Monday 18 February 2019

[Review] Kucumbu Tubuh Indahku: Perjalanan Hidup Dari Seorang Penari Lengger


#Description:
Title: Kucumbu Tubuh Indahku: Memories Of My Body (2019)
Casts: Rianto, Muhammad Khan, Raditya Evandra, Randy Pangalila, Whani Darmawan, Sujiwo Tedjo, Teuku Rifnu Wikana, Endah Laras, Windarti
Director: Garin Nugroho
Studio: Fourcolors Films, Go Studio


#Synopsis:
Ketika masa anak-anak, Juno (Raditya Evandra) terpaksa harus hidup sendiri ditinggal oleh sang ayah. Juno yang mempunyai jiwa seni tari dalam dirinya, masuk ke sebuah pendopo seni tari. Disana ia melihat para penari Lengger yang merupakan tarian daerah di tanah Jawa yang dimainkan oleh laki-laki dengan berdandan seperti wanita. Sang guru tari Lengger (Sujiwo Tedjo) memberikan pengetahuan tentang tarian Lengger pada Juno. Disana juga ia bertemu dengan salah satu penari Lengger wanita yang menjadi idaman sang guru dan penari laki-laki lain.


Suatu sore, Juno melihat aksi pembunuhan yang dilakukan oleh sang guru kepada murid laki-lakinya. Sang guru dibuat marah lantaran penari laki-lakinya itu mendekati penari Lengger wanita yang ia sukai. Dengan brutal, sang guru memukuli tubuh korban hingga sebagian badan dan organ intimnya hancur. Melihat hal tersebut membuat Juno sangat ketakutan dan membuat ia trauma melihat darah.
Juno pun lalu mengungsi ke rumah bibinya (Endah Laras) yang seorang penjual ayam dan pedagang warung. Sang bibi merasa bertanggung jawab untuk membesarkan Juno lantaran dirinya mendapat pesan dari ayah Juno sebelum pergi untuk merawat Juno. Sembari membantu bibinya berjualan, Juno terus berlatih tari Lengger. Tak hanya itu saja, kemampuan Juno mampu "mengecek dan mengetahui" kondisi ayam bertelur atau tidak juga menjadi buah bibir di tempat tinggal bibinya. Di sanggar tari, Juno berkenalan dengan guru perempuannya. Karena sedari kecil tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu, membuat Juno merasa nyaman dekat dengan guru perempuannya itu. Namun gara-gara kedekatan itu, sang guru diusir dari kampungnya karena dianggap telah melakukan tindakan asusila bersama Juno. Mendengar hal itu membuat sang bibi kecewa pada Juno. Ia lalu menyuruh Juno untuk pergi meninggalkan desa dan temui sang paman yang berprofesi sebagai seorang penjahit.




Tinggal bersama dengan sang paman, Juno (Muhammad Khan) kini bertumbuh menjadi seorang remaja pria berkepala plontos dan jago dalam urusan menjahit. Bahkan Juno bisa mengukur dengan tepat busana pemesan tanpa mengukur dengan alat bantu ukur. Suatu hari, Juno mendapat orderan baju pengantin dari seorang petinju (Randy Pangalila). Sang calon pengantin pria ini memiliki tubuh yang sangat porposional. Ia ingin dibuatkan baju oleh paman dan Juno sesempurna mungkin. Intens pertemuan Juno dan petinju itu perlahan semakin sering bertemu. Si petinju itu selalu meminta Juno untuk mengajarinya cara berjalan dan menghadapi proses adat pernikahan yang nantinya akan ia lakukan. Tak cuma itu saja, Juno pun sering menemui si petinju ketika sedang berada di ring tinju dan selalu memberinya dukungan penuh. Kedekatannya dengan petinju itu membuat Juno merasa ada sesuatu yang muncul dihatinya. Tak hanya itu saja, Juno juga kini mengetahui resiko yang akan dirasakan oleh si Petinju jika kalah dalam bertanding. Keselamatan dan nyawa mereka berdua menjadi taruhannya.


Usai pergi dari kehidupan si petinju dan pamannya, Juno akhirnya memutuskan untuk ikut dengan rombongan penari Lengger yang akan menggelar pementasan yang diselenggarakan oleh calon Bupati (Teuku Rifnu Wikana). Juno kini memantapkan diri untuk menjadi bagian dari seni tari Lengger seutuhnya. Calon bupati itu menggelar kegiatan pentas tarian Lengger untuk menghibur dan memikat suara rakyat. Karena suatu hal, Bupati malah terpincut oleh salah satu penari Lengger yang ternyata penari tersebut adalah Juno. Perjalanan hidup yang dilalui oleh Juno membawa dirinya akan pemahaman dan keindahan akan hidup.



#Review:
Usai sempat bersenang-senang lewat film AACH.. AKU JATUH CINTA (2016) yang dibintangi Chicco Jerikho dan Pevita Pearce, film biopik TJOKROAMINOTO (2015), SOEGIJA (2012) dan film drama MOONCAKE STORY (2017) kini salah satu sutradara senior & terbaik di Indonesia yaitu Garin Nugroho kembali menghadirkan film arthouse terbarunya berjudul KUCUMBU TUBUH INDAHKU (2019). Dengan judul film yang sangat "menggiurkan" ini tak sedikit orang yang penasaran dengan film ini. Sebelum tayang reguler di bioskop Indonesia pada Maret 2019 mendatang, film yang diproduksi oleh Fourcolors Films ini sebelumnya sudah melanglangbuana diberbagai ajang festival film tingkat internasional. Salah satunya adalah di ajang Festival Film Venezia 2018 dan menjadi Film Terbaik Pilihan Festival Film Tempo 2018.


Film ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang penari Lengger mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Seperti pada film-film arthouse biasanya, Garin Nugroho memberikan pengalaman menonton yang tak biasa. Alur ceritanya sesekali diisi oleh karakter Juno dewasa yang melakukan narasi dengan menambahkan gesture serta tarian-tarian. Paruh awal hingga pertemuan Juno dengan petinju itu sudah sangat berhasil menurutku membangun cerita yang sesuai dengan judulnya yang "menggiurkan" itu. Tapi menuju kebelakang, Garin Nugroho seperti biasanya selalu ingin mempresentasikan sisi lainnya yaitu seputar kritik sosial serta politik yang memang sering terjadi di daerah-daerah terpencil. Kehadiran unsur politik yang muncul dibabak akhir film ini aku kurang suka sih. Jauh lebih menikmati pada saat Juno masih kecil dan awal-awal remaja.


Unsur budaya Jawa dalam film ini sangatlah kental. Tak heran jika seluruh dialog dalam film ini hampir 95% menggunakan bahasa Jawa. Performance akting paling kuat berada ditangan Muhammad Khan yang memerankan Juno remaja. Penonton bisa merasakan banget apa yang Juno remaja rasakan lewat permainan gerak gerik tubuh dan tatapan matanya yang terasa sangat natural. Randy Pangalila yang sudah lama tak terlihat di layar televisi maupun layar lebar kini muncul sebagai seorang petinju berbadan sempurna yang berhasil bikin baper Juno remaja hahaha. Aktingnya juga tidak terlalu buruk dan mampu seimbang dengan para pemain lainnya.


Overall, aftertaste KUCUMBU TUBUH INDAHKU (2019) ini aku rasakan sama persis setelah menonton film SEKALA NISKALA (2018). Not my cup. Hehehe.


[7.5/10Bintang]

0 comments:

Post a Comment