#Description:
Title: KKN Di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni (2022)
Casts: Tissa Biani, Adinda Thomas, Achmad Megantara, Aghniny Haque, Fajar Nugra, Calvin Jeremy, Aulia Sarah, Kiki Narendra, Aty Cancer, Diding Boneng, Dewi Sri, Andri Mashadi, Lydia Kandou
Director: Awi Suryadi
Studio: MD Pictures, Pichouse Films
#Synopsis:
Ayu (Aghniny Haque) bersama dengan sang kakak yaitu Ilham (Andri Mashadi) dan Nur (Tissa Biani) mendatangi sebuah desa terpencil di dalam hutan untuk observasi sebagai tempat program KKN (Kuliah Kerja Nyata). Ilham yang sudah kenal dengan Pak Prabu (Kiki Narendra) meminta izin Ayu dan kelima temannya untuk menjalankan program KKN disana. Awalnya Pak Prabu tidak bersedia desanya dijadikan tempat para mahasiswa menjalankan KKN, namun karena sudah mengenal Ilham dan Ayu berjanji akan membantu para warga desa, Pak Prabu pun akhirnya memberikan izin.
Usai mendapatkan lokasi untuk program KKN, Widya (Adinda Thomas) pun melakukan persiapan dan mengemas barang-barang yang akan dibawa untuk KKN. Mengetahui anak semata wayangnya akan pergi KKN di desa terpencil di dalam hutan membuat sang ibu (Lydia Kandou) merasa cemas dan khawatir. Widya pun meminta ibunya untuk tidak terlalu khawatir, karena desa tersebut sudah disurvey oleh Ayu dan juga kakaknya. Widya berjanji akan menjalankan program KKN dengan baik dan menuruti semua permintaan sang ibu untuk selalu jaga sikap selama berada disana.
Setelah selesai menyimpan barang bawaan, para mahasiswa diajak berkeliling desa oleh Pak Prabu. Mereka kemudian menuju ke tempat penampungan air warga desa bernama Air Sinden yang sudah lama terbengkalai. Selain itu, Pak Prabu juga mengajak para mahasiswa untuk melihat kebun jagung yang dikelola oleh warga. Widya pun bertanya tentang suara musik gamelan yang ia dengar saat naik motor di hutan pada Pak Prabu. Mendengar hal tersebut membuat Ayu dan yang lainnya terkejut. Mereka meminta pada Widya untuk tidak lagi berbicara sembarangan.
Setelah berkeliling desa Pak Prabu mengingatkan para mahasiswa untuk tidak pergi ke hutan Tapak Tilas yang tak jauh dari kebun jagung. Disana, mereka juga melihat area pemakaman yang sebagian nisan ditutupi oleh kain hitam. Pak Prabu menjelaskan jika kain hitam itu sebagai penanda makam yang belum berusia satu tahun. Selama berkeliling melihat sekitar desa, Nur merasa bagian pundaknya selalu berat. Ia juga beberapa kali sering melihat bayangan hitam berukuran besar. Nur memilih diam dan bersikap tenang agar tidak membuat panik teman-temannya.
Setelah selesai berkeliling, para mahasiswa kemudian membagi tugas untuk menjalankan project menghidupkan tempat penampungan Air Sinden tersebut. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok. Ayu dengan Bima, Nur dengan Anton dan Widya dengan Wahyu.
Dibalik pemilihan tiga kelompok tersebut, diam-diam Ayu menyukai Bima. Ia ingin satu kelompok dengan Bima agar bisa terus bersama-sama. Namun disisi lain, Bima diam-diammenyukai Widya. Mereka pun berusaha bersikap biasa saja agar tidak mempengaruhi program KKN yang sedang dijalankan.
Malam harinya, disaat sedang bersantai di teras posyandu, Wahyu merasakan sakit perut dan meminta Anton menemaninya pergi ke hutan untuk buang air besar. Sementara itu, Widya tidak bisa tidur nyenyak. Saat ia terbangun, Widya dikejutkan dengan melihat bayangan hitam yang tengah duduk di dekat Nur yang sedang tertidur. Widya kemudian kembali berbaring dan berusaha untuk tidur secepat mungkin.
Keesokan harinya, para mahasiswa siap menuju ke tempat penampungan Air Sinden untuk memulai program kerja mereka. Wahyu menyemprotkan banyak sekali parfum ke seluruh bagian tubuhnya karena dari kemarin tidak mandi dan tidak membersihkan buang air besar dengan baik. Setelah selesai dari tugas pertama, Nur dan Widya pergi ke toilet umum untuk mandi. Disaat Nur sedang siap-siap untuk mandi duluan, ia dikejutkan dengan penampakan sesosok Genderuwo berukuran besar yang berusaha menyerang Nur. Ia langsung mengucapkan Istighfar berkali-kali sambil melemparkan tanah. Genderuwo pun akhirnya pergi menjauhinya. Nur kemudian keluar dari toilet dan memutuskan tidak jadi mandi. Disaat Nur menunggu Widya yang sedang mandi, Nur mendengar suara nyanyian sinden dari dalam toilet. Ia pun dikejutkan dengan melihat seorang wanita cantik mengenakan kostum penari jawa yang sedang mendekati Widya.
Malam harinya, Nur mendatangi Pak Prabu dan Mbah Buyut (Diding Boneng) untuk menceritakan tentang apa yang ia rasakan sejak pertama kali datang ke desa. Mbah Buyut lalu memberikan segelas kopi pahit untuk diminum oleh Nur. Setelah menghabiskan kopi tersebut, Mbah Buyut mengetahui jika Nur memang sedang diincar oleh Genderuwo, namun Nur dilindungi oleh Khodamnya yang bernama Mbah Dok (Dewi Sri). Mbah Buyut kemudian melakukan ritual memotong ayam lalu memberikannya pada Genderuwo agar tak lagi mengganggu Nur dan yang lainnya.
Keesokan harinya, Ayu yang sedang mengerjakan tugas di dekat kebun jagung tak sengaja melihat Bima yang berjalan menuju hutan Tapak Tilas. Bima mengaku mendengar suara yang memanggil dirinya untuk masuk ke hutan tersebut. Disisi lain, Nur dan Anton dibuat penasaran dengan apa yang ada di hutan Tapak Tilas saat sedang mempersiapkan program kerja kelompok mereka berdua.
Pada malam harinya, Anton dan Wahyu mendengar suara desahan yang berasal dari kamar Bima. Mereka berdua tidak berani menegur Bima dan akan segera melaporkan hal tersebut pada Nur, Widya dan Ayu. Kejadian aneh kembali dirasakan oleh Widya dan juga Nur. Mereka mengalami mimpi buruk yang aneh. Selain itu, mereka juga tiba-tiba sering menari tanpa sadar dan membuat teman-temannya ketakutan. Pak Prabu pun meminta para mahasiswa untuk tinggal di posko desa agar tidak terjadi hal-hal aneh lagi.
Setelah kejadian tersebut, beberapa warga jadi sering melihat penampakan ular di posko. Tak hanya itu saja, Widya, Ayu dan Bima juga sering didatangi oleh sesosok perempuan cantik yang mengenakan kostum penari jawa. Perempuan tersebut merupakan Dawuh atau seorang penari terpilih bernama Badarawuhi (Aulia Sarah) yang menguasai desa lelembut di wilayah hutan Tapak Tilas. Ia menginginkan Widya untuk menjadi Dawuh selanjutnya namun rencana tersebut cukup sulit dilakukan karena Widya berusaha dilindungi oleh Khodamnya Nur yaitu Mbah Dok.
Badarawuhi kemudian memanfaatkan ambisi dari Ayu dan Bima yang berusaha memikat satu sama lain. Ia memberikan selendang pemikat berwarna hijau pada Ayu untuk mendapatkan Bima dan ia juga memberikan sebuah gelang Kawaturih pada Bima agar bisa membuat Widya jatuh hati padanya. Bima pun meminta bantuan pada Ayu untuk menyimpan gelang tersebut ke tas milik Widya.
Namun sayang, semua rencana yang dilakukan Ayu dan juga Bima menjadi berantakan setelah diketahui oleh Nur. Ia tak percaya jika kedua temannya itu melakukan perjanjian dengan jin yang menguasai hutan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Bima, Anton dan Wahyu juga melihat secara langsung beberapa warga desa mengalami kerasukan dan berusaha menyerang mereka bertiga. Untungnya salah satu warga yang kerasukan Genderuwo membiarkan Bima, Anton dan Wahyu pergi karena mereka ada di sisi Mbah Buyut yang sudah memberikan jaminan pada Genderuwo untuk tidak lagi mengganggu desa lelembut.
Disaat yang bersamaan, Widya dan Wahyu sedang pergi ke kota untuk berbelanja bahan pangan. Dalam perjalanan pulang menuju desa, mereka harus melewati hutan belantara dengan kondisi hari yang sudah semakin larut. Ditengah hutan, tiba-tiba motor mereka mati. Widya dan Wahyu dibuat panik dan berusaha untuk terus berjalan agar cepat sampai ke desa.
Setibanya di posko, Wahyu dikejutkan dengan makanan yang ia bawa berubah menjadi bangkai kepala monyet. Setelah itu, Nur didatangi oleh Badarawuhi untuk tidak ikut campur urusan yang sedang ia lakukan bersama dengan Ayu dan Bima. Nur kemudian mengamankan selendang dan Kawaturih dari tas Ayu dan Widya, agar keadaan tidak semakin kacau. Setelah itu, Nur mendatangi Bima dan memintanya untuk segera ibadah sholat. Bima pun menyesali atas semua hal yang telah ia lakukan selama ini. Bima hanya terdesak sehingga terpaksa melakukan perjanjian dengan Badarawuhi demi keselamatan Widya. Setelah mendengar kejujuran Bima, Nur mengumpulkan teman-temannya untuk berdiskusi sekaligus menghentikan program KKN mereka. Hal tersebut membuat mereka sedih karena jika KKN tidak diselesaikan akan berdampak pada kelulusan mereka di kampus.
Disaat mereka sedang beristirahat, Widya terbangun dan melihat Bima keluar dari posko. Widya pun mengikuti Bima yang ternyata pergi ke Tapak Tilas. Disana ia melihat Bima sedang berhubungan seksual dengan siluman ular yang selama ini menjelema menjadi Badarawuhi. Selain itu, Widya juga melihat Ayu yang kini sudah menjadi Dawuh dan harus menari secara terus-menerus untuk menghibur penghuni desa yang dikuasai Badarawuhi. Untungnya Widya berhasil melarikan diri dari Tapak Tilas setelah anjing dari Mbah Buyut datang dan menuntun Widya keluar dari sana.
Setibanya di posko, Widya shock dan sangat sedih melihat kondisi tubuh Ayu dan Bima yang sudah sekarat. Mbah Buyut tidak bisa menolong mereka karena sukma atau arwah keduanya sudah terjebak di Angkaramurka bersama dengan Badarawuhi.
Nur, Widya, Anton dan Wahyu akhirnya memutuskan untuk menghentikan program KKN mereka dan pulang ke kota dengan meninggalkan Ayu dan Bima di desa. Keluarga dari Ayu dan Bima pun langsung datang ke desa dan membawa jasad anak mereka pulang. Ilham dan ibunya sangat sedih sekaligus marah pada Pak Prabu karena tidak bisa menjaga Ayu disana. Beberapa bulan kemudian Ayu dan Bima dinyatakan meninggal dunia. Tiga tahun berlalu, Nur dan Widya akhirnya bersedia diwawancara mengenai kisah tragis yang dialami mereka saat program KKN mereka dengan beberapa syarat yaitu nama, lokasi dan desa disamarkan.
Nur pergi menemui Kyai di Pesantren untuk menanyakan perihal Khodam Mbah Dok yang selalu mengikutinya. Kyai meminta Nur agar tidak perlu khawatir, karena tugas Mbah Dok hanya melindungi keturunannya dari segala bahaya. Hal tersebut terbukti saat Nur sedang menjalani program KKN.
#Review:
Sukses meraih gelar film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan jumlah 9.2 juta penonton, tak membuat MD Pictures berkreasi dengan film KKN DI DESA PENARI (2022). Akhir tahun ini, tepatnya tanggal 29 Desember, MD Pictures resmi merilis film KKN DI DESA PENARI Extended Version (2022) dengan sub-judul LUWIH DOWO, LUWIH MEDENI, yang artinya Lebih Panjang, Lebih Menyeramkan. Lantas, apakah versi Extended kali ini akan sesuai dengan sub-judulnya?
Aku berkesempatan hadir ke Gala Premiere KKN Extended yang diselenggarakan pada Rabu, 28 Desember lalu di Cinema XXI Epicentrum, Jakarta Selatan. Meskipun cuaca pada hari itu diprediksi akan terjadi hujan badai yang cukup kencang, suasana Gala Premiere KKN Extended berjalan dengan lancar. Pada sesi Press Conference, Manoj Punjabi selaku produser dan CEO MD Pictures menghadirkan kolaborasi dengan Bank Mandiri lewat aplikasi mobile banking mereka yaitu Livin' by Mandiri. Promo yang dipersiapkan berupa Tiket nonton KKN Extended seharga Rp.1 khusus untuk pengguna baru Livin', kemudian diskon 30% untuk pengguna setia Livin' dan harga spesial untuk Snack Popcorn untuk seluruh pengguna Debit Bank Mandiri.
Untuk segi cerita, film KKN Extended harus diakui jauh lebih solid dibandingkan versi Uncut yang dirilis pada libur Lebaran 2022 lalu. Meskipun sedikit lebih baik, namun level kebosanannya masih sangat mendominasi. Lele Laila dan Awi Suryadi selaku penulis naskah dan sutradara film KKN DI DESA PENARI (2022) menurutku terlalu setia terhadap materi aslinya yang berasal dari Thread Twitter milik SimpleMan. Durasi mencapai 175 menit terasa makin melelahkan karena minim sekali hal-hal menyeramkan didalamnya. Banyak adegan masih terasa melompat-lompat sehingga plot tidak menyatu dengan baik. Beberapa adegan yang di-cut kemudian ditampilkan di versi KKN Extended ini mostly tidak terlalu penting sih menurutku. Andai saja Lele Laila dan Awi Suryadi diberi kebebasan untuk mengeksplor kisah Geng KKN, pasti akan jauh lebih baik lagi.
Seperti yang sudah aku sebutkan pada Review film KKN Uncut, satu-satunya adegan horror yang berhasil dieksekusi dengan baik yaitu saat karakter Widya terkejut melihat Nur yang sedang sholat dan sedang berada di dapur secara bersamaan. Selebihnya? Tidak berkesan. Adegan Wahyu dan Widya yang motor mereka mati saat di hutan lalu diajak ke pesta hajatan contohnya. Di versi KKN Extended ini dilakukan re-shoot alias shooting ulang. Perbedaannya terlihat dari POV Kamera yang menghadap ke jalan setapak, Widya yang tidak menggunakan flash ponsel dan kemunculan pria tua yang membantu mereka berdua. Keputusan re-shoot ini menurutku sangat tepat, karena di versi KKN Uncut, adegan tersebut terasa kurang natural karena over lighting dan interaksi mereka dengan warga di hajatan juga kurang misterius.
Perbedaan Adegan motor mati di hutan versi Uncut dan versi Extended
Untuk adegan-adegan lainnya, sudah aku beri tanda merah dibagian Synopsis.
Selain melakukan proses re-shoot beberapa adegan, MD Pictures juga melakukan proses perbaikan visual efek CGI di film KKN Extended. Salah satu yang paling mencolok yaitu design visual Genderuwo yang jauh lebih jelas, anjing Mbah Buyut yang mengalami upgrade visual dan penampilan siluman ular Badarawuhi saat berhubungan seks dengan Bima di tempat pemandian sanggar tari.
Overall, film KKN Extended tampil sedikit lebih solid dengan beberapa perbaikan didalamnya. Namun penambahan durasi 40 menit untuk adegan-adegan yang sudah aku sebutkan diatas, memang tidak terlalu berdampak besar terhadap keseluruhan cerita.
[6.5/10Bintang]
0 comments:
Post a Comment