kembali di Magelang setelah sekian lama terpisah oleh jarak dan cita-cita. Karena merasa menemukan kenyamanan, Ressa memilih untuk mengabdi sepenuhnya di warung makan Mbah Wongso. Hal tersebut tentunya membuat Mbah Wongso senang. Untuk menambah wawasan kuliner Nusantara, ia memberikan materi asli kumpulan resep Mustika Rasa yang selama ini belum diketahui oleh siapapun. Hal tersebut membuat Ressa terkejut, karena calon mertuanya juga memiliki buku resep itu. Setelah ditelusuri, buku Mustika Rasa yang dimiliki Pak Subroto belum sepenuhnya terkumpul. Dari 1945 resep yang sudah disusun oleh Presiden RI pada tahun 1965, hanya 1000an saja yang ada di buku milik Pak Subroto, dan sisanya ada di tangan Mbah Wongso.
Popularitas dan viralnya masakan Mangut dari warung makan Mbah Wongso membuat Pak Subroto sangat tertarik untuk mencicipinya. Ia langsung terbang dari Jakarta ke Magelang dengan pengawalan yang cukup ketat. Setibanya disana, Pak Subroto rela mengeluarkan uang lebih banyak demi menikmati masakan Mangut dari warung makan Mbah Wongso. Setelah dicicipi, Pak Subroto sangat puas karena rasanya hampir mirip dan sesuai dengan resep Mangut yang pernah ia coba saat masih muda. Pak Subroto yakin jika resep yang dimiliki Mbah Wongso itu berasal dari bagian dari buku Mustika Rasa yang hilang. Kehadiran Pak Subroto ke Magelang ternyata mempunyai rencana terselubung tanpa sepengetahuan Dinda dan juga Ressa. Rencana apa yang sedang dipersiapkan oleh Pak Subroto?


#Review:
Sutradara Hanung Bramantyo memulai tahun 2025 dengan produktifitas yang padat. Di bulan Februari ini, ia merilis dua film layar lebar sekaligus dengan jarak penayangan beda satu minggu saja. Film RAHASIA RASA (2025) menjadi film kolaborasi antara Dapur Films dengan Anak Muda Jago Productions milik produser asal Pulau Dewata, Bali yaitu Arsa Linggih.
Untuk segi cerita, film RAHASIA RASA (2025) dibuka dengan situasi chaos di dapur restoran yang sedang mempersiapkan hidangan spesial khasi Italia. Penonton langsung dikenalkan dengan Chef Ressa yang arogan, perfeksionis dan sangat detail sebelum menyajikan hidangan kepada tamu. Pada paruh awal film inilah karakteristik mereka langsung terlihat siapa yang antagonis dan protagonis. Plot kemudian bergerak pada elemen drama romansa dan perselingkuhan. Pada bagian ini, Hanung Bramantyo menampilkannya cukup explicit. Ressa yang patah hati, kemudian mengalami kecelakaan lalu indera perasanya hilang dan memutuskan untuk healing sejenak ke kampung halamannya. Setibanya di Magelang, Ressa bertemu lagi dengan teman semasa kecil yang selalu melindunginya. Pada bagian drama kehidupan Ressa ini, formula ini sudah sangat mainstream ditemukan di banyak judul sinetron, FTV maupun film lain. Untungnya elemen kuliner dan masak memasaknya terbilang konsisten dimunculkan mulai dari hidangan western food sampai kuliner Nusantara yang kaya akan bumbu rempahnya. Teknik pengambilan gambar untuk elemen kuliner nya cukup detail dan terlihat menggugah selera.
Memasuki babak ketiga, film RAHASIA RASA (2025) tiba-tiba banting setir dari drama romansa menjadi teka-teki misteri, sejarah dan juga action. Hanung Bramantyo menghadirkan plot tentang legenda buku resep Mustika Rasa yang disusun oleh Presiden Ir. Soekarno yang kemudian diramu menjadi sebuah plot ambisius tentang sejarah, perburuan harta karun sampai menambahkan elemen action didalamnya. Tak dilupakan juga moment dramatisasi juga turut meramaikan babak akhir film ini. Keputusan tentang multi genre yang unpredictable ini sebetulnya bisa menimbulkan dua kubu penonton yang pro dan kontra. Namun bagiku, keputusan yang diambil oleh film RAHASIA RASA (2025) jadi "over seasoning".
Terlepas dari kejutan multi genre tersebut, film ini berhasil menampilkan performa berkelas dari ketiga pemain utamanya yaitu Jerome Kurnia, Nadya Arina dan tentunya Slamet Rahardjo. Overall, film RAHASIA RASA (2025) cukup berhasil memberikan warna baru di jajaran film Indonesia tahun ini dengan kejutan multi genre yang unpredictable dan "over seasoning".


[7/10Bintang]

Tuesday, 25 February 2025

[Review] Conclave: Drama Penuh Kejutan Saat Pemilihan Paus Yang Baru Di Vatikan!


#Description:
Title: Conclave (2025)
Casts: Ralph Fiennes, Stanley Tucci, John Lithgow, Isabella Rossellini, Lucian Msamati, Carlos Diehz, Sergio Castellitto, Brian F. O'Byrne, Jacek Koman, Balkissa Souley, Bruno Novelli, Merab Ninidze
Director: Edward Berger
Studio: FilmNation Entertainment, House Productions, Indian Paintbrush, Focus Features


#Synopsis:
Dewan Kardinal Vatikan mengumpulkan para pejabat senior dari seluruh Gereja Kristen Katolik di dunia untuk segera datang Vatikan usai kematian Uskup atau Paus yang mendadak. Setelah proses pemakaman, Dewan Kardinal harus segera memilih Paus yang baru dengan melakukan tradisi Konklaf. Kardinal Thomas Lawrence (Ralph Fiennes) yang ketua Kardinal dari Inggris telah memiliki empat kandidat utama sebagai Paus yang baru yaitu Aldo Bellini (Stanley Tucci) dari Amerika Serikat, Joshua Adeyemi (Lucian Msamati) dari Nigeria, Joseph Tremblay (John Lithgow) dari Kanada dan Goffredo Tedesco (Sergio Castellitto) dari Italia.
Tradisi Konfklaf atau pemilihan Paus yang baru dilakukan secara tertutup. Para pejabat senior atau Kardinal dari seluruh dunia dikumpulkan di satu tempat yang sama, semua alat komunikasi dikumpulkan dan dilarang berinteraksi dengan dunia luar selama proses Konklaf berlangsung. Malam sebelum hari pertama Konklaf, para Kardinal menggelar pertemuan sambil makan malam bersama. Pada kesempatan tersebut, Aldo yang sudah kenal dekat dengan Thomas mengatakan alasan ia bersedia mencalonkan diri sebagai Paus yang baru demi menghalangi rencana Tedesco yang sangat berambisi ingin menjadi Paus. Aldo khawatir dengan sikap serta pemikiran dari Tedesco yang selama ini dikenal sebagai Kardinal dengan pemikiran tradisional dan juga keras. Disaat situasi sedang memanas, mereka kedatangan Kardinal yang baru tiba yaitu Vincent Benitez (Carlos Diehz). Benitez sendiri dikenal sebagai Kardinal yang dicintai banyak umatnya karena sudah berjasa melindungi dan menjaga perdamaian di negara-negara rawan konflik seperti Afghanistan, Kongo dan Iraq.
Keesokan harinya, proses Konklaf pun dimulai. Untuk memenuhi syarat dan terpilih menjadi Paus yang baru, kandidat Kardinal harus memperoleh 2/3 dari total Kardinal yang mengikuti Konklaf. Usai proses penghitungan, Adeyemi memimpin perolehan suara yang kemudian disusul Bellini, Tedesco, Tremblay, kemudian Lawrence dan Benitez. Namun jumlah suara yang diraih Adeyemi belum 2/3 yang dibutuhkan sehingga harus menggelar Konfklaf yang kedua.
Sambil menunggu Konklaf kedua, Lawrence meminta asistennya yaitu Raymond O'Malley (Brian F. O'Byrne) untuk mengumpulkan informasi tentang Benitez, Tedesco dan juga Tremblay. Awalnya Lawrence sepakat jika Adeyemi menjadi Paus yang baru karena memiliki prinsip liberal sama seperti Paus sebelumnya. Lawrence kemudian memberikan homili atau pidato di depan para Kardinal. Isi pidato tersebut membuat dirinya terlihat semakin berambisi untuk menjadi Paus yang baru. Namun pada kenyataannya, Lawrence sama sekali tidak ingin menjadi Paus. Ia justru mempertanyakan tentang keimanan dirinya sebagai seorang Kardinal dan juga kepercayaannya tentang agama di gereja. Ia hanya mencari sosok Kardinal yang sesuai kriteria untuk dijadikan Paus selanjutnya.
Saat makan siang, terjadi adu mulut antara Adeyemi dengan seorang biarawati bernama Shanumi (Balikissa Souley). Lawrence tak tinggal diam, ia langsung menemui Shanumi meskipun awalnya dilarang oleh pimpinan biarawati yaitu Agnes (Isabella Rossellini). Sebagai ketua Kardinal disana, Lawrence memiliki tanggung jawab terhadap semua orang yang ada di gereja. Setelah berbincang secara personal, Lawrence terkejut dengan hubungan di masa lalu antara suster Shanumi dengan Adeyemi. Lawrence kecewa terhadap Adeyemi yang merahasiakan hal tersebut karena untuk menjadi seorang Kardinal, diharuskan sudah menebus semua dosa yang pernah dilakukan. Dengan sangat terpaksa Lawrence pun memberitahukan hal ini sebelum proses Konklaf yang kedua.
Waktu terus bergulir. Lawrence semakin penasaran tentang Adeyemi dan juga suster Shanumi yang kembali dipertemukan di tempat yang sama. Ia pun bekerja sama dengan suster Agnes untuk mendapatkan kejelasan. Setelah mencari berbagai dokumen, Lawrence menemukan fakta mengejutkan yang berkaitan dengan salah satu Kardinal yang ada disana. Selain itu, fakta tersebut berkaitan juga dengan mendiang Paus yang berkaitan dengan cara mendapatkan jabatan sebagai Kardinal dengan melakukan praktek Simoni atau membeli jabatan secara materi kepada mendiang Paus.
Proses Konklaf kedua pun digelar. Perolehan suara yang diraih Adeyemi dan Tremblay menurun drastis. Sementara itu, suara yang didapatkan Bellini, Tedesco, Benitez dan Lawrence meningkat. Memasuki proses Konklaf yang ketiga, Lawrence memutuskan bekerja sama dengan Bellini untuk menentang hasil suara yang diperoleh Tedesco. Mereka khawatir suara kebencian dan kekerasan akan meningkat jika Tedesco terpilih menjadi Paus yang baru.
Saat memasuki proses Konklaf yang keenam, terjadi insiden bom bunuh diri tak jauh dari gereja. Ledakan tersebut merusak bagian atas gereja sehingga semua Kardinal dan orang-orang yang disana harus segera dievakuasi. Ditengah situasi yang cukup darurat, mereka tetap melanjutkan proses Konklaf. Tedesco dengan lantang menyuarakan untuk perang agama usai insiden pengeboman. Hal tersebut mengejutkan para Kardinal. Benitez yang selama ini diam, akhirnya menyuarakan pendapat yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang diucapkan Tedesco. Hal inilah yang membuat jumlah suara untuk Tedesco langsung menurun drastis. Setelah proses Konklaf yang ketujuh, Kardinal Vincent Benitez akhirnya terpilih menjadi Paus yang baru.
Menjelang pelantikan Benitez, Lawrence kembali menemukan sebuah fakta tak terduga yang berpotensi dapat memicu pertentangan secara global. Rahasia apa yang kali ini harus dihadapi oleh Lawrence?


#Review:
Oktober tahun lalu, pecinta film di Amerika Serikat dan Eropa dikejutkan dengan film drama terbaru karya sutradara asal Jerman yaitu Edward Berger berjudul CONCLAVE (2024). Film ini diadaptasi dari novel fiksi berjudul sama karya Robert Harris yang dirilis tahun 2016. Untuk segi cerita, film CONCLAVE (2024) langsung memberikan knowledge baru kepada penonton tentang proses pemilihan Paus yang baru di Vatikan.


Jika dalam beberapa tahun terakhir film-film yang berlatar gereja selalu identik dengan genre horror, di film CONCLAVE (2024) ini lebih menonjolkan drama dan intrik antar sesama Kardinal. Development story dan character dari setiap karakter yang ada tampil sangat kuat dan bisa saling terkoneksi satu sama lain. Sosok Kardinal Lawrence yang dipilih untuk mengadakan Konklaf dilanda kebingungan dan kegelisahan karena harus menemukan sosok Kardinal yang tepat. Tahapan demi tahapan dari tradisi Konklaf ini dijelaskan dengan baik, sehingga penonton non-Kristen Katolik juga dapat memahami sekaligus menambah wawasan. Selama proses pemungutan suara inilah, sang sutradara dan penulis naskah menampilkan kejutan lewat para karakter Kardinal yang memiliki ambisi dan agendanya masing-masing. Selama ini, jika melihat sosok pastur, biarawati dan romo tuh identik sebagai sosok yang teladan, bijaksana dan menenangkan. Namun tidak dengan apa yang ada di film CONCLAVE (2024) ini. Mereka semua sama seperti manusia kebanyakan yang memiliki dosa, ambisi dan ego yang besar. Kejutan plot twist yang disajikan dengan berlapis sehingga dan menimbulkan efek domino sampai film selesai. Tak disangka sih, film bertema gereja seperti ini bisa tampil sangat kompleks dan penuh dengan intrik didalamnya.
Untuk jajaran pemain, Ralph Fiennes yang memerankan Kardinal Lawrence sukses menghidupkan karakternya di film ini. Rasa penasaran, beban yang harus ia emban kemudian perasaan ragu dan dilema yang ia tampilkan tersampaikan dengan maksimal kepada penonton. Para pemain lainnya yang menyimpan banyak rahasia pun tampil memukau dengan karakteristiknya masing-masing. Moment adu argumen dan ketegangan yang terjadi diantara para Kardinal terasa nyata, seolah penonton ikut berada langsung di gereja yang sengaja mengisolasikan diri itu. Tak heran jika Ralph Fiennes dan Isabella Rossellini sukses masuk nominasi Academy Awards tahun ini dan beberapa nominasi penghargaan bergengsi lainnya.
Untuk urusan visual, film CONCLAVE (2024) subhanallah, benar-benar memanjakan mata banget! Teknik pengambilan gambar, pergerakan kamera, set lokasi, sinematografi sampe costume design nya sangat-sangat aesthetic dan serba simetris! Hampir semua adegan dan set lokasi yang disatukan selalu presisi dan on point banget. Selain visualnya yang mengesankan, film CONCLAVE (2024) juga turut didukung dengan scoring yang tak kalah luar biasa. Setiap adegan diiringi dengan scoring dahsyat, menghentak dan memancing adrenaline penonton. Overall, film CONCLAVE (2024) berhasil menyajikan drama penuh kejutan yang memukau dibalik peristiwa pemilihan Paus yang baru di Vatikan. Terima kasih sudah memberikan knowledge baru lewat film ini! Mengesankan!


[9/10Bintang]

Sunday, 23 February 2025

[Review] Wicked: Kisah Persahabatan Elphaba dan Galinda Ketika Di Shiz University!




#Description:
Title: Wicked Part One (2024)
Casts: Cynthia Erivo, Ariana Grande, Jonathan Bailey, Michelle Yeoh, Jeff Goldblum, Ethan Slater, Marissa Bode, Peter Dinklage, Bowen Yang, Bronwyn James, Keala Settle, Colin Michael, Andy Nyman
Director: Jon M. Chu
Studio: Universal Pictures, Marc Platt Productions
 
 
#Synopsis:
Kedatangan Glinda The Good (Ariana Grande) di Land of Oz disambut suka cita oleh para warga. Mereka sangat senang, saat mengetahui Galinda berhasil mengalahkan Wicked Witch (Cynthia Erivo) yang menguasai wilayah barat. Saat akan kembali ke Emerald City, Galinda mendapat pertanyaan dari seorang anak tentang persahabatannya dengan Wicked. Glinda tak membantah hal tersebut karena memang mereka pernah bersahabat saat kuliah di Shiz University.
Memasuki tahun ajaran baru, Galinda Upland tiba di kampus yang selama ini ia idamkan. Dengan parasnya yang cantik dan berasal dari keluarga kaya raya, Galinda langsung menjadi pusat perhatian oleh para mahasiswa disana. Disisi lain, Elphaba Thropp diminta sang ayah untuk mengantar dan mengawasi adiknya, Nessarose (Marissa Bode) yang ingin kuliah di Shiz University. Para mahasiswa yang ada disana dibuat terkejut saat melihat Elphaba karena warna kulitnya yang berwarna hijau. Tak sedikit yang memandang sebelah mata dan menganggap Elphaba aneh dengan bentuk fisiknya yang seperti itu. Para mahasiswa baru pun diminta berkumpul di taman sambil menunggu kehadiran Madame Morrible (Michelle Yeoh), yang menjabat sebagai pimpinan sekaligus Dean of Sorcery di Shiz University. Tugas Elphaba mengantarkan Nessarose sebetulnya sudah selesai. Namun karena aksi bullying yang Nessarose dapatkan gara-gara menggunakan kursi roda, membuat Elphaba marah hingga mengeluarkan kekuatan sihirnya. Seluruh mahasiswa terkejut dengan apa yang terjadi. Madame Morrible seketika langsung melindungi Elphaba dengan berkata jika sihir tersebut dilakukan oleh dirinya sendiri.
Di depan Madame Morrible, akhirnya Elphaba menceritakan tentang kemampuan sihirnya yang selama ini ia sembunyikan karena sulit untuk dikuasai. Madame Morrible langsung menawarkan Elphaba kursus sihir secara privat dengan dirinya dan dipersilahkan bergabung sebagai mahasiswa baru di Shiz University. Elphaba langsung menolak tawaran tersebut dengan alasan yang ingin kuliah disana hanya adiknya. Selain itu, jika dirinya ikut kuliah pasti tidak akan mendapat izin dari sang ayah. Melihat Elphaba yang bisa dengan mudah didekati oleh Madame Morrible, membuat Galinda berusaha mencari perhatian juga. Madame Morrible kemudian memanfaatkan Galinda untuk membujuk Elphaba bersedia kuliah di Shiz University dan nantinya Galinda bisa ikut kursus privat dengan Madame Morrible jika rencana tersebut berhasil. Elphaba akhirnya bersedia ikut kuliah di Shiz University dan mendapat satu kamar asrama yang sama dengan Galinda. Awalnya Galinda merasa keberatan dan risih karena harus berbagi kamar dengan Galinda, namun seiring berjalannya waktu Galinda mulai terbiasa dirinya bisa kursus secara privat dengan Madame Morrible.
Suatu hari, Shiz University kedatangan mahasiswa baru yaitu Fiyero Tigelaar (Jonathan Bailey). Para mahasiswa baru kemudian berencana menggelar pesta dansa di Ozdust Ballroom. Seluruh mahasiswa bisa hadir dengan membawa pasangan mereka masing-masing. Kehadiran Fiyero membuat Galinda langsung jatuh hati kepadanya. Sementara itu, Eplhaba yang awalnya tidak ingin datang, diminta oleh Galinda untuk datang juga ke pesta dengan mengenakan gaun serta topi aneh yang sengaja Galinda berikan pada Elphaba. Kehadirannya di Ozdust Ballroom, kembali mengundang bullying dari para mahasiswa lain. Mereka menganggap penampilan busana Elphaba aneh dan juga menyeramkan. Setelah itu, Madame Morrible muncul di pesta tersebut dan menemui Galinda. Ia bersedia mengajarinya ilmu sihir secara privat atas paksaan dari Elphaba. Jika, Madame Morrible tidak menyanggupi hal tersebut, maka Elphaba akan keluar dari Shiz University.
Seiring berjalannya waktu, berbagai kebijakan aneh muncul di Shiz University. Para Doktor dan Professor hewan yang ada disana tiba-tiba mendapat perilaku diskriminatif. Salah satu yang mengalaminya yaitu Dr. Dillamon (Peter Dinklage) yang mengaku kemampuannya untuk berbicara dan berfikir seperti manusia mendadak berkurang secara drastis. Puncaknya, Shiz University mengeluarkan surat yang memerintahkan jika seluruh hewan yang selama ini mengajar sebagai dosen, Doktor maupun Professor harus dikembalikan ke habitatnya. Kejadian tersebut membuat Elphaba sangat sedih dan kesal. Keadilan dan kesetaraan sebagai sesama makhluk hidup harus kembali ditegakkan. Elphaba pun kini berjanji jika sudah berhasil menguasai kekuatannya, ia akan membantu Dr. Dillamon dan seluruh hewan lainnya agar bisa kembali seperti semula.
Waktu terus berlalu, Shiz University mendapat kiriman sebuah surat dari Wizard of Oz (Jeff Goldblum). Surat tersebut ternyata undangan untuk Elphaba yang memintanya untuk datang ke Emerald City. Madame Morrible sangat senang akhirnya Elphaba bisa bertemu Wizard of Oz dan mewujudkan impiannya disana sebagai seorang penyihir dengan kemampuan luar biasa. Ketika rombongan pengantar Elphaba sedang menunggu kereta, Galinda menunjukkan solidaritasnya dengan mendukung semua impian dan cita-cita Elphaba yang ingin mengembalikan hak-hak para hewan di Shiz University. Galinda pun memutuskan untuk mengganti nama panggilannya menjadi Glinda, sama seperti nama panggilan yang diberikan Dr. Dillamon kepada dirinya. Karena merasa terharu dengan sikap sahabatnya itu, Elphaba tiba-tiba saja langsung mengajak Glinda untuk ikut ke Emerald City dengan menaiki kereta. Setibanya disana, mereka disambut dengan penuh suka cita oleh para warga dengan berbagai atraksi spektakuler.
Tiba di istana, Elphaba dan Glinda disambut dengan hangat oleh Wizard of Oz. Tak lama setelah itu, mereka juga kedatangan Madame Morrible. Usai menjelajahi setiap sudut istana, Elphaba dan Glinda dipertemukan dengan sebuah buku keramat bernama Grimmerie. Buku tersebut berisikan berbagai mantra tersembunyi yang tulisannya sangat sulit untuk dibaca. Namun siapa sangka, Elphaba berhasil membuka dan membaca salah satu mantra dalam buku Grimmerie tersebut. Mantra yang ia ucapkan yaitu tentang levitasi. Mantra tersebut ternyata berhasil mengubah pasukan penjaga Wizard of Oz jadi memiliki sayap dan bisa terbang. Tak hanya itu saja, Elphaba pun kini memiliki kemampuan yang sama. Disaat yang bersamaan Elphaba menemukan fakta mengejutkan tentang rencana dari Wizard of Oz. Apa yang sebenarnya terjadi disana? Akankah Elphaba mengikuti semua perintah dari Madame Morrible dan juga Wizard of Oz?
 
 
#Review:
Rumah produksi Universal Studios akhirnya merilis live action WICKED (2024) yang diadaptasi dari panggung musikal Wicked The Untold Story of The Witches of Oz tahun 2003 karya Stephen Schwartz dan Holzman. Pentas musikal tersebut berdasarkan dari novel ikonik berjudul Wicked karya Gregory Maguire yang sama-sama terinspirasi dari series buku legendaris The Oz Book yang sudah ada sejak tahun 1900 silam.


Untuk segi cerita, film WICKED (2024) ini lebih fokus pada karakter penyihir Wicked dan Glinda. Karena sebelumnya, kedua karakter ini sudah muncul sebagai karakter pendukung dalam film live action OZ THE GREAT AND POWERFUL (2013) yang diproduksi oleh studio sebelah. Keputusan sutradara Jon M. Chu membagi film WICKED (2024) menjadi dua bagian adalah keputusan yang sangat tepat. Pada bagian pertamanya yang dirilis November 2024 kemarin, film ini berhasil membangun cerita dan pendalaman masing-masing karakter dengan sangat baik. Melanjutkan tradisi dari Hollywood belakangan ini yang dimana menghadirkan sisi lain dari sosok villain ikonik dalam dongeng-dongeng klasik. Sosok Elphaba terlahir dengan warna kulit hijau. Ia merupakan anak dari hasil hubungan terlarang mendiang ibunya dengan seorang salesman. Kondisi Elphaba yang berwarna hijau tersebut memang tidak dijelaskan dengan gamblang mengapa bisa seperti itu dan kenapa juga ia bisa memiliki kekuatan sihir, padahal kedua orangtuanya bukan penyihir. Elphaba tumbuh menjadi seorang remaja perempuan yang sudah terbiasa dengan bully dari orang-orang disekitarnya, termasuk sang ayah yang lebih menyayangi anak keduanya ketimbang Elphaba. Backstory dari karakter Glinda pun sama. Ia muncul sebagai sosok remaja perempuan cantik serba pink yang sangat berambisi ingin menjadi seorang penyihir. Untungnya, saat plot memasuki latar Shiz University, dinamika drama remaja tampil dengan baik dan juga menghibur. Meskipun bertema fantasy dan dongeng, konflik remaja yang dihadirkan di lingkungan Shiz University ini menurutku cukup related dengan kondisi di era modern yang dimana tindakan bullying masih bisa ditemukan dimanapun. Sosok Glinda yang selama ini identik dengan sosok peri baik, image nya diubah menjadi seorang remaja centil, caper, pick me dan bermuka dua wkwkwk. Hampir sepanjang film, aku bisa merasakan tidak ada ketulusan dari Glinda yang ingin berteman dengan Elphaba hahaha. Semuanya terasa sangat fake dan banyak niat terselubung lah pokoknya. Bahkan saat memasuki final act di istana Wizard of Oz pun, keputusan, ketulusan dan sikap Glinda belum bisa meyakinkan penonton kalau dirinya satu visi dengan Elphaba. Mungkin semuanya bisa terjawab dengan tuntas nanti di WICKED PART TWO: FOR GOOD (2025) yang akan dirilis November tahun ini. Selain problematika khas remaja, babak pertama dari film WICKED (2024) juga turut menyoroti perilaku diskriminatif, memanfaat kondisi dan memutarbalikkan fakta yang related lagi dengan kondisi sosial saat ini. Namun disatu sisi, treatment konflik dan dialog di beberapa bagian menurutku ada yang terlalu modern, serta adanya issue woke agenda pun semakin menjauhkan film ini dari kesan klasik.
Untuk jajaran pemain, duo Cynthia Erivo dan Ariana Grande sudah jelas jadi bintang utama dalam film WICKED (2024) ini. Kualitas akting serta vokal dari Erivo sebagai Elphaba terasa sangat konsisten dari awal sampai akhir film. Kesan independen, tegas, berpegang teguh terhadap pendirian terpancar kuat dari sosok Elphaba yang meskipun gaya busananya culun dan warna kulitnya beda dari yang lain. Vokalnya yang lantang namun tetap memberikan rasa menyentuh setiap ia menyanyi menjadi daya tarik tersendiri ketika Elphaba sedang sing a long di film ini. Selanjutnya, penampilan Ariana Grande sebagai Glinda pun sangat berhasil mencuri perhatianku. Image Glinda diubah total olehnya menjadi centil, caper dan juga bermuka dua. Hahaha. Meskipun demikian, visual Ariana Grande sebagai Glinda masyaallah cantik banget! Outfit serba pink dengan gaya rambut blonde yang bergelombang membuat level cantiknya makin paripurna. Vokal Ariana dalam bernyanyi dan berdansa di film ini juga bagus! Duet maut dengan Erivo juga tak kalah memukau. Tak heran jika keduanya berhasil masuk nominasi Best Actress dan Best Supporting Actress di berbagai ajang penghargaan bergengsi seperti Golden Globes dan Academy Awards 2025. Jajaran pemain pendukung lainnya tampil sesuai dengan porsinya masing-masing dan memang cukup tertutupi oleh pesona Erivo dan juga Ariana.
Untuk urusan visual, to be honest, film WICKED (2024) ini jauh lebih memukau dan juga realistis dibandingkan film OZ THE GREAT AND POWERFUL (2013) nya Disney. Jon M. Chu tidak terlalu mabok visual efek di semua bagian. Beberapa scene terlihat menggunakan set lokasi sungguhan. Penggunaan visual efek juga sangat smooth. Scoring musik dan lagu-lagu yang dinyanyikan dalam film ini juga easy listening, sangat modern dan punya pesan powerful bagi pendengarnya. Overall, film WICKED (2024) memang layak masuk jajaran film Hollywood terbaik di tahun 2024 lalu. Makin tidak sabar untuk menunggu PART TWO nya November tahun ini!
 
 
[9/10Bintang]

Saturday, 22 February 2025

[Review] Anak Kunti: Misteri Sosok Kuntilanak Gentayangan Di Desa Wonoenggal!



#Description:
Title: Anak Kunti (2025)
Casts: Gisellma Firmansyah, Wavi Zihan, Abun Sungkar, Nita Gunawan, Iwa K, Jajang C. Noer, Ruth Marini, Selvi Kitty, Rendra Bagus, Kukuh Prasetya, Pritt Timothy, Retno Soetarto, Muhammad Abe
Director: Bambang Drias
Studio: KipasKipas, Drias Film Productions


#Synopsis:
Libur sekolah telah tiba, para santriwati yang ada di pondok pesantren pulang ke rumah mereka masing-masing. Namun tidak bagi Sarah (Gisellma Firmansyah). Sebagai anak yatim piatu dan tidak memiliki kampung halaman, Sarah menghabiskan hari liburnya di pesantren membantu keluarga Pak Kyai (Pritt Timothy). Suatu malam, Sarah mendengar suara yang meminta dirinya untuk segera pulang. Tak lama itu, Sarah mengalami kesurupan dan tak sadarkan diri. Usai siuman, Bapak dan Ibu Kyai akhirnya menceritakan masa lalu Sarah ketika masih kecil. Kala itu, Sarah dititipkan ke pesantren oleh seorang wanita bernama Aminah (Ruth Marini). Aminah titip pesan kepada Ibu Kyai untuk merawat Sarah dan memohon untuk tidak memberitahu tentang asal-usul Sarah demi kebaikannya. Sebelum pergi, Aminah hanya turut menitipkan peta petunjuk yang ditulis tangan kepada Ibu Kyai. Kini, Ibu Kyai memberikan petunjuk tersebut kepada Sarah dengan harapan muridnya itu bisa menemui Aminah atau keluarganya di Desa Wonoenggal.
Keesokan harinya, Sarah izin pamit dari pesantren untuk pergi ke Desa Wonoenggal. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Sarah tiba disana. Ia bergegas mencari rumah sahabatnya di pesantren yaitu Azizah (Wavi Zihan) yang ternyata tinggal di satu desa yang sama dengan Aminah. Kedatangan Sarah membuat Azizah senang. Tiba di rumah Azizah, Sarah disambut oleh ayahnya, Hasan (Iwa K). Saat mereka sedang makan di pasar, Sarah menanyakan tentang Aminah kepada Azizah. Namun sebagai warga asli Desa Wonoenggal, Azizah tidak ada yang memiliki nama Aminah. Azizah pun menanyakan kepada ayahnya tentang sosok Aminah yang sedang dicari oleh Sarah. Pertanyaan tersebut membuat Pak Hasan terkejut. Ia langsung meminta Sarah untuk pulang dan tidak menginap dirumahnya dengan berbagai alasan. Azizah kesal dan marah kepada ayahnya. Karena merasa sungkan, Sarah memilih keluar dari rumah. Azizah kemudian mengajak Sarah menuju sebuah langgar atau masjid yang ada di pinggir desa. Azizah meminta Sarah untuk sementara tinggal disana sambil mencari keberadaan Aminah.
Waktu terus berlalu, Sarah dan Azizah masih belum berhasil menemukan apa yang mereka cari, meskipun mereka sudah dibantu oleh seorang mahasiswa magang bernama Najib (Abun Sungkar) yang ada di puskesmas. Disaat yang bersamaan, warga desa semakin sering diganggu oleh sosok gaib berwujud Kuntilanak saat malam hari. Puncaknya, satu persatu warga ditemukan tewas dengan cara yang mengenaskan usai melihat penampakan Kuntilanak tersebut. Pak Hasan yang semakin gelisah kemudian menemui dukun Mbah Darmi (Jajang C. Noer) untuk meminta pertolongan mengusir Kuntilanak tersebut. Mbah Darmi, Hasan dan para warga yakin jika sosok Kuntilanak gentayangan itu adalah Wati (Nita Gunawan) yang berkaitan dengan masa lalu dari Sarah. Para warga yakin jika Sarah merupakan anak dari Wati dan menyebabkan Kuntilanak gentayangan di desa mereka. Mbah Darmi memerintahkan Hasan dan warga untuk segera mengusir Sarah dari Desa Wonoenggal agar Kuntilanak tersebut tak lagi mengganggu mereka. Akankah semua rencana mereka berhasil?


#Review:
Sutradara Bambang Drias atau yang kini lebih familiar dipanggil Drias baru saja merilis film horror terbarunya berjudul ANAK KUNTI (2025). Untuk segi cerita, film ini memiliki premis yang sebetulnya cukup menarik dan mudah diikuti.


Film dibuka dengan adegan flashback dan penonton pun bisa dengan mudah apa yang akan terjadi selanjutnya setelah anak dari Wati dititipkan kepada Aminah. Hampir setengah durasi film lebih menonjolkan drama ketimbang horror. Plotnya berfokus membangun cerita dan konflik saat karakter Sarah tiba di Desa Wonoenggal. Konflik yang dihadirkan di desa tersebut juga cukup potensial bisa dikembangkan, karena mengangkat issue tentang kondisi desa yang lebih percaya terhadap dukun dan meninggalkan ajaran agama. Ide ini langsung mengingatkanku akan film THAGHUT (2024) yang disutradarai oleh Bobby Prasetyo. Namun sayang, di film ANAK KUNTI (2025) ini issue tersebut jadi serba nanggung dan banyak hal yang tidak konsisten. Salah satunya ketika salah satu karakter meninggal, tiba-tiba warga menggelar tahlilan dan membaca yasin. Padahal di tengah film sudah diperlihatkan jika warga Desa Wonoenggal sudah meninggalkan sholat dan juga agama. Wkwkw aneh. Keganjilan demi keganjilan terus terjadi sampai menuju akhir film. Kemunculan karakter Linda yang diperankan Selvi Kitty menurutku terlalu dipaksakan untuk ada. Dari segi visual dan penampilan, sangat tidak cocok dengan plot cerita. Andai saja peran Linda disini hanya sebatas orang kota yang ingin aborsi ke dukun saja pasti jauh lebih realistis. Inimah malah jadi salah satu warga desa dengan looks yang seksi dan oplas dimana-mana. Jomplang banget dengan para pemain lain yang sudah semaksimal mungkin tampil sederhana dengan wardrobe yang sesuai pada tempatnya. Satu kejutan ternyata disiapkan oleh tim penulis skenario film ANAK KUNTI (2025) yang melibatkan Linda dengan Majid yang diperankan Abun Sungkar. Untung plot twist tersebut tidak diteruskan lebih jauh lagi. Kesian Abun deh wkwkwk! Untuk urusan jump scared, sepertinya sutradara Drias masih belum bisa menampilkan yang bisa membuat penonton terkesan. Kemunculan Kuntilanak di film ini jauh lebih seram saat blur saja ketimbang eksis di depan kamera dengan close-up berkali-kali. Cara si Kuntilanak eksekusi incarannya pun emang sadis sih, tapi tahapannya itu loh, terlalu cepat. Efek visualnya juga jauh dari kata memuaskan, karena eksekusinya selalu dalam situasi gelap-gelapan. Tata sinematografi dan pergerakan kamera nya juga tipikal film-film kelas B dan C banget.


Terlepas dari segala kekurangan yang sudah disebutkan, film ANAK KUNTI (2025) masih punya beberapa hal yang patut diapresiasi. Penyelesaian konflik dengan open ending jadi punya potensi untuk hadirnya sekuel dan diharapkan bisa tampil jauh lebih baik lagi. Lebih lanjut, penampilan Gisellma Firmansyah dan Wavi Zihan sebagai bestie pesantren disini terasa believable, meskipun dialog-dialog antara mereka dan juga Abun Sungkar masih kurang luwes dan too scripted. Jajaran pemain senior yang paling menonjol tentunya Ruth Marini. Peran apapun selalu ia lahap dengan mudah dan penuh totalitas. Duo antagonis ibu Jajang C. Noer dan Iwa K disini terasa disia-siakan banget. Development character nya terlalu biasa sehingga penampilan keduanya jadi tidak memorable.
Overall, film ANAK KUNTI (2025) tidak memberikan hal baru untuk genre horror Indonesia. Belum sampai di level yang memuaskan.


[5/10Bintang]