#Description:
Title: Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur (2018)
Casts: Luna Maya, Herjunot Ali, Asri Welas, Ence Bagus, Opie Kumis, Verdi Solaiman, Teuku Rifnu Wikana, Kiki Narendra, Alex Abbad, Clift Sangra
Director: Rocky Soraya & Anggy Umbara
Studio: Soraya Intercine Films
#Synopsis:
Satria (Herjunot Ali) terpaksa izin untuk pulang ke rumah dari pekerjaannya lantaran ia mendapat telepon dari Mia (Asri Welas), asisten rumah tangga yang mengabarkan bahwa sang istri, Suzzanna (Luna Maya) kondisinya sedang tidak fit.
Tapi ternyata Suzzanna tidak sakit, sang istri tengah mengandung anak setelah penantian lama bertahun-tahun. Satria yang mendengar kabar tersebut begitu amat bahagia. Sebentar lagi mereka akan menjadi seorang ayah dan ibu. Namun kabar bahagia tersebut sedikit terganggu lantaran Satria ditugaskan pergi ke Jepang oleh atasannya, Pak Bakti (Clift Sangra). Dengan sangat terpaksa Satria harus meninggalkan istrinya selama satu minggu untuk mengurus pekerjaan di Jepang.
Sementara itu, keempat karyawan pabrik Satria yakni Umar (Teuku Rifnu Wikana), Jonal (Verdi Solaiman), Dudun (Alex Abbad) dan Gino (Kiki Narendra) sangat kecewa dengan atasannya itu lantaran permohonan kenaikan gaji yang mereka inginkan ditolak. Jonal kemudian mempunyai ide untuk merampok rumah Satria. Umar, Dudun dan Gino awalnya menolak melakukan aksi kejahatan itu terutama Umar, ia tak ingin kembali masuk ke penjara dan tak ingin juga melukai perasaan wanita yang selalu ia kagumi yakni Suzzanna. Karena himpitan ekonomi lah, akhirnya mereka pun setuju untuk merampok rumah Satria. Umar dan ketiganya akan melancarkan aksinya ketika Suzzanna dan ketiga asisten rumah tangga sedang pergi ke pasar malam.
Kepergian Satria ke Jepang tidak membuat Suzzanna merasa sedih berkelanjutan. Dirumahnya ia ditemani oleh ketiga asisten rumah tangga yakni Mia, Rojali (Opie Kumis) dan Tohir (Ence Bagus). Untuk mengisi kesenggangan waktunya, Suzzanna ikut pergi ke pasar malam bersama dengan Mia, Rojali dan Tohir nonton layar tancep. Udara malam yang tak bersahabat membuat Suzzanna tidak merasa nyaman, ia memutuskan untuk pulang duluan kerumah. Setibanya dirumah, hujan mengguyur dengan deras. Ia kemudian pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Tak lama setelah itu, Suzzanna mendengar kegaduhan dilantai bawah. Ia lalu mengecek kebawah memastikan apa yang terjadi.
Umar, Jonal, Gino dan Dudun ternyata sudah berhasil masuk dan mengambil barang berharga sebelum Suzzanna duluan masuk kerumah. Mereka berempat panik kemudian bersembunyi lantaran Suzzanna terbangun. Ketika Umar dan ketiga temannya akan kabur melalui jendela, Suzzanna memergoki mereka. Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan, Suzzanna yang harus berjuang melawan keempat perampok itu akhirnya harus meregang nyawa ditangan keempat perampok. Usai membunuh Suzzanna, dengan tega Umar, Jonal, Gino dan Dudun mengubur Suzzanna di halaman rumah untuk menghilangkan jejak.
Keesokan harinya, Suzzanna terbangun dari tidurnya. Awalnya ia mengira hanyalah mimpi buruk, namun ketika Suzzanna melihat punggungnya yang penuh darah akibat luka dan juga bolong, ia berteriak histeris dan belum bisa menerima kalau dirinya telah meninggal. Penyebab Suzzanna masih ada di alam dunia karena ia meninggal dengan cara tak wajar. Arwah Suzzanna semakin kuat karena ia ingin balas dendam kepada para pembunuh. Tak hanya itu saja, rasa cinta diantara Suzzanna dan Satria yang amat besar juga menjadi salah satu penyebabnya.
Namun Suzzanna tidak bisa balas dendam seenaknya, jika ia membunuh orang secara langsung ia takkan bisa lagi tinggal di alam dunia dan akan kekal di alam arwah. Suzzanna tak rela ia pergi ke alam arwah karena belum bertemu dengan Satria. Suzzanna lalu memanfaatkan dirinya yang kini menjadi Sundel Bolong untuk menakuti dan menterror keempat perampok. Ia memanipulasi pikiran dan rasa takut Dudun dan Gino untuk membunuh mereka.
Melihat kedua temannya dibunuh oleh sosok Sundel Bolong, Umar dan Jonal kemudian menemui Mbah Turu, seorang dukun untuk menghentikan terror Sundel Bolong. Mbah Turu lalu menyuruh Umar dan Jonal untuk membakar tempat tinggal Suzzanna dan juga membunuh suaminya dihadapan Suzzanna, karena dua hal tersebut yang paling ampuh untuk mengalahkan Sundel Bolong. Akankah rencana mereka untuk menghentikan terror balas dendam Suzzanna yang kini berwujud Sundel Bolong berhasil?
#Review:
Tahun 2018 ini kembali menjadi tahun dimana menjamurnya genre film horror di Indonesia. Setiap bulan selalu ada aja film horror lokal yang dirilis di bioskop. Bahkan salah satu rumah produksi terkenal di Indonesia tahun ini terasa seperti stripping membuat film horror. Rumah produksi tersebut nyaris merilis satu hingga tiga judul film horror di bioskop dalam kurun waktu satu bulan. Dari sekian judul film lokal horror tahun ini yang sudah dirilis, menurutku hanya ada DUA film saja yang paling ditunggu kehadirannya yakni film SEBELUM IBLIS MENJEMPUT (2018) dan SUZZANNA BERNAPAS DALAM KUBUR. Film karya sutradara Timo Tjahjanto sendiri sudah dirilis pada 9 Agustus 2018 lalu ini menjadi Film Horror Indonesia terbaik versiku. Bahkan film ini juga meraih banyak nominasi di ajang Festival Film Bandung 2018 dan Festival Film Indonesia 2018 yang akan segera digelar. Yang paling ditunggu berikutnya adalah film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR produksi Soraya Intercine Films. Penyebab utama film ini ditunggu-tunggu olehku dan mungkin pecinta film Indonesia lainnya adalah sosok almarhum Suzzanna kembali "dibangkitkan" oleh Soraya Intercine Films dengan menggandeng Anggy Umbara dan Rocky Soraya.
Dijumpai pada saat Press Conference dan Gala Premiere film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR pada, 10 November 2018 lalu di Plaza Senayan XXI Jakarta, sang produser yakni Sunil Soraya membeberkan banyak sekali informasi seputar film ini. Soraya memilih Luna Maya yang memerankan Suzzanna lantaran memiliki karakteristik raut wajah yang sedikit mirip dengan legenda horror Indonesia itu. Tak hanya itu saja, kualitas akting Luna Maya usai membintangi FILOSOFI KOPI 2 (2017), THE DOLL 2 (2017) dan SABRINA (2018) tergolong memuaskan menjadi nilai plus tersendiri dimata produser. Selama proses shooting yang memakan waktu hingga dua bulan lamanya ini, Luna Maya dan pemain lainnya menutup dengan rapat informasi film ini. Hal tersebut menurutku sangat berhasil memancing rasa penasaran yang tinggi para penonton.
Pada Press Conference juga sang produser membeberkan alasan pergantian sutradara film ini yang awalnya sepenuhnya dipegang oleh Anggy Umbara. Perbedaan visi dan misi ketika proses shooting antara sutradara awal dan produser lah yang akhirnya Sunil Soraya menambahkan Rocky Soraya untuk terlibat dalam film ini. Mereka bahkan melakukan re-shoot hampir 80% cerita dan adegan ketika Rocky Soraya mulai terjun menyutradarai film ini. Meskipun melakukan perombakan cerita serta adegan secara besar-besaran, Sunil Soraya berjanji memberikan yang paling terbaik untuk film "bangkitnya" sosok legenda horror ini.
Dan akhirnya aku berkesempatan hadir bisa menonton film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR lebih awal sebelum tayang reguler di bioskop sebanyak dua hari berturut-turut pada Gala Premiere di Plaza Senayan XXI dan Special Screening di CGV Grand Indonesia Jakarta.
Seperti film-film produksi Soraya Intercine Films lainnya, Film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR ini mempunyai durasi mencapai 125 menit. Lamanya durasi ini dimanfaatkan cukup baik oleh sang sutradara dan penulis skenario dalam membangun cerita. Kita diajak berkenalan satu persatu dengan para karakter tanpa terlewat satupun. Paruh pertama film sisi drama antara Suzzanna dan Satria tampak begitu hangat. Diselipkan juga moment menghibur dari ketiga asisten rumah tangga mereka. Tak sedikit juga adegan-adegan yang menunjukkan aktifitas mereka sehari-hari dalam film ini. Berlanjut pada paruh pertengahan film, sisi horror dan ketegangan mulai ditebar ketika Suzzanna tewas ditangan keempat perampok. Perlahan tapi pasti, terror Suzzanna yang kini berwujud Sundel Bolong mulai menghantui dan mencelakai Dudun, Gino, Umar hingga Jonal. Aku suka banget cara Rocky Soraya menghadirkan terror Sundel Bolong yang mengambil referensi dari film Suzzanna jaman baheula. Kemunculan Sundel Bolong dalam film ini juga tidak dibuat murahan. Atmosfer horror serta minim suara ketika akan masuk pada moment jumpscared berhasil memberikan rasa menegangkan tersendiri untukku. Sosok Suzzanna pun dibuat secantik mungkin namun tanpa menghilangkan aura keseramannya. Hal ini patut diapresiasi lantaran film horror lokal belakangan ini mayoritas menampilkan sosok setan yang bermuka seram dan hancur. Ditengah kengerian terror Sundel Bolong, moment komedi kembali diselipkan sebagai pencair suasana. Namun menurutku, porsi komedi dalam film ini terutama ketika disatukan dengan horror, membuat tingkat keseramannya menjadi berkurang. Entahlah mungkin karena aku sudah terbiasa dengan film pure horror tanpa komedi dan juga referensi film-film Suzzanna jaman baheulanya minim yang menjadikan aku kurang sreg dengan penempatan komedi dalam film ini. Aku sendiri jauh lebih menikmati drama antara Suzzanna dan Satria. Kodar drama mereka cukup bagus dan kuat. Kontribusi paling besar menurutku datang dari sang istri saja, yakni Suzzanna. Kita bisa merasakan dirinya konsisten benar-benar mencintai suaminya dengan melakukan banyak hal agar ia bisa terus bersama dengan sang suami.
Meskipun terganggu oleh komedinya yang menyebabkan kadar ngeri film ini berkurang, tapi moment komedi tersebut hadir sama sekali tidak garing. Keputusan moment komedi ditugaskan kepada Opie Kumis, Asri Welas dan Ence Bagus adalah keputusan yang sangat bagus. Ketiganya menjalankan tugasnya dengan baik. Kita bisa tertawa cukup kencang melihat interaksi ketiga asisten rumah tangga ini. Bahkan baru saja melihat Opie Kumis dan Asri Welas saja sulit rasanya untuk menahan tawa. Adegan mitos cermin menjadi adegan paling epic antara mereka dan Sundel Bolong! Haha.
Yang menjadi highlight film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR siapa lagi kalau bukan the one and only Luna Maya. Dibantu dengan make-up artist professional dari Rusia, Soraya Intercine Films BERHASIL menyulap Luna menjadi plek-tumplek mirip Suzzanna. Bagian raut wajah dibuat semirip mungkin, dan ketika film ini dimulai, aku yakin siapapun pasti auto merinding melihat kembali Suzzanna di era sekarang. Tak cuma sekedar make-upnya saja yang mirip, Luna dengan amat baik menampilkan gesture serta logat khas Suzzanna nya. Paling epic adalah tatapan matanya yang tajam dan juga suara tertawanya yang kencang dan juga lantang. Gilaaa mirip banget! Luna Maya menjadi Suzzanna ini menurutku mampu setara dengan Reza Rahadian memerankan sosok BJ Habibie. Yang mengesankan berikutnya adalah keempat penjahat dalam film ini. Rocky Soraya dan penulis skenario menampilkan Umar, Jonal, Gino dan Dudun dengan masing-masing background serta motif yang jelas. Sisi empati dalam diri mereka juga tak lupa ditampilkan meskipun hanya sebentar. Alex Abbad berhasil memerankan Dudun yang begitu ketakutan. Baru kali ini aku bisa sangat menikmati akting dari Alex Abbad dengan banyak dialog hehe. Sosok Umar dan Jonal yang diperankan Rifnu Wikana serta Verdi Solaiman menjadi penjahat yang apik, penuh rencana dan juga kejam. Tatapan, sikap serta gesture Verdi Solaiman sebagai Jonal sih yang paling mengintimidasi. Terlepas dari karakter mereka yg sudah bagus, yang cukup disayangkan adalah munculnya plothole. Contohnya ketika Dudun setelah mati, sama sekali tidak diceritakan setelah kejadian tersebut seperti apa. Musuh yang tersisa malah melupakan begitu saja. Padahal keempatnya sudah membangun chemistry kebersamaan dari awal film. Dan berikutnya, karakter yang paling lemah menurutku datang dari Satria yang diperankan oleh Herjunot Ali. Performance Junot disepanjang film ini terasa biasa saja bahkan aura-aura Zainuddinnya masih terasa. Sosok Satria juga menurutku terlihat plin-plan dalam memperlihatkan rasa cintanya pada sang istri. Disatu sisi ia terlihat begitu menyayangi sang istri, namun disatu sisi lainnya ia begitu membencinya.
Film ini banyak mengambil referensi dari film-film Suzzanna dalam urusan terror dan jumpscared. Rocky Soraya kemudian melakukan pembaharuan dalam film ini melalui adegan slasher-gore khasnya dibeberapa bagian. Kita bisa melihat adegan berdarah-darah yang cukup brutal dibeberapa bagian. Namun menurutku terasa nothing special sih tidak se-intimidasi MATA BATIN (2017) ataupun SABRINA (2018).
Untuk segi visual dan music scoring, seperti film-film Soraya Intercine Films pada umumnya, film SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR ini menampilkan sesuatu yang megah dan spektakuler. Tata artistik dan setting tempat film ini begitu kuat terasa nuansa 1989an nya. Tidak cuma sekedar tempelan semata.
Overall, sebagai sebuah film horror yang bersetting tahun 90an, SUZZANNA: BERNAPAS DALAM KUBUR menurutku BERHASIL membangkitkan kembali legenda ratu horror Indonesia! Tayang di bioskop Indonesia mulai 15 November 2018 mendatang!
[7.5/10Bintang]
0 comments:
Post a Comment