#Description:
Title: Budi Pekerti (2023)
Casts: Sha Ine Febriyanti, Angga Yunanda, Prilly Latuconsina, Dwi Sasono, Omara Esteghalal, Ari Lesmana
Director: Wregas Bhanuteja
Studio: Rekata Studios, Kaninga Pictures
#Synopsis:
Pandemi CoVid-19 tak menghalangi aktifitas belajar mengajar di sekolah. Para guru dan siswa tetap bisa berinteraksi secara daring dengan memanfaatkan teknologi serta internet. Hal tersebut diterapkan dengan baik oleh salah satu guru BK (Bimbingan Konseling) yang ada di Yogyakarta yaitu Ibu Prani (Sha Ine Febryanti). Meskipun tidak tatap muka secara langsung, Ibu Prani selalu konsisten memberikan pelajaran pada murid-muridnya dengan cara yang unik. Hal tersebut cukup efektif meningkatkan minat belajar serta disukai oleh para muridnya di sekolah.
Setelah jam mengajar selesai, Ibu Prani adalah seorang istri sekaligus ibu dari dua anak yang sudah beranjak dewasa. Anak pertama yaitu Tita (Prilly Latuconsina), anggota band indie yang kini sedang disibukkan dengan bisnis pakaian Thrifting di sosial media. Anak kedua yaitu Muklas (Angga Yunanda), content creator lokal dengan konten dunia animalia sebagai andalannya. Sementara itu, sang suami yaitu Pak Didit (Dwi Sasono), mengalami depresi berat setelah beberapa bisnisnya bangkrut akibat pandemi CoVid-19. Hal tersebutlah yang menyebabkan kondisi perekonomian keluarga Ibu Prani menjadi serba terbatas. Untungnya, penghasilan yang didapatkan Tita dan Muklas bisa sedikit meringankan beban finansial orang tua mereka. Sedikit harapan datang dari pihak yayasan sekolah yang hendak mencalonkan Ibu Prani sebagai calon wakil kepala sekolah. Kabar tersebut menjadi kabar yang membahagiakan, karena jika Ibu Prani terpilih, maka ia akan mendapatkan gaji yang lebih besar dan bisa memperbaiki kehidupan ekonomi rumah tangganya.
Suatu hari, Ibu Prani pergi ke pasar untuk membeli kue putu milik Mbah Rahayu yang sedang viral di sosial media. Ia pun dengan sabar mengikuti sistem antrian karena banyak sekali pembeli berdatangan untuk menikmati kue putu viral tersebut. Disaat sedang mengantri, Ibu Prani melihat ada kecurangan yang dilakukan oleh salah satu pembeli. Orang yang malas antri tersebut sengaja melakukan praktek jasa titip pesanan kue putu kepada pembeli yang antriannya sudah dekat. Pesanan yang dititipkan pun jumlahnya banyak dan menyebabkan antrian semakin lama dan panjang. Melihat kecurangan tersebut, Ibu Prani langsung menegur orang tersebut agar tidak curang dan mengikuti aturan. Namun sayang, reaksi dari orang yang ditegur Ibu Prani malah marah-marah. Ibu Prani membalasnya dan mengatakan orang tersebut berbohong.
Situasi semakin memanas dan Mbah Rahayu pun meminta para pembelinya untuk tenang. Tak terima dengan perlakuan orang yang menyerobot tersebut, Ibu Prani langsung pergi meninggalkan antrian.
Keesokan harinya, video marah-marah Ibu Prani di tukang kue putu Mbah Rahayu viral di sosial media. Dalam rekaman yang berdurasi 15 detik tersebut, terdengar Ibu Prani mengumpat di hadapan Mbah Rahayu. Ibu Prani terkejut dan berusaha meluruskan jika ia tidak mengumpat kata kasar dan tidak memarahi Mbah Rahayu, tapi ia memarahi orang yang melakukan jasa titipan di antrian. Sejak saat itu, nama Ibu Prani terus diperbincangkan di sosial media dan para warganet menghujatnya habis-habisan.
Kejadian tersebut langsung diketahui oleh Muklas dan juga Tita. Mereka percaya jika sang ibu tak sepenuhnya salah atas insiden yang terjadi di tempat kue putu milik Mbah Rahayu. Untuk meredam hujatan dari warganet, Ibu Prani memutuskan buka suara melalui video klarifikasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Setelah video klarifikasi tayang di sosial media, sebagian besar warganet mulai percaya terhadap video klarifikasi tersebut. Para alumni siswa sekolah yang diketuai oleh Uli (Annisa Hertami) pun ikut angkat suara dan sepenuhnya mendukung Ibu Prani. Untuk memperbaiki reputasi sang ibu, Muklas dan Tita juga menelusuri informasi lebih detail tentang sosok pria yang bertengkar dengan sang ibu melalui penelusuran di sosial media.
Meskipun sudah memberikan video klarifikasi, tak sedikit warganet yang masih membenci Ibu Prani dan menginginkannya untuk tidak lagi menjadi guru di sekolah. Hal tersebut membuat pihak yayasan sekolah dan komunitas senam aerobik merasa khawatir. Mereka tak ingin ikut terseret pada kasus yang menimpa Ibu Prani. Mereka juga meminta Ibu Prani untuk absen dari segala kegiatan sekolah sampai semua masalah terselesaikan.
Ditengah reputasi Ibu Prani yang semakin menurun, muncul lagi masalah baru disaat sebuah video klarifikasi yang membalas sekaligus menyerang Ibu Prani. Selain itu, muncul juga video lain dari salah satu alumni bernama Gora (Omara Esteghlal) yang mengejutkan banyak orang. Bisnis Thrifting milik Tita dan Endorsement yang masuk kepada Muklas pun terkena dampak dari permasalahan ibu mereka. Bagaimanakah nasib selanjutnya dari keluarga Ibu Prani?
#Review:
Tahun 2022 lalu, sutradara muda asal Yogyakarta yaitu Wregas Bhanuteja menggegerkan industri perfilman tanah air dengan debut film layar lebarnya yaitu PENYALIN CAHAYA (2022). Film tersebut sukses borong 12 Piala Citra Festival Film Indonesia 2021 termasuk kategori Film Indonesia Terbaik. Di tahun ini, Wregas siap merilis film Indonesia terbaru berjudul BUDI PEKERTI (2023) yang akan tayang serentak di bioskop mulai 2 November 2023. Bukan Wregas jika tak menggegerkan lagi industri perfilman Indonesia. Film BUDI PEKERTI (2023) menyabet 17 nominasi Festival Film Indonesia 2023 dan sukses tayang perdana di Toronto International Film Festival, SXSW Sydney dan Jakarta Film Week tahun 2023.
Aku berkesempatan hadir untuk menonton film BUDI PEKERTI (2023) pada pagelaran Jakarta Film Week yang sukses diselenggarakan pada 25-29 Oktober 2023 lalu di CGV Cinemas Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Film ini terpilih sebagai film pembuka sekaligus masuk nominasi Global Feature Awards Jakarta Film Week.
Untuk segi cerita, film BUDI PEKERTI (2023) menyajikan cerita tentang fenomena cancel culture terhadap seorang guru gara-gara video viral di sosial media. Wregas Bhanuteja dengan kembali berhasil mengangkat beberapa issue yang saat ini sering kita temukan dalam dunia sosial media. Tak perlu mengandalkan kecanggihan gadget atau visual serba modern, film BUDI PEKERTI (2023) justru jauh lebih menampar para penontonnya lewat cerita yang dialami oleh keluarga Ibu Prani. Konflik dan masalah yang terjadi di film ini dibangun dari kehidupan warganet di sosial media seperti fenomena cancel culture berdasarkan video singkat, clickbait, hamba konten hingga aksi balas-balasan video klarifikasi semuanya ada disini. Rentetan permasalahan tersebut bagaikan bola salju yang terus menggelinding, makin membesar dan menimbulkan banyak masalah.
Yang menarik, Wregas juga kembali menyentil institusi pendidikan yang selalu memprioritaskan reputasi baik ketimbang membela orang-orang yang disalahkan. Jika harus dibandingkan dengan film sebelumnya, film BUDI PEKERTI (2023) jauh lebih relatable dan ringan untuk penonton. Yang paling aku suka selanjutnya yaitu sisi realistis selalu ditonjolkan dengan maksimal oleh sang sutradara. Bahkan ending dari film ini berhasil menyentuh hati dan emosional penonton. Definisi balas budi untuk Ibu Prani sukses membuat satu Auditorium CGV Cinemas Grand Indonesia kemarin terharu, menangis dan tepuk tangan penonton! Gokil bangeeet!
Untuk jajaran pemain, penampilan ensemble casts keluarga Ibu Prani berhasil berbagi tugas dengan sangat baik. Sha Ine Febriyanti berhasil menghidupkan karakternya dengan luar biasa. Bahasa tubuh dan gesture nya benar-benar hidup. Menariknya, Wregas bisa menyajikan tanda tanya besar dari karakter Ibu Prani, apakah sepenuhnya ia bersalah? Atau sebenarnya Ibu Prani memang ngelés aja dan dibantu oleh dua kata yang penyebutannya memang terasa mirip? Penampilan Angga Yunanda dan Prilly Latuconsina pun harus mendapat apresiasi karena peran mereka sebagai "jamet" kakak beradik berada di level yang memukau. Penggunaan bahasa Jawa dari karakter Tita dan Muklas medhok dan meyakinkan banget. Best performance from Angga Yunanda and Prilly Latuconsina so far. Jadi penasaran dengan treatment sang sutradara yang bisa menyulap dua aktor muda ibukota ini jadi wong jowo banget. Terbatasnya penampilan Dwi Sasono tak menjadi masalah besar di film ini. Timingnya selalu tepat dan masih bisa masuk menjadi bagian cerita permasalahan keluarga Ibu Prani. Apresiasi selanjutnya harus diberikan kepada Omara Esteghlal yang memberi kejutan tak terduga dengan kisahnya sebagai Gora. Akting bersama dengan Ibu Prani di menjelang akhir film benar-benar nge-blend banget!
Overall, film BUDI PEKERTI (2023) memang sangat layak untuk mendapat apresiasi setinggi-tingginya baik dari tingkat festival, maupun dari para penonton yang menonton filmnya di bioskop. Salah satu film Indonesia TERBAIK di tahun ini. Go see it only in cinemas November 2nd!
[9.5/10Bintang]
0 comments:
Post a Comment