#Description:
Title: Sunyi: Adaption from Whispering Corridors (2019)
Casts: Angga Yunanda, Amanda Rawles, Arya Vasco, Naomi Paulinda, Teuku Ryzki, Monique Priscilla, Verdi Solaiman, Dayu Wijanto
Director: Awi Suryadi
Studio: PicHouse Films, CJ Entertainment, MD Pictures
#Synopsis:
Menjadi siswa di SMA unggulan bernama Abdi Bangsa merupakan menjadi idaman setiap siswa. SMA tersebut sudah berhasil mencetak para alumni yang kini sudah mempunyai nama-nama dan gelar-gelar besar di Indonesia. Tapi tidak bagi Alex (Angga Yunanda). Baginya diterima masuk di SMA Abdi Bangsa bukanlah suatu prestasi membanggakan, melainkan sebuah bencana. Budaya senioritas, tindakan kekerasan hingga praktek bullying dengan memposisikan siswa baru sebagai budak, siswa kelas dua sebagai manusia dan siswa kelas tiga sebagai raja menjadi konsumsi sehari-hari Alex dan puluhan siswa baru lainnya. Ditambah lagi Alex ini merupakan anak dari almarhum Pierre Pranoto yang berprofesi sebagai seorang parapsikolog alias paranormal. Sang ibu (Unique Priscilla) hanya bisa menenangkan Alex dan berpikir positif soal tindak senioritas itu untuk mendidik siswa baru lebih disiplin dan patuh.
Disekolah, Alex bertemu dan berkenalan dengan Maggie (Amanda Rawles), siswi baru juga namun berbeda kelas dengannya. Berkat Maggie lah Alex bisa bertahan dari situasi yang tidak menyenangkan dari para seniornya.
Para siswa baru di SMA Abdi Bangsa ini diharuskan patuh terhadap semua peraturan yang diterapkan oleh siswa kelas dua dan tiga. Siswa baru dilarang untuk menggunakan toilet siswa, dilarang mengunjungi kantin dan perpustakaan serta harus hormat dan menyapa setiap berpapasan dengan siswa senior.
Suatu hari, Alex dipaksa untuk melakukan ritual pemanggilan roh disebuah aula basket oleh ketiga siswa senior, mereka adalah Andre (Arya Vasco), Erika (Naomi Paulinda) dan Fahri (Teuku Ryzki). Ketiga siswa senior ini percaya bahwa sosok hantu penunggu sekolah yang bernama Cindy Sadis masih betah berada disekolah. Siswa Cindy yang dikenal sadis ini telah menjadi mitos dan legenda tabu di sekolah selama sepuluh tahun lamanya. Cindy konon membunuh secara sadis 3 siswi SMA Abdi Bangsa bernama Laras (Abarrane Issabeau), Esther (Nicola Anstee) dan Filla (Djihan Ranti).
Ternyata ritual pemanggilan roh yang dilakukan Alex dan ketiga siswa senior berhasil mendatangkan para penunggu sekolah. Tak cuma itu saja, usai kejadian itu Alex dan ketiga siswa senior itu setiap harinya diganggu oleh para penunggu sekolah.
Andre, Erika dan Fahri lalu menyalahkan dan menyerang Alex atas segala terror yang mereka alami. Namun keadaan semakin memburuk saat satu persatu dari mereka tewas dengan cara yang mengenaskan. Fahri terjun dari atap sekolah dan Erika kepalanya terbentur dengan keras ke tembok ketika sedang berlatih loncat indah di kolam renang sekolah. Melihat kedua temannya meninggal secara tidak wajar, membuat Andre semakin kesal terhadap Alex. Andre yakin bahwa Alex penyebab dari kematian kedua temannya itu.
Sementara itu, Alex terus dihantui oleh tiga sosok misterius yang selalu menampakan diri dihadapannya dan seolah memberikan sebuah petunjuk. Alex yang kebingungan lalu mencoba meminta bantuan pada sahabatnya Maggie untuk mencari tahu siapa ketiga sosok misterius itu.
Akankah Alex berhasil memecahkan misteri yang selama ini menyelimuti SMA Abdi Bangsa?
#Review:
Awi Suryadi is back! Sutradara yang semakin melejit usai mengembangkan adaptasi novel Danur karya Risa Sarasvati menjadi Danur Cinematic Universe dibawah naungan MD Pictures ini, kembali menghadirkan sebuah film horror yang kali ini mengadaptasi dari film korea berjudul WHISPERING CORRIDORS (1998). Ini merupakan menjadi project pertama dari PicHouse Films dan MD Pictures bekerjasama dengan CJ Entertainment selaku rumah produksi dan produser dari negara Korea.
Seperti film-film horror MD Pictures kebanyakan, materi promosi film SUNYI (2019) ini tampak sangat menjanjikan. Teaser poster, official poster hingga trailer yang dipublish begitu bagus dan berhasil mengundang rasa penasaran untuk ditonton. Sejauh ini setelah film horror BADOET (2015) dan tiga franchise DANUR (2017), MADDAH (2018) dan ASIH (2018), Awi Suryadi berhasil menyajikan horror yang tidak perlu diragukan lagi kredibilitasnya. Signature khasnya selalu ia tampilkan disetiap filmnya.
Dan kali ini di film SUNYI (2019) Awi Suryadi berhasil membangun suasana horror yang cukup slowburn dan jumpscared yang tepat pada sasaran. Awi benar-benar sudah meninggakan tren film horror "berisik" yang bermodalkan suara dan efek menggelegar dalam film SUNYI (2019) ini. Paruh awal film kita diajak berkenalan dengan siswa baru bernama Alex yang masuk ke SMA Abdi Bangsa yang ia anggap sebagai neraka. Tindakan bullying yang menjadi budaya di SMA Abdi Bangsa menurutku terlalu berlebihan, mengada-ngada dan tidak mempunyai reason yang masuk akal. Terlihat dalam satu adegan, kepala sekolah yang diperankan Dayu Wijanto sebetulnya kurang suka dengan budaya senioritas disekolahnya namun ia tidak bisa berbuat lebih, dengan alasan sudah menjadi budaya yang mendarah daging. Cukup aneh. Tiga siswa senior yang hobby bullying yang diperankan oleh Arya Vasco, Naomi Paulinda dan Teuku Ryzki menurutku kurang cocok dan terlihat sekali begitu kaku dan maksa ketika sedang berantagonis.
Untungnya sedikit kekurangan itu lumayan tertutupi oleh atmosfer horror yang dibangun dengan sangat baik. Gedung sekolah SMA Abdi Bangsa yang begitu luas disulap menjadi sekolah yang cukup horror. Setiap sudut sekolah divisualkan dengan sangat apik lewat pengambilan gambar yang tak biasa dan semi artistik. Penggunaan musik scoring yang diterapkan dalam film SUNYI (2019) ini sangat sesuai dengan judul filmnya terasa begitu sunyi, senyap dan minim sekali suara. Hal ini menurutku bagus banget karena Awi Suryadi berhasil mengembalikan sebuah film horror pada basicnya yaitu mengandalkan kekuatan cerita dan atmosfer horror ketimbang bermain dengan visual efek atau musik yang menggegelar.
Angga Yunanda dan Amanda Rawles pun cukup bermain dengan baik meskipun kedua background dari mereka menurutku masih bisa digali lebih jauh lagi. Twist yang dihadirkan film SUNYI (2019) ini untungnya tidak terjebak seputar perjanjian dengan iblis lagi. Awi Suryadi mengemas twistnya cukup cerdik meskipun oleh aku pribadi sudah bisa tertebak dengan mudah pada saat film dimulai haha.
Overall, sebagai sebuah film horror adaptasi dari film korea, film SUNYI (2019) ini masuk kategori yang tidak terlalu buruk dan jauh lebih rapi dan baik dibandingkan dengan versi aslinya.
[8.5/10Bintang]
Hi Rizky. Perkenalkan, saya Aga, salah satu penulis skenario Sunyi. Terima kasih buat review-nya ya :) Saya hanya mau sekedar sharing aja, bahwa budaya senioritas yang digambarkan dalam film ini kami angkat dari budaya serupa yang terjadi di salah satu SMA swasta di Jakarta. Sama seperti di Sunyi, semua siswa kelas 1 di SMA ini berstatus 'budak': tidak boleh memakai WC, tidak boleh pergi ke kantin atau perpus, harus selalu hormat kepada para senior, dan harus siap push up jika dianggap melakukan kesalahan. Semua ini berlangsung selama satu tahun penuh, hingga akhirnya para junior ini naik kelas dan berubah status menjadi 'manusia'. Sama seperti di Sunyi, budaya ini diketahui oleh para guru, namun mereka memutuskan untuk menutup mata, selama tidak ada kegiatan yang berlebihan dan menimbulkan korban. Kenapa saya tahu semua ini? Karena saya adalah seorang mantan budak di sekolah tersebut :) Perbedaannya dengan Sunyi hanya tiga: SMA saya ini merupakan SMA khusus laki-laki; budaya senioritasnya tidak pernah menimbulkan korban jiwa; dan tidak ada hantunya (setahu saya lho, hehe). Semoga infonya membantu ya. Dan sekali lagi, terima kasih sudah menonton Sunyi, dan terima kasih buat review-nya.
ReplyDeleteSaya baru tahu ada budaya senioritas semacam.. itu..
ReplyDeleteLagi ditayangin nih di trans7.. hehe
ReplyDelete