Monday, 18 February 2019

[Review] Ave Maryam: Menjadi Saksi Kisah Cinta Seorang Suster Gereja


#Description:
Title: Ave Maryam "Uncensored Version" (2019)
Casts: Maudy Koesnaedi, Chicco Jerikho, Tutie Kirana, Olga Lydia, Joko Anwar, Nathania Angela
Director: Ertanto Robby Soediskam
Studio: Summerland Films, Pratama Pradana Pictures


#Synopsis:
Suster Maryam (Maudy Koesnaedi) seorang biarawati disebuah gereja yang mengurusi orang-orang lansia dan juga para suster-suster sepuh. Rutinitasnya dimulai dari pagi hari, seperti doa bersama dengan para suster lain, mempersiapkan sarapan untuk para penghuni gereja, memandikan orang-orang lansia, mencuci dan menjemur pakaian serta linen, memberikan obat pada orang-orang lansia yang sedang sakit dan membeli susu segar dari seorang bocah perempuan muslim bernama Dinda (Nathania Angela) yang setiap hari selalu membawakan susu segar ke gereja. Bagi Suster Maryam, Suster Mila (Olga Lydia) serta biarawati lainnya, menjalankan rutinitas seperti itu dan mengabdi sepenuh hati ke gereja sudah cukup dimata tuhan. 



Suatu malam, Romo Martin (Joko Anwar) membawa seorang biarawati lansia sebagai penghuni baru. Ia adalah Suster Monic (Tutie Kirana). Romo Martin menjanjikan pada para suster akan mendatangkan juga Romo Yosef (Chicco Jerikho) di gereja mereka untuk mengajarkan paduan orkestra pada para paduan suara di gereja.
Kehadiran Romo Yosef di gereja serta keahliannya dalam bermusik membuat Suster Maryam jatuh hati. Setiap hari ketika paduan suara di gereja sedang berlatih dengan Romo Yosef, ia selalu memperhatikan dan menikmati setiap latihan itu. Melihat ada yang selalu memperhatikannya, membuat Romo Yosef pun perlahan mulai memperhatikan balik Suster Maryam. Hingga pada suatu hari, Romo Yosef memberi tawaran ajakan untuk keluar gereja untuk makan malam pada Suster Maryam. Merasa bingung harus menjawab apa dan kaget, Suster Maryam memutuskan untuk menolak tawaran itu.


Romo Yosef bukan tipe orang yang mudah menyerah. Ia terus mencoba mengajak Suster Maryam untuk jalan-jalan. Suster Maryam pun akhirnya menerima tawaran Romo Yosef. Intense pertemuan mereka setiap malamnya usai semua pekerjaan selesai semakin sering. Hal inilah yang membuat Suster Maryam pulang larut malam dan selalu terbangun kesiangan. Melihat Suster Maryam yang sering tak berada dikamarnya ketika malam hari dan kesiangan membuat Suster Mila dan Suster Monic mencoba mencari tahu penyebabnya.


Sementara itu, intens kedekatan antara dirinya dengan Romo Yosef membuat Suster Maryam dihadapi oleh dua pilihan berat dalam dirinya. Tetap berpegang teguh pada keyakinannya atau lebih mengikuti perasaan cinta dan hatinya yang setelah sekian lama tidak pernah ia rasakan sebelum bertemu dan dekat Romo Yosef.


#Review:
Pada ajang Jogja Netpac Asian Film Festival 2018 lalu, banyak Film Indonesia yang sangat sukses mencuri perhatian para pecinta film yang menghadiri event tingkat Internasional itu. Salah satu diantaranya yaitu film AVE MARYAM (2019) yang disutradarai oleh Ertanto Robby Soediskam. Bagi para pecinta film Indonesia yang tidak sempat bisa datang ke event JAFF 2018 sepertiku itu berhasil membuat iri dan dengki kepada mereka-mereka yang sudah menonton film-film Indonesia yang ditayangkan disana.


Mendengar kabar Plaza Indonesia Film Festival yang diselenggarakan mulai 14-17 Februari 2019 di Cinema XXI Plaza Indonesia, Jakarta membuat aku sangat antusias banget. Line-up film-film yang akan ditayangkan adalah film-film wagelaseeh yang aku nanti-nantikan. Film-film itu antara lain:

1. Ave Maryam (Indonesia)
2. 27 Steps of May (Indonesia)
3. Kucumbu Tubuh Indahku: Memories of My Body (Indonesia)
4. Shoplifters (Jepang)
5. Cold War (Polandia)
6. Capharnaum (Lebanon)
7. The Tailor (Vietnam)
8. Short Movie Compilations: Kado, Ballad of Blood & Two White Buckets, Elegi Melodi, Loz Jogjakartoz dan Elinah.



Line-up film-filmnya sangat menggiurkan sekali. No.1 hingga No.4 adalah film yang paling aku incar. Dan alhamdulillah sekali, ketika pendaftaran PIFF 2019 ini dibuka pada 1 Februari 2019 yang lalu melalui website resmi Plaza Indonesia, aku berhasil mendapatkan empat film yang aku incar banget ini. Dan kemarin, tepat pada Valentine Day, aku datang (lagi, secara berturut-turut) ke Cinema XXI Plaza Indonesia Jakarta untuk menghadiri Press Conference Plaza Indonesia Film Festival 2019 dan Movie Screening film AVE MARYAM (2019). PIFF 2019 kali ini mengangkat tema "Love, Live & Life" yang mengangkat berbagai sudut pandang kehidupan dari isu-isu sosial, kehidupan bertoleransi, pengorbanan dan melihat sisi gelap-terangnya perjalanan cinta.
Selain Movie Screening, pada minggu lalu tepatnya pada 9-10 Februari 2019, PIFF 2019 juga menghadirkan Movie Clinic di GoWork Plaza Indonesia yang memiliki tiga kelas, yaitu:

1. Creative Content yang dihadiri oleh Allan Wangsa, Andre Sugianto dan Aditya Prabaswara
2. Music in Film Session bersama Mondo Gascaro
3. Acting Class Session bersama Ayu Laksmi

Tujuan diadakannya Movie Clinic ini untuk memberikan edukasi kepada generasi muda yang memiliki ketertarikan terhadap industri film melalui panel diskusi dengan para ahlinya.

Kembali ke movie review film AVE MARYAM (2019). Film yang disutradarai oleh Ertanto Robby Soediskam ini sebetulnya sangatlah simple. Tentang dua orang manusia yang sedang jatuh cinta. Namun sang sutradara mengarahkan ide cerita yang simple ini ke arah yang jauh lebih personal dan mendalam tentang artinya cinta, kejujuran dan pengabdian.


Paruh awal film bergerak cukup lambat melihat rutinitas sehari-hari yang dilakukan oleh seorang biarawati. Dari sini kita diajak untuk berkenalan dengan Suster Maryam yang mengabdikan seluruh hidupn dan umurnya untuk membantu orang-orang lansia di gereja. Melihat keseharian yang dilakukan oleh para biarawati dalam film ini membuatku cukup bosan. Tapi setelah dipikir-pikir lagi semalaman, bagian ini menurutku terasa sedikit "menampar" orang-orang yang memang terjebak pada satu rutinitas pada hal apapun bukan hanya sebagai seorang biarawati saja. Aktifitas serupa yang terus dilakukan oleh seorang manusia suatu saat akan menemukan titik jenuh saat menemukan sebuah aktifitas atau rasa baru dalam dirinya. Tapi ketika dihadapkan pada dua pilihan itu, manusia harus menentukan satu pilihan. Meskipun tak selalu berakhir dengan manis.
Penggambaran serta pergolakan batin Suster Maryam disini sungguhlah luar biasa. Kita bisa merasakan perasaan Suster Mayam lewat gesture serta permainan emosi apik yang dilakukan dengan sempurna oleh Maudy Koesnaedi. This is the very very very best movie from her ever. Ada dua adegan Suster Maryam dalam film ini sangatlah menguras emosi dan tak terasa berhasil mengeluarkan air mata. Chicco Jerikho yang memerankan Romo Yosef mampu hadir sebagai seorang pria yang mampu meluluhkan kekuatan iman dari Suster Maryam. Romo Yosef betul-betul to the point dan tidak banyak melakukan basa-basi gombal. Dirinya juga sangat berhasil menempatkan dirinya pada saat hanya berduaan dengan Suster Maryam atau sedang berada di gereja. Ending film AVE MARYAM (2019) juga menghadirkan ide yang sangat menguras emosi. Keputusan yang diambil oleh Suster Maryam dan Romo Yosef ini sukses membuatku speechless. Tak cuma itu saja, adegan di pantai itu juga kembali membuatku speechless nganga. Hohoho.
Terlepas dari luar biasanya skenario serta karakterisasi pemeran yang apik, film ini juga menurutku mempunyai beberapa kekurangan kecil seperti penggambaran background Suster Maryam ini sebetulnya seorang muslim atau kristen terasa kurang jelas. Disatu sisi, penampilan Suster Maryam saat keluar gereja selalu mengenakan penutup kepala dan ketika mengucap syukur pada satu adegan mengucapkan "alhamdulillah", tapi disatu sisi lainnya, Suster Maryam menampilkan ia selalu berdoa khusyuk seperti orang kristen dengan melantunkan ayat-ayat kitab kristen.
Overall, Film AVE MARYAM (2019) memiliki kekuatan cerita dan karakter dalam filmnya yang berhasil mengusik hati penontonnya secara personal dan mengesankan. Tayang reguler di bioskop Indonesia pada 11 April 2019 mendatang!


[8.5/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment